Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………... 2
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….. 5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………. 5

BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Konsep Lelang……………………………………………………………………….. 6
2.2.1 Jenis Lelang……………………………………………………………………. 8
2.2.2 Asas Lelang……………………………………………………………………. 12
2.2.3 Sifat Lelang…………………………………………………………………….. 13
2.2.4 Risalah Lelang………………………………………………………………….. 14
2.2.5 Fungsi Lelang…………………………………………………………………... 15
1.2. Pengertian Gadai……………………………………………………………………. 17
1.3. Lelang melalui Pegadaian…………………………………………………………… 19
1.4. Perlindungan Hukum………………………………………………………………… 21
1.5. Mekanisme…………………………………………………………………………… 24

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di zaman yang semakin berkembang dan maju seperti saat ini dalam memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat yang trus meningkat berpengaruh pada sistem perekonomian masyarakat. Setiap orang
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik itu kebutuhan primer, sekunder maupun tersier, apabila
untuk memenuhi kebutuhan itu mengalami kekurangan atau dalam keadaan mendesak dan mendadak
memerlukan dana, maka akan mengambil salah satu jalan yaitu dengan berhutang atau meminjam
ketempat lain. Keberadaan hutang piutang cukup diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk
memenuhi kebutuhan primer, sekunder maupun tersier.

Namun dalam kenyataannya, untuk memperoleh pinjaman berupa uang tidaklah mudah, hal ini
dikarenakan pihak pemberi pinjaman atau kreditur tidak bersedia memberi pinjaman tanpa adanya
kepastian tentang pelunasan pinjaman tersebut. Oleh karena itu, biasanya pihak kreditur akan
meminta jaminan kepada pihak peminjam atau debitur, sehingga ada kepastian untuk pelunasan atau
pinjaman yang diberikan nantinya. Dalam Undang- Undang Nomor 19 tahun 2003 Tentang Badan
Usaha Milik Negara mengatur fungsi dan peran dari BUMN salah satunya yaitu berperan dalam
perkembangan ekonomi rakyat melalui PERUM Pegadaian kini berubah menjadi PT. Pegadaian. PT.
Pegadaian (Persero) merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank yang bergerak di bidang jasa
penyaluran pinjaman uang kepada masyarakat atas dasar hukum gadai dengan jaminan benda
bergerak. Setiap nasabah yang memberikan barang jaminan untuk digadaikan di PT. Pegadaian
(Persero) dianggap sebagai pemilik sebenarnya barang tersebut, hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal
1977 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).1

Tujuan utama adanya pegadaian sebagai lembaga keuangan bukan bank adalah upaya khusus
untuk menumpas segala macam praktek pinjam-meminjam yang tidak diinginkan seperti ijon, rentenir
atau pihak lain yang memberikan pinjaman tidak wajar dengan bunga yang sangat tinggi dan
merugikan rakyat kecil. Peranannya tetap penting dimasa depan terutama sebagai akibat kebutuhan
ekonomis dan finansial dalam masyarakat yang mendesak akan uang tunai dari golongan
berpenghasilan rendah dengan tata cara pemberian pinjaman sederhana . 2

1
Surya Bratha, Aditya; Ketut Dunia, Ngakan; Sukranatha, A.A. Ketut. Perjanjian Gadai Yang Dijamin
Dengan Barang Yang Berasal Dari Hasil Kejahatan : Studi Pada Pt. Pegadaian (Persero) Cabang Sesetan.
Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum, [S.l.], v. 5, n.2 april 2016. ISSN 2303-0569.
<https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/19810>, diakses pada tanggal 16 Oktober 2023
2
Hermawan Cavalera, Arick; Surya Dharma Jaya, Ida Bagus; Dedy Priyanto, I Made. Implementasi
Penguasaan Obyek Gadai (Motor) Di Lembaga Pegadaian Denpasar. Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum,
[S.L.], Feb. 2014. Issn 2303-0569. <Https://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Kerthasemaya/Article/View/8098>.
Diakses Pada Tanggal 16 Oktober 2023.

2
Istilah gadai berasal dari terjemahan dari kata pand (Bahasa belanda) atau pledge atau pawn
(bahasa inggris).3 Secara umum pengertian gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang
berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang akan dijaminkan
akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai. 4 Dalam
menjalankan usaha gadai kepada Masyarakat. 5 PT. Pegadaian (Persero) selaku pemegang jaminan
gadai harus berhati-hati dan harus memiliki perlindungan hukum yang baik agar jika sewaktu-waktu
nasabah wanprestasi agar PT. Pegadaian (Persero) dapat menangani dan tidak mengalami kerugian.
Setelah diberi peringatan terlebih dahulu dan tidak diindahkan maupun melakukan perpanjangan
maka Pegadaian berhak mengambil pelunasan piutangnya dengan cara melelang barang jaminan gadai
uang berada dibawah kekuasaannya. Lelang berdasarkan Pedoman Operasioanal.

Dalam kegiatan sehari-hari, uang selalu saja dibutuhkan untuk membeli atau membayar berbagai
keperluan. Dan yang menjadi masalah terkadang kebutuhan yang ingin dibeli tidak dapat dicukupi
dengan uang yang dimilikinya. Kalau sudah demikian, maka mau tidak mau kita mengurangi untuk
membeli berbagai keperluan yang dianggap tidak penting, namun untuk keperluan yang sangat
penting terpaksa harus dipenuhi dengan berbagai cara seperti meminjam dari berbagai sumber dana
yang ada.6

Jika kebutuhan dana jumlahnya besar, maka dalam jangka pendek sulit untuk dipenuhi, apalagi
jika harus dipenuhi lewat lembaga perbankan. Namun, jika dana yang dibutuhkan relatif kecil tidak
jadi masalah, karena banyak tersedia sumber dana yang murah dan cepat, mulai dari pinjaman ke
tetangga, tukang ijon, sampai ke pinjaman dari berbagai lembaga keuangan lainnya. 7
Dalam realitas sosial ekonomi masyarakat kerap ditemukan kondisi masyarakat yang memiliki
harta dalam bentuk selain uang tunai dan pada saat yang sama, yang bersangkutan mengala mi
kesulitan likuiditas hingga membutuhkan dana dalam bentuk tunai. Pilihan transaksi yang sering
digunakan oleh masyarakat yang menghadapi masalah ini adalah menggadaikan barang-barang yang
berharga.8
Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai. Lembaga semacam ini pada
awalnya berkembang di Italia, yang kemudian dipraktikkan di wilayah-wilayah Eropa lainnya,
misalnya, Inggris dan Belanda. Sistem gadai tersebut memasuki Indonesia dibawa dan dikembangkan
oleh orang Belanda (VOC).9
3
Titik Triwulan Tutik, 2008, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana Jakarta, h. 33.
4
Kasmir, 2010, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Raja Grapindo Persada, Jakarta, h. 262.
5
Lingga Mahasaskara Suarta, Putu; Marwanto, Marwanto; Sri Indrawati, Anak Agung. Pelaksanaan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor31/Pojk.05/2016 Terhadap Kerusakan Barang Jaminan Debitur Yang Dikuasai
Oleh Koperasi Karisma Perkasa Kabupaten Klungkung. Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum, [S.L.], Jan.
2018. Issn 2303-0569. <Https://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Kerthasemaya/Article/View/37214>. Diakses Pada
Tanggal 16 Oktober 2023
6
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 261
7
Ibid, h. 261-262
8
Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h.275.
9
Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional, ( Jakarta: Universitas Indonesia, 2005), h. 123

3
Gadai adalah menahan salah satu harta milik seseorang (peminjam) sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian
pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya.10
Pegadaian sebetulnya bergerak dibidang jasa gadai. Namun pada perkembangannya selalu ada
saja nasabah yang tidak mampu menebus barang yang digadaikan. Barang yang digadaikan dijual
oleh pegadaian dengan cara dilelang. Oleh karena itu di pegadaian selalu diadakan acara lelang
dengan periode tertentu.11
Lembaga pegadaian melaksanakan kegiatan usaha penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum
gadai. Apabila pemilik barang (Ra>hin) tetap tidak dapat melunasi hutangnya atau tidak mampu
menebus barangnya sampai habis jangka waktu yang telah ditentukan, maka pihak pegadaian berhak
untuk melelang barang jaminan tersebut sesuai syariah dan mengikuti ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.12
Lelang merupakan salah satu lembaga hukum yang mempunyai fungsi menciptakan nilai dari
suatu barang menjadi uang dengan nilai yang objektif. 13 Lelang adalah penjualan barang dimuka
umum yang didahului dengan upaya pengumpulan peminat melalui pengumuman yang dilakukan oleh
dan dihadapan pejabat lelang dengan pencapaian harga yang optimal melalui cara penawaran lisan
naik-naik atau turun-turun dan atau tertulis. Jenis lelang dibedakan berdasarkan sebab barang dijual
dan penjual dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang. Sifat lelang ditinjau dari sudut
sebab barang dilelang dibedakan antara lain lelang eksekusi, lelang non eksekusi suka rela, dan lelang
non eksekusi wajib.14
Lelang dalam pasal 1 angka 1 peraturan Menteri keuangan nomor 93/PMK.06/2010 tentang
petunjuk pelaksanaan lelang sebagaimana diubah dengan peraturan Menteri keuangan nomor
106/PMK.06/2013 didefinisikan sebagai bentuk penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan
penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai
harga tertinggi, yang di dahului dengan pengumuman lelang.15
Ada dua cara yang digunakan dalam sistem lelang yaitu lelang terbuka dan tertutup. Lelang
tertutup adalah lelang yang dilakukan dimana peminat mengajukan harga untuk properti yang ia
minati didalam amplop tertutup atau dirahasiakan. Dalam sistem lelang tertutup harga penawar
tertinggi tidak diketahui. Pemenang baru diketahui setelah proses penawaran selesai dilakukan dan

10
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 64.
11
Nizar Rassi, Pegadaian, PT. Balai Lelang Artha Gasia. http://www.arthagasia.com. Diakses pada tanggal 17
Oktober 2023
12
Muhammad, Audit dan Pengawasan Syariah pada Bank Syariah,(Yogyakarta: UII Press, 2011), h. 101-102.
13
Rachmadi Usman , Hukum Lelang ,Sinar Grafika, 2017, hlm,10
14
Purnama Tioria Sianturi, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui
Lelang, (Bandung: Mandar Maju, 2013), h. 54-56.
15
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015) Hal.21

4
hasilnya diumumkan. Lelang terbuka adalah lelang yang diadakan oleh balai lelang dimana peminat
properti dikumpulkan di suatu tempat untuk mengikuti lelang.16

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni:
1. Bagaimanakah proses lelang melalui pegadaian?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pemenang lelang?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses lelang melalui pegadaian.
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pemenang lelang.

16
Blonto Interisti, Lelang Terbuka dan Tertutup Rumah BTN, http://rumah-btn.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 18 Oktober 2023

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Lelang
2.1.1 Pengertian Lelang
Istilah lelang pertama kali semarak di negara Belanda yang dalam Bahasa belanda bisa
disebut vendu, sedangkan dalam Bahasa inggris istilah lelang disebut dengan Auction yang
berarti lelang atau penjualan dimuka umum yang mana dalam pelaksaannya terjadi fluktuasi
harga secara meningkat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian lelang
adalah penjualan di hadapan orang banyak dengan tawaran yang terus semakin naik dan dengan
dipimpin oleh pejabat lelang.
Lelang termasuk salah satu bentuk jual beli, akan tetapi ada perbedaan secara umum. Jual
beli ada hak memilih, boleh tukar menukar di muka umum dan sebaliknya, sedangkan lelang
tidak ada hak memilih, tidak boleh tukar menukar di depan umum, dan pelaksanaannya
dilakukan khusus di muka umum.
Pengertian lelang sesuai dengan peraturan menteri keuangan No.27/PMK.06/2016 tentang
pedoman pelaksanaan lelang dalam pasal 1 “Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk
umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/ atau lisan yang semakin meningkat atau
menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.
Ada berbagai pengertian lelang yang diberikan oleh pakar lelang, seperti yang dikutip dari
FX. Ngadijarno, Nunung Eko Laksito dan Isti Indrilistiani (2006), yaitu :
1. Polderman sebagaimana dikutip oleh Sutardjo (1997) dalam makalahnya menyebutkan
Penjualan Umum adalah :
Alat untuk mengadakan perjanjian atau persetujuan yang paling menguntungkan untuk si
penjual dengan cara menghimpun para peminat. Dalam definisi lelang yang diberikan
Polderman tersebut titik beratnya pada menghimpun para peminat (pengumuman lelang).
Dengan demikian, ada tiga syarat untuk lelang yang diberikan Polderman, yaitu:
a. Penjualan harus selengkap mungkin;
b. Ada kehendak mengikat diri;
c. Pihak lainnya (pembeli) yang akan mengadakan/melakukan perjanjian tidak dapat
ditunjuk sebelumnya
2. M.T.G. Meulenberg, seorang Ahli Lelang Belanda dari Department of Marketing and
Agricultural Market Research, University of Wageningen, dalam paper Auction in
Netherlands Experiences and Developments, berpendapat bahwa :
“Auction is an intermediary between buyers and sellers, their main objective is price
discovery”.
3. Wennek, Balai Lelang Rippon Boswell and company Swiss, berpendapat bahwa:

6
“An Auction is a system of selling to the public, a number of individual items, one at a
time, commancing at a set time on a set day. The Auctioneer conducting the auction
invites offer of prices for the item from the attenders.”
4. Christoper L. Allen, Auctioneer dari Australia, berpendapat bahwa :
“The sale by auctions involves an invitation to the public for the purchase of real or
personal property offered for sale by making successive increasing offers until, subject
to the seller reserve price the property is knock down to the highest bidder.”
Pengertian lelang sendiri terdapat dalam Pasal 1 Angka 1 Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang
menyebutkan “lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga
tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang. 17 Dalam pelaksanaan lelang, penjual
bertanggungjawab terhadap keabsahan barang dan dokumen persyaratan lelang serta
bertanggungjawab atas tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul karena ketidakabsahan
barang dan dokumen persyaratan lelang.18 Pemenang/Pembeli Lelang adalah peserta lelang yang
mengajukan penawaran tertinggi yang melampaui nilai limit yang disahkan oleh pejabat
Lelang.19
Jadi Pengertian lelang tidak hanya disebutkan dalam peraturan pelaksana dari Vendu
Reglement, namun juga disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
304/KMK.01/2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang berbunyi:
Penjualan barang yang terbuka untuk umum baik secara langsung maupun melalui media
elektronik dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis yang didahului dengan
usaha mengumpulkan peminat, namun juga harus dilakukan dengan campur tangan/dihadapan/di
depan Pejabat Lelang dan untuk setiap pelaksanaan lelang harus dibuat berita acara tersendiri
(Risalah Lelang) oleh Pejabat Lelang yang melaksanakan lelang.
Demikian pengertian lelang di atas, maka terdapat unsur-unsur yang melekat pada
pengertian lelang yaitu :
1. Penjualan barang
2. Dilakukan di hadapan umum dengan cara mengumumkannya melalui media massa
3. Pembeli belum diketahui sebelumnya
4. Penawar dengan harga tertinggi akan ditunjuk sebagai pembeli
5. Dilakukan dengan cara penawaran yang khusus

17
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk Pelaksanaa
Lelang, Pasal 1 Angka 1.
18
Isti Indri Listiani, Modul Pengetahuan Lelang: Penghapusan Barang Milik Negara, Pusat Pendidikan dan
Latihan Keuangan Umum Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen Keuangan,Jakarta, 2007,
hlm.23.
19
F.X. Ngadijarno, Nunung Eko Laksito, dan Isti Indri Listiani, Lelang: Teori dan Praktik. Badan Pendidikan
dan Pelatihan Keuangan Departemen Keuangan, Jakarta, hlm.58

7
6. Dilakukan pada suatu saat dan tempat tertentu
Lelang termasuk perjanjian bernama (nominaat/perjanjian khusus (benoemd), karena
mempunyai nama sendiri “lelang” yang diatur dan diberi nama oleh pembentuk Undang-Undang,
yaitu dalam Vendu Reglement. Lelang tidak secara khusus diatur dalam KUHperdata tetapi
termasuk perjanjian bernama diluar KUHperdata. Pasal 1319 membedakan perjanjian atas
perjanjian bernama (nominaat) dan perjanjian tidak bernama (innominaat) atau perjanjian khusus
(benoemd) dan perjanjian umum (onbenoemd). Lelang dikenal sebagai suatu perjanjian yang
termasuk jual beli dalam Civil Law maupun dalam Common Law.20
Lelang termasuk perjanjian bernama (nominaat/perjanjian khusus (benoemd), karena
mempunyai nama sendiri “lelang” yang diatur dan diberi nama oleh pembentuk Undang-Undang,
yaitu dalam Vendu Reglement. Lelang tidak secara khusus diatur dalam KUHperdata tetapi
termasuk perjanjian bernama diluar KUHperdata. Pasal 1319 membedakan perjanjian atas
perjanjian bernama (nominaat) dan perjanjian tidak bernama (innominaat) atau perjanjian khusus
(benoemd) dan perjanjian umum (onbenoemd). Lelang dikenal sebagai suatu perjanjian yang
termasuk jual beli dalam Civil Law maupun dalam Common Law.21

2.1.2 Jenis Lelang


Menurut PMK nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Pelaksanaan lelang, jenis lelang berbeda
satu sama lain sesuai dengan kategorinya, namun secara garis besar, dapat di kelompokan sebagai
berikut:
a. Lelang Eksekusi
Menurut M. Yahya H. (1991: 1), Merupakan Tindakan hukum yang di lakukan oleh
pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara, merupakan aturan tata cara suatu
proses pemeriksaan berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara perdata.
1. Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)
Lelang eksekusi panitia urusan piutang negara (PUPN) adalah pelayanan lelang yang
diberikan kepada panitia urusan piutang negara (PUPN)/ Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara (BUPLN) dalam rangka proses penyelesaian pengurusan piutang negara
atas barang jaminan atau barang sitaan milik penanggung hutang yang tidak membayar
hutangnya kepada negara berdasarkan UU No. 49 tahun 1990 tentang Panitia
Pengurusan Piutang Negara. Lelang benda jaminan di lakukan oleh BPUN yang hasil
lelang dari benda-benda jaminan si debitur kepada badan pemerintah atau kepada
BUMD, dan sebagainya.
2. Lelang Eksekusi Pengadilan Negeri

20
T. Purnama Tioria Sianturi, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui
Lelang, Mandar Madju, Bandung, 2013, hlm. 1.
21

8
Lelang eksekusi pengadilan negri (PN)/ pengadilan agama (PA) adalah lelang yang
diminta oleh panitia PN/PA untuk melaksanakan keputusan hakim pengadilan yang
telah berkekuatan pasti, khususnya dalam rangka perdata, termasuk lelang hak
tanggungan, yang oleh pemegang hak tanggungan.
3. Lelang Eksekusi Pajak (Pajak Pemerintah Pusat/Daerah)
Lelang sita pajak adalah lelang atas sitaan pajak sebagai tindak lanjut penagihan
piutang pajak terhadap negara baik pajak pusat maupun pajak daerah. Dasar hukum
dari pelaksaan lelang ini adalah Undang-Undang No. 19 Tahun 1997 Tentang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Dalam praktek, lelang sita pajak lebih sering
semacam shock therapy bagi para wajib pajak, agar mereka segera membayar pajak
tunggakan yang terhutang. Lelang dari benda sitaan pajak, yaitu harta kekayaaan wajib
pajak yang disita oleh juru sita pajak, kemudian dilelang, hasilnya digunakan untuk
melunasi pajak yang terutang dan disetor dalam kas negara, sedangkan lebihnya harus
dikembalikan kepada wajib pajak. Lelang eksekusi pajak ini tetap dapat dilaksanakan
tanpa dihadiri oleh penanggung pajak.
4. Lelang Eksekusi Harta Pailit
Lelang eksekusi harta pailit adalah Lelang yang dilakukan oleh pejabat lelang kelas I
atas perintah putusan Pengadilan Niaga yang dinyatakan Pailit, dalam hal adanya
gugatan terhadap suatu Badan Hukum telah diminta fiat (persetujuan resmi) eksekusi
kepada ketua pengadilan (termasuk Perseroan) dimana debitur tidak dapat
membayar utang-utangnya terhadap kreditur.
5. Lelang Eksekusi Barang temuan, sitaan, dan rampasan
Lelang barang temuan adalah barang-barang yang ditemukan oleh penyidik dan telah
diumumkan dalam jangka waktu tertentu tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya.
Barang temuan kebanyakan berupa hasil hutan yang disita oleh penyidik tetapi tidak
ditemukan tersangkanya dan telah diumumkan secara patut, tetapi tidak ada yang
mengaku sebagai pemiliknya. Lelang barang sitaan adalah lelang terhadap barang-
barang yang disita sebagai barang bukti sitaan perkara pidana yang karena
pertimbangan sifatnya cepat rusak, busuk, dan berbahaya atau biaya penyimpanannya
terlalu tinggi, dijual mendahului keputusan pengadilan berdasarkan pasal 45 Kitab
Undang-Undang Acara Pidana setelah mendapatkan izin dari ketua pengadilan tempat
perkara berlangsung. Uang hasil lelang dipergunakan sebagai bukti dalam perkara.
Lelang barang rampasan adalah Lelang benda yang berasal dari rampasan suatu perkara
pidana dan lelang benda rampasan itu hasilnya disetorkan pada kas negara sebagai hasil
penerimaan APBN.

9
6. Lelang Eksekusi Jaminan Fidusia
Lelang eksekusi jaminan fidusia adalah lelang terhadap objek fidusia karena debitor
cedera janji atau wanprestasi, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang nomor 42
Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. Dalam hal ini kreditor tidak perlu meminta fiat
(persetujuan resmi) eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri apabila akan menjual secara
lelang barang jaminan kredit yang diikat fidusia, jika debitor cedera janji atau
wanprestasi.
7. Lelang Eksekusi Barang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Lelang eksekusi barang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (barang tak bertuan) dapat
diadakan terhadap barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai Negara
dan barang yang menjadi milik Negara yang merupakan pengelompokan menurut
Direktorat Bea dan Cukai. Lelang barang tak bertuan dimaksudkan untuk menyebut
lelang yang dilakukan terhadap barang yang dalam jangka waktu yang ditentukan tidak
dibayar bea masuknya.
b. Lelang Non-Eksekusi Wajib
Merupakan lelang barang inventaris instansi pemerintah pusat/daerah dalam rangka
penghapusan barang milik/dikuasai negara yang dilaksanakan atas permintaan pihak yang
menguasai atau memiliki suatu barang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
harus dijual secara lelang.
Barang yang dimiliki negara adalah barang yang pengadaannya bersumber dari dana yang
berasal dari APBN, APBD, serta sumber-sumber lainnya atau barang yang nyata-nyata
dimiliki negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Lelang Non-Eksekusi Sukarela
1. Lelang Sukarela Barang Milik Swasta
Lelang sukarela/swasta adalah jenis pelayanan lelang atas permohonan Masyarakat
secara sukarela. Jenis pelayanan ini sedang dikembangkan untuk dapat bersaing dengan
berbagai bentuk jual beli individual/ jual beli biasa yang dikenal di masyarakat. Lelang
sukarela yang saat ini sudah berjalan antara lain lelang barang seni seperti carpet dan
lukisan, serta lelang sukarela yang diadakan Balai Lelang.
2. Lelang Sukarela aset BUMN/BUMD berbentuk Persero
Pasal 37 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1998 tentang Perusahaan
Perseroan (Persero) mengatur, bagi persero tidak berlaku Instruksi Presiden Nomor
1970 tentang Penjualan dan/atau Pemindahtanganan Barang-barang yang
dimiliki/dikuasai negara, yang harus melalui Kantor Lelang. Dalam penjelasan Pasal 37
dinyatakan guna memberikan keleluasaan pada Persero dan Persero Terbuka dalam
melaksakan usahanya, maka penjualan dan pengalihan barang yang dimiliki/dikuasai
Negara, dinyatakan tidak berlaku. Persero tidak wajib menjual barangnya melalui

10
lelang atau dapat menjual barang asetnya tanpa melalui lelang. Jika persero memilih
cara penjualan lelang, maka lelang tersebut termasuk jenis lelang sukarela.
d. Lelang Online
Lelang secara online dilaksanakan dengan penawaran secara tertulis tanpa kehadiran peserta
lelang melalui Aplikasi Lelang Email (ALE). ALE dapat dibuka pada alamat domain
https://www.lelangdjkn.kemenkeu.go.id dengan tata cara sebagai berikut:
1. Peserta lelang harus sign in (bagi yang sudah pernah mendaftar) atau sign up (bagi yang
belum pernah mendaftar) pada alamat domain tersebut untukmmendaftarkan username
dan password masing- masing. Ada beberapa data yang harus dilengkapi dalam proses
registrasi tersebut sehingga email yang didaftarkan harus valid.
2. Peserta lelang akan memperoleh kode aktivasi yang dikirim ke alamat email masing-
masing. Kode aktivasi digunakan untuk mengaktifkan username.
3. Setelah aktif, peserta lelang memilih jenis objek lelang pada katalog yang tersedia.
4. Setelah memastikan jenis objek lelang yang dipilihnya, peserta lelang diwajibkan untuk
mendaftarkan nomor identitas KTP dan NPWP serta menggunggah softcopy nya, dan
juga mendaftarkan nomor rekening bank atas nama peserta lelang guna kepentingan
pengembalian uang jaminan bagi peserta yang tidak ditunjuk sebagai pemenang.
5. Peserta lelang akan memperoleh nomor Virtual Account (VA) atau nomor rekening
sebagai tujuan penyetoran uang jaminan lelang. nomor VA dapat dilihat dalam menu
“Status Lelang” pada ALE sesuai username masing-masing.
6. Peserta lelang harus menyetorkan uang jaminan sesuai dengan jumlah/nominan yang
telah disaratkan penjual dan paling lambat 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan lelang.
7. Penyetoran uang jaminan lelang ditujukan ke nomor VA masing-masing peserta lelang
dan dapat dilakukan melalui berbagai jalur sperti ATM, sms- banking, i-banking dan
teller bank.
8. Setelah uang jaminan diterima di rekening penampungan penjual dan peserta lelang
dinyatakan bersih dari daftar pihak yang dikenai sanksi tidak diperbolehkan mengikuti
lelang, maka peserta lelang akan memperoleh kode token yang akan digunakan untuk
menawar objek lelang yang dikirimkan ke email masing-masing.
9. Penawaran diajukan dengan cara menekan tombol “tawar (bid)” dalam menu “status
lelang” pada ALE. Penawaran dapat diajukan berkali-kali sampai batas waktu
penawaran ditutup.
10. Setelah penawaran lelang berakhir, seluruh penawaran lelang direkapitulasi oleh ALE
dan dapat dilihat oleh peserta lelang pada ALE. Seluruh peserta lelang (baik pemenang
maupun peserta lelang) akan mendapatkan informasi melalui email masing-masing
mengenai hak dan kewajibannya.

11
11. Pelunasan kewajiban pembayaran lelang oleh pembeli dilakukan paling lama 5 (lima)
hari kerja setelah pelaksanaan lelang, sedangkan pengembalian uang jaminan peserta
lelang yang tidak ditunjuk sebagai pemenang dilakukan saat itu juga. Setiap pelunasan
dan pengembalian uang jaminan ditujukan ke nomor VA masing-mamsing.
Dalam hal Balai Lelang yang bertindak sebagai penjual, makan syarat dan ketentuan
ditentukan oleh Balai Lelang tersebut yang dapat dilihat di website masing-masing Balai Lelang.
Sedangkan untuk prosedur ataupun tata cara pelaksanaannya sama seperti tata cara pelaksanaan
lelang online oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Dan untuk barang
yang berada diluar kedudukan pembeli lelang maka pengirimannya dilakukan sesuai permintaan
pembeli dimana seluruh biaya ditanggung oleh pembeli.
Persamaan mendasar dari tiap-tiap jenis lelang tersebut terletak pada pihak yang terlibat di
dalamnya serta prosedur pelaksanaan lelang tersebut. Dalam semua jenis lelang harus ada Penjual/
Pemilik barang, peserta lelang, dan Pejabat Lelang, tapi pengecualian untuk Pejabat Lelang yaitu
bahwa dalam Lelang Eksekusi dan Lelang Non Eksekusi Wajib yang berwenang adalah Pejabat
Lelang Kelas I, dan untuk Lelang Non Eksekusi Sukarela yang berwenang adalah Pejabat Lelang
Kelas II. Sedangkan untuk perbedaannya terletak pada objek lelang dan syarat dari masing-masing
jenis lelang tersebut.

2.1.3 Asas Lelang


Mengutip dari FX. Ngadijarno, Nunung Eko Laksito dan Isti Indrilistiani (2006), secara
normatif sebenarnya tidak ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang asas lelang
namun apabila kita cermati klausula-klausula dalam peraturan perundang-undangan di bidang
lelang dapat ditemukan adanya Asas Lelang yaitu: Asas Keterbukaan, Asas Keadilan, Asas
Kepastian Hukum, Asas Efisiensi dan Asas Akuntabilitas.
1. Asas Keterbukaan menghendaki agar seluruh lapisan Masyarakat mengetahui adaya rencana
lelang dan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti lelang sepanjang tidak
dilarang oleh Undang-Udang. Oleh karena itu, setiap pelaksanaan lelang harus didahului
dengan pengumuman lelang. Asas ini juga untuk mencegah terjadi praktek persaingan usaha
tidak sehat, dan tidak memberikan kesempatan adanya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN).
2. Asas Keadilan mengandung pengertian bahwa dalam proses pelaksanaan lelang harus dapat
memenuhi rasa keadilan secara proposional bagi setiap pihak yang berkepentingan. Asas ini
untuk mencegah terjadinya keberpihakan Pejabat Lelang kepada peserta lelang tertentu atau
berpihak hanya pada kepentingan penjual. Khusus pada pelaksanaan lelang eksekusi penjual
tidak boleh menentukan nilai limit secara sewenang-wenang yang berakibat merugikan pihak
tereksekusi.

12
3. Asas Kepastian Hukum menghendaki agar lelang yang telah dilaksanakan menjamin adanya
perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan lelang. Setiap
pelaksanaan lelang dibuat Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang yang merupakan akte otentik.
Risalah Lelang digunakan penjual/pemilik barang, pembeli dan Pejabat Lelang untuk
mempertahankan dan melaksanakan hak dan kewajibannya .
4. Asas Efisiensi akan menjamin pelaksanaan lelang dilakukan dengan cepat dan dengan biaya
yang relatif murah karena lelang dilakukan pada tempat dan waktu yang telah ditentukan dan
pembeli disahkan pada saat itu juga.
5. Asas Akuntabilitas menghendaki agar lelang yang dilaksanakan oleh Pejabat Lelang dapat
dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Pertanggungjawaban
Pejabat Lelang meliputi administrasi lelang dan pengelolaan uang lelang.

2.1.4 Sifat Lelang


Mengutip dari FX. Ngadijarno, Nunung Eko Laksito dan Isti Indrilistiani (2006), sifat lelang
dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu dari sudut sebab barang itu dijual dan dari sudut penjual dalam
hubungannya dengan barang yang akan dilelang. Sifat lelang ditinjau dari sudut sebab barang itu
dijual dibedakan menjadi lelang eksekusi dan non eksekusi.
1. Lelang Eksekusi
Lelang eksekusi adalah penjualan barang yang bersifat paksa atau eksekusi suatu putusan
Pengadilan Negeri yang menyangkut bidang pidana atau perdata maupun putusan Panitia
Urusan Piutang Negara (PUPN) dalam kaitannya dengan pengurusan Piutang Negara, serta
putusan dari Kantor Pelayanan Pajak dalam masalah perpajakan. Dalam hal ini Penjualan
lelang biasanya dilakukan atas barang-barang milik tergugat atau Debitur/Penanggung Hutang
atau Wajib Pajak yang sebelumnya telah disita eksekusi. Tetapi juga karena perintah
peraturan perundang-undangan seperti Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan, Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia, Pasal
59 Undang-Undang Kepailitan. Singkatnya lelang eksekusi adalah lelang yang dilakukan
dalam rangka melaksanakan putusan/penetapan Pengadilan atau yang dipersamakan dengan
putusan/penetapan Pengadilan atau atas perintah peraturan perundang-undangan.
2. Lelang non Eksekusi
Lelang non Eksekusi adalah lelang barang milik/dikuasai negara yang tidak diwajibkan dijual
secara lelang apabila dipindahtangankan atau lelang sukarela atas barang milik swasta. Lelang
ini dilaksanakan bukan dalam rangka eksekusi/tidak bersifat paksa atas harta benda
seseorang.

Dari sudut penjual dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang dibedakan menjadi
lelang yang sifatnya wajib dan lelang yang sifatnya sukarela.

13
1. Lelang yang sifatnya wajib
Lelang yang dilaksanakan atas permintaan pihak yang menguasai/memiliki suatu barang yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan harus dijual secara lelang.
Contohnya: Barang-barang inventaris milik Instansi Pemerintah, apabila sudah dihapuskan
maka berdasarkan Pasal 48 UU Perbendaharaan jo. Inpres No.9 tahun 1970 barang-barang
tersebut harus dijual secara lelang melalui Kantor Lelang, termasuk lelang atas
putusan/penetapan Lembaga peradilan yang dalam amar putusannya mewajibkan adanya
penjualan secara lelang, dan sebagainya.
2. Lelang yang sifatnya sukarela
Lelang yang dilaksanakan atas permintaan masyarakat/pengusaha yang secara sukarela
menginginkan barangnya dilelang.

2.1.5 Risalah Lelang


Menurut PMK 27/PMK.66/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Baru, Risalah Lelang
merupakan berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta
otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna. Dalam pasal 1868 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata disebutkan“suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang
ditentukan oleh undang-undang dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa
untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya. Risalah Lelang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Bagian kepala Risalah Lelang paling kurang memuat:
a. Hari, tanggal dan jam lelang ditulis dengan huruf dan angka
b. Nama lengkap dan tempat kedudukan Pejabat Lelang
c. Nomor/ tanggal surat keputusan pengangkatan Pejabat Lelang
d. Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat kedudukan/domisili penjual
e. Nomor/ tanggal surat permohonan lelang
f. Tempat pelaksanaan lelang
g. Sifat barang yang dilelang dan alasan barang tersebut dilelang
h. Dalam hal yang dilelang berupa barang tidak bergerak berupa tanah atau tanah dan
bangunan harus disebutkan status hak, SKT dari Kantor Pertanahan dan keterangan lain
yang membebani
i. Dalam hal yang dilelang barang bergerak harus disebutkan jumlah, jenis dan spesifikasi
barang
j. Cara pengumuman lelang yang telah dilaksanakan oleh penjual
k. Cara penawaran lelang
l. Syarat-syarat lelang

2. Bagian Badan Risalah Lelang paling kurang memuat:

14
a. Banyaknya penawaran lelang yang masuk dan sah;
b. Nama/merek/jenis/tipe dan jumlah barang yang dilelang;
c. Nama, pekerjaan dan alamat pembeli atas nama sendiri atau sebagai kuasa atas nama
orang lain;
d. Harga lelang dengan angka dan huruf
e. Daftar barang yang laku terjual maupun yang ditahan disertai dengan nilai, nama dan
alamat peserta lelang yang menawar tertinggi.\

3. Bagian Kaki Risalah Lelang paling kurang memuat:


a. Banyaknya barang yang ditawarkan/ dilelang dengan angka dan huruf;
b. Banyaknya barang yang laku/ terjual dengan angka dan huruf
c. Jumlah harga barang yang telah terjual dengan angka dan huruf
d. Jumlah harga barang yang ditahan dengan angka dan huruf
e. Banyaknya dokumen/ surat-surat yang dilampirkan pada Risalah Lelang dengan angka
dan huruf
f. Jumlah perubahan maupun tidak adanya perubahan ditulis dengan angka dan huruf
g. Tanda tangan Pejabat Lelang dan penjual/kuasa penjual dalam hal lelang barang bergerak
atau tanda tangan Pejabat Lelang, penjual/kuasa penjual dan pembeli/kuasa pembeli
dalam hal lelang barang tidak bergerak

2.1.6 Fungsi Lelang


Lembaga lelang dalam aplikasinya di masyarakat memiliki dua fungsi, yaitu :
1. Fungsi Privat yang tercermin pada saat digunakan masyarakat yang secara sukarela
memilih menjual barang miliknya secara lelang untuk memperoleh harga yang optimal.
Dalam hal ini lelang akan memperlancar arus lalu lintas.
2. Fungsi Publik yang tercermin pada saat digunakan oleh aparatur negara untuk
menjalankan tugas umum pemerintahan di bidang penegakan hukum dan pelaksanaan
Undang-Undang sesuai ketentuan yang diatur dalam berbagai Peraturan Perundang-
undangan, antara lain: Undang-Undang Perpajakan, Undang-Undang Acara Pidana dan
Perdata, Undang-Undang Hak Tanggungan, Undang-Undang Panitia Urusan Piutang
Negara Undang-Undang Jaminan Fidusia, Undang-Undang Kepailitan.
Selain itu lelang juga digunakan oleh aparatur negara dalam rangka pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah dan/atau Kekayaan Negara yang dipisahkan sesuai ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 1970 tentang Penjualan dan/atau Pemindahtanganan Barang-Barang yang
Dimiliki/Dikuasai Negara sekaligus untuk mengumpulkan penerimaan negara.

15
Dalam hal adanya pelaksanaan lelang mengatur pula Hak dan Kewajiban Peserta Lelang atau
Pembeli, sebagai peserta lelang atau pembeli mempunyai hak sebagai berikut :
1. Melihat dokumen-dokumen tentang kepemilikan barang dan meminta keterangan atau
penjelasan tambahan sebelum pelaksanaan lelang.
2. Melihat atau meneliti secara fisik barang yang akan dilelang
3. Meminta petikan risalah lelang dalam hal yang bersangkutan menjadi pemenang lelang.
4. Meminta kembali uang jaminan lelang atau kelebihan uang jaminan.
5. Mendapatkan barang dan bukti pelunasan serta dokumen-dokumennya apabila ditunjuk
sebagai pemenang lelang.22

Syarat utamanya adalah menghimpun para peminat untuk mengadakan perjanjian jual beli
yang paling menguntungkan si penjual. 23 Penjual yang akan melakukan penjualan barang secara
lelang melalui kantor pelayanan kekayaan Negara dan Lelang (selanjutnya disebut KPKNL)
harus mengajukan surat permohonan lelang dengan disertai dokumen persyaratan lelang kepada
kepala KPKNL untuk meminta jadwal pelaksanaan lelang. 24 Oleh karena Pejabat Lelang sebagai
pelaksana Lelang di kantor Lelang, maka tanggung jawab Pejabat Lelang dapat ditarik sebagai
tanggungjawab kantor lelang yang perintah untuk melaksanakan Lelang kepada Pejabat Lelang.
Doktrin tanggungjawab atasan atau doktrin tanggungjawab mengganti atau teori kantong tebal.
Pejabat Lelang melaksanakan Lelang, menerima hasil lelang dari pembeli dan menyetorkan hasil
kepada penjual dan kewajiban pajak yaitu Pajak Penghasilan atas penjual dan Bea perolehan atas
tanah dan bangunan dari pembeli Lelang dan Bea Lelang Pembeli/Penjual ke Kas Negara serta
membuat Risalah Lelang dalam Kapasitas sebagai Pegawai Kantor Lelang. Berdasarkan Teori ini
maka Kantor Lelang bertanggungjawab Terhadap Perbuatan Pejabat Lelang selaku pegawai yang
menjalankan tugasnya.22 Pelaksanaan lelang berdasarkan Pasal 11 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 213/PMK.06/2020 menyatakan bahwa “Kepala KPKNL, Pejabat Lelang Kelas II, atau
Pemimpin Balai Lelang tidak boleh menolak permohonan lelang yang diajukan kepadanya
sepanjang dokumen persyaratan lelang telah lengkap dan memenuhi Legalitas Formal Subjek dan
Objek Lelang”.25
Partisipasi pejabat lelang dalam pembuatan risalah lelang dapat dipersamakan dengan
partisipasi notaris sebagai pejabat umum dalam pembuatan akta otentik. Keberadaan akta otentik
mutlak adalah kehendak dan merupakan bukti perbuatan hukum pihak-pihak yang
berkepentingan, bukan perbuatan hukum pejabat umum. Pembeli lelang yang telah melakukan

22
Rachmadi Usman, Op. Cit, hlm.65
23
Rochmat Soemitro, Peraturan Jan Instruksi Lelang, PT. Eresco, Bandung, 1987, hlm.106.
24
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang, Pasal 1 angka 1.
25
PMK No. 213/PMK.06/2020, Pasal 11

16
kewajibannya dan telah memperoleh kutipan risalah lelang juga berhak untuk menguasai objek
eksekusi hak tanggungan tersebut. Debitur selaku pemilik objek lelang eksekusi hak tanggungan
harus menyerahkan objek tersebut secara sukarela kepada pembeli lelang yang sah. Hal ini diatur
dalam pasal 11 ayat 2 huruf j undang-undang Hak Tanggungan yang menyebutkan bahwa “janji
bahwa pemberi hak tanggungan akan mengosongkan objek hak tanggungan pada waktu eksekusi
hak tanggungan.“ Serta Pasal 13 ayat (1) huruf k PMK No. 213/PMK.06/2020 menyebutkan
bahwa penjual melalui gugatan perdata dan/ atau tuntutan pidana serta pelaksanaan putusannya
akibat tidak dipenuhinya peraturan perundang-undangan oleh Penjual.26
Klasifikasi Pejabat Lelang berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
106/PMK.06/2013, Pejabat Lelang dibedakan dalam 2 (dua) tingkat yaitu Pejabat Lelang Kelas 1
adalah Pejabat Lelang pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berwenang
melaksanakan Lelang Eksekusi, Lelang Non Eksekusi Wajib, dan Lelang NonEksekusi Sukarela.
Sedangkan Pejabat Lelang Kelas II adalah Pejabat Lelang swasta yang berwenang melaksanakan
Lelang NonEksekusi Sukarela.27
Balai Lelang adalah Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang khusus
didirikan untuk melakukan kegiatan usaha dibidang lelang. Peraturan lelang di Indonesia masih
menggunakan peraturan lelang Belanda yaitu Vendu Reglement Ordonansi tanggal 1 April 1908
No. 189 jo diubah Staatsblad 1941 No.3 dan Vendu Instructie Staatsblad No. 190.
Kemudian diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
106/PMK.06/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 158/PMK.06/2013 tentang Pejabat Lelang Kelas I, Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 159/PMK.06/2013 tentang Pejabat Lelang Kelas II, dan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 160/PMK.06/2013 tentang Balai Lelang.28

2.2 Pengertian Pegadaian


Lembaga pegadaian merupakan sebuah lembaga keuangan formal di Indonesia, yang bertugas
menyalurkan pembiayaan dengan bentuk pemberian uang pinjaman kepada masyarakat yang
membutuhkan berdasarkan hukum gadai. Lembaga Pegadaian ini wujud dari pembangunan
perekonomian nasional yang diamanatkan oleh Pasal 33 UUD 1945, dengan tujuan turut
melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang
ekonomi pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar
hukum gadai, dan mencegah timbulnya praktik ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tak wajar
lainnya.

26
PMK. 213/PMK.06/2020, Pasal 13 ayat 1 huruf k.
27
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159/PMK.06/2013 Tentang Pejabat Lelang Kelas II Pasal I
28
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.06/2013 Tentang Balai Lelang

17
Banyak masyarakat yang membutuhkan dana cepat mencari alternatif untuk mengatasi
kekurangan dananya dengan mendatangi pegadaian. Di pegadaian, masyarakat dapat memperoleh
dana yang dibutuhkan dengan waktu yang singkat dan tingkat biaya yang dikenakan juga masih
terjangkau. Lembaga pegadaian memiliki keunggulan dari lembaga keuangan yang lain, yaitu
diantaranya: hanya memerlukan waktu yang relatif singkat untuk mencairkan uang pinjaman tepat
pada hari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan prosedur pencairan yang tidak berbelit-belit. 29
Tugas utama pegadaian adalah untuk mengatasi agar masyarakat yang sedang membutuhkan uang
tidak jatuh ke tangan rentenir yang bunganya relatif tinggi. 30 Dengan adanya pegadaian,
masyarakat yang kekurangan dana dapat sewaktu- waktu memenuhi kebutuhannya akan uang
tunai, karena sesuai dengan namanya pegadaian adalah tempat dimana masyarakat yang
membutuhkan dana dapat datang membawa barang jaminan pribadinya dengan waktu yang cepat,
aman dan mudah. Hal ini sesuai dengan motto pegadaian yaitu ”Mengatasi Masalah Tanpa
Masalah”.31
Peran pegadaian yang berorientasi untuk membantu dan melayani kebutuhan masyarakat
berskala kecil sangat membantu pertumbuhan ekonomi. Sebagai lembaga keuangan non-bank yang
bergerak di bidang jasa pembiayaan, dan dengan tugas utamanya yaitu menyalurkan pembiayaan
gadai. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok Lembaga keuangan, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang tergolong sebagai pihak
yang mengalami kekurangan dana (deficit unit).32
Pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga
pembiayaan. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2008 yang dimaksud pembiayaan adalah “penyediaan
dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi,
dan Lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembalikan dan memperkuat permodalan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah”.33 Indonesia sebagai negara berkembang perlu memperhatikan
UMKM secara serius. Karena UMKM mempunyai kinerja lebih baik dalam tenaga kerja yang
produktif, mempunyai produktivitas tinggi, dan mampu hidup di sela-sela usaha besar. UMKM
mampu menopang usaha besar, seperti menyediakan bahan mentah, suku cadang, dan bahan
pendukung lainnya. UMKM juga mampu menjadi tombak bagi usaha besar dalam menyalurkan
dan menjual produk dari usaha besar ke konsumen.34
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
menjelaskan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif millik orang perorangan atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UU ini. Usaha kecil
29
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009), 388.
30
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), 24.
31
Julius R.Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 459
32
Gita Danupranata, Manajemen Perbankan Syariah (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 103.
33
UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
34
Gatut Susanta dan M Azrin Syamsuddin, Cara Mudah Mendirikan dan Mengelola UMKM (Bogor: Raih Asa
Sukses, 2009), 6

18
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam UU ini. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah,
yang meliputi usaha nasional milik Negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang
melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

2.3 Lelang melalui Pegadaian


Perkembangan dunia perkreditan di Indonesia yang tumbuh amat cepat menimbulkan persaingan
yang makin tajam pada bidang bisnis tersebut. Dalam kondisi persaingan semacam itu pegadaian
sebagai salah satu badan yang bergerak di bidang perkreditan tidak lepas dari pengaruhnya.
Pegadaian merupakan salah satu badan di Indonesia yang secara resmi memiliki izin untuk
melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa memberikan pembiayaan dalam bentuk penyaluran
dana kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. Dengan motto ”Mengatasi Masalah tanpa Masalah“,
hal ini membuat badan usaha pegadaian makin diminati oleh masyarakat utamanya ketika mereka
sangat terdesak untuk segera mendapatkan dana pinjaman, melalui proses yang lebih sederhana dan
dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan kredit perbankan. Objek yang digadaikan
biasanya terdiri dari emas dan perhiasan, barang elektronik, kendaraan bermotor, maupun barang
berharga lainnya.
Masyarakat dapat meminjam uang melalui lembaga tersebut yakni pegadaian dengan cara
menjaminkan barang-barang berharga. Barang yang dijaminkan tersebut pada waktu tertentu dapat
ditebus kembali setelah Masyarakat melunasi pinjamannya. Selain itu prosedur untuk memperoleh
kredit gadai sangat bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak
begitu lama. Begitu pula untuk melunasi pinjaman, cukup dengan menyerahkan sejumlah uang dan
surat bukti. Lembaga pegadaian menjadi alternatif pilihan pemenuhan kebutuhan masyarakat karena
prosedur, proses, dan caranya yang begitu mudah. Dan meminjam uang ke pegadaian biaya yang
dibebankan juga lebih ringan apabila dibandingkan dengan lembaga lain sederhana, masyarakat hanya
menunjukkan bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh
dalam waktu yang tidak begitu lama. Begitu pula untuk melunasi pinjaman, cukup dengan
menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti. Lembaga pegadaian menjadi alternatif pilihan
pemenuhan kebutuhan masyarakat karena prosedur, proses, dan caranya yang begitu mudah. Dan
meminjam uang ke pegadaian biaya yang dibebankan juga lebih ringan apabila dibandingkan dengan
lembaga lain.
Gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang piutang, yang mana untuk suatu
kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang berutang menggadaikan barang sebagai

19
jaminan terhadap utangnya tersebut. Barang jaminan tetap milik orang yang menggadaikan atau orang
yang berutang tetapi dikuasai oleh penerima gadai atau yang berpiutang.
Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150, disebutkan bahwa :
“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak,
yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang atau oleh seorang lain atas namanya,
dan yang memberikan barang kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk mengambil
kekuasaan kepada orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang
barang tersebut, dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu
digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan”
Lembaga pegadaian melaksanakan kegiatan usaha penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum
gadai. Nasabah atau peminjam ada kalanya tidak memenuhi kewajibannya sesuai waktu yang
disepakati. Setelah melalui peringatan terlebih dahulu, namun tidak melakukan perpanjangan, maka =
Lembaga pegadaian mempuyai hak untuk mengambil pelunasan piutangnya dengan cara melelang
barang jaminan yang dibawah kekuasaannya.
Lelang itu sendiri merupakan suatu bentuk penjualan barang di depan umum kepada penawar
tertinggi. Lelang dapat berupa penawaran barang tertentu kepada penawar yang pada mulanya
membuka lelang dengan harga rendah, kemudian semakin naik sampai pada akhirnya diberikan
kepada calon pembeli dengan harga tertinggi. Sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 106 Tahun 2013 Lelang adalah penjualan barang yang
terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan / atau lisan yang semakin meningkat
atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang.
Pegadaian selaku kreditur separatis dapat melakukan eksekusi hak tanggungan atau hak atas
jaminan kebendaan dengan melakukan penjualan lelang secara umum tanpa meminta fiat
(persetujuan) eksekusi kepada pengadilan negeri.35 Parate eksekusi adalah pelaksanaan prestasi yang
dilakukan sendiri oleh kreditur tanpa melalui hakim. Pengaturan parate eksekusi dalam gadai diatur
dalam Pasal 1155 ayat (1) KUHPerdata berbunyi :
”Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka si berpiutang adalah berhak jika si
berutang atau si pemberi gadai bercedera janji setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau,
atau jika tidak telah ditentukan suatu tenggang waktu, setelah dilakukannya suatu peringatan
untuk membayar, menyuruh menjual barang gadainya di muka umum menurut kebiasaan-
kebiasaan setempat serat atas syarat-syarat yang lazin berlaku, dengan maksud untuk
mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya daripada penjualan tersebut.”
Apabila benda yang dijadikan jaminan adalah benda bergerak maka gadai yang akan dipakai, maka
kreditor pemegang gadai sehubungan dengan masalah pelunasan utang akan memiliki hak parate
35
Yanti, Luh Dita; Priyanto, I Made Dedy. Kedudukan Pegadaian Sebagai Kreditur Separatis Dalam Melakukan
Tindakan Eksekusi Terhadap Jaminan Kebendaan Ketika Debitur Pailit. Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum,
[S.L.], V.6, N. 8, P. 1-14 Juli 2019. Issn 2303 0569<Https://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Kerthasemaya
/Article/View/53854>. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2023

20
eksekusi sebagaimana ditetapkan oleh pasal 1155 KUH Perdata. Hak ini sepanjang tidak diperjanjikan
lain lahir demi undang-undang sejak debitor wanprestasi. Dalam parate eksekusi kreditor diberi
wewenang untuk menjual benda jaminan dimuka umum dengan memperhatikan kebiasaan setempat
dengan syarat - syarat yang lazim berlaku. Untuk keperluan menjual benda jaminan tidak diperlukan
adanya title eksekutorial, kreditor tidak memerlukan bantuan Pengadilan. Apabila obyek jaminan
gadai ini adalah berbentuk saham maka saham tersebut akan dijual ke pasar bursa dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku disitu. 36 Bahwa pelaksanaan lelang terhadap barang
jaminan gadai oleh PT. Pegadaian (Persero) dilakukan tidak dihadapan pejabat lelang atau tidak
melalui pengadilan. Pelaksanaan lelang dilakukan di kantor PT. Pegadaian (Persero) dibawah
tanggung jawab kepala PT.Pegadaian (Persero). Dasar kewenangan PT. Pegadaian (Persero) untuk
melaksanakan lelang atas barang jaminan gadai berdasarkan pasal 18 sampai 21 Pandhuis Reglement
Staatsblad 1928 Nomor 81 yang diadopsi dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10
tahun 1990 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian menjadi Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian, Staatsblad 1926 Nomor 133, Staatsblad 1921 Nomor 29, Staatsblad 1933
Nomor 341 dan Staatsblad 1935 Nomor 453.
Peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelaksanaan pelelangan barang jaminan gadai,
beberapa pengaturan yang berhubungan dalam pelelangan barang jaminan gadai, yaitu:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang terdiri dari 8 Bab dan 92 Pasal yang menjelaskan tentang pelaksanan
lelang.
2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 31 Tahun 2016 tentang Usaha
Pegadaian. Pada dasarnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) no.31 tahun 2016
tentang usaha Pergadaian, lebih mengatur mengenai Pegadaian secara menyeluruh.
Mengenai lelang hanya diatur dalam Pasal 24 sampai dengan Pasal 27.
3. Peraturan Direksi PT Pegadaian (Persero) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Standard
Operating Procedure Gadai KCA Non Online Dalam Peraturan Direksi PT Pegadaian
(Persero) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Standard Operating Procedure Gadai KCA Non
Online merupakan aturan yang digunakan oleh PT Pegadaian (Persero) dalam
melaksanakan produk jaminan gadai pengaturan yang berhubungan dalam pelelangan
barang jaminan gadai.

2.4 Perlindungan Hukum Pemenang Lelang

36
Niken Prasetyawati, Tony Hanoraga, Jaminan Kebendaan Dan Jaminan Perorangan Sebagai Upaya
Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Piutang,http://www.iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/1247/1066
diakse pada tanggal 16 Oktober 2023

21
Perlindungan hukum terhadap pembeli lelang memiliki makna bahwa adanya kepastian hukum
atas hak pemenang lelang dari objek eksekusi hak tanggungan yang dibelinya baik secara yuridis
maupun secara materiil melalui mekanisme lelang. Dalam proses lelang yang dilakukan akan
menimbulkan akibat hukum yakni adanya peralihan hak objek lelang dari penjual kepada pembeli
lelang. Hak Tanggungan timbul karena adanya suatu perjanjian, yakni adanya kesepakatan antara para
pihak. Lelang merupakan penjualan secara umum yang dilakukan dihadapan pejabat lelang yang
berwenang dan peralihan hak kepemilikan objek lelang dinyatakan dalam risalah lelang. 37
Pemenang lelang memperoleh objek sengketa berupa objek jaminan Hak Tanggungan dengan cara
membelinya dari badan lelang yang melaksanakan lelang eksekusi objek jaminan Hak Tanggungan
sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu pelaksanaan lelang eksekusi objek jaminan
Hak Tanggungan tersebut dinilai sah secara hukum dan memiliki kekuatan hukum bagi pemenang
lelang dan juga memiliki perlindungan hukum yang kuat terhadap objek lelang yang telah dibeli oleh
pemenang lelang tersebut.
Pemenang lelang sebagai pembeli yang sah memiliki kewajiban terkait pembayaran lelang dan
pajak/pungutan sah lainnya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Apabila pemenang
lelang belum melaksanakan kewajibannya, pemenang lelang tidak diperbolehkan untuk menguasai
obyek. Dalam hal pemenang lelang tidak melaksanakan kewajiban pembayarannya dalam jangka
waktu yang telah ditentukan, maka pejabat lelang akan membuat pernyataan pembatalan pemenang
lelang, dan pemenang tersebut tidak diperbolehkan mengikuti lelang di seluruh wilayah Indonesia
dalam waktu 6 (enam) bulan.
Vendu Reglement juga mengatur hak pemenang lelang yang terkait dengan peralihan obyek.
Dalam Pasal 42 Vendu Reglement, pemenang lelang berhak untuk memperoleh salinan atau kutipan
berita acara yang diotentikkan atau yang saat ini disebut kutipan risalah lelang. Kutipan risalah lelang
ini nantinya akan dipergunakan sebagai akta jual beli untuk kepentingan balik nama obyek lelang.
Peralihan hak melalui risalah lelang juga diatur dalam ketentuan Pasal 41 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Dalam hal ini, risalah lelang
mempunyai kedudukan yang sama dengan akta jual beli yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT) yang biasa dipergunakan sebagai salah satu dasar untuk mendaftar peralihan hak atas
tanah pada Kantor Pertanahan. Terkait dengan penyerahan dokumen kepemilikan barang, pemenang
lelang berhak memperoleh asli dokumen kepemilikan obyek lelang. Dalam hal penjual/pemilik barang
menyerahkan asli dokumen kepemilikan kepada pejabat lelang, pejabat lelang harus menyerahkan asli
dokumen kepemilikan dan/atau barang yang dilelang kepada pembeli, paling lama 1 (satu) hari kerja
setelah pembeli menunjukkan bukti pelunasan pembayaran dan menyerahkan bukti setor Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Kemudian analisis terkait perlindungan hukum

37
Purnama Tiora Sianturi dan Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang
Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, Edisi Revisi, Mandar Maju, Bandung, 2001, hlm. 66

22
bagi pemenang lelang eksekusi hak tanggungan atas penguasaan obyek lelang yang diberikan oleh
risalah lelang.
Penyerahan objek lelang untuk barang tidak bergerak dilakukan pembeli lelang dengan
memintakan kepada debitur yang menguasai objek lelang. Apabila penyerahan objek lelang tidak
dapat dilakukan maka pembeli sendiri yang harus memikirkan dan bertanggung jawab atas
perlindungan terhadap kepentingannya.38 Dalam pembatalan lelang berdasarkan putusan pengadilan,
maka asas yang tidak terlihat dalam pelaksanaan pembatalan lelang oleh putusan pengadilan adalah
asas kepastian hukum hak pembeli lelang dan keseimbangan antara asas kepastian hukum hak
pembeli lelang dengan asas kepastian hukum hak pemilik barang.39
Perlindungan hukum terhadap pembeli lelang berarti adanya kepastian hukum hak pembeli lelang
atas barang yang dibelinya melalui lelang, memperoleh barang dan hak kebendaan atas barang yang
dibelinya dan apabila terjadi gugatan, seharusnya pembeli lelang tidak ikut dihukum. Dalam hal
terjadi gugatan terhadap penjualan atau pengalihan kepemilikan dari pihak maupun juga, penjual
harusnya bertanggungjawab sepenuhnya atas kerugian yang timbul sebagai terjualnya barang dan
tidak mengakibatkan batalnya jual beli melalui lelang. Kepastian hak pembeli lelang berarti hak atas
barang yang dibeli melalui lelang pasti dan dijamin oleh hukum. 40Perlindungan hukum preventif bagi
pemenang lelang merupakan suatu bentuk perlindungan yang diberikan kepada pemenang lelang
sebelum terjadinya suatu sengketa terkait obyek lelang. Vendu Reglement memberikan perlindungan
hukum secara preventif terhadap pemenang lelang terkait peralihan hak obyek lelang. Hal ini sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 42 Vendu Reglement, bahwa pemenang lelang berhak memperoleh
kutipan risalah lelang sebagai akta jual beli obyek lelang. Perlindungan hukum preventif bagi
pemenang lelang juga terdapat dalam risalah lelang, yang merupakan berita acara pelaksanaan lelang
yang dibuat oleh pejabat lelang sebagai akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna.
Pemenang lelang eksekusi, selain perlindungan hukum secara preventif, juga mendapatkan
perlindungan secara represif. Perlindungan represif, menurut Hadjon, adalah upaya untuk
mendapatkan perlindungan hukum yang dilakukan melalui badan peradilan.
Pemerintah telah memberikan perlindungan hukum kepada pembeli lelang yang beritikad baik
yang mengikuti lelang sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu yang secara tegas diatur dalam
Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang,
yang menegaskan bahwa lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak
dapat dibatalkan. Dari rumusan tersebut, telah mencerminkan adanya asas kepastian hukum terhadap
pemenang lelang.

38
Burhan Sidabariba, Lelang Eksekusi Hak Tanggungan: Meniscayakan Perlindungan Hukum bagi Para Pihak,
Papas Sinar Sinanti, Jakarta, 2019, hlm. 111.
39
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm.66.
40
Purnama Tiora Sianturi dan Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang
Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, Edisi Revisi, Mandar Maju, Bandung, 2001, hlm. 66

23
Hal ini juga ditegaskan oleh Yahya Harahap, bahwa hukum yang ditegakkan oleh instansi penegak
hukum yang disertai tugas untuk itu, harus menjamin kepastian hukum demi tegaknya ketertiban dan
keadilan dalam kehidupan masyarakat. Ketidakpastian hukum, akan menimbulkan kekacauan dalam
kehidupan masyarakat, dan akan saling berbuat sesuka hati serta bertindak main hakim sendiri.
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Reg. Nomor 821K/Sip/1974,yang menyatakan
bahwa pembeli yang membeli suatu barang melalui pelelangan umum oleh Kantor Lelang Negara
adalah sebagai pembeli yang beritikad baik dan harus dilindungi oleh undang-undang. Yurisprudensi
tersebut membenarkan bahwa pembeli lelang yang beritikad baik harus dilindungi untuk memberikan
kepastian hukum sekaligus keadilan bagi pembeli lelang.
Melalui Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang, Negara dalam hal ini KPKNL telah memberikan perlindungan hukum terhadap
pembeli lelang yang beritikad baik, lembaga peradilan melalui Putusan Mahkamah Agung RepubIik
Indonesia Reg. Nomor 821K/Sip/1974, juga menegaskan perlindungan hukum terhadap pembeli
lelang yang beritikad baik, sehingga kepastian hak pembeli lelang pasti dan dijamin oleh hukum.
Pada prakteknya, apabila debitor melakukan cidera janji (wanprestasi), maka kreditor atau
pemegang hak tanggungan mengirimkan surat peringatan sebanyak tiga kali kepada debitor supaya
melunasi hutangnya. Apabila setelah dilakukan tiga kali peringatan secara patut debitor tetap tidak
melunasi hutangnya, maka debitor dapat dikatakan wanprestasi sehingga pemegang hak tanggungan
dalam hal ini dapat melakukan eksekusi terhadap hak tanggungan yang dibebankan atas jaminan
hutang. Eksekusi yang dimaksud yaitu lelang terhadap objek jaminan yang dibebankan hak
tanggungan.
Pasal 6 UUHT menyatakan bahwa apabila debitor cidera janji, pemegang hak tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan
umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil lelang tersebut. Tata cara eksekusi yang
diatur dalam Pasal 6 UUHT tersebut biasa disebut dengan Parate Executie. Berdasarkan pasal
tersebut, hak dari pemegang hak tanggungan untuk melaksanakan haknya adalah hak yang semata-
mata diberikan oleh undang-undang. Walau demikian, tidak berarti hak tersebut demi hukum ada
melainkan harus diperjanjikan terlebih dahulu oleh para pihak dalam Akta Pembebanan Hak
Tanggungan atas hak atas tanah.

2.5 Mekanisme Pelaksanaan Lelang


Dalam mekanisme pelaksanaan lelang ada fase-fase yang harus dilakukan oleh para pihak untuk
melakukan pelelangan. Upaaya yang dilakukan oleh para pihak sebelum melakukan pelelangan yaitu
merupakan fase persiapan dan fase pelaksanaan lelang yang sudah di atur dalam Peraturan Menrari
Keuangan, Dari kedua fase lelang yang sudah di sebutkan di atas biasa di jelaskan secara luas antara
fase persiapan lelang dan fase pelaksanaan lelang, Fase persiapan lelang di dalamnya terdapat ada 9
(Sembilan) poin penting yang akan di bahas satu persatu secara singat dan jelas, Permohonan lelang

24
sebagaimana di maksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 yang di atur
dalam pasal 11-16 PMK yang di mana penjual yang akan melakukan penjualan barang secara lelang
melalui KPKNL dan harus mengajukan permohonan dan menunjukan surat yang disertai dokumen
persyaratan lelang kepada kepala KPKNL.41
Penjual sebagaimana di maksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016
diatur dalam pasal 17-21 PMK bahwa Penjual harus bertanggung jawab terhadap Keabsahan
kepemilikan barang, Keabsahan dokumen persyaratan lelang, Penyerahan barang bergerak,
Penyerahan dokumen kepemilikan kepada pembeli dan penetapan Nilai limit. 42
Penjual sebagaimana di maksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016
diatur dalam pasal 17-21 PMK bahwa Penjual harus bertanggung jawab vi terhadap Keabsahan
kepemilikan barang, Keabsahan dokumen persyaratan lelang, Penyerahan barang bergerak,
Penyerahan dokumen kepemilikan kepada pembeli dan penetapan Nilai limit. 43
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 penatapan waktu pelaksanaan
lelang diatur dalam pasal 24 yang dimana waktu pelaksanaan lelang di tetapkan oleh: Kepala
KPKNL; atau Pejabat lelang kelas II. Waktu pelaksanaan lelang harus dilakukan pada jam dan hari
kerja KPKNL, dengan ketentuan yang sudah dibuat oleh KPKNL harus memberitahukan kepada
kepala kantor wilayah setempat paling lambat sebelum pelaksanaan lelang, surat permohonan
persetujuan pelaksanaan lelang diluar jam dan hari kerja juga harus dilampirkan pada surat
permohonan lelang.44
Pembatalan sebelum lelang atas permintaan penjual dilakukan sesuai dengan peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku bagi penjual, pembatalan lelang jga harus di sampaikan secara tertulis dengan
disertai alasan dan harus diterima oleh pejabat lelang paling lambat sebelum lelang dimulai, yang
termasuk dalam pembatalan lelang atas permintaan penjual apabila penjual tidak melakukan
pengumuman lelang atau penjual tidak hadir dalam pelaksanaan lelang, apabila lelang akan dibatalkan
maka Bea lelang batal atas permintaan penjual sesuai dengan peraturan pemerintah. 45
Dalam setiap pelaksanaan lelang, hanya 1 (satu) jaminan penawaran lelang yang berlaku untuk 1
(satu) barang atau paket barang yang ditawar,jaminan penawaran lelang diserahkan peserta lelang
kepada bendahara KPKNL atau pejabat lelang kelas II paling lambat 5 hari kerja sebelum tanggal
pelaksanaan lelang, uang jaminan penawaran lelang yang telah disetorkan, dikembalikan seluruhnya
kepada pesrta lelang yang tidak disahkan sebagai pembeli dan pengembalian uang jaminan penawaran
lelang paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak permintaan pengembalian dari peserta lelang diterima,
pengembalian disertai penyerahan asli setor atau fotocopy identitas peseta lelang dengan menunjukan
aslinya, untuk lelang tanpa kehadiran peserta dengan penawaran melalui internet oleh KPKNL.

41
Indonesia, Peraturan Mentri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Psl 11
42
Indonesia, Peraturan Mentri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Psl 17
43
Indonesia, Peraturan Mentri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Psl 17
44
Indonesia, Peraturan Mentri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Psl.24
45
Indonesia, Peraturan Mentri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Psl.36

25
Penetapan Nilai Limit juga menjadi tanggung jawab penjual agar peserta lelang tau bahwah barang
yang dijual sesuai dengan apa yang sudah di sampaikan pada saat pengumunan lelang, penjual dapat
menentukan Nilai Limit, berdasarkan: Penilaian oleh penilai; atau Penaksiran oleh penaksir. 46
Penilaian yang dimaksud diatas merupakan pihak yang melakukan penilaian secara inseependen
berdasarkan kompetensi yang dimiliki dan penaksir adalah pihak yang berasal dari penjual, yang
melakukan penaksiran berdasarkan metode yang dapat dipertanggungjawabkan oleh penjual,
penetapan Nilai Limit tidak menjadi tanggung jawab KPKNL atau pejabat lelang kelas II, pemandu
lelang, pemandu lelang juga dapat berasal dari Pegawai DJKN atau dari luar pegawai DJKN, Adapun
yang menjadi persyaratan pemandu lelang sebagai berikut :
a. Pemandu lelang yang berasal dari Pegawai DJKN: Sehat jasmani dan rohani, Pendidikan
paling rendah Sekolah Menengah Umum atau yang sederajat, dan Lulus diklat pemandu
lelang atau memiliki kemampuan dan cakap untuk memandu lelang, dan mendapat surat
tugas dari pejabat yang berwenag.
b. Pemandu lelang yang berasal dari luar DJKN, Sehat jasmani dan rohani, Pendidikan paling
rendah sekolah menengah umum atau sederajat, dan Memiliki kemampuan dan cakap untuk
memandu lelang.47
Pemandu lelang diberitahukan secara tertulis oleh penjual atau balai lelang kepada kepala KPKNL
atau pejabat lelang kelas II paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang, Penawaran
lelang yang melalui surat elektronik (email) dapat diajukan lebih dari 1 (satu) kali untuk setiap
Barang, dengan nilai penawaran yang tertinggi dianggap sah dan mengikat, penawaran lelang yang
melalui surat elektronik (email) dibuka pada saat pelaksanaan lelang, oleh pejabat lelang bersama
dengan penjual dan 2 (dua) orang saksi masing-masing 1 (satu) orang dari KPKNL atau pejabat
lelang kelas II dan 1 (satu) orang dari penjual.

BAB III

46
Indonesia, Peraturan Mentri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Psl 43
47
Indonesia, Peraturan Mentri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Psl 63

26
KESIMPULAN

Pemerintah telah memberikan perlindungan hukum kepada pembeli lelang yang beritikad baik
yang mengikuti lelang sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu yang secara tegas diatur dalam
Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang,
yang menegaskan bahwa lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak
dapat dibatalkan. Dari rumusan tersebut, telah mencerminkan adanya asas kepastian hukum terhadap
pemenang lelang.
Melalui Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang, Negara dalam hal ini KPKNL telah memberikan perlindungan hukum terhadap
pembeli lelang yang beritikad baik, lembaga peradilan melalui Putusan Mahkamah Agung RepubIik
Indonesia Reg. Nomor 821K/Sip/1974, juga menegaskan perlindungan hukum terhadap pembeli
lelang yang beritikad baik, sehingga kepastian hak pembeli lelang pasti dan dijamin oleh hukum.
Untuk keperluan menjual benda jaminan tidak diperlukan adanya title eksekutorial, kreditor tidak
memerlukan bantuan Pengadilan. Apabila obyek jaminan gadai ini adalah berbentuk saham maka
saham tersebut akan dijual ke pasar bursa dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku
disitu.48 Bahwa pelaksanaan lelang terhadap barang jaminan gadai oleh PT. Pegadaian (Persero)
dilakukan tidak dihadapan pejabat lelang atau tidak melalui pengadilan. Pelaksanaan lelang dilakukan
di kantor PT. Pegadaian (Persero) dibawah tanggung jawab kepala PT.Pegadaian (Persero). Dasar
kewenangan PT. Pegadaian (Persero) untuk melaksanakan lelang atas barang jaminan gadai
berdasarkan pasal 18 sampai 21 Pandhuis Reglement Staatsblad 1928 Nomor 81 yang diadopsi dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1990 Tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian, Staatsblad
1926 Nomor 133, Staatsblad 1921 Nomor 29, Staatsblad 1933 Nomor 341 dan Staatsblad 1935
Nomor 453.

Daftar Pustaka

48
Niken Prasetyawati, Tony Hanoraga, Jaminan Kebendaan Dan Jaminan Perorangan Sebagai Upaya
Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Piutang,http://www.iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/1247/1066
diakses pada tanggal 16 Oktober 2023

27
Buku
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009).
F.X. Ngadijarno, Nunung Eko Laksito, dan Isti Indri Listiani, Lelang: Teori dan Praktik. Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen Keuangan, Jakarta.
Gatut Susanta dan M Azrin Syamsuddin, Cara Mudah Mendirikan dan Mengelola UMKM (Bogor:
Raih Asa Sukses, 2009)
Gita Danupranata, Manajemen Perbankan Syariah (Jakarta: Salemba Empat, 2013)
Isti Indri Listiani, Modul Pengetahuan Lelang: Penghapusan Barang Milik Negara, Pusat Pendidikan
dan Latihan Keuangan Umum Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen
Keuangan, Jakarta, 2007.

Julius R.Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2011)

Kasmir, 2010, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011)

Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012)

Purnama Tiora Sianturi dan Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli
Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui Lelang, Edisi Revisi, Mandar Maju, Bandung, 2001.

Rochmat Soemitro, Peraturan Jan Instruksi Lelang, PT. Eresco, Bandung, 1987.

Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional, ( Jakarta: Universitas Indonesia, 2005

Titik Triwulan Tutik, 2008, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana Jakarta
T. Purnama Tioria Sianturi, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak
Bergerak Melalui Lelang, Mandar Madju, Bandung, 2013.

Jurnal
Hermawan Cavalera, Arick; Surya Dharma Jaya, Ida Bagus; Dedy Priyanto, I Made. Implementasi
Penguasaan Obyek Gadai (Motor) Di Lembaga Pegadaian Denpasar. Kertha Semaya : Journal
Ilmu Hukum,[S.L.],Feb.2014.Issn2303-0569.
<Https://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Kerthasemaya/Article/View/8098>.
Lingga Mahasaskara Suarta, Putu; Marwanto, Marwanto; Sri Indrawati, Anak Agung. Pelaksanaan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor31/Pojk.05/2016 Terhadap Kerusakan Barang Jaminan
Debitur Yang Dikuasai Oleh Koperasi Karisma Perkasa Kabupaten Klungkung. Kertha Semaya :
Journal Ilmu Hukum, [S.L.], Jan. 2018. Issn 2303-0569.
Https://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Kerthasemaya/Article/View/37214
Surya Bratha, Aditya; Ketut Dunia, Ngakan; Sukranatha, A.A. Ketut. Perjanjian Gadai Yang Dijamin
Dengan Yang Berasal Dari Hasil Kejahatan : Studi Pada Pt. Pegadaian (Persero) Cabang
Sesetan. Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum, [S.l.], v. 5, n.2 april 2016. ISSN 2303-0569.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/19810
Yanti, Luh Dita; Priyanto, I Made Dedy. Kedudukan Pegadaian Sebagai Kreditur Separatis Dalam
Melakukan Tindakan Eksekusi Terhadap Jaminan Kebendaan Ketika Debitur Pailit. Kertha

28
Semaya : Journal Ilmu Hukum,[S.L.], V.6, N. 8, P. 1-14 Juli 2019. Issn 2303
0569<Https://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Kerthasemaya /Article/View/53854>.

Perundang-Undangan
PMK No. 213/PMK.06/2020, Pasal 11
PMK. 213/PMK.06/2020, Pasal 13 ayat 1 huruf k.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159/PMK.06/2013 Tentang Pejabat Lelang Kelas II Pasal I
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.06/2013 Tentang Balai Lelang
Peraturan Mentri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang, Pasal 1 angka 1.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk
Pelaksanaa Lelang, Pasal 1 Angka 1.
UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Internet
Blonto Interisti, Lelang Terbuka dan Tertutup Rumah BTN, http://rumah-btn.blogspot.com.

Niken Prasetyawati, Tony Hanoraga, Jaminan Kebendaan Dan Jaminan Perorangan Sebagai Upaya
Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Piutang,
http://www.iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/1247/1066

29

Anda mungkin juga menyukai