Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Memilih Judul

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang selalu berusaha untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, baik itu kebutuhan pokok maupun kebutuhan

lainnya. Apabila seseorang pada saat tertentu membutuhkan dana untuk

kepentingan mendesak sedangkan dia kekurangan dana, maka salah satu jalan

dengan cara meminjam uang atau berhutang kepada orang lain.

Keberadaan hutang piutang cukup diperlukan dalam kehidupan sehari-

hari, baik untuk memenuhi kebutuhan pokok, maupun untuk memenuhi

kebutuhan lainnya. Namun dalam kenyataannya, untuk memperoleh pinjaman

berupa uang tidaklah mudah, hal ini dikarenakan pihak pemberi pinjaman atau

kreditur tidak bersedia memberi pinjaman tanpa adanya kepastian tentang

pelunasan pinjaman tersebut. Oleh karena itu, biasanya pihak kreditur akan

meminta jaminan kepada pihak peminjam atau kreditur, sehingga kepastian

untuk pelunasan atau pinjaman yang telah diberikan.

Salah satu bentuk hak kebendaan untuk menjamin hutang yang

obyeknya benda bergerak ialah gadai. Adapun ketentuan mengenai gadai

sendiri diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160. Benda-benda yang

1
2

digadaikan menyangkut benda-benda bergerak maka ketentuan pasal-pasal

tersebut dinyatakan masih berlaku.

Gadai diperjanjikan dengan maksud untuk memberikan jaminan atas

suatu kewajiban prestasi tertentu, yang pada umumnya tidak selalu merupakan

perjanjian hutang piutang dan karenanya dapat diketahui bahwa perjanjian

gadai mengabdi kepada perjanjian pokoknya atau perjanjian gadai tersebut

merupakan perjanjian yang bersifat accessoir. Pada prinsipnya, barang gadai

dapat dipakai untuk menjamin setiap kewajiban prestasi tertentu.1

Masyarakat yang menggadaikan barang berharga miliknya di PT

Pegadaian akan mendapatkan bukti berupa Surat Bukti Kredit (SBK) dan

mereka akan menerima uang. Bagi masyarakat yang menggadaikan barangnya

di pegadaian maka secara tidak langsung telah melakukan kesepakatan berupa

perjanjian gadai. Perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang lain atau lebih.

Perjanjian dengan demikian mengikat para pihak secara hukum, untuk

mendapatkan hak atau melaksanakan kewajiban. Perjanjian memberikan

kepastian bagi penyelesaian wanprestasi, dan perjanjian ditujukan untuk

memperjelas hubungan hukum.

_______________________
1
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Lembaga Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 2001, hlm. 501-502.
3

Cara kerja PT Pegadaian yang mendasarkan pada perjanjian itu, secara

tegas telah diatur dalam Pasal 1754–1769 KUH Perdata. Surat Keputusan

Direksi PT. Pegadaian Nomor SM.2/1/29 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja

PT Pegadaian tertanggal 27 Oktober 1990, surat keputusan direksi tersebut

pada Pasal 3 menegaskan bahwa PT Pegadaian bertujuan turut melaksanakan

dan menunjang pelaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan

pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman

atas dasar hukum gadai, dan mencegah praktek ijon pegadaian gelap, riba dan

pinjaman tidak wajar lainnya yang sebagaimana tercantum dalam Keputusan

Menteri Keuangan No. Kep.39/MK/6/1/1971.

Untuk sahnya suatu perjanjian gadai, pemberi gadai haruslah seorang

yang berwenang menguasai bendanya. Benda itu bisa dipegang oleh kreditur

penerima gadai yang selanjutnya disebut sebagai kreditur pemegang gadai

atau oleh pihak ketiga, yaitu pihak ketiga pemegang gadai karena benda gadai

ada ditangan pemegang gadai, seakan-akan benda gadai ada di dalam

genggaman pemegang gadai, jadi benda gadai pada asasnya ada dalam

kekuasaan pemegang gadai.

Jika pemegang gadai beritikad baik, ia dilindungi terhadap pemberi

gadai yang tidak berwenang menguasai itu. Ukuran dari itikad baik di sini

______________________
2
I Ketut Artadi Dan I Dewa Nym. Rai Asmara Putra, Implementasi Ketentuan-
ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak, Denpasar: Udayana University
Press, 2010, hlm. 28.
4

ialah bahwa pemegang gadai adalah pemilik sebenarnya dan hak pemberi

gadai itu tidak disanksikan. Kreditur mendapat perlindungan karena hak-hak

tersebut kreditur akan merasa terjamin dalam pemenuhan piutangnya.

PT. Pegadaian dalam menangani barang gadaian milik debitur atau

nasabah tidak selamanya berjalan dengan lancar. Seperti barang jaminan gadai

milik nasabah menjadi rusak bahkan hilang dalam penyimpanan karena alasan

force majeure (bencana alam) atau juga dikarenakan kelalaian dari pihak PT

Pegadaian tersebut. Sebaliknya, masih banyak ditemukan nasabah yang tidak

mampu membayar angsuran kreditnya seperti yang telah ditentukan dalam

perjanjian kepada PT. Pegadaian sehingga dikatakan wanprestasi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti lebih jauh dan

menguraikannya lebih lanjut menjadi bentuk skripsi dengan judul “

PERJANJIAN ANTARA NASABAH DENGAN PT. PEGADAIAN

(PERSERO) DALAM HAL TABUNGAN EMAS DI PEGADAIAN (STUDI

KASUS PEGADAIAN TAMIANG LAYANG) “.

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui perjanjian antara nasabah dengan PT. Pegadaian dalam

hal tabungan emas dalam kaitannya dengan KUH Perdata di Pegadaian

Tamiang Layang.
5

2. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa wanprestasi dalam hal tabungan

emas di pegadaian Tamiang Layang.

Selanjutnya kegunaan penelitian ini adalah untuk :

1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat luas tentang

perjanjian antara nasabah dengan PT. Pegadaian dalam hal tabungan emas

dalam kaitannya dengan KUH Perdata di Pegadaian Tamiang Layang.

2. Untuk menambah wawasan para mahasiswa ilmu hukum pada khususnya

dan para akademisi dalam meneliti tentang perjanjian antara nasabah

dengan PT. Pegadaian dalam hal tabungan emas dalam kaitannya dengan

KUH Perdata di Pegadaian Tamiang Layang.

3. Sebagai bahan masukan bagi para praktisi di dalam mempraktekkan ilmu

perjanjian antara nasabah dengan PT. Pegadaian dalam hal tabungan emas

dalam kaitannya dengan KUH Perdata di Pegadaian Tamiang Layang.

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Perumusan dan pembatasan masalah di dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana perjanjian antara nasabah dengan PT. Pegadaian dalam hal

tabungan emas dalam kaitannya dengan KUH Perdata di Pegadaian

Tamiang Layang ?
6

2. Bagaimana penyelesaian sengketa wanprestasi dalam hal tabungan emas

di pegadaian Tamiang Layang ?

D. Metode dan Teknik Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penulisan yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah

Metode Penulisan hukum normatif yaitu mengkaji mengenai penelitian

hukum dengan cara kepustakaan.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan

undang-undang (statute approach).

3. Sifat Penelitian

Sifat yang digunakan deskriptif analisis, yakni dengan

menggambarkan masalah yang diangkat untuk selanjutnya dilakukan

analisis untuk mencapai kesimpulan.

4. Sumber Data

(1) Data primer yaitu berupa wawancara dengan pihak terkait dalam hal

ini adalah pihak PT. Pegadaian Cabang Tamiang Layang sebagai

berikut :

(2) Data sekunder

Yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan data primer dan dapat

membantu menganalisis dan memahami data primer, misalnya Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan Surat Keputusan


7

Direksi PT. Pegadaian Nomor SM.2/1/29 Tentang Organisasi Dan

Tata Kerja PT Pegadaian rancangan perundang-undangan, hasil karya

ilmiah para sarjana, hasil-hasil penelitian, jurnal dan sebagainya. 3

(3) Data tersier

Yaitu bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi

petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan Hukum Primer dan

bahan Hukum Sekunder.

5. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum

Setelah semua bahan hukum terkumpul, selanjutnya diolah dan

dianalisis, dimana data primer dianalisis secara empirik, sedangkan data

sekunder dilakukan penelaahan dengan mengacu pada peraturan yang

mendasari permasalahan, data tersier dilakukan penelaahan dengan

mengacu terhadap peraturan yang mendasari permasalahan. Data tersier

dilakukan penelaahan dengan mengacu kepada petunjuk yang mampu

menjelaskan tentang istilah-istilah, pengertian-pengertian serta

pemaknaannya.

E. Sistematika Penulisan

Agar mendapatkan gambaran mengenai arah dan ruang lingkupnya,

maka perlu dibuat sistematika dari penulisan hukum tersebut. Penulis telah

menyiapkan sistematika penulisan hukum secara garis besar sebagai berikut:


__________________________________
8

3
Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia
Press., Jakarta, 1986, hlm. 75
BAB I Pendahuluan, Bab ini berisi Alasan Memlih Judul, Tujuan dan

Kegunaan Penelitian, Perumusan dan Pembatasan Masalah, Metode dan

Teknik Penulisan, Sistematika Penelitian.

BAB II Landasan Teoritis dan Yuridis mengenai perjanjian Gadai dan

Tabungan Emas yang terdiri dari Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian

Gadai, Hak dan Kewajiban Pemberi dan Penerima Gadai, Pengertian

Tabungan Emas di Pegadaian dan Prosedur Tabungan Emas di Pegadaian.

BAB III Analisis Masalah Perjanjian Antara Nasabah Dengan PT.

Pegadaian (Persero) Dalam Hal Tabungan Emas Di Pegadaian (Studi Kasus

Pegadaian Tamiang Layang) yang membahas masalah perjanjian antara

nasabah dengan PT. Pegadaian dalam hal tabungan emas dalam kaitannya

dengan KUH Perdata di Pegadaian Tamiang Layang dan masalah

penyelesaian sengketa wanprestasi dalam hal tabungan emas di pegadaian

Tamiang Layang.

BAB IV Penutup, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan

yang dapat ditarik dari penelitian oleh penulis, dan saran-saran yang berkaitan

dengan penulisan ini.

Anda mungkin juga menyukai