Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

“PERHITUNGAN STANDARISASI”
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah epidemiologi
Dosen Pengampu : Dr. Betty Yosephin, SKM., MKM

Oleh Kelompok 3 :

Aulia Putri Virnanda


Darmawati Santoso P0 5130221 058
Else Oktari
Hanifia Marzahra
Pitrah Tul Jannah
Rahyuniati Resa Putri

Kelas 2B

PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah perhitungan standarisasi. Terima
kasih kami ucapkan kepada Dr. Betty Yosephin, SKM., MKM yang telah membantu kami baik
secara moral maupun materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada tema-teman seperjuangan
yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar
penulis bisa menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bengkulu, September 2022

Penulis
Dafar isi
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mengetahui apakah angka kematian satu jenis penyakit di suatu negara lebih tinggi
atau lebih rendah dari negara lain, biasanya kita membandingkan angka kematian kasar pada
penyakit tertentu. Sehingga kita bisa mengukur apakah tingkat kematian di suatu negara
dapat menjadi tolak ukur tingkat kesehatan pada suatu negara dibandingkan di negara lain.
Angka kematian kasar banyak digunakan sebagai salah satu indeks kesehatan karena
perhitungannya yang mudah dibandingkan dengan angka kematian yang lain. Angka
kematian yang tinggi di suatu daerah belum tentu mempunyai derajat kesehatan yang lebih
rendah dibandingkan dengan derajat kesehatan daerah lain dengan angka kematian kasar
yang lebih rendah. Oleh karena itu untuk membandingkan derajat kesehatan dengan daerah
lain harus dilakukan standardisasi.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan


Bab 2
Pembahasan
A. pengertian standarisasi
Menurut Webb et al (2005) standardisasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menghasilkan ukuran yang digunakan untuk menghasilkan ukuran yang setara atau komparabel
antara beberapa populasi atau subgrup, dengan memperhitungkan kofounding utama, seperti
perbedaan umur dan sex pada komposisi populasi atau sub group yang berbeda.
Sedangkan menurut Rothman (2002) standardisasi adalah sebuah metode dengan
menggabungkan angka rata-rata kategori spesifik kedalam nilai kesimpulan tunggal dengan
mengambil rata-rata yang telah ditakar. Standardisasi menakar angka rata-rata spesifik kategori
dengan menggunakan hasil ukuran yang berasal dari populasi standar. Dengan kata lain,
standardisasi merupakan proses penakaran dari angka rata-rata dari dua atau lebih kategori
dengan susunan spesifik dari populasi yang menjadi takaran atau perbandingan. Oleh karena itu
hasilnya merupakan paket angka rata-rata yang terstandardisasi (standardized rates)."
Contoh :

Penentuan Populasi Standard

Pada standardisasi, angka kematian kasar yang telah di uraikan diatas menggunakan
populasi fiktif dan populasi hasil sensus sebagai populasi standard. Populasi yang
dapat dipergunakan sebagai populasi standard adalah:
a. Populasi sembarang yang tidak berbeda jauh dengan keadaan sesungguhnya (misalnya :
gabungan dari kedua populasi)
b. Populasi hasil sensus terakhir
c. Salah satu populasi yang akan dibandingkan
B. Standardisasi Langsung (Direct Standardization)

Standardisasi langsung atau direct standardization ialah standardisasi angka kematian dengan
menggunakan suatu populasi standard untuk mengaplikasikan angka kematian umur tertentu
(ASDR) dari masing-masing penduduk yang akan dibandingkan. Standardisasi langsung
menggambarkan apa yang akan terjadi dengan crude rate pada populasi studi jika distribusi dari
variabel yang dikontrol (misal: umur) sama dengan populasi standard.
 Data yang harus tersedia:
a. Specific rate herdasarkan variabel yang akan dikontrol pada populasi studi.
b. Distribusi variabel yang dikontrol pada populasi standard

Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur Populasi Standard dan Angka Kematian Menurut
Golongan Umur pada Populasi A dan B

Penjelasan :
Dari hasil perhitungan, terlihat bahwa setelah standardisasi, CDR daerah A lebih kecil daripada
daerah B, sedangkan sebelum standandisasi CDR daerah A lebih besar dibandingkan dengan
daerah B. Dengan demikian, jelas bahwa perbandingan CDR antara dua daerah tanpa
standardisasi akan menimbulkan kesimpulan yang bias.
C. 2. Standardisasi Tidak Langsung (Indirect Standardization)
Standardisasi tidak langsung atau indirect standardisation digunakan bila pada populasi
yang akan dibandingkan tidak terdapat angka kematian menurut golongan umur dan yang ada
hanya distribusi penduduk menurul golongan umur dan CDR. Standarisasi tidak langsung ialah
distribusi menurut golongan umur kedua populasi yang akan dibandingkan diterapkan pada
angka kematian menurut golongan umur populasi standard. Dengan cara demikian, angka
kematian menurut golongan umur populasi standard dan jumlah kematian yang diharapkan
terjadi bila kedua populasi memiliki angka kematian menurut golongan umur seperti populasi
standard yang dapat dihitung.
Hal-hal yang diperlukan:
a. Menggunakan populasi studi
b. Membutuhkan data komposisi umur sex dan total kematian/kasus dan rata-rata spesifik
berdasarkan umur/sex dan total rata-rata populasi standar.
c. Membutuhkan data total angka kematian kesakitan pada populasi studi dan jumlah populasi
pada setiap strata pada populasi studi.
Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Angka Kematian Daerah A dan B Angka
Kematian Menurut Golongan Umur Populasi Standard

Penjelasan:
Sebelum standardisasi :
 CDR daerah A= 17,80
 CDR daerah B=12,47
 Indeks kematian daerah A-20,0/33,68 0,56
 Indeks kematian daerah B-20.0/23,65-0,85
Setelah standardisasi :
 CDR daerah A = 17.80 x 0,56-9.97
 CDR daerah B-12,47 x 0,85-10.5
Sebelum standardisasi, CDR daerah A lebih besar daripada daerah B, tapi setelah
standardisasi temyata CDR daerah A lebih rendah dibandingkan dengan CDR daerah B. Hasil ini
sesuai dengan hasil perhitungan standardisasi langsung.
D. perbedaaan stadarisasi langsung dan tidak langsung

Anda mungkin juga menyukai