Anda di halaman 1dari 7

PENTAS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Vol. 5, No. (1) Mei 2019

DEIKSIS DALAM NOVEL MERINDU BAGINDA NABI KARYA


HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
1 Jauharul Abidin, 2 Sariban, 3 Nisaul Barokati Selirowangi
Universitas Islam darul ‘Ulum Lamongan
Abidpaji12345@gmail.com, caksarib@yahoo.co.id, nisah@unisda.ac.id

ABSTRAK
Kehidupan masyarakat Indonesia tidak pernah terlepas dari kegiatan berbahasa.
Berbahasa adalah cara manusia untuk menyampaikan makna-makna tertentu yang dapat
dipahami oleh penenutur, dengan cara memahami bahasa yang digunakan. Bahasa
merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan
yang besar dalam kehidupan manusia. Dardjowijojo (2014: 16) bahasa adalah sistem
simbul lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka
miliki bersama. Berbahasa bisa dilakukan dimana saja termasuk dalam tuturan di dalam
karya sastra seperti nove, cerpen dan lainnya. Karya sastra novel menghadirkan
percakapan-percakapan antar tokoh dalam cerita yang memungkinkan fenomena deiksis
akan muncul di dalam novel tersebut. Fenomena-fenomena deiksis dalam karya sastra para
pembaca sering tidak menyadari penggunaan hal itu dan mengakibatkan ketidak pahaman
makna yang ada saat membaca novel. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu (1)
Bagaiman penggunaan deiksis persona dalam novel Merindu Baginda Nabi karya
Habiburrahaman El Shairazy, (2) Bagaimana penggunaa deiksis tempat dalam novel
Merindu Baginda Nabi karya Habiburrahaman El Shairazy, (3) Bagaiaman penggunaam
deiksis waktu dalam novel Merindu Baginda Nabi karya Habiburrahaman El Shairazy, (4).
Bagaiaman penggunaam deiksis wacana dalam novel Merindu Baginda Nabi karya
Habiburrahaman El Shairazy, dan (5).Bagaiaman penggunaam deiksis sosial dalam novel
Merindu Baginda Nabi karya Habiburrahaman El Shairazy. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif adalah penelitian
yang bermaksud untuk mengambarkan sistematis mengenai fakta data penelitian.
Kualitatif adalah menemukan penegtahuan baru berdasarkan data yang telah dikumpulkan,
data yang akan dibahas dalam penelitian ini tentanng penggunaan deiksis dalam novel
Merindu Bagindan Nabi karya Habiburrahman El Shirazy.
Kata kunci: deiksis, persona, tempat, waktu, wacana, sosial.

ABSTRACT
The life of Indonesian people has never been separated from language activities.
Language is a human way of conveying certain meanings that can be understood by
speakers, by understanding the language used. Language is an important thing that needs
to be learned because language has a large function and role in human life. Dardjowijojo
(2014: 16) language is an arbitrary verbal symbol system that is used by members of a
language community to communicate and interact between each other, based on the culture
they have in common. Language can be done anywhere including speech in literary works
such as nove, short stories and others. Novel literary works present conversations between

ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979

74
PENTAS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Vol. 5, No. (1) Mei 2019

characters in the story that allow the phenomenon of deixis to appear in the novel. Deixic
phenomena in the literary work of readers are often unaware of the use of it and lead to
incomprehension of the meaning that exists when reading novels. The objectives of this
study are (1) How to use deixis persona in the novel Merindu Baginda Nabi by
Habiburrahaman El Shairazy, (2) How to use deixis places in the novel Merindu Baginda
Nabi by Habiburrahaman El Shairazy, (3) How to use time deixis in novels Merindu
Baginda Nabi by Habiburrahaman El Shairazy, (4). How to use deiksis discourse in the
novel Merindu Baginda Nabi by Habiburrahaman El Shairazy, and (5). How to use social
deixis in the novel Merindu Baginda Nabi by Habiburrahaman El Shairazy. The approach
used in this research is qualitative descriptive. Descriptive approach is research that
intends to describe systematically the facts of research data. Qualitative is to find new
knowledge based on the data that has been collected, the data to be discussed in this study
are the use of deixis in the novel Merindu Bagindan Nabi by Habiburrahman El Shirazy.
Keywords: deixis, persona, place, time, discourse, social.

PENDAHULUAN yang membahas tentang deiksis adalah


Penelitian skripsi yang berjudul bidang ilmu pragmatik.
Deiksis dalam Novel Meridu Baginda Nabi Pragmatik menurut Yule (2014:4),
Karya Habiburrahman El Shirazy ini pragmatik merupakan setudi tentang
dilatarbelakangi dengan penggunann makna yang disampaikan oleh seorang
deiksis dalam karya sastra, deiksis adalah penutur atau mitra tutur dan ditafsirkan
suatu bentuk bahasa yang memiliki fungsi oleh pendengar atau pembaca. Ilmu
penunjuk baik berupa sebuah kata, dan pragmatik yang mengamati lebih dalam
lainnya yang bias berpindah-pindah mengenai fenoma-fenoma penggunaan
tergantung konteknya. Hal ini berlaku deiksis dalam kehidupan nyata atau dalam
untuk semua deiksis baik deksis orang karya sastra seperti novel, cerpen, teks
(persona), waktu (time), tempat (place), drama dan lainnya.
wacana (discourse), dan sosial (social) Karya sastra novel menghadirkan
dalam bahasa suatu karya sastra bentuk percakapan-percakapan antar tokoh dalam
novel, dalam novel karya Habidurahaman cerita yang memungkinkan fenomena
ini terdapat penggunan deiksis yang deiksis akan muncul di dalam novel
menarik untuk diteliti dan dipahami tersebut. Dalam penelitian ini peneliti
supaya makna yang terdapat dalam novel memilih novel yang berjudul Merindu
bisa dicerna oleh pembaca, bidang kajian Baginda Nabi karya Habiburrahan El
Shirazy novel ini menceritakan tentang

ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979

75
PENTAS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Vol. 5, No. (1) Mei 2019

kehidupan manis seorang anak yang dia an yang mengandung fenomena-fenomena


sejak lahir dibuang orang taunya pada deiksis dalam pristiwa tutur, maka dari
akhirnya di temukan oleh seorang nenek alasan peneliti memilih karya novelis
tua bernama Mbah Tentrem lalu beliau nomor satu di Indonesi untuk sebgai objek
memberikan nama kepda bayi itu Dipah di penelitian yang ber judul Novel Meridu
temukan di tempat sampah supaya Baginda Nabi karya Habibburahman El
gampang diingat. Shairazy.
Mbah Tentrem tidak pernah mau METODE
merepotkan siapapun sampai akhirnya, Metode penelitian penggunaan
sebelum mbah tentrem meninggal dunia deiksis dalam penggunaaan deiksis dalam
beliau menitipkan dipah ke Pak Nur dan novel Merindu Baginda Nabi karya
Bu Sal istrinya. Mbah tentrem juga Habiburrahman El Shirazy ini mengguna-
mewakafkan rumahnya sebangai rumah kan jenis penelitian kualitatif yang bersifat
singgah bagi anak-ana terlantar seperti deskriptif. Ratna (2013:46) menyatakan
Dipah, rumah tersebut menjadi panti bahwa penelitian kualiatif adalah suatu
asuhan Darus sakinah yang sekarang dapat cara penafsiran dengan menyajikan dalam
menampung anak yatim piatu lebih dari bentuk deskriptif, prosedur penelitian yang
100 anak termasuk dipah dan namanya menghasilkan deskrptif berupa kata,
diganti menjadi Syarifatul Badriyyah. kalimat, dan wacana dalam karya sastra.
Sampai ahkirnya Rifa besar di tangan Pak Selain itu Faruk (2017:22) penelitian
nur dan istrinya dan menjadi seorang gadis induktif atau kualitatif adalah cara untuk
yang remaja yang sangat pandai, hingga menganalisis data-data dalam objek
bisa merasakan pertukaran pelajar di luar sehingga ditemukan hubungan anatar data
negeri yaitu di Amerika dan mendapatkan dalam karya sastra.
keluarga angkat yang sangat baik di sana. Penelitian kulitatif adalah penelitian
Novel Meridu Baginda Nabi karya yang bertujuan untuk memahami
Habibburahman El Shairazy ini, menyaji- fenomena sosial termasuk fenomena
kan gambaran kehidupan seseorang yang kebahasaan yang tengah diteliti (Mahsum,
sangkat memotivasi dan membangun jiwa, 2012:257). Penelitian kulitatif adalah
dalam novel ini terdapat beberpa percakap- merupakan suatu proses pemahaman

ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979

76
PENTAS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Vol. 5, No. (1) Mei 2019

tentang fenomena yang terjadi dalam Kata “saya” dalam tuturan di atas
setiap obejek yang diteli termasuk dalam termasuk dalam penggunaan deiksis
fenomena berbahasa dan sastra. Meleong persona tunggal, karena berfungsi sebagai
(2016:6) menjelaskan penelitian kualitatif penujuk dan rujukan atau refrensinya bisa
adalah penelitian yang bermasuk untuk berpindah-pindah sesuai dengan konteks
memahami fenomena tentang apa yang tuturannya (Marzuqi, 2016:39).
diamali subjek penelitian misalnya prilaku,
Konteks tuturan yang berlangsung
persepsi, dll, secara holisti, dan dengan
saat mbah tentrem berbicara dengan pak
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
muklas dan pak nur sebelum akhirnya
bahasa, pada suatu konteks yang khusus
beliau meninggal dunia. Data tuturan
yang alamiah dan memanfaat berbagai
deiksis persona tunggal, memiliki konteks
metode alamiah. Dalam penelitian ini,
yang berpindah-pindah. Kata ganti persona
diperoleh data kualitatif yang berupa data
tunggal “saya” dipakai dan menujuk pada
tulis penggunaaan deiksis dalam novel
mbah tentrem, meskipun dalam tuturan itu
merindu baginda nabi karya
dipakai oleh Pak muklas saat menceritakan
Habiburrahman El Shirazy.
wasiat mbah tentrem. Maka dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN disimpulkan bahwa tuturan mbah tentrem

Pada bagian akan diuraikan tentang menggunakan kata saya yang menunjuk

hasil penelitian dan pembahasan tentang pada dirinya sendiri yang sesuai dengan

penggunaan deiksis persona, deiksis konteks yang formal yang ada, kata saya

tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan dalam tuturan itu termasuk dalam

deiksis sosial dalam novel Merindu penggunan deiksis persona ganda.

Baginda Nabi larya Habiburahaman El


2. Penggunaan Deiksis Tempat
Shirazy. dalam Tuturan dalam Novel
1. Penggunaan Deiksis Persona Dalam
Merindu Baginda Nabi Karya
Tuturan Dalam Novel Merindu Habiburrahman El Shirazy
Baginda Nabi Karya Tuturan salah satu warga hal (3). “bisa
Habiburrahman El Shirazy jadi mbah tentrem pas wafat itu di
Tuturan mbah tentrem hal. (4) “Mas, saya rawuhi kanjeng nabi Muhammad
nitip rumah saya, ya”. SAW”.

ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979

77
PENTAS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Vol. 5, No. (1) Mei 2019

Tuturan di atas kata itu termasuk yang dapat berpindah-pindah berdasarkan


dalam penggunaan deiksis tempat konteks tuturannya.
demontratif, pemberian bentuk lokasi Konteks tuturan anatar mbah
ruang atau tempat yang dipandang dari tentrem dan pak nur saat meberikan pesan
pristiwa berbahasa (Marzuqi, 2016:39). dan amanah pada pak nur untuk
Konteks tuturan saat warga menyampaikan pesannya sebelum
kampung mengahadiri dan ngelayat ke meninggal dunia. Kata “Nanti” yang
rumah mbah tentrem saat beliau digunkan oleh Mbah tentrem termasuk
meninggal, tuturan deiksis tempat dalam deiksis waktu akan datang yang
demontratif terkandung dalam kata memilik fungsi sebagai penunjuk dan
“Itu” menjelasakan tentang pengguna- makna yang tidak dapat dipastikan
an deiksis tempat demontratif karena kebenaranya, berbeda dengan kalender dan
memiliki refrensi yang berpindah- jam yang sudah pasti. Maka dapat
pindah menyesuaikan konteks ber- disimpulkan tuturan mbah tentrem
bahasa. Maka dapat disimpuklan tutur- menggunakan kata “nanti’ termasuk
an tetangga mbah tentrem menggunaka penggunaan deiksi waktu yang tidak bisa
kata “itu” termasuk dalam penggunan di pastikan, kecuali konteks tuturannya
deiksis tempat demontratif yang me- jelas.
nunjukkan tempat yaitu kediaman atau 4. Penggunaan Deiksis Wacana dalam
rumah mbah tentrem. Tuturan dalam Novel Merindu
3. Data Deiksis Waktu dalam Tuturan Baginda Nabi Karya Habiburrahman
dalam Novel Merindu Baginda Nabi El Shirazy
Karya Habiburrahman El Shirazy Tuturan Retno hal. (7). “kita
Tuturan mbah tentrem hal (4). “Nanti berempat, kudu daftar. Alangkah
tolong di sampaikan kepada anak-anak bahagianya kalau kita berempatditrima dan
saya, khawatir saya lupa, mereka semua berangkat bareng ke luar negeri”
sudah warisan”. Kata “kita” pada tuturan di atas
Kata “Nanti” pada tuturan di atas termasuk dalam penggunaan deiksis
termasuk dalam penggunaan deiksis waktu wacana eksofora, karena memiliki
akan datang, karena memiliki refrensinya

ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979

78
PENTAS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Vol. 5, No. (1) Mei 2019

refrensinya yang dapat berpindah-pindah mempunyai arti perbedaan setatus dalam


berdasarkan konteks tuturannya. kemasyarakatan yang mempengaruhi
Konteks tuturan anatar Retno peran pembicara atau pendengar hal itu
dangan sahabat-sahabatnya saat memiliki dibuktikan dengan pemilihan kata
mimpi bisa kuliah di luar negeri dan (Marzuqi, 2016:41).
membayangkan bisa berangkat bersama. Konteks tuturan anatara Mas sokib
Kata “Kita” yang digunkan oleh Retno dengan Pak nur dan keluarga apabila
termasuk dalam penggunaan deiksis waktu datang ke jJakarta diwajibkan untuk
wacana eksofora yang memilik fungsi menginap di rumah pak Haji mutain. Kata
sebagai penunjuk di luar teks wacana “baliau” yang digunakan oleh mas sokib
untuk mengetahui referensinay peran termasuk dalam penggunaan deiksis sosial
konteks dalam tuturan di atas sangat berfungsi sebagai penunjuk dan memiliki
penting. Maka dapat disimpulkan tuturan rujukan yang berpindah-pindah. Maka
anatar Retno dengan sahabatnya saat dapat disimpulkan tuturan anatar Mas
menggunakan kata “kita’ termasuk dalam sokib dengan pak nur saat menggunakan
penggunaan deiksis wacana eksofora kata “beliau” digunakan untuk menunjuk
konteks tuturan sangat mempengarahu pada Pak hji dan pemilihan kata tersebut
referensinya apabila yaitu merujuk pada menandakan bahwa Pak haji mustain
semua sahabat-sahabat Retno (rifa, lina, adalah orang yang dituakan dan dihormati
dan intan). dalam lingkungan masyarakat.
5. Penggunaan Deiksis Sosial dalam
SIMPULAN
Tuturan dalam Novel Merindu
Berdasarkan hasil dan pembahasan
Baginda Nabi Karya Habiburrahman
tentang penggunaan deiksis dalam novel
El Shirazy
merindu baginda nabi karya
Tuturan Mas sokib hal (15). “Pak haji
habbiburahman el shirazy, memberikan
mustain sudah mewanti-wanti harus
banyak pembelajaran yang dapat kita
menginap di rumah beliau”.
pelajari tentang penggunaan deiksis di
Kata “beliau” adalah kata ganti
dalam novel. Hasil pembahasan di atas
persona ketiga tunggal, kata “beliau”
dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
termasuk dalam deiksis sosial, karena
Penggunaan deiksis persona dalam novel

ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979

79
PENTAS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Vol. 5, No. (1) Mei 2019

merindu bagi nabi terlihat dalam tuturan- an deiksis sosial dalam novel merindu
tuturan anatar tokoh yang berupa kata baginda nabi trlihat dalam beberpa tuturan
saya, kamu, dan mereka yang memilki yang berupa kata ganti orag ketiga “dia”,
referensi berpindah-pindah sesuai dengan dalam novel ini kata “dia” diganti
konteks tuturan. (2) Penggunaan deiksis menggunakan kata “beliau” yang
tempat dalam novel meridu baginda nabi menunjukan orang yang status sosial
terlihat dari beberapa tuturan yang berupa dimasyarakat lebih tinggi seperti orang
klausa di sana, di sini, dan ini yang tua, guru dosen dan lain-lain. Konteks
memiliki refersnsi atau rujukan yang tuturan sangat mempengerauhi deiksis
berpindah-pindah sesaui dengan konteks sosial menunjuk pada siapa yang
tuturan. (3) PenggunaaN deiksis waktu dimaksudkan.
dalam novel merindu baginda nabi terlihat
DAFTAR PUSTAKA
dalam tuturan yang berupa kata nanti,
dulu, dan sekarang yang memiliki Dardjowijojo, Soenika. 2014.
refrensi-refrensi yang bisa berpinda-pinda Pesikolinguistik (Pengantar
Pemahaman Bahasa Manuia).
tergantung konteks tuturannya yang jelas, Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.
apabila konteks tuturan diketahui maka
Faruk. 2017. Metode Penelitian Sastra
tuturan yang mengandung penggunaan (sebuah penejeljahan awal).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
deiksis akan lebih cepat dipahami oleh
penutur atau mitra tutur. (4) Penggunaan Mahsum. 2012. Metodelogi Penelitian
Bahasa (tahapan, strategi, dan
deiksis wacana dalam novel merindu tekniknya). Depok: PT
baginda nabi telihat dalam beberpa tuturan RAJAGRAFINDO PERSADA.

yang berupa klausa “mereka menang Marzuqi, Iib. 2016. Pragmatik (dari Teori,
Pengajaran, hingga
baca”, “sebaiknya kita tidak menggunjing Penelitinnya). Lamongan:
dia”. Kata mereka dalam penggunaan Pustaka Ilalang.

deiksis wacana ini termasuk deiksis Meleong, Lexi, 2016, Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
eksofora yang mengacu di luar teks teks Rosdakarya.
wacana, untuk memahami kata itu peran Yule, George. 2014. Pragmatik.
konteks sangatlah dibutuhkan agar rujukan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
atau referensinya bisa jelas. (5) Pengguna-

ISSN (Print) 2442-787X. ISSN (Online) 2579-8979

80

Anda mungkin juga menyukai