Kajianpenjilidan Surat Kabar
Kajianpenjilidan Surat Kabar
DIY
Informasi direkam karena berbagai alasan seperti untuk kepentingan pribadi, alasan
sosial, alasan ekonomis, alasan hukum, dan ada yang beralasan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan (Sulistyo-Basuki, 2008: 4-5). Bisa dikatakan informasi apa pun dan dalam
bentuk yang beragam masih bermanfaat sesuai alasan kebutuhan yang diinginkan. Informasi
yang dimaksud menurut Yusuf (1995: 11-12): “Pada kegiatan tulis menulis, informasi
tersedia berupa pencatatan, perekaman kegiatan di masa saat ini maupun masa lampau yang
dibuat dalam bentuk informasi yang diinginkan. Informasi direkam ke dalam suatu dokumen
seperti buku, majalah, surat kabar, film, disket, mikrofis, laporan hasil penelitian, prosiding,
microfilm, dan media perekam lainnya yang saat ini sudah sangat maju perkembangannya.
Dalam dunia perpustakaan dikenal istilah terbitan berkala.”(Yusuf, 1995: 11-12)
Dalam periodisasi masa sebelum kertas, masa kertas dan masa pasca kertas
penentuan jenis bahan yang digunakan untuk menulis sangat penting agar informasi tercatat
dengan baik. Setiap informasi tercetak mempunyai peran penting sesuai dengan jenis
informasi yang tercetak dan penanganan dalam pelestariannya pun beragam, menurut Yusuf
(1995: 11-12), agar informasi dan pengetahuan yang ada dapat terus dimanfaatkan oleh
generasi di masa yang akan datang maka catatan-catatan dan nilai informasi yang
terkandung di dalamnya perlu dilestarikan.
Saat ini surat kabar merupakan sumber informasi penting yang bersifat aktual. Pada
umumnya jenis terbitan seperti surat kabar yang penggunaannya bersifat publik akan
digunakan oleh setiap individu hanya sebagai bahan bacaan sehari-hari. Hal tersebut
menyebabkan penggunaanya tidak efisien dan juga berdampak pada bentuk fisik surat kabar
tersebut. Oleh karena itu, setiap penggunaan surat kabar di tempat umum seperti yang
terdapat di perpustakaan umum akan lebih cepat menyebabkan kerusakan. Hal ini
dipengaruhi oleh kebiasaan pengguna yang membaca surat kabar dengan cara membaca
secara tidak sebagaimana mestinya pada beberapa berita yang tersedia dan melipat-lipat
ukuran surat kabar ketika membaca surat kabar tersebut.
Kebiasaan sebagian pembaca surat kabar terkadang membuang surat kabar setelah
selesai dibaca, sebab informasi yang ingin diketahui sudah didapatkan. Apabila kita
memahami sebuah informasi maka hal tersebut tidak akan dilakukan. Sebagai seorang
pengumpul Informasi maka sudah menjadi tanggung jawab pustakawan untuk mampu
mengelola sebuah informasi berisikan sejarah menjadi bernilai guna tinggi bagi pemustaka
dimasa yang akan datang.
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah 1
Bahan yang digunakan surat kabar biasanya dibuat dari bahan kertas murah yang
mudah robek, mudah rusak. Adapun surat kabar yang disediakan pada pusat sumber
informasi maupun perpustakaan sering digunakan pengguna menjadi bahan rujukan yang
dicari-cari, misalnya seseorang ingin memberikan tanggapan terhadap suatu artikel yang
dimuat pada surat kabar. Maka surat kabar pada edisi tertentu dibutuhkan dan dicari-cari.
Pengelolaan surat kabar biasanya dikumpulkan dan dijilid menjadi satu bendel untuk
masing-masing penerbitan, dijilid sesuai bulan terbit dan diurutkan berdasarkan kala
terbitnya mulai dari tanggal. Sebenarnya usaha penjilidan ini pun juga membawa dampak
negatif, kemungkinan rusaknya jilidan semakin besar karena bentuknya yang besar dan
bobotnya yang berat dan apabila dipindahkan mengalami kesulitan. Sementara manfaat
penjilidan surat kabar dimaksudkan agar surat kabar tersebut terkumpul dalam urutan yang
lebih mudah untuk dibaca atau dicari.
Terdapat faktor-faktor yang dapat menimbulkan kerusakan Surat kabar/ koran, faktor
tersebut digolongkan menjadi dua kelompok yaitu faktor internal dan eksternal.
Dalam pelestarian Surat kabar/ koran faktor internal dipengaruhi sejak surat kabar
tersebut diciptakan, adapun faktor eksternal dipengaruhi dari pengelolaan dan kebijakan
perawatan terbitan serial.
Hal ini dijelaskan oleh Sugiarto (2005: 84), “Faktor-faktor penyebab kerusakan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Pertama, faktor intern ialah
penyebab kerusakan yang berasal dari benda /surat kabar sendiri, misalnya kualitas kertas,
pengaruh tinta, pengaruh lem perekat dan lain-lain. Kedua, faktor ekstern ialah penyebab
kerusakan yang berasal dari luar benda, yakni lingkungan fisik, organisme perusak, dan
kelalaian manusia.” (Sugiarto. 2005: 84)
Selain itu, faktor eksternal yaitu manusia yang sering menggunakan surat kabar juga
mempengaruhi tingkat keawetan surat kabar tersebut. Semakin sering digunakan dan dibuka
oleh para pengguna yang ingin membaca dan melihat langsung sumber-sumber informasi
yang dimuat dalam surat kabar mengakibatkan kertas robek dan hancur.
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY melakukan upaya pelestarian koleksi
baik pada bentuk fisik surat kabar maupun pada nilai informasi yang terkandung di
dalamnya. Banyaknya jumlah koleksi surat kabar yang disimpan menyebabkan DPAD
DIY ber kewajiban untuk melestarikan koleksi agar tetap bisa didayagunakan.
Permasalahan timbul, bagaimana cara merawat dan melestarikannya agar dapat
terus dimanfaatkan. Berbagai upaya telah dilakukan dan terus diusahakan agar surat kabar
koleksi DPAD DIY terhindar dari kerusakan, di antaranya adalah dengan penyiapan ruang
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah 2
tempat penyimpanan, perawatan secara berkala serta dengan usaha alih bentuk/media dan
Penjilidan Surat kabar.
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY sebagai salah satu pusat informasi yang
menyediakan informasi bagi masyarakat umum. Koleksi surat kabar yang dimiliki dapat
diakses oleh masyarakat yang ingin membutuhkan informasi, berupaya meningkatkan
kualitas penyimpanan dan pelayanan kepada masyarakat pengguna dengan melakukan alih
bentuk atau dikenal juga dengan digitalisasi. Saat ini, sedang dan terus dilakukan
digitalisasi terhadap koleksi surat kabar dan majalah yang dimiliki. Sebagai pusat informasi
yang mendiseminasi informasi koleksi surat kabar yang dimiliki, masyarakat dapat
memanfaatkan sumber-sumber informasi koleksi baik dalam bentuk cetaknya maupun
mengakses sumber melalui layanan e-paper (koleksi surat kabar digital).
Koleksi-koleksi lama milik Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY dimulai
tahun 1945 yakni surat kabar Kedaulatan Rakyat, banyak mengalami kerusakan seperti:
kertas robek, lapuk, maupun jilidan surat kabar rusak, cover lepas dan kertas menguning.
Kerusakan yang ada kemungkinan dipengaruhi oleh faktor usia, bahan kertas yang
digunakan, juga faktor alam seperti bencana. Perawatan yang benar harus mengikuti standar
pelestarian, diproses dan diperlakukan dengan baik sesuai dengan tujuan pelestarian.
Dari uraian di atas, menarik untuk dibuat kajian lebih jauh tentang pelestarian
koleksi surat kabar, di mana surat kabar merupakan koleksi yang diterbitkan setiap hari dan
berisikan informasi ter current saat terbit.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, terdapat masalah yang terjadi di
DPAD DIY, antara lain
1. Tentang kebijakan penjilidan yang ada terkait Surat kabar sebagai dasar atau pedoman
dalam proses pelestarian yang dilakukan terhadap koleksi yang dimiliki.
2. Proses atau kegiatan pelestarian terhadap koleksi surat kabar yang dilakukan DPAD
DIY
3. Kendala-kendala yang ditemui dalam proses pelestarian koleksi Surat kabar / koran.
4. Tumpukan surat kabar yang belum terdokumentasi secara baik/terjilid
5. Apabila belum dapat terjilid perlu dibuatkan portepel//kotak pelindung surat kabar
Rumusan masalah pada kajian ini dirumuskan berdasarkan uraian pada latar belakang
masalah, maka rumusan masalah kajian yang dilakukan penulis yaitu “Bagaimana kegiatan
pelestarian/penjilidan surat kabar lama dilakukan DPAD DIY, agar koleksi terhindar dari
ancaman kerusakan lebih lanjut.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono (2009: 2), “Berdasarkan hal tersebut terdapat empat
kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.
Cara ilmiah berarti kegiatan kajian didasarkan pada ciri - ciri keilmuan yaitu rasional, empiris,
dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan kajian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia.
Empiris berarti cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang
lain dapat mengamati dan mengetahui cara yang digunakan.
Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah -
langkah tertentu yang bersifat logis.”
Desain kajian adalah gambaran sebuah kerangka kerja yang mendasari
pengumpulan dan analisis data (Bryman dalam Pendit, 2003: 164). Desain kajian yang
dilakukan menggunakan kualitatif, sebab data dan analisis bersifat kualitatif. Bogdan dan
Taylor (dalam Moleong, 2013: 4) menjelaskan metode kualitatif digunakan sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kalimat tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.
Metode kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan
dengan metode kuantitatif.
Kajian ini menggunakan desain kualitatif karena dalam hal ini akan menghasilkan
data berupa kalimat yang didapatkan dari hasil pengumpulan data observasi, wawancara,
dan dokumentasi mengenai tindakan-tindakan Pelestarian Surat Kabar Lama/langka.
Penelitian kualitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami
makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah
sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2015: 4).
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah 4
Proses kajian secara kualitatif melibatkan upaya penting, seperti mengajukan
pertanyaan- pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para
partisipan, menganalisis data secara induktif dari tema-tema yang khusus ke tema-tema
yang umum serta menafsirkan makna data.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara metode kualitatif
lebih menekankan pada pemaknaan mengenai sebuah masalah berdasarkan ide, persepsi,
pendapat dan kepercayaan terhadap sekelompok individu yang terlibat dalam kelompok
sosial pada objek yang sedang diteliti.
Dalam prosesnya kajian ini dilakukan dengan teknik pengajuan pertanyaan dan
prosedur pengumpulan data dari para partisipan serta menganalisis data dengan cara
pandang yang bergaya induktif atau berjalan dari pola tema khusus ke tema yang umum.
Pada kajian sederhana ini, metode yang digunakan adalah desain deskriptif
interpretatif karena penulis berusaha untuk menggali pandangan-pandangan dari partisipan
agar dapat memahami dan mencermati kegiatan pelestarian dengan penjilidan surat kabar
terhadap Surat kabar lama/langka di DPAD DIY.
Menurut Richie (2003: 3) pendekatan interpretatif fokus pada memahami makna
orang dan fenomena yang berkaitan dengan tindakan, keputusan, kepercayaan, nilai dan lain-
lain dalam dunia sosial mereka. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami dan melaporkan
pandangan dan budaya dari orang-orang yang terlibat pada objek yang sedang dipelajari.
Pada sebuah kajian, tentunya data merupakan hal yang sangat penting karena data
inilah yang akan diolah agar dapat menghasilkan informasi sesuai dengan maksud tujuan
kajian. Data ini diperoleh dari berbagai sumber data. Menurut Mukhtar (2013: 100) sumber
data yang digunakan dalam penelitian dikenal dengan data primer dan sekunder.
Berdasarkan sumber datanya, maka jenis data kualitatif dapat dibagi menjadi data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dihimpun langsung dari hasil
observasi terhadap situasi sosial dan atau diperoleh dari tangan pertama atau subjek
(informan) melalui proses wawancara. Bungin (2009: 122) menjelaskan bahwa, data primer
adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi objek kajian. Jadi,
data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian yang
umumnya berupa hasil observasi dan wawancara. Pada kajian ini, data primer yang
digunakan diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis
dengan informan.
Penulis juga melakukan observasi langsung pada lokasi penelitian secara mendalam
agar mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mendukung penelitian.
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah 5
Data sekunder dikenal juga sebagai data pendukung atau pelengkap data utama yang
dapat digunakan oleh peneliti. Sumber sekunder ini mencakup dokumen atau rekaman lain
yang memberikan bukti mengenai atau tentang sesuatu yang telah terjadi, misalnya notulen
rapat, sinopsis diskusi, debat, laporan surat kabar, biografi, dan sejarah yang ditulis oleh
sejarawan lain (Sulistyo-Basuki, 2006: 103). Jenis data sekunder dapat berupa gambar-
gambar, dokumentasi, grafik, manuskrip, tulisan-tulisan tangan dan berbagai dokumentasi
lainnya. Data sekunder yang digunakan pada kajian ini adalah dokumen-dokumen dari
berbagai sumber informasi mengenai kegiatan pelestarian surat kabar seperti dari peraturan
perundangan-undangan, dan makalah-makalah hasil seminar. Dokumentasi dalam bentuk
foto juga digunakan sebagai data untuk melengkapi informasi- informasi yang ditemukan
pada lokasi kajian.
Subjek kajian ini adalah para pengelola perpustakaan di jogja Library Center dan
Fungsional Umum/Tertentu Pelestarian Bahan Pustaka yang berjumlah 3 orang yaitu
Fungsional Umum berjumlah 2 orang yang bertugas mendata dan mengidentifikasi surat
kabar lama/langka dan 2 Fungsional Pustakawan Sedangkan objek penelitian ini adalah
upaya pelestarian koran lama yang dilakukan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY
Khusunya di Jogja Library Center.
Jenis wawancara yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu wawancara
mendalam yang pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Lebih lanjut menurut Mack (2005: 2) “In-depth interviews are optimal for
collecting data or individuals, personal histories, perspective, and experience, particularly
when sensitive topics are being.”
Wawancara mendalam digunakan dalam penelitian ini untuk menggali upaya
pelestarian koran lama dari kerusakan lebih lanjut. Penulis menggunakan beberapa
pertanyaan yang bersifat semi terstruktur untuk diajukan dan ditanyakan kepada informan.
Penulis dalam kajian ini menggunakan model analisis data dari Miles and Huberman
untuk menganalisis data hasil penelitian. Pandangan analisis data menurut Miles and
Huberman (1992: 16-21) terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:
reduksi data penyajian data, penarikan kesimpulan.
3.3 Ancaman Kerusakan lebih Lanjut terhadap Surat kabar Koleksi JLC DPAD DIY
Jogja Library Center terletak di Jalan Malioboro 175 Yogyakarta kondisi gedung yang sudah
tua atau termasuk ke dalam gedung cagar budaya, sehingga banyak hal yang sebenarnya
perlu dilakukan pembenahan atau renovasi gedung cagar budaya. Kondisi gedung yang
berbahan kayu menyebabkan ancaman tersendiri dengan koleksinya, yakni dari serangan
rayap, book worm, jamur dll.
Disamping kondisi surat kabar yang saat ini sudah rapuh perlu upaya penyelamatan dengan
melakukan tindakan preventif dan kuratif.
2.4.2. Bahan Penjilidan surat kabar hasil serah simpan Karya Cetak Karya Rekam
a. Karton Kappa ketebalan 2,5 mm ukuran menyesuaikan panjang x lebar x ketebalan
surat kabar
b. Kertas linen warna biru tua sebagai pelapis cover luar full block
c. Kertas BC /concord putih untuk lapisan cover dalam
d. Jilid (Blok Lem, Tex judul font Arial di bagian dean cover danpunggung cover)
e. Kertas tebal pelapis punggung surat kabar
f. Lem
g. Penggaris
h. Jarum
i. Benang
Bukan seperti
1. Perawatan surat kabar dengan penjilidan surat kabar langka dan hasil Serah Simpan
Karya Cetak dan karya rekam sejumlah 400 bendel
3. Perawatan bahan pustaka koleksi Jogjasiana dan Surat Kabar Hasil KCKR
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pengambilan gambar untuk surat
kabar menggunakan kamera dengan aplikasi EOS UTILITY sedangkan editing dengan ACDSee
Pro 8 digunakan untuk memotong bagian halaman surat kabar, sehingga menjadi artikel - artikel
dan hasil kegiatan reprografi disimpan pada penyimpanan hardisk external sebesar 4 terabyte.
Kegiatan pelestarian surat kabar di DPAD DIY terdapat dua jenis yaitu pelestarian fisik
dan informasi.
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pelestarian informasi surat kabar
dilakukan melalui sistem otomasi surat kabar. Informasi surat kabar dapat dijabarkan kedalam
unsur 5W1H, yaitu unsur gambar, judul, penulis, klasifikasi, what, who, where, why dan how.
Unsur ini dimaksudkan agar mempermudah temu balik informasi surat kabar.
Untuk menghindari kebakaran yang dapat mengancam keselamatan fisik surat kabar,
DPAD DIY Unit JLC sudah menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang berguna
untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran terjadi kebakaran.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, fasilitas penunjang kegiatan pelestarian surat
kabar di JLC DPAD DIY meliputi Air Conditioner perlu pemeliharan secara berkala, komputer
perlu peningkatan kapasitas penyimpanannya atau perlu disediakan server khusus penyimpanan
hasil alih media surat kabar, kamera dengan spesifikasi terbaru untuk pengambilan gambar surat
kabar.
3.8 Kegiatan Pelestarian Surat Kabar dari kerusakan lebih lanjut baik yang diakibatkan
faktor biota maupun abiota
Kegiatan pelestarian merupakan tindakan untuk menjaga surat kabar dari faktor kerusakan
ataupun bencana. Kegiatan pelestarian yang ada di DPAD DIY menjadi dua jenis yaitu
pelestarian fisik dan pelestarian informasi. Pelestarian fisik merupakan upaya pemeliharaan dan
perawatan dalam rangka menjamin keselamatan baik fisik yang terdapat pada surat kabar.
Sedangkan pelestarian informasi merupakan upaya penyelamatan nilai informasi dari ancaman
kerusakan lebih lanjut maupun bencana.
Informasi koran merupakan informasi unik yang tiada duanya karena koran memuat
informasi yang hanya terjadi pada masa saat suatu kejadian berlangsung, “Karena koran itu
informasi ter current dan unik dimana memuat segala informasi yang terjadi saat suatu kejadian
berlangsung , yang mungkin tidak dimuat dalam buku”. Mengingat pentingnya informasi surat
kabar maka perlu dilakukan kegiatan pelestarian guna menjaga keutuhan fisik ataupun nilai
informasi yang terkandung di dalam surat kabar tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan penulis bahwa, upaya penyelamatan surat
kabar lama hendaknya dilakukan secara berkesinambungan oleh DPAD DIY .
Upaya Penyelamatan dengan penjilidan surat kabar khusus Hasil Serah Simpan Karya Cetak dan
Karya Rekam perlu ditindaklanjuti dengan harapan agar amanah undang-undang KCKR dapat
terdokumentasi dengan baik.
Selain itu Sumber Daya Manusia yang tidak memiliki latar belakang ilmu preservasi perlu
dilakukan refreshing ilmu terkait preservasi dan konservasi, sehingga pelaksanaan pelestarian
surat kabar lebih maksimal.
Kegiatan pelestarian surat kabar di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY masih sederhana,
yaitu dilakukan dengan cara membersihkan debu yang ada dalam ruangan dan fisik serta
membersihkan dan Fumigasi.
Fasilitas yang digunakan penataan surat kabar kurang memadai, seperti ruang penyimpanan
yang kurang luas untuk menyimpan surat kabar dilihat dari kondisi surat kabar yang
tertumpuk, seharusnya terjajar dengan baik, rentannya bangunan lama perlu pembenahan /
direnovasi secara baik, dan pendingin ruangan yang perlu perawatan dan pemeliharaan secara
berkala. Faktor penghambat pelestarian surat kabar di DPAD DIY meliputi tidak adanya
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berlatar belakang pendidikan preservasi sehingga kurang
ahli dalam menjalankan pengelolaan khususnya pelestarian surat kabar, minimnya anggaran
untuk pelaksanaan pelestarian, serta fasilitas pelestarian kurang lengkap. Adanya kekurang
pahaman terkait anggaran preservasi yang terlalu tinggi sehingga menjadi kendala saat
perencanaan anggaran, terkadang ada persepsi pemborosan uang negara, tanpa melihat arti
penting sebuah informasi bersejarah.
Demikian Kajian ini dibuat sebagaimana mestinya sebagai pertanggungjawaban laporan.
Pustakawan