Anda di halaman 1dari 61

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA DI DESA BATUDULANG KECAMATAN BATULANTEH


KABUPATEN SUMBAWA

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat


Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pariwisata

Disusun oleh:

WIDYA ANANDA PUTRI

NIM : 18101152

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA MATARAM

MATARAM

2022
STRATEGI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA DI DESA BATUDULANG KECAMATAN
BATULANTEH, KABUPATEN SUMBAWA

Disusun Oleh:

Nama: WIDYA ANANDA PUTRI

Nim: 18101152

Skripsi ini telah

disetujui oleh Dosen

Pembimbing:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ajuar Abdullah, M.Sc I Wayan Suteja, M.par

NIDN.0804048608 NIDN.0824079102

Wakil Ketua I Mengetahui,

Bidang Akademik, Ketua Program Studi S1 Pariwisata

Dr. Drs. I Putu Gede M.par I Wayan Suteja M.par

NIDN. 0809016301 NIDN.0824079102

Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Dr. Halus Mandala, M.Hum


NIP : 19571128198403100

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA DI DESA BATUDULANG KECAMATAN BATULANTEH KABUPATEN

SUMBAWA

i
Disusun Oleh :

Widya Ananda Putri

18101152

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji program studi S1 pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram Pada Tanggal 18 juli

2022 Dan telah dinyatakan LULUS

Ketua Penguji

I Wayan Suteja M.par

NIDN.0824079102

Anggota penguji 1 Anggota penguji 2

Dr.Muriyanto, M.par Ander Sriwi, M.par

NIP : 1052014095 NIP: 08260790003

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Widya Ananda Putri

Nim : 18101152

Program Studi : S1 Pariwisata

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Edu-ekowisata Di Desa Batudulang Kecamatan

Batulanteh Kabupaten Sumbawa adalah benar merupakan karya sendiri Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda

ii
citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar dan ditemukan pelanggaran atas

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

Mataram, 30 Juni 2022

Yang Memberi Pernyataan

Widya Ananda Putri

NIM. 18101152

ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA DI DESA BATUDULANG KECAMATAN BATULANTEH KABUPATEN


SUMBAWA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi edu-ekowisata guna merumuskan strategi dalam mengembangkan potensi Edu-
ekowisata di Desa Batudulang Kecamatan Batulanteh Kabupaten Sumbawa. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini diawali
dengan mengidentifikasi potensi yang ada dan menganalisis faktor pendukung dan penghambatnya, proses selanjutnya melihat peluang yang
ada dengan menggunakan teknik analisis SOAR. Penentuan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi lapangan, wawancara,
dan dokumentasi. Penentuan informan juga diperoleh dengan teknik purposive sampling, seperti wawancara dengan (1). Kepala Balai
Pengelolaan Hutan Produksi Batulanteh, (2). Sekretaris Desa Batudulang), (3). Kelompok Sadar Wisata Batudulang (4). Kepala Badan Usaha
Milik Desa, strategi pengembangan Edu-ekowisata diperoleh dari analisis SOAR dengan melihat peluang. Strategi dari hasil analisis ini
adalah mengembangkan seluruh potensi yang ada, baik potensi sumber daya alam seperti keanekaragaman hayati (flora dan fauna) dan
keindahan bentang alam, serta Potensi Topografi Alam bumi dan budaya sekitar. masyarakat yang dapat dimanfaatkan. dikemas dalam satu
paket Edu-ekowisata dengan memperhatikan segmentasi pasar.
Kata kunci: Strategi , pengembangan, edu- ekowisata.

ABSTRACT

EDU-ECO-TOURISM DEVELOPMENT STRATEGY IN BATUDULANG VILLAGE, BATULANTEH DISTRICT, SUMBAWA


REGENCY

This study aims to describe the potential of edu-ecotourism in order to formulate strategies in developing the potential of edu-ecotourism in
Batudulang Village, Batulanteh District, Sumbawa Regency. This research is descriptive qualitative. This research begins by identifying the

iii
existing potential and analyzing the supporting and inhibiting factors, the next process is to see the opportunities that exist by using the SOAR
technique. Determination of data collection techniques used are field observations, interviews, and documentation. Determining informants is
also obtained by purposive sampling techniques, such as interviews with (1). Head of Batulanteh Production Forest Management Center, (2).
Secretary of Batudulang Village), (3). Batudulang Tourism Awareness Group (4). Head of Village-Owned Enterprises, Edu-ecotourism
strategy development is obtained from SOAR analysis by looking at opportunities. The strategy as a result of this analysis is to develop all
existing potentials, both the potential for natural resources such as biodiversity (flora and fauna) and the beauty of the landscape, as well as
the Natural Topography Potential of the earth and the surrounding culture. community that can be used. packaged in one Edu-ecotourism
package by taking into account market segmentation.

Keywords: Strategy, development, edu-ecotourism.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Strategi Pengembangan Edu-ekowisata di desa Batudulang Kecamatan Batulanteh Kabupaten Sumbawa”. Selama menjalani

program pendidikan sampai dengan penyelesaian Usulan Proposal Penelitian ini penulis memperoleh dukungan, bimbingan dan tuntunan dari

para dosen. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Halus Mandala, M.Hum selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

2. Bapak I Wayan Suteja, M.par selaku Kepala Program Studi S1 Pariwisata pada Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

iv
3. Bapak Ajuar Abdullah, M. Sc selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan arahan dan bimbingan baik secara lisan

maupun tulisan sampai pengerjaan skripsi ini selesai.

4. Bapak Syech Idrus, M.Si dan Dr I Made Suyase M,Si selaku dosen Mata Kuliah Metodologi Penelitian yang telah membimbing

saya dalam menyusun Usulan proposal penelitian ini

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak memotivasi, berbagi ilmu dan pengalaman serta menjadi inspirasi selama penulis

menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram.

6. Bapak dan Ibu Staf Sekolah Tinggi Mataram yang telah membantu dan memudahkan dalam hal prosedur administrasi kampus.

7. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Mohtar dan Ibu Maskendi serta adikku tersayang Hikmal Akbar yang selalu memberikan

doa, semangat dan dukungan tiada henti disetiap waktu dan kesempatan.

8. Sahabat-sahabat di rantauan Genk Sarat Getak, owaaaaa (Vini, Mila, Lila, Dova, Sahrul, Risma, Ramdani, Wahyu, Robi dan

Awan) yang selalu memberikan semangat.

9. Teman-teman seperjuangan di kelas D, khususnya ( Yola, Aan, Wawan dan Adit) serta teman-teman KKN Malaka atas

kebersamaan dan dukungan serta rasa kekeluargaannya. Semoga tetap solid dan kompak dalam mendukung satu sama lainnya.

10. Dan Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa karya ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat, khususnya untuk

penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.

Mataram, 30 juni 2022

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Peryataan Bebas Plagiasi................................................................................................................................................. i

Lembar Pengesahan....................................................................................................................................................................... ii

Abstrak........................................................................................................................................................................................... iii

Abstract.......................................................................................................................................................................................... iv

v
Kata Pengantar.............................................................................................................................................................................. v

Daftar Isi........................................................................................................................................................................................ vi

Daftar Tabel................................................................................................................................................................................... vii

Daftar Gambar............................................................................................................................................................................... viii

Daftar Lampiran............................................................................................................................................................................ ix

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................................................................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................................................................................................... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis..................................................................................................................................................................... 6

1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................................................................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................................................... 7

2.1. Penelitian Terdahulu................................................................................................................................................................. 8

2.2. Definisi Konsep........................................................................................................................................................................ 9

2.2.1 Potensi Ekowisata................................................................................................................................................................... 9

2.2.2 Edu-ekowisata......................................................................................................................................................................... 10

2.2.3 Pengembangan Edu-ekowisata................................................................................................................................................ 11

2.3. Kajian Teori.............................................................................................................................................................................. 12

2.3.1. Teori Pengembangan Ekowisata.......................................................................................................................................... 12

2.4 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................................................................................................... 14

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................................................................ 15

3.1. Lokasi Penelitian....................................................................................................................................................................... 15

3.2. Jenis dan Sumber Data.............................................................................................................................................................. 16

3.2.1 Jenis Data............................................................................................................................................................................. 16

3.2.1 Sumber Data......................................................................................................................................................................... 16

3.3. Teknik Penentuan Informan...................................................................................................................................................... 16

3.4. Teknik Pengumpulan Data........................................................................................................................................................ 17

3.4.1. Observasi......................................................................................................................................................................... 17

vi
3.4.2. Wawancara...................................................................................................................................................................... 17

3.4.3 Dokumentasi.................................................................................................................................................................... 18

3.5. Instrumen Penelitian.................................................................................................................................................................. 19

3.6. Metode Analisis Data................................................................................................................................................................ 19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................................................................ 22

4.1. Gambaran Umum Desa Batudulang....................................................................................................................................... 22

4.1.1. Letak Geografis................................................................................................................................................................... 22

4.1.2. Kondisi Topografi............................................................................................................................................................... 24

4.1.3.Kondisi Demografis............................................................................................................................................................. 25

4.1.4. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat..................................................................................................................................... 26

4.1.5 Perkembangan Ekowisata Batudulang.................................................................................................................................. 28

4.2. Perkembangan Edu-ekowisata Desa Batudulang....................................................................................................................... 30

4.2.1. Potensi Hutan.................................................................................................................................................................... 30

4.2. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)........................................................................................................................... 35

4.2.3 Potensi kuliner Lokal Berbasis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)..................................................................................... 40

4.2.4 Potensi Topografi Alam...................................................................................................................................................... 43

4.3 Strategi Pengembangan Edu-ekowisata di Desa Batudulang....................................................................................................... 48

4.4 Matriks SOAR........................................................................................................................................................................... 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................................................................... 53

5.1. Kesimpulan............................................................................................................................................................................... 53

5.2. Saran......................................................................................................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................................................... 56

LAMPIRAN.................................................................................................................................................................................... 59

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Potensi Hutan.............................................................................................................................................................. 32

Gambar 2 Potensi Madu Hutan.................................................................................................................................................... 34

Gambar 3 Potensi kopi................................................................................................................................................................. 35

Gambar 4 Potensi Kemiri............................................................................................................................................................. 36

Gambar 5 Kayu Manis................................................................................................................................................................. 37

Gambar 6 Rotan........................................................................................................................................................................... 38

Gambar 7 Gadung........................................................................................................................................................................ 41

Gambar 8 Rempah-rempah campuran kopi .................................................................................................................................. 42

Gambar 9 Air terjun..................................................................................................................................................................... 43

Gambar 10 Goa.............................................................................................................................................................................. 45

Gambar 11 Menara Pandang.......................................................................................................................................................... 46

Gambar 12 Rumah Pohon.............................................................................................................................................................. 46

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1.2. Potensi Sumber Daya Manusia................................................................................................................................. 25

Table 4.1.3 Tanaman Obat.......................................................................................................................................................... 38

Tabel 4.4 Matriks SOAR.......................................................................................................................................................... 50

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Pedoman Wawancara SEKDES................................................................................................................................. 59

Lampiran II Pedoman Wawancara POKDARWIS ........................................................................................................................ 60

Lampiran III Lampiran III Pedoman Wawancara KPH Batulanteh.............................................................................................. 61

Lampiran IV Pedoman Wawancara BUMDES.............................................................................................................................. 62

Lampiran V Hasil Observasi........................................................................................................................................................ 63

Lampiran VI Tabulasi Data........................................................................................................................................................... 64

Lampiran VII Dokumentasi Wawancara........................................................................................................................................ 65

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Sumbawa merupakan satu dari kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki kekayaan alam

yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Pada 2018, Kabupaten Sumbawa memiliki luas hutan lindung 167.130.68 Ha, hutan

taman baru 22537.90 Ha, hutan produksi terbatas 138572.44, hutan produksi tetap 53691.88 ha, hutan wisata alam 100.50 ha, taman laut 6000

ha, sehingga total luas hutan Kabupaten Sumbawa seluas 3888.033.40 Ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Sumbawa 2018). Dari data

tersebut, tergambar jelas bahwa kekayaan hutan di Sumbawa telah dilestarikan dengan berbagai metode, salah satunya dengan hutan wisata

alam atau kawasan ekowisata. Pengembangan ekowisata di Sumbawa saat ini sudah mulai berkembang, hal ini didukung dengan adanya

potensi yang dimiliki serta kesadaran masyarakat yang mulai meningkat akan pentingnya pariwisata alam dan budaya.

Menurut surat keputusan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DISPOPAR) Kabupaten Sumbawa Tahun 2021, terdapat 10

desa yang sudah tercatat untuk dijadikan desa ekowisata di Kabupaten Sumbawa yang menawarkan berbagai macam potensi yang dimiliki

antara lain perbukitan, keindahan alam, bentangan sawah, air terjun, sejumlah seni tradisi, peninggalan budaya dan keunikan lokal lainnya, 10

desa tersebut yaitu Desa Pelat, Desa Marente, Desa Pernek, Desa Songkar, Desa Teluk Santong, Desa Labuhan Burung, Desa Lantung, Desa

Labuhan Jambu, dan Desa Batudulang.

Desa Batudulang merupakan salah satu dari 10 desa yang telah ditetapkan menjadi desa ekowisata oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan

Olahraga (DISPOPAR) Kabupaten sumbawa. Desa Batudulang adalah salah satu desa yang dikembangkan dengan tema ekowisata dan sangat

berkembang dan dikenal oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain itu Desa Batudulang juga dikenal sebagai salah satu desa

penghasil kopi dan madu di Pulau Sumbawa. Tidak hanya itu, wisatawan juga dapat berpartisipasi dalam memanen madu lebah liar, sekaligus

mempelajari budaya lokal disana, dengan ini wisatawan yang berkunjung ke Desa Batudulang tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk

menikmati alam, tetapi juga mendapatkan pengetahuan lokal masyarakat desa tentang pelestarian alam dan budaya.

Konsep pengembangan Edu-ekowisata yang ditawarkan dalam mengembangkan potensi Desa Batudulang yaitu konsep

konservasi seperti penanaman pohon, memanfaatkan potensi hutan sebagai media edukasi sehingga wisatawan mendapat pengetahuan lokal

1
2

disana. Hingga saat ini kekayaan potensi dan daya tarik tersebut belum dikemas dengan berbagai sub-tema ekowisata yang unik dan menarik,

seperti konsep edu-ekowisata. Edu-ekowisata pada prinsipnya bukan hanya menjual destinasi alam, tetapi menjual ilmu pengetahuan dan

filsafat lokal, atau filsafat ekosistem dan sosiosistem. Hutan wilayah Sumbawa telah menurun kualitasnya, akibat dari penebangan liar,

pembakaran lahan, alih fungsi lahan dan tindakan lainnya yang cenderung merusak hutan (KPH Batulanteh, 2020). Untuk mengurangi

tekanan masyarakat terhadap hutan, maka masyarakat sekitar hutan perlu diberdayakan dalam kegiatan ekowisata. Dengan demikian

masyarakat akan terserap dalam kegiatan edu-ekowisata, dan secara tidak langsung kerusakan hutan lebih lanjut dapat dihindari.

Pengelolaan kawasan hutan Batulanteh dan sekitarnya masih belum dilakukan secara maksimal, sehingga mengakibatkan

koordinasi antar sektor atau lintas sektor kurang efektif. Pola pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat dan pemerintah belum

sepenuhnya dapat mendukung kelestarian alam. Terjadinya alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan untuk berbagai fasilitas

pendukung kegiatan wisata memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas lingkungan alam.

Meningkatnya kesadaran berbagai pihak terhadap lingkungan dan isu-isu tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan

telah memberikan kontribusi terhadap pandangan pentingnya prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan. Prinsip pariwisata diharapkan dapat

mempertahankan kualitas lingkungan, mempertahankan budaya, meningkatkan kualitas pendidikan, memberdayakan masyarakat lokal, dan

memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal, kawasan dan pemerintah. Untuk Mencapai tujuan tersebut, diperlukan upaya

pengelolaan wisata yang dapat mendukung kelestarian lingkungan melalui penerapan pola edu-ekowisata sebagai media pendidikan karakter

berbasis lingkungan hidup.

Konsep Edu-ekowisata yang mengutamakan nilai edukasi di setiap atraksi ekowisata yang dilakukan di Desa Batudulang jika

dikemas dengan baik, maka memberikan pengetahuan lebih kepada wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata ke desa tersebut. Untuk

dapat mengembangkan potensi edu-ekowisata di Desa Batudulang tentu membutuhkan perencanaan yang sistematis dan terintegrasi, sehingga

dapat memberikan dampak positif pada masyarakat desa. Bertolak dari latar belakang diatas maka penelitian ini sangat penting untuk

dilakukan guna merumuskan strategi pengembangan edu-ekowisata yang seirama dengan keunikan ekowisata Desa Batudulang, maka dari itu

adapun tujuan penelitian ini guna merumuskan “Strategi Pengembangan Edu-Ekowisata di Desa Batudulang Kecamatan Batulanteh

Kabupaten Sumbawa”.
3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah potensi Edu-ekowisata di Desa Batudulang Kecamatan Batulanteh Kabupaten Sumbawa?

2. Bagaimanakah strategi pengembangan Edu-Ekowisata di Desa Batudulang Kecamatan Batulanteh Kabupaten Sumbawa.

1.3 Tujuan Penelitian

Sementara itu, tujuan penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan potensi Edu-ekowisata apa saja yang dimiliki oleh Desa Batudulang Kecamatan Batulanteh Kabupaten

Sumbawa.

2. Untuk mendeskripsikan strategi pengembangan Edu-ekowisata di Desa Batudulang Kecamatan Batulanteh Kabupaten Sumbawa.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua. Berikut pematran dari masing-masing manfaat penelitian tersebut.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini lebih kepada pengaplikasian konsep kepariwisataan dalam pengembangan pariwisata, pengelolaan destinasi wisata dan

ekowisata agar sesuai konsep kepariwisataan, penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan tentang pengembangan Edu-

ekowisata agar dalam pengembangan ekowisata lebih terkonsep secara baik, serta dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi khalayak

luas.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pemerintah diharapkan penelitian ini mampu menjadi salah satu penunjang dan bahan evaluasi dalam pengembangan Edu-

Ekowisata yang lebih peduli terhadap pelestarian lingkungan sehingga mampu menciptakan kerjasama antara pemerintah dan

pihak swasta dalam mengembangkan pariwisata di Pulau Sumbawa

2. Bagi masyarakat diharapkan penelitian ini mampu memberikan pengetahuan dan informasi dalam pengembangan ekowisata di

Pulau Sumbawa.
4

3. Bagi penulis penelitian ini digunakan untuk sebagai proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dalam melakukan

kajian-kajian ilmiah di bidang pariwisata pada umumnya, khususnya dalam pengembangan ekowisata di pedesaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Terdapat tiga penelitian yang dijadikan rujukan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ali dkk

(2019) yang berjudul “Strategi Pengembangan Sektor Ekowisata di Kabupaten Sumbawa (Studi Kasus di Desa Ekowisata Batu Dulang

Kecamatan Batu Lanteh)”. Jenis penelitian ini menggunkan Analisis SWOT. Dari Analisis tersebut dapat dirumuskan Strategi pengembangan

objek ekowisata Batu Dulang dalam meningkatkan kualitas Ekowisata yaitu, Meningkatkan promosi, Menyelenggarakan even-event untuk

mendatangkan pengunjung lebih banyak, Meningkatkan kualitas SDM ke Ekowisata Meningkatkan pembangunan sarana prasarana umum,

Peningkatan pemberdayaan dalam keterlibatan masyarakat. Metode yang digunakan menggunakan teknik analisis SWOT bersifat deskriptif

kualitatif, yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu penelitian terdahulu lebih memfokuskan kepada strategi

pemasaran dalam meningkatkan kunjungan wisatawan sedangkan penelitian ini memfokuskan peningkatan kualitas dari destinasi tersebut

yaitu edu-ekowisata, penelitian yang dilakukan ali dkk tersebut mengkaji tentang strategi pengembangan ekowisata batudulang dengan

melengkapi sarana dan prasarana sedangkan penelitian ini lebih kepada pengembangan edu-ekowisata dengan memanfaatkan potensi yang

ada.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Aliet, dkk (2018) dengan judul “Penerapan Konsep Edu-ekowisata Sebagai Media

Pendidikan Karakter Berbasis Lingkungan”. Fokus penelitian ini lebih mengedepankan kepada edu ekowisatanya. metode yang digunakan

pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik in depth interview dan group depth interview. Berdasarkan hasil

penelitian ini kawasan Gronggong Kabupaten Cirebon mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai salah satu tujuan edu-

ekowisata. Edu-ekowisata memiliki pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat dan pemerintah melalui desain pembelajaran, sepenuhnya

dapat mendukung kelestarian kawasan Gronggong kabupaten Cirebon. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu sama-sama

mengangkat konsep ekowisata edukasi bagaimana penerapannya, perbedaannya yaitu penelitian terdahulu membahas tentang penerapan

konsep edu-ekowisata sebagai media pendidikan karakter berbasis lingkungan sedangkan penelitian ini membahas tentang strategi

pengembangan ekowisata berbasis edukasi.

5
6

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Evi Fitriana (2018) “Strategi Pengembangan Taman Wisata Kum Kum Sebagai Wisata

Edukasi Di Kota Palangkaraya”. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi pengembangan taman wisata Kum Kum antara lain membangun

sarana prasarana seperti alat angkut dan sarana akomodasi, membuat atraksi wisata dan promosi obyek wisata, mengembangkan produk

wisata, serta melibatkan pemerintah dan swasta dalam pengelolaan wisata. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif

dengan menggunakan alat analisis SWOT, Persamaan penelitian ini sama-sama memiliki fokus penelitian tentang edukasi, perbedaan

penelitian adalah penelitian terdahulu menggunakan analisis SWOT sedangkan penelitian ini menggunakan analisis SOAR.

2.2 Definisi Konsep

Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah.

2.2.1 Potensi Ekowisata

Menurut Mariotti dalam Yoeti (1983) potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik

agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut.

2.2.2 Edu-Ekowisata

Edu-ekowisata merupakan pengembangan dari ekowisata yang pertama sekali diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism

society pada tahun 1990, yakni suatu bentuk pariwisata yang bertanggung jawab dengan memperhatikan konservasi lingkungan, melestarikan

kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat (Alamsyah, 2013; 7).

Ekowisata bukan sekedar konsep berwisata di lingkungan alam melainkan juga fokus pada pengamatan dan pemahaman

mengenai alam dan budaya, mendukung pelestarian, serta lebih mengutamakan fasilitas dan jasa yang disediakan oleh masyarakat setempat.

Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdaya

guna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat

ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari para eco-traveler.

Edu-ekowisata merupakan pengembangan dari ekowisata yang pertama sekali diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society pada

tahun 1990, yakni suatu bentuk pariwisata yang bertanggung jawab dengan memperhatikan konservasi lingkungan, melestarikan kehidupan

dan kesejahteraan penduduk setempat (Alamsyah, 2013; 8).


7

Ekowisata sendiri pada dasarnya menjamin kelestarian lingkungan dengan maksud hampir sama dengan konservasi, yakni:

menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung kehidupan, melindungi keanekaragaman hayati serta menjamin

kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya (Alamsyah, 2013; 4). Adapun edu-ekowisata sendiri pada hakikatnya ada pada faktor

dimana intensitas pengenalan dan pembelajaran budaya sejak dini mulai terjadi, melalui desain pembelajaran yang sengaja dihadirkan sesuai

materi lingkungan dalam format objek wisata. Hal ini dikembangkan dikarenakan sejauh ini konsep edu-ekowisata hanya terhenti pada

kegiatan kampanye konservasi lingkungan semata.

Apa yang dimaksud dengan ecotourism dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi “ekowisata” yaitu pariwisata yang

berwawasan lingkungan yang didefinisikan sebagai aktivitas berkaitan dengan alam, ketika wisatawan diajak melihat alam dari dekat

menikmati keaslian alam dan lingkungan, sehingga membuat tergugah untuk mencintai alam. Sebagaimana Nurdiansyah (2014:4) dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa berada di dekat alam, menyadarkan kita akan kebesaran Tuhan sang pencipta alam semesta, meyakini

bahwa tidak ada satupun makhluk yang dapat menyerupai dan menciptakan sesuatu seperti yang Tuhan ciptakan.

2.2.3 Pengembangan Edu-Ekowisata

Menurut Nugroho (2015:6) ada dua strategi dalam pengembangan edu-ekowisata yang bisa diterapkan yaitu merancang berbagai

produk wisata dan mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan kompetensi masyarakat sekitar. Meningkatkan kesadaran masyarakat

mengenai lingkungan merupakan salah satu kunci pengembangan ekowisata, sehingga jelas bahwa hal ini akan memberikan implikasi

munculnya berbagai tuntutan di semua sektor pembangunan. Tuntutan-tuntutan tersebut telah dan akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha

baru, cara cara pendekatan baru dalam berbagai kegiatan baik bisnis pariwisata secara langsung yang dilakukan dunia usaha pariwisata dan

usaha-usaha masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf kesejahteraan mereka maupun mendorong peran aktif institusi pemerintah terkait.

Kondisi tersebut makin meyakinkan bahwa lingkungan bukan lagi beban, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai sarana

meningkatkan usaha-usaha ekonomi sekaligus sarana terintegrasinya hampir semua institusi formal. Dalam maksud lain, di sini peran penting

lingkungan dalam mendorong semua lapisan masyarakat untuk memanfaatkannya sebagai ruang pembangunan di berbagai bidang pendidikan

masyarakat, bisnis, sehingga diharapkan dapat mendorong semua pihak untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah lingkungan secara
8

bersama-sama. Menurut Yusnikusumah dkk (2016) menyatakan perkembangan pesat ekowisata tidak disertai dengan usaha pengendalian

terhadap perkembangannya sehingga banyak sekali kerusakan alam yang disebabkan oleh kegiatan wisata. Namun demikian sebagian

kawasan edu-ekowisata dikembangkan masih sebatas kampanye konservasi alam melalui penanaman pohon dan belum sampai pada

pola/desain wisata alam berbasis pendidikan karakter lingkungan. Konsep edu-ekowisata yang peneliti kembangkan disini lebih kepada desain

objek wisata yang menyediakan pola pembelajaran materi lingkungan yang kemudian diturunkan dalam segmen-segmen tema pembelajaran

dengan konsep edu-ekowisata yang diyakini efektif dalam memberi pengalaman yang benar tentang materi alam kepada wisatawan dan

masyarakat lokal.

2.3 Kajian Teori

Dalam Teori Pengembangan Ekowisata terdapat beberapa prinsip yang mengandung prinsip penting dalam pelaksanaannya. Prinsip ekowisata

menurut Indonesian Ecotourism Network (1996:1) menekankan Empat prinsip dasar yaitu :

1. Prinsip Konservasi

pengembangan ekowisata harus mampu memelihara, melindungi dan atau berkontribusi untuk memperbaiki sumber daya alam.

2. Prinsip Edukasi

pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan untuk mengubah sikap atau perilaku seseorang menjadi memiliki

kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya.

3. Prinsip Partisipasi Masyarakat

pengembangan ekowisata harus didasarkan atas musyawara

h dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan yang dianut

masyarakat di sekitar kawasan.

4. Prinsip Ekonomi

pengembangan ekowisata harus mampu memberikan manfaat untuk masyarakat, khususnya masyarakat setempat, dan menjadi

penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya untuk memastikan bahwa daerah yang masih alami dapat mengembangkan
9

pembangunan yang berimbang (balanced development) antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak.

Sedangkan dalam penerapan ekowisata dapat mencerminkan prinsip, yaitu :

5. Prinsip wisata

pengembangan ekowisata harus dapat memberikan kepuasan dan memberikan pengalaman yang orisinil kepada pengunjung,

serta memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan.

Berdasarkan prinsip ekowisata, maka supaya lebih mudah dipahami apa itu prinsip ekowisata, Fennel (2002:15) menyatakan

bahwa pemahaman ekowisata pada hakikatnya, partisipasi dan belajar berdasar pengalaman yang prinsipnya terfokus pada sejarah alamiah

suatu daerah, sepanjang mengutamakan hubungan antara manusia dan alam. Hal ini bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan (konservasi

dan kehidupan manusia) melalui tingkah laku program dan model pengembangan pariwisata yang beretika.

Libosada (1998: 9) menyatakan bahwa prinsip ekowisata dapat diterapkan pada setiap lembaga atau individu di dalam industri

wisata, mulai dari usaha perjalanan sampai dengan operator resort. Pada setiap pembangunan, dampak terhadap lingkungan harus

dipertimbangkan jika pembangunan tersebut tidak akan gagal. Lingkungan adalah aset utama dari wisata, oleh sebab itu diperlukan usaha-

usaha untuk menjamin minimalnya dampak pada lingkungan.

Akhirnya Avenzora et al., (2013:561) menyimpulkan bahwa dalam berbagai konteks, terminology ekowisata hendaknya bukan

hanya dimaknai sebagai suatu kegiatan wisata di destinasi alam, untouched dan remote saja, namun harus dimaknai sebagai roh dan jiwa dari

setiap bentuk kegiatan wisata yang diwujudkan dalam bentuk menegakan 7 pilar utama – yang terdiri dari (a) pilar ekologi, (b) pilar sosial

budaya, (c) pilar ekonomi, (d) pilar pengalaman, (e) pilar kepuasan, (f) kenangan dan (g) pilar pendidikan pada semua wilayah yang

bersentuhan dan diakses oleh wisatawan untuk mendapatkan kepuasan optimum dalam berwisata, baik pada tahapan perencanaan, perjalanan

menuju destinasi, kegiatan di destinasi, perjalanan pulang, maupun tahapan rekoleksi.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini berfokus kepada identifikasi potensi wisata, potensi yang dimaksud yaitu wisata alam dan budaya yang

dapat dikembangkan menjadi media edu-ekowisata guna merumuskan strategi pengembangan edu-ekowisata di Desa Batudulang Kab.

Sumbawa.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Batudulang. Desa Batudulang merupakan Desa yang ada di kecamatan Batulanteh Kabupaten

Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat Indonesia. Desa Batu Dulang memiliki beberapa dusun yaitu dusun Bina Warga, Punik, Buin Basar,

Sampar Anong dan Batudulang namun fokus penelitian ini berada di dusun Batudulang, pemilihan lokasi tersebut dilandasi beberapa

pertimbangan yaitu: karena adanya potensi wisata yang dapat dikembangkan menjadi Edu-ekowisata, ada berapa titik lokasi yang dipilih

untuk dijadikan area konservasi berbasis edukasi, lokasi tersebut antara lain hutan produksi, dan hutan lindung yang jaraknya tidak jauh dari

pemukiman warga.

(Sumber: Google Maps)

Jarak dari tempat tinggal peneliti dengan Desa Batu Dulang ini berjarak kurang lebih 30 Km.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Jenis data Dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Data kualitatif merupakan jenis data yang disajikan dalam bentuk verbal/lisan/kata

bukan dalam bentuk angka.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

10
11

Data primer didapat dari sumber informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

Data primer ini antara lain, catatan hasil wawancara, hasil observasi lapangan dan data-data mengenai informan.

b. Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh. Data sekunder dapat diperoleh melalui buku-

buku, arsip, laporan, publikasi dari pemerintah/swasta, hasil sensus, jurnal, dan lain-lain baik yang telah dipublikasikan maupun

yang belum dipublikasikan.

Dalam penelitian ini narasumber wawancara yang termasuk dalam kategori data primer yaitu Kepala desa, Pokdarwis, BUMDES yang

menjadi informan kunci, Selain Data dari wawancara peneliti memadukan hasil dari data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya.

3.3 Teknik Penentuan Informan

Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling atau pemilihan secara sengaja dengan beberapa pertimbangan.

Informan yang dimaksud adalah informan yang terlibat langsung atau informan yang dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti

permasalahan terkait pengembang edu-ekowisata Desa Batudulang Kecamatan BatuLanteh Kabupaten Sumbawa. Pemilihan informan dalam

penelitian ini, diperoleh dengan melakukan kegiatan wawancara yang dilakukan terhadap beberapa informan kunci diantaranya Kepala Desa

Batudulang, Pokdarwis, BUMDES. Selanjutnya peneliti akan diarahkan ke informan pendukung lainnya yang dianggap dapat memberikan

informasi tambahan tentang pengembangan Edu-ekowisata. Alasan menggunakan sumber ini adalah untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,

peluang serta ancaman guna untuk mendukung penelitian agar hasilnya tidak subjektif. Hasil wawancara ini akan digunakan untuk

menganalisis potensi yang dapat dijadikan media edu-ekowisata agar dapat merumuskan strategi yang tepat dalam mengembangkan destinasi

Edu-ekowisata di Desa Batudulang Kecamatan Batulanteh.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Observasi

Tahap observasi yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mendapatkan gambaran terkait potensi dari Daya Tarik Wisata yang akan

dijadikan sebagai media edu-ekowisata di Desa Batu Dulang, selain itu peneliti melihat/mengamati dinamika sosial, budaya, dan ekonomi

masyarakat Desa Batudulang.


12

3.4.2 Wawancara

Wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk mendapatkan data penelitian yang tidak tertulis. Adapun informan yang

akan diwawancarai oleh peneliti adalah;

a. Sekretaris Desa untuk mendapatkan data tentang rencana dan kebijakan program pengembangan Edu-ekowisata Desa

Batudulang.

b. Pokdarwis untuk mendapatkan data tentang program pengembangan Edu-ekowisata desa Batudulang

c. BUMDES untuk mendapatkan data tentang usaha ekonomi desa yang terkait dengan pengembangan Edu-ekowisata Desa

Batudulang.

d. Kepala KPHP Batulanteh untuk mendapatkan data terkait Potensi Hutan Batudulang.

Dari keempat informan utama tersebut, peneliti akan diarahkan ke informan pendukung lainnya untuk melengkapi data penelitian.

3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini, dimana peneliti membutuhkan data tentang renstra terkait pengembangan atau konsep tata kelola Edu-

ekowisata Desa Batudulang.

3.5 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan beberapa instrumen penelitian seperti; pedoman wawancara, alat rekam, dan alat tulis.

a. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan peneliti dalam memberikan pertanyaan ke setiap informan.

b. Alat Rekam

Alat perekam yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hp Vivo dengan kapasitas memori 28G, guna merekam informasi yang

disampaikan oleh informan.

c. Alat Tulis
13

Alat tulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah notebook dan pulpen, guna mencatat data-data di setiap observasi dan

wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

3.6 Metode Analisis Data

Untuk dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini tentang strategi pengembangan, maka peneliti akan menggunakan pendekatan

Matriks SOAR yang dikembangkan oleh Stavros & Hinriches

Analisis SOAR

STRENGTHS OPPORTUNITY
PRESENT

FUTURE ASPIRATION RESULTS

Sumber: Stavros & Hinrichs, 2007

Dengan menggunakan hasil analisis SOAR dalam penelitian ini dapat membantu peneliti dalam memberikan analisis yang cukup

tajam serta dapat menjadi faktor-faktor pertimbangan yang menjadi landasan atau dasar dalam penyusunan strategi yang terbaik, hasil analisis

dengan Analisis SOAR ini akan menghasilkan strategi pengembangan edu-ekowisata di Desa Batudulang. Setelah peneliti merumuskan

strateginya, maka peneliti akan melakukan analisis perencanaan pengembangan potensi edu-ekowisata sehingga dapat membantu pengelola

ekowisata Desa Batudulang dalam pengembangan Desa ekowisata kedepan.

Setelah menggunakan matriks SOAR peneliti menggunakan metode analisis data deskriptif kualitatif dimana data dalam

penelitian ini akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Untuk dapat menganalisis data guna menjawab permasalahan dalam

penelitian ini, maka peneliti akan menggunakan tiga tahap dalam analisis data kualitatif, yaitu;

a. Reduksi data: merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dari sekian banyaknya data

yang diperoleh dalam penelitian. Dari setiap data tersebut, peneliti akan memisahkan tema dan polanya sehingga peneliti dapat

fokus pada permasalahan penelitian. Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas kepada

peneliti, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya jika masih ada data yang kurang.
14

b. Display data: setelah peneliti melakukan pemilihan data, maka langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah peneliti

menganalisis data dan menyajikan dalam bentuk narasi. Dengan demikian maka akan mempermudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, dan bagaimana merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Verifikasi data: pada tahap verifikasi ini apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, tidak didukung oleh bukti-bukti

yang kuat maka peneliti akan kembali untuk melakukan pengumpulan data di lapangan. Namun demikian, jika tahap verifikasi

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan yang kredibel.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Desa Batu Dulang

4.4.1 Letak Geografis

Desa Batudulang terbentuk sekitar tahun 1947 memiliki luas 6.643,98 km² menurut data (BPS 2021), desa Batudulang terletak

di kecamatan Batulanteh, Kabupaten Sumbawa, desa ini terbagi menjadi beberapa dusun, yaitu Dusun Bina Warga, Dusun Punik, Dusun Buin

Basar, Dusun Sampar Anong dan Batudulang. Jarak dari desa Batudulang ke kota Sumbawa kurang lebih 30 km dengan waktu tempuh ± 45

menit melalui jalan darat.

Secara geografis wilayah Desa Edu-ekowisata Batudulang Kecamatan Batulanteh terletak dengan batas-batas wilayah:

1) Sebelah Utara : Desa Kelungkung

2) Sebelah Selatan : Desa Tepal

3) Sebelah Timur : Desa Sempe

4) Sebelah Barat : Desa Seseng

Desa Batudulang merupakan pintu gerbang untuk menuju Bao Desa (desa yang terletak di dataran tinggi) atau desa awal yang

akan dilintasi untuk mencapai beberapa desa seperti Tapal, Bao Desa dan Batu Rotok. Kawasan Desa Batudulang didominasi oleh tanaman

hijau dan hutan. Selain itu, hutan Desa Batudulang merupakan kawasan penyangga ketersediaan air di Kota Sumbawa Besar. Desa

Batudulang terdiri dari 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

Berdasarkan Schmidt dan ferguson tipe iklim di wilayah KPHP Batulanteh termasuk blok pemanfaatan Batudulang mempunyai

tipe D dan E, curah hujan tahunan berkisar antara 746-2.556 mm/tahun. Musim hujan dimulai sekitar bulan November/Desember, dengan

curah hujan tertinggi 215-629 mm/hari. Hari hujan tertinggi 15-23 hari, dan bulan kering pada bulan Mei-November, dengan temperatur

berkisar antara 24-32 ̊C, dengan rata-rata terendah 20,7 ̊C Tertinggi 35,5 ̊C rata-rata kelembaban udara pada musim hujan mencapai 85% dan

pada musim kemarau mencapai 67%. (KPHP Batulanteh, 2021)

15
16

Kondisi iklim dan musim ini, berlangsung selama lima bulan musim hujan dan tujuh bulan musim kemarau, dengan curah hujan

kurang dari satu bulan, sangat ideal untuk pengembangan kegiatan wisata alam, terutama untuk kegiatan di luar ruangan, petualangan dan

program pendidikan lingkungan.

Kondisi hidrologi di kawasan hutan di KPHP (Kelompok Pengelolaan Hutan Produksi) Batulanteh terutama di Desa Batudulang

merupakan hulu daerah aliran sungai yang mengalir ke arah kota Sumbawa Besar sehingga penting untuk menjaga ketersediaan sumber air

dibagian hilirnya, sehingga keutuhan fungsi perlindungan hidrologi akan sangat strategis untuk menjaga keseimbangan ekosistem dibagian

hilir khususnya kota Sumbawa Besar dan sekitarnya.

Potensi jasa lingkungan air KPHP Batulanteh meliputi sumber daya air bagi Perusahaan Air Minum (PDAM) wilayah Kabupaten

Sumbawa serta perusahaan swasta yang memanfaatkan air sebagai bagian retribusi bagi sumber pendapatan kabupaten. Air merupakan salah

satu kebutuhan yang amat dibutuhkan oleh masyarakat hulu dan hilir.

Di blok pemanfaatan Batudulang terdapat beberapa aliran sungai menuju ke kota Sumbawa. Oleh karena itu keberadaan hutan dengan fungsi

perlindungan hidrologi dari sungai-sungai tersebut penting dan strategis untuk kelestarian dari keberadaan hutan Batudulang. Sumber Air,

keberadaan sungai adanya beberapa air terjun menjadi sumber ketersediaan air di wilayah ini juga merupakan objek wisata alam yang

menarik, oleh karena itu, upaya pemeliharaan dan pelestarian daerah hidrologi di wilayah ini perlu dilakukan obyek wisata serta ketersediaan

sumber air dan keutuhan air untuk wisata alam dan masyarakat setempat baik air minum maupun untuk pertanian.

4.1.2 Kondisi Topografi

Berdasarkan kenampakan fisiografi, wilayah KPHP Batulanteh sangat bervariatif mulai dari datar (0-<8%) sebanyak 0,4%,

landai (8 -<15 %) sebanyak 18,5%, curam (25-<40%) sebanyak 37,9%. (KPHP Batulanteh, 2021) Topografi kawasan di blok pemanfaatan

kelompok Hutan Batulanteh yang menjadi lokasi obyek wisata alam umumnya bergunung-gunung, banyak terdapat daerah perbukitan hingga

pegunungan sehingga memberikan pemandangan yang sangat indah kawasan kota Sumbawa, hamparan hutan alam yang masih primer.

Kondisi topografi seperti menyuguhkan objek-objek menarik seperti menyaksikan panorama alam, mengamati flora dan fauna, serta

mengembangkan kegiatan untuk outbond, hiking, trekking dan sepeda gunung.


17

Topografi Desa Batudulang dikelilingi oleh hutan dan perbukitan serta berada pada ketinggian 1300 di atas permukaan laut. Desa

ini memiliki iklim yang sangat tropis, hutannya sangat lebat dan rimbun.

Berdasarkan komposisi kawasan hutan pada kawasan pengelolaan KPHP Batulanteh diketahui bahwa kawasan pengelolaan KPHP didominasi

oleh hutan produksi seluas 18.473 hektar atau 56% sehingga kawasan hutan tersebut tergolong hutan produksi. (KPHP Batulanteh, 2021)

4.1.3 Kondisi Demografis Desa Batudulang

Jumlah Penduduk

Jumlah laki-laki 566 Orang

Jumlah Perempuan 592 Orang

Jumlah total 1.158 Orang

Jumlah kepala Keluarga 354 KK

Kepadatan Penduduk ………………………………..Per km

(Sumber: profil Desa Batudulang, 2020)

Desa batu dulang yang merupakan wilayah administrasi hutan lindung yang memiliki penduduk sebanyak 1.158 jiwa yang

terdapat di enam (6) dusun berdasarkan data profil desa Batudulang tahun 2020. Rasio perbandingan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 566

jiwa dan perempuan sebanyak 592 jiwa perbandingan ini hampir seimbang.

Jumlah penduduk yang besar merupakan modal dalam kegiatan pembangunan kehutanan, karena dengan jumlah tenaga yang

berlimpah akan memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan jika diimbangi dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang baik.

Namun juga sebaliknya, jika jumlah penduduk yang besar tidak dapat dikendalikan, akan dapat mengganggu lajunya kegiatan pembangunan

di bidang kehutanan, khususnya munculnya pemukiman liar, perambahan hutan yang mengancam keutuhan ekosistem hutan.

4.1.4 Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat

Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Batudulang merupakan petani, pengusaha kecil dan menengah, pedagang

kios dan pegawai negeri sipil dan lain-lain. Jumlah rumah tangga yang menggantungkan mata pencaharian sebagai petani 365 orang,

pedagang kios 19, pegawai negeri sipil 9 orang serta pengusaha kecil dan menengah 7 Orang. (Sumber: profil Desa Batudulang, 2020)
18

Sebagian besar jumlah penduduk/rumah tangga yang bekerja sebagai petani, sehingga membutuhkan lahan garapan yang luas.

Jika hal ini tidak dikendalikan dengan baik atau tersedianya alternatif mata pencaharian lain akan berdampak negatif terhadap kawasan hutan.

Pertambahan penduduk yang pesat dan tidak diimbangi dengan ilmu pengetahuan yang memadai, akan berimplikasi buruk terhadap kawasan

hutan dan berbanding lurus dengan tingkat kerusakan hutan.

Masyarakat yang berdekatan dengan kawasan hutan hidupnya sangat tergantung akan keberadaan hutan, karena keberadaan

hutan bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan seperti memanfaatkan hasil hutan berupa kayu untuk membuat rumah/bangunan dan

keperluan lain atau memanfaatkan hasil hutan non kayu berupa madu, hewan, dan lain-lain.

Di Kecamatan Batulanteh tidak ada masyarakat adat selain masyarakat adat Sumbawa, namun dalam konteks pengelolaan hutan

tidak ada lagi hutan adat.

Masih banyak tradisi terkait sumber daya alam yang dilakukan oleh masyarakat Sumbawa di sekitar hutan, misalnya berburu rusa yang biasa

disebut Nganyang, ternak lepas berpola LAR, berburu madu dan bertani.

Pada umumnya masyarakat sekitar hutan di wilayah KPHP Batulanteh masih sangat tergantung dengan hutan Dalam memenuhi

kebutuhan ekonomi keluarga sehari-hari, jika musim kemarau masyarakat laki-laki biasanya mencari hasil hutan berupa madu, kayu bakar,

rotan atau memanen tanaman kopi dan kemiri yang telah ditanam di hutan. Sebagian orang beranggapan bahwa penghasilan dari hutan lebih

menguntungkan daripada bertani atau berwiraswasta, karena pengelolaan lahan di hutan lebih mudah dipertahankan, dan produksinya lebih

banyak daripada bertani saja. Masyarakat masih memandang kawasan hutan sebagai tempat berlangsungnya kehidupan yang menyangkut

sejarah keberadaan masyarakat setempat, terutama yang berkaitan dengan fungsi resapan air, karena kegiatan ekonomi kawasan ini bertumpu

pada pertanian, termasuk perkebunan dengan nilai ekonomi yang tinggi. jenis tanaman bernilai, seperti kopi, kayu manis, dan madu hutan

serta usaha peternakan.

Secara historis masyarakat umum Kabupaten Sumbawa pernah dipengaruhi oleh peradaban zaman prasejarah yang dibawa nenek

moyang yang tergolong bangsa Austronesia dan pengaruh agama hindu di pulau jawa dirasakan juga di Pulau Sumbawa, bahkan hingga

sekarang unsur budaya prasejarah tersebut seperti animisme, memuja arwah leluhur, ritual tanak enek ujan (upacara memohon ujan) dan

besedekah lang (ritual selatan dan mohon doa untuk kesuburan lahan pertanian) masih erat dipertahankan. (sumber : wawancara pokdarwis)
19

Tidak hanya itu menurut kepercayaan masyarakat setempat sebelum mengadakan suatu event, salah satu contoh Event Trabas

Alam yang biasanya mengeksplorasi wisata alam, dimana peserta harus menggunakan minyak kesi, sebelum memasuki hutan, minyak kesi ini

digunakan untuk menghindari gangguan makhluk halus. atau hal yang tidak diinginkan, minyak kesi ini merupakan minyak khas desa batu

dulang yang bahan bakunya diambil dari hutan Desa Batudulang, minyak ini juga bisa digunakan untuk pijat.

Ada beberapa Etnis yang terdapat di Desa Batudulang adalah Etnis Samawa, Sasak, Bima dan Jawa. Bahasa yang umum

digunakan dalam berinteraksi menggunakan bahasa Samawa, bahasa Indonesia dipakai oleh penduduk setempat dalam berinteraksi dengan

pendatang luar dari Kabupaten Sumbawa. Aspek lain yang tidak kalah penting adalah budaya, aspek ini dengan nilai-nilai luhur masih sangat

dipertahankan sebagai landasan hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat luar.

4.1.5 Perkembangan Ekowisata Desa Batudulang

Pada tahun 2017 tercipta kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MoU) antara balai KPH Puncak ngengas dengan

pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa melalui dinas pemuda olahraga pariwisata. Kesepakatan tersebut berupa kerjasama pengembangan

wisata alam di lima desa di Kabupaten Sumbawa yang masuk dalam wilayah kerja Balai KPH Puncak Ngengas Batulanteh seperti Desa Alas,

Songkar, Pernek, Pelat dan Batudulang. Dalam hal ini Desa batudulang merupakan desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan

pada kelompok hutan Batulanteh RTK 61. Desain tapak Pengelolaan Wisata Alam pada blok pemanfaatan hutan lindung desa batudulang

kelompok hutan Batulanteh RTK 61 yang Mencakup areal seluas ± 486.25 Hektar. Adanya potensi ini, menjadi salah satu misi KPHP

Batulanteh dengan mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan secara mandiri dengan mengembangkan produk hutan yang memiliki prospek

ekonomi, mengoptimalkan fungsi hutan, mengoptimalkan pemanfaatan kawasan hutan, hasil hutan dan jasa lingkungan, memberdayakan

ekonomi masyarakat dan mengembangkan unit usaha KPHP.

Adanya ide kegiatan pemanfaatan hutan ini bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat untuk menyambung perekonomian

sembari menunggu musim panen kopi, dan kemiri, Awal merintis ada beberapa kelompok yang terlibat di dalamnya antara lain kelompok

sumber daya alam, dan pemuda yang berada dibawah arahan KPHP Batulanteh, awal merintis lokasi yang dianggap memiliki potensi dan

panorama yang indah yaitu dengan memanfaatkan kawasan dari hutan Lindung. Pemilihan lokasi ini dilandasi beberapa pertimbangan

diantaranya Pertimbangan Kebijakan, Pertimbangan Ekologis, Pertimbangan Teknis, Pertimbangan sosial dan budaya.
20

Pada awal merintis, yang ditawarkan hanya menara selfie yang terbuat dari kayu diberi nama lembah Tebapanotang yang

berhadapan langsung dengan kota Sumbawa, Pulau Moyo dan Gunung Tambora. Setelah menara selfie dibangun, pengelola mulai

mempromosikan destinasi wisata ini melalui media sosial seperti facebook, sehingga pada minggu pertama wisatawan mulai berdatangan

karena penasaran, pihak KPHP Batulanteh pun ikut melakukan promosi langsung dengan mengundang para kepala dinas dan jajarannya untuk

memperkenalkan alam Batudulang. Melihat kunjungan wisatawan mulai meningkat DISPOPAR (Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga)

Kabupaten Sumbawa menetapkan Desa Batudulang sebagai salah satu dari 10 desa yang akan dikembangkan menjadi desa ekowisata sesuai

dengan SK DISPOPAR Kabupaten Sumbawa. Hal ini juga mendapat respon yang baik dari pemerintah provinsi sehingga Desa Batudulang

ditetapkan sebagai salah satu dari 99 lokasi prioritas yang akan dijadikan Desa Wisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2019-2023

sesuai SK Gubernur Nusa Tenggara Barat.

Seiring berjalannya waktu, pembentukan pokdarwis pun dimulai, bahkan investor pun mulai berdatangan, salah satunya dari

Bank BRI yang menyumbangkan dana sebesar 300 juta rupiah untuk pembangunan Galeri UMKM yang dijadikan sebagai tempat menjual

produk-produk yang dihasilkan masyarakat sekitar, seperti madu, berbagai jenis varian kopi, minyak kemiri, jahe instan dan lain sebagainya.

4.2 Potensi Daya Tarik Edu-ekowisata di Desa Batudulang

Sebagai salah satu desa yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi Edu-ekowisata, Desa Batu Dulang memiliki potensi yang sangat

mendukung yaitu:

4.2.1 Hutan Desa Batudulang

Sebagai salah satu upaya pelestarian alam sekaligus menjaga kelestarian lingkungan, KPH Batulanteh memberikan izin kepada

masyarakat dalam pemanfaatan hutan lindung dan hutan produksi termasuk penetapan wilayah kerja HKM (Hutan Kemasyarakatan) dalam

kelompok hutan Batulanteh, pembebasan lahan seluas 300 hektar, untuk pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang berada di hulu

DAS, sehingga melalui pemanfaatan izin HKM, hasil utama berupa HHBK (kopi, madu, empon-empon dan kakao) hutan ini dijadikan

sebagai salah satu program hutan lindung yang memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat setempat karena hutan ini merupakan

salah satu penyumbang oksigen terbesar di sumbawa, program ini dilakukan untuk membantu menjaga kelestarian hutan dengan melibatkan

masyarakat setempat sebagai pelakunya.


21

Sejak terbentuknya KPH, beberapa potensi dari sumber daya hutan mulai muncul terutama di kawasan KPHP Batulanteh, salah

satunya manggis hutan Sumbawa atau Septogarcinia sumbawaensis, keberadaannya hanya ada di Sumbawa dan Bali, tidak hanya itu di hutan

ini juga terdapat jenis pohon langka dan endemik yang dapat dijadikan sebagai program pendidikan lingkungan, wisatawan dapat mempelajari

jenis-jenis flora seperti jirak (Septogarcinia sumbawaensis), jenis Dipterocarpacea seperti keruing (dipterocarpus retusus) dengan tinggi

minimal 15 meter dan diameter minimal 60 cm, tidak hanya itu masyarakat sekitar hutan memanfaatkan potensi kawasan hutan untuk

menunjang kehidupan sehari-hari, termasuk untuk obat sebagai pengobatan alternatif, antara lain: kemiri, kopi, kayu manis, keruing

(Dipterocarpus Retusus), Tempoak (Euhenia subglauca), Piko (Evartamia macrocarpa Merr), Baru (Garuga floribunda Decne), Dadap

(Erythrina sp), Suren (Toona Sureni), Kesambi (Schleichera oleosa) dan Madu Hutan Alami (Apis Dorsata).

Selain flora, di kawasan hutan ini masih banyak terdapat fauna seperti burung-burung dengan jenis sempeong, beo sumbawa,

kakatua jambul kuning, punglor, elang kepala putih (haliastur indus). Jenis burung ini banyak dicari oleh pemerhati burung, akan tetapi jenis

beo sumbawa (gracula religiosa robusta) dan kakatua jambul kuning (cacatua sulphurea) sudah sangat susah ditemukan dikawasan ini.

Kakatua jambul kuning biasanya bersarang di pohon binong (Tetramales nudiflora). Potensi tersebut dapat dijadikan sebagai media

pendidikan lingkungan.

Gambar. 1 Hutan

(Sumber: Pokdarwis Batudulang, 2019)


22

Dalam konteks Ekowisata, hutan ini berpotensi sebagai lokasi pengembangan pendidikan, apalagi terdapat flora dan fauna

endemik sehingga dapat dijadikan sebagai tempat pendidikan tentang Ekologi, seperti halnya diungkapkan oleh (Alamsyah, 2013: 4) Edu-

ekowisata sendiri pada dasarnya menjamin kelestarian lingkungan dengan maksud hampir sama dengan konservasi, yakni menjaga tetap

berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung kehidupan, melindungi keanekaragaman hayati serta menjamin kelestarian dan

pemanfaatan spesies dan ekosistemnya. Seperti yang diungkapkan Alamsyah bahwa kepedulian terhadap lingkungan sangat penting dengan

melakukan edukasi di hutan ini, selain bermanfaat, hutan ini juga akan tetap terjaga.

Dalam konteks pengembangan edu-ekowisata menurut Nugroho (2015; 6) ada dua strategi dalam mengembangkan edu-

ekowisata dengan merancang berbagai produk wisata dan mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan kompetensi masyarakat sekitar.

Ini merupakan strategi penting dalam merancang produk wisata sekaligus konservasi.

4.2.2 Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dapat dijadikan media edu-ekowisata

Selain potensi hasil hutan kayu, potensi hasil hutan bukan kayu di wilayah KPHP Batulanteh cukup beragam dan tersebar di

beberapa kelompok hutan. Hasil hutan bukan kayu dimaksud selama ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar wilayah KPHP

Batulanteh. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan ekonomi masyarakat. Berikut ini adalah potensi HHBK yang

tersebar di wilayah kelola KPHP Batulanteh yang dapat dijadikan media Edu-ekowisata.

1) Madu hutan

Sebagian Masyarakat desa batudulang bekerja sebagai petani madu, Keberadaan lebah madu di kawasan pengelolaan KPHP

Batulanteh cukup banyak karena ketersediaan pakan lebah madu yang beragam dan melimpah. Jenis lebah yang teridentifikasi adalah Apis

dorsata, dan Trigona sp. Keberadaan sarang lebah madu ini tidak terlalu sulit ditemukan di kawasan Hutan Lindung, benda hitam pekat yang

tergantung di satu pohon yang dengan tinggi sekitar 20 meter, dengan panjang sarang sekitar 1,5 meter. Dari kejauhan sarang ini tampak

mengkilat sesekali dikarenakan gerakan-gerakan kecil dari ribuan binatang kecil, itulah lebah apis dorsata alias lebah hutan. Uniknya setiap

orang yang pertama kali menemukan sarang lebah tersebut meskipun masih berupa gundukan kecil belum siap dipanen sekalipun, masyarakat

akan memberikan tanda dengan cara menebang ranting pohon untuk diletakkan di bawah sarang lebah agar menjadi tanda bahwa sarang lebah
23

tersebut sudah ada pemiliknya, adab yang sudah berkembang sejak lama, bila ada patahan pohon maka tidak akan ada yang berani

mengambilnya apalagi memindahkannya, kalaupun ada yang nekat, beresiko dijauhi warga dan di cap sebagai maling.

Adanya Potensi ini nantinya bisa dijadikan objek wisata, wisatawan bisa belajar tentang proses pengelolaan madu, mulai dari

proses pencarian sarang lebah liar di tengah hutan, cara memanennya hingga pengemasan yang cukup unik.

Gambar. 2 Potensi Madu Hutan

(Sumber: Pokdarwis Batudulang, 2021)

Tidak hanya itu, turunan lebah yang juga menjadi prospek adalah beeswax (lilin lebah) dan bee bread/bee pollen (roti lebah). Hal

ini dapat dikembangkan dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat dan kelompok tani dengan mengajak kelompok mitra pemanfaatan

madu untuk lebih mengembangkan beeswax dan roti lebah menjadi salah satu unit usaha pengembangan kelompok tani hutan.

2) Kopi

Selain bertani madu masyarakat Desa Batudulang memiliki perkebunan kopi, Tanaman kopi yang tersebar di kawasan hutan

lindung seluas ±2.350 Ha. Jenis kopi yang tumbuh di wilayah ini adalah jenis robusta dan Arabika. Tanaman kopi menjadi salah satu
24

komoditas yang dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat sekitar, sampai saat ini. Adanya potensi ini dapat dijadikan salah satu

kegiatan edu-ekowisata yaitu wisatawan dapat belajar mengenai pengolahan kopi mulai dari

pemetikan, penjemuran, penyangraian, hingga dinikmati. Rasa kopi batudulang memiliki ciri khas tersendiri karena dari proses

penyangraian yang masih tradisional menggunakan kete (gerabah) berbeda dengan kopi-kopi yang biasa kita temui di coffee shop yang

biasanya menggunakan mesin untuk meroasting. Penyangraian kopi ini nantinya bisa dijadikan tontonan wisata budaya yang menarik.

Gambar. 3 Potensi Kopi

(Sumber :Pokdarwis 2021)

3) Kemiri

Potensi kemiri di wilayah kelola kphp batulanteh cukup tinggi, seluas ±2.275 Ha, Tersebar di petak-petak kawasan hutan

produksi. Biji kemiri dimanfaatkan masyarakat untuk berjualan dan menunjang kehidupan sehari-hari. Biji kemiri juga dapat diekstraksi dan

diolah menjadi minyak kemiri. Pemanfaatan buah kemiri ini juga dapat dijadikan sebagai atraksi edu-ekowisata, wisatawan dapat belajar cara

memisahkan biji kemiri dari cangkangnya untuk diolah menjadi minyak kemiri. Kegiatan ini bisa dijadikan tontonan wisata budaya.

Gambar. 4 Potensi Kemiri


25

(Sumber : Dokumen pribadi dan Pokdarwis, 2022)


4) Kayu Manis

Jenis kayu manis yang tumbuh di kawasan hutan Batulanteh yaitu Burmanni Cinnamon verum. Pohon kayu manis jenis ini

tersebar di wilayah hutan batulanteh seluas ± 2.160 Ha. Kayu Manis ini akan berproduksi baik bila ditanam didaerah dengan ketinggian 500 -

1.500 m.dpl, bila ditanam di ketinggian kurang dari 500 m dpl, meskipun tanaman tumbuh lebih cepat namun kualitas kulit kayunya rendah

(ketebalan kulit dan aromanya berkurang). (wawancara ketua KPHP Batulanteh, 2022), kayu manis jenis ini memiliki rasa yang kurang pedas

daripada cassia dan loureiroi. Selain itu, jenisnya merupakan jenis kayu manis yang lebih ringan. Tekstur yang dimiliki yaitu berwarna merah

coklat di luar dan berwarna abu-abu coklat di bagian dalam. Selain itu, berbentuk strip yang tebal. Sebelum dipanen biasanya pohon kayu

manis di bagian bawah dikuliti kurang lebih 1 meter, lalu dibiarkan 2 sampai 3 minggu hal ini bertujuan agar kulit kayunya tidak lengket, tak

heran jika di hutan Batudulang wisatawan menemui pohon kayu yang dikuliti, itu adalah pohon kayu manis, setelah dikuliti pohon kayu manis

tadi diambil kulitnya dan pohonnya akan ditebang, proses ini sudah lumrah karena nantinya akan tumbuh tunas yang baru. Potensi kayu manis

sampai saat ini pemanfaatannya hanya sampai disini untuk pengembangan lebih lanjut belum dilakukan karena kurangnya pengetahun.

Gambar. 4 Potensi Kayu Manis


26

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)

5) Rotan

Dalam dunia industri, rotan merupakan bahan baku pembuatan berbagai macam kerajinan tangan, potensi rotan di wilayah hutan

Batulanteh cukup besar ±4.500 Ha tersebar di petak-petak kawasan hutan lindung, pemanfaatan rotan nantinya dapat dijadikan kerajinan

berupa tas, anyaman furniture, tikar dan lain sebagainnya, kekayaan potensi rotan ini sampai saat ini belum dikembangkan sebagai suatu

industri karena masyarakat setempat masih perlu belajar dalam memanfaatkan potensi rotan ini.

Gambar. 5 Potensi Rotan

(Sumber : Pokdarwis, 2020)

6) Tanaman Obat
27

Kawasan hutan KPHP Batulanteh telah digunakan secara tradisional oleh masyarakat sebagai sumber obat-obatan alami, jenis

tanaman obat-obatan yang banyak digunakan masyarakat sekitar antara lain :

No Jenis tanaman Manfaat

1 Cabe olat Buahnya: suplemen penambah kesuburan dan menambah vitalitas

2 Tahi Angin Akar: bahan jamu herbal pereda masuk angin, batuk, dan mengatasi
rasa letih.

3 Bidara (ziziphus) Buah dan akar: pengobatan rematik dan asam urat.

4 Tempoak (eughenia sublauca) Kulit : pengobatan gatal, dan penegawang.

5 Mahoni (swietenia Mahagony) Biji : pengobatan malaria.

6 Piko (Evertamia macrocarpa) Akar : untuk sakit kepala

7 Beru (garupa floribunda) Akar : sakit panas dalam.

8 Dedap (erythrina sp) Daun, biji dan daun muda : sakit pada bayi.

Sumber : Data Primer KPHP Batulanteh, 2021

Namun Potensi hasil hutan bukan kayu tersebut belum dapat diproduksi secara besar-besaran, karena masih dimanfaatkan oleh

masyarakat lokal dan di kawasan hutan sebagai kebutuhan alternatif, serta belum dikembangkan secara besar-besaran, Namun adanya Potensi

tersebut dapat dijadikan sebagai media edukasi agar wisatawan dapat belajar tentang cara pemanfaatan potensi tumbuhan yang ada di hutan

yang dapat dijadikan obat tradisional.

4.2.3 Potensi Kuliner Lokal Berbasis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Selain memiliki potensi Edu-ekowisata Desa Batudulang juga memiliki potensi wisata kuliner yang dapat dinikmati oleh

wisatawan, wisata kuliner saat ini sangat diminati oleh wisatawan karena ada wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi hanya untuk

menikmati kulinernya saja, di desa batu dulang tidak lengkap rasanya berkunjung jika belum mencoba kuliner khasnya seperti:

1) Gadung

Sejak berkembangnya Desa Batudulang pada tahun 1947, sebagaimana diketahui bahwa Desa Batudulang terletak di dataran

tinggi yang jauh dari pusat kota, di desa Batudulang tidak terdapat areal persawahan. masih sangat sulit, orang harus pergi ke kota dengan

menunggang kuda. dan perjalanan ke kota biasanya 2 hari 2 malam, hal inilah yang membuat masyarakat sejak saat itu menjadikan umbi
28

gadung sebagai pengganti nasi, Potensi umbi gadung yang tersebar luas di kawasan hutan produksi, tanaman gadung yang termasuk tanaman

berumbi dari suku uwi-uwian yang umumnya digunakan sebagai makanan, gadung menghasilkan umbi yang bisa dimakan, namun

mengandung racun yang bisa menyebabkan pusing. dan muntah jika dianggap serius Karena umbi jenis ini mengandung sianida yang cukup

tinggi, namun dengan proses yang tepat, kandungan sianida tersebut dapat dinetralisir dan aman untuk dikonsumsi.

Menurut masyarakat setempat secara tradisional masyarakat desa Batudulang telah menerapkan cara untuk mengurangi dan

menetralkan kandungan sianida dalam umbi gadung, yakni dengan cara merendamnya dengan Air Kapur Sirih atau Garam selama minimal

dua hari, kemudian diinjak untuk mengurangi kadar sianidanya proses ini disebut M’ne, setelah proses tersebut barulah umbi gadung diproses

untuk dimasak. Masyarakat Batudulang biasanya mengolah gadung hanya direbus kemudian diberi sedikit gula pasir dan kelapa parut,

makanan tradisional ini disebut bingka bola, makanan ini biasanya disantap saat berladang, tak hanya itu Umbi gadung juga dapat diolah

menjadi keripik dan berbagai olahan makanan lainnya. Manfaat yang terkandung dalam umbi gadung yaitu fosfor ,kalium ,protein,

betakaroten kalsium dan zat besi yang baik untuk tubuh.

Gambar. 6 Potensi Gadung

Gambar : Umbi Gadung

2) Kopi Rempah (Kawa Desa)

Desa Batudulang dikenal sebagai salah satu desa penghasil kopi di Sumbawa, karena banyaknya kopi yang diproduksi hanya

kopi original yang langsung diseduh, Masyarakat setempat belakangan ini mencoba berinovasi dengan membuat kopi rempah yang memiliki

khasiat, dengan mencampurkan kopi dengan bahan-bahan yang terdapat di hutan Batulanteh seperti jahe, cengkeh,kayu manis kelapa, dan
29

beras. Yang membedakan kopi ini dengan kopi lainnya adalah memiliki banyak perbedaan dengan jenis kopi lainnya terutama dari proses

pemanggangan. Proses ini menghasilkan perubahan kimia sehingga rasanya menjadi khas dan kadar kafeinnya juga menjadi berkurang.

Karena ditambahkan rempah-rempah rasa dari kopi ini terasa sedikit pedas dan warnanya pun berbeda. Proses pembuatan kopi ini bisa

dijadikan wisata gastronomi. Wisatawan dapat belajar dari bagaimana proses menyiapkan bahan, pengelolaan, hingga dinikmati.

Gambar. 7 Rempah-rempah campuran kopi

(Sumber : Pokdarwis, 2021)

4.2.4 Potensi Topografi Alam

1) Air Terjun

Air Terjun Tiu Dua merupakan salah satu dari sekian banyaknya air terjun yang ada di Desa Batudulang air terjun ini disebut Tiu

dua yang artinya memiliki dua kolam diatasnya. Air terjun ini dibuka karena aksesibilitas untuk menuju air terjun ini paling mudah, dalam

perjalanan menuju air terjun ini wisatawan akan menyusuri hutan. Disepanjang perjalanan wisatawan akan melihat berbagai jenis pohon

diantaranya pohon kayu maja, keruing (dipterocapus retusus) dan jirak, tak hanya itu dalam perjalanan wisatawan akan diiringi dengan

berbagai jenis kicauan burung disetiap langkahnya, karena lokasi air terjun ini terletak di tengah hutan lindung yang dikelilingi vegetasi yang

beragam dan cukup lebat nan teduh, jadi wisatawan dapat melihat beberapa jenis flora dan fauna yang ada di dalamnya, seperti Burung

Punglor, Sempeong, Beo Sumbawa dan Kakatua Jambul Kuning, wisatawan dapat melihat berbagai jenis burung jika beruntung. Aliran air
30

terjun Tiu Dua dengan sumber air dan sungai sebagai daya tarik wisata alam, area sungai ini bisa dijadikan areal lokasi kegiatan outbound,

karena memiliki view dan areal untuk kegiatan pada aliran Tiu Dua, potensi ini yang dijadikan sebagai daya tarik wisata edukasi.

Tak hanya air terjun Tiu dua, ada beberapa air terjun yang ditemui oleh masyarakat setempat seperti Air Terjun Kokar Dangar,

Air Terjun Pio Bilis, Air Terjun Porang Panjang yang aksesnya masih sangat sulit dijangkau. Akan tetapi air terjun ini tak kalah indahnya

dengan air terjun Tiu Dua, air terjun ini berada di sekitar hamparan tanaman keruing.

Gambar. 9 Air Terjun

(Sumber: pribadi dan Pokdarwis, 2022)


2) Goa Kokar Eta

Selain air terjun, ada juga Goa Kokar Eta merupakan salah satu goa tempat persembunyian orang pada zaman penjajahan

Belanda, karena sudah terlalu lama dan akibat pergeseran tanah goa ini sudah mulai runtuh sehingga tidak bisa ditembus. Goa ini merupakan

salah satu dari beberapa goa yang dulu digunakan sebagai tempat persembunyian, goa ini cukup luas dan mudah dimasuki dengan mudah,

sekarang hanya ada kelelawar dan landak yang hidup di dalam Goa ini. Tak hanya terdapat satu goa, di Desa Batudulang terdapat beberapa

goa ada satu goa yang unik dan menarik menurut pokdarwis setempat,. Ada goa yang memiliki panjang sekitar ± 40 M didalamnya berbentuk

lorong yang memiliki ruangan seperti kamar-kamar/lorong yang merupakan jalur rahasia, yang merupakan jalur tembusan (sumber:

wawancara, pokdarwis).
31

Menurut perkiraan masyarakat setempat terdapat sekitar ± 20 lebih goa yang ada di Desa Batudulang, akan tetapi letak goa

tersebut berada di tengah-tengah hutan sangat sulit untuk diakses, ada juga salah satu goa yang berisi arang kayu, entah goa itu dibangun oleh

manusia atau sudah ada sejak zaman dahulu, menurut pengakuan masyarakat setempat tidak ada seorangpun yang pernah berani

mengkonservasi gua ini karena di dalamnya terdapat hewan melata, seperti ular yang ukurannya cukup besar. Hal ini bisa dijadikan sebagai

tempat konservasi satwa liar khususnya ular. Potensi mengenai historitas dan geologi dari goa ini bisa dikembangkan menjadi daya tarik

wisata sejarah dalam kawasan ekowisata. Beberapa goa tersebut belum terdeteksi kedalamannya, panjangnya, karena belum ada riset atau

peneliti dan wisatawan yang berani masuk sampai ujung Goa, diprediksi goa ini sudah ada sejak dahulu, jauh sebelum Desa Batudulang ada.

(sumber : wawancara pokdarwis)

Gambar. 10 Goa

(Sumber : Pokdarwis, 2021)

Selain potensi diatas Ada beberapa potensi pendukung dari daya tarik wisata lainnya yang dapat dinikmati yaitu :

1) Menara pandang

Merupakan salah satu spot foto terbaik yang menyuguhkan lansekap Kota Sumbawa, dan lembah perkebunan di Kecamatan

Batulanteh dan sekitarnya. Jalan untuk menuju lokasi ini sangat mudah diakses oleh sepeda motor dan mobil, saat baru sampai wisatawan

hanya perlu berjalan kaki ± 2 menit untuk menuju lokasi ini.

Gambar. 11 Menara Pandang


32

(Sumber: Dokumen pribadi, 2022)

2) Rumah Pohon

Rumah pohon ini terletak di daerah perbukitan di tepi hutan, dilengkapi dengan jembatan kecil dengan pemandangan Kota

Sumbawa dan perkebunan masyarakat, wisatawan dapat menikmati udara segar, suara kicau burung, dan aroma pohon yang segar. Apalagi

ditambah dengan pemandangan sunset yang pastinya menakju

Gambar. 12 Rumah Pohon

(Sumber : Dokumen pribadi, 2022)


33

Untuk Kayu yang digunakan untuk pembuatan rumah pohon merupakan hasil dari jarahan, yang didapat dari illegal logging, jadi

Pokdarwis Batudulang meminta kayu tersebut secara bersurat kepada pihak KPH Batulanteh.

Dalam konteks potensi Ekowisata menurut Mariotti dalam Yoeti(1983) potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan

wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung, berdasarkan potensi yang sudah dipaparkan di atas desa

batudulang memiliki berbagai macam potensi yang menjadi tujuan wisata, dari potensi tersebut beberapa bisa dijadikan media edukasi yang

dikemas menjadi Edu-ekowisata yang merupakan perkembangan dari ekowisata, yang dibentuk menjadi pariwisata yang bertanggung jawab

dengan memperhatikan konservasi lingkungan, dan juga fokus pada pengamatan dan pemahaman mengenai alam dan budaya masyarakat

sekitar, yang dimana wisatawan dapat belajar ilmu lokal disana.

4.3 Strategi Pengembangan Edu-ekowisata

Untuk menyusun strategi dapat dianalisis melalui faktor kekuatan, peluang, yang dapat dijadikan rancangan dimasa yang akan datang

dan results yang menentukan hasil-hasil yang ingin dicapai dimasa yang akan datang dan melihat sejauh mana pencapaian yang sudah

direncanakan.

Berdasarkan potensi yang sudah digambarkan di atas terdapat beberapa potensi yang menjadi kekuatan yaitu, potensi hutan.

Hutan Batulanteh memiliki berbagai jenis flora dan fauna yang Endemik, seperti Jirak (Septogarcinia sumbawaensis), jenis Dipterocarpacea

seperti keruing (dipterocarpus retusus), dan manggis hutan Sumbawa atau Septogarcinia sumbawaensis, yang keberadaannya hanya ada di

Sumbawa dan Bali, tidak hanya itu masyarakat sekitar hutan memanfaatkan potensi kawasan hutan untuk menunjang kehidupan sehari-hari,

termasuk pemanfaatan flora untuk obat sebagai pengobatan alternatif, antara lain: kemiri, kopi, kayu manis, keruing (Dipterocarpus Retusus),

Tempoak (Euhenia subglauca), Piko (Evartamia macrocarpa Merr), Baru (Garuga floribunda Decne), Dadap (Erythrina sp), Suren (Toona

Sureni), Kesambi (Schleichera oleosa) dan Madu Hutan Alami (Apis Dorsata).

Selain flora, di kawasan hutan ini masih banyak terdapat fauna seperti burung-burung dengan jenis Sempeong, Beo Sumbawa,

Kakatua Jambul kuning, Punglor, Elang kepala putih (haliastur indus), selain itu Desa Batudulang memiliki potensi topografi alam berupa,

goa, air terjun menara pandang dan rumah pohon, tak hanya itu Desa Batudulang memiliki potensi Kuliner Lokal Berbasis Hasil Hutan Bukan

Kayu (HHBK) yang dapat dimanfaatkan untuk wisata kuliner, Akan tetapi di hutan ini masih banyak terjadi perbuatan melawan hukum,
34

seperti alih fungsi hutan, hutan menjadi lahan perkebunan, hal ini timbul karena adanya perkebunan kopi yang dibudidayakan sehingga

merubah fungsi lahan hutan, terlihat bahwa sektor pertanian dan perkebunan lebih menjanjikan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.

faktor, pertama karena pendapatan masyarakat masih kurang, maka dari itu pentingnya pengembangan edu-ekowisata di Desa Batudulang

dapat membantu dan membuka peluang peningkatan pendapatan masyarakat sambil menunggu panen berikutnya.

Namun Potensi ini belum dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, kurangnya partisipasi dari masyarakat serta pemerintah Desa, Hal ini

dibuktikan dengan dibangunnya beberapa fasilitas di lokasi objek wisata yang sudah terbengkalai, pengembangan sumber daya manusia,

promosi dan pemasaran yang kurang optimal, sehingga kawasan Desa Batudulang kurang dikenal oleh masyarakat luas dan karena ketidak

berpihakan pemerintah yang membuat aksesibilitas terhadap objek wisata ini masih belum terbangun.

4.4 Matriks SOAR

Strategi pengembangan Edu-ekowisata pada kawasan hutan Batudulang dirumuskan yaitu melalui analisis SOAR yang meliputi peluang dan

kesempatan, berikut uraiannya:

OPPORTUNITY
STRENGTHS
 Penerapan konsep Edu-ekowisata di Desa
PRESENT ● Memiliki potensi yang kuat dari Batudulang berpotensi wisata, yang
flora dan fauna menjadi langkah inovasi pendidikan
● Memiliki Keindahan  Penerapan konsep Edu-ekowisata yang
pemandangan Alam, Udara yang dikembangkan berdasarkan potensi di
sejuk lapangan tidak hanya sebatas melakukan
● Media edukasi konservasi lingkungan melainkan

memunculkan aspek desain ruang edukasi

bertema lingkungan.

 Peluang pendapatan

FUTURE ASPIRATION RESULTS

 Mengembangkan seluruh potensi  Meningkatkan kesadaran masyarakat

yang ada, baik potensi sumber dengan memberikan penyuluhan


35

daya alam seperti penyuluhan tentang manfaat objek wisata

keanekaragaman hayati (flora bagi mereka serta mengajak masyarakat

dan fauna) dan keindahan untuk berpartisipasi dalam menjaga

bentang alam, serta bumi kelestarian hutan dan objek wisata yang

perkemahan dan budaya ada di dalamnya.

masyarakat sekitar yang dapat

dimanfaatkan.

 Membuat paket wisata edukasi

 Memperkuat segmentasi pasar

 Peningkatan kualitas SDM

( Tabel : Matriks Soar)

Berdasarkan atas matriks tersebut maka strategi yang dapat dilakukan adalah :

1) Pemanfaatan flora dan fauna sebagai media edukasi

Kawasan hutan Batudulang memiliki potensi sumber daya alam hayati yang tinggi baik itu flora, fauna dan panorama alamnya.

Dengan potensi yang dimiliki sekarang tentu saja sangat besar peluang untuk segera dikembangkan sebagai lokasi Edu-ekowisata. Edu-

ekowisata sebagai konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) yang mana dalam rencana pengembangannya harus melibatkan

masyarakat lokal demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ekowisata pada dasarnya menjamin kelestarian lingkungan dengan proses

ekologis yang tetap mendukung kehidupan, melindungi keanekaragaman hayati serta menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan

ekosistemnya (Alamsyah, 2013; 8). Adapun Edu-ekowisata sendiri pada hakikatnya ada pada faktor dimana intensitas pengenalan dan

pembelajaran budaya sejak dini mulai terjadi, melalui desain pembelajaran yang sengaja dihadirkan sesuai materi lingkungan dalam format

objek wisata. Hal ini dikembangkan dikarenakan sejauh ini konsep edu-ekowisata hanya terhenti pada kegiatan kampanye konservasi

lingkungan semata.

Pengembangan Edu-ekowisata dapat dikembangkan dengan menggunakan desain pembelajaran dalam rangka mendukung

kelestarian kawasan hutan. Edu-ekowisata berperan sebagai strategi pembangunan berkelanjutan, dengan mengintegrasikan inovasi

pendidikan dalam sistem pembelajaran lingkungan sebagai alternatif pengembangan pariwisata daerah.

Adanya potensi tersebut dapat dijadikan media edukasi berbasis lingkungan hidup pengembangan yang dilakukan dapat

menggunakan konsep edu-ekowisata menurut (Alamsyah, 2013: 8). pembangunan ekowisata yang berwawasan lingkungan lebih menjamin
36

kelestarian pembangunan berkelanjutan. Sebab pembangunan ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa

alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologi wisatawan (Fandeli, 2002).

Masyarakat lokal sebagai objek yang memiliki karakter fisik dan sosial budaya yang beraneka ragam merupakan salah satu

sumberdaya dan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan yang harus diberikan kesempatan dan memotivasi untuk ikut terlibat dalam

pengembangan Edu-ekowisata di Desa Baatudulang mulai dari perencanaan sampai pada pembagian hasil. Melalui Aspirasi masyarakat yang

dituang dalam ide atau tenaga yang sesuai dengan kapasitas yang ada maka akan memunculkan dorongan untuk ikut berpartisipasi sehingga

akan tercipta rasa memiliki terhadap sumberdaya alam yang ada, sehingga akan tercipta rasa memiliki terhadap sumber daya alam yang ada,

sehingga dalam pengelolaan kawasan hutan dapat menjamin keberlanjutan dan kelestariannya. Adapun pendekatan yang dapat dilakukan

untuk mendukung pengembangan jangka panjang adalah.

a. Ekologi, aspek lingkungan sangat penting untuk diperhatikan agar dalam

pengembangannya tidak menimbulkan kerusakan potensi sumber daya alam. Kaidah-kaidah konservasi harus diperhatikan untuk

menjaga kebutuhan sumber daya alam yang merupakan modal utama dalam pengembangan pariwisata alam.

b. Ekonomi, pemerintah bersama dengan LSM dan pengusaha pariwisata bekerjasama dalam memajukan tingkat hidup masyarakat

melalui pengembangan wirausaha berskala kecil.

c. Sosial-budaya, harus peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya, kearifan tradisional masyarakat, dan melestarikan budaya

masyarakat setempat.

Hal ini sesuai dengan pengembangan ekowisata yang memberikan peluang untuk mengembalikan kelestarian hutan karena ekowisata selain

menyediakan jasa lingkungan juga bersifat konservasi sumberdaya alam dan lingkungannya dengan tidak merusak hutan (Partomo, 2004).

2) Membuat paket wisata edukasi

Pola yang ditawarkan penulis Dengan memanfaatkan potensi yang ada dengan cara pengelola membuat paket wisata dengan

memperhatikan target pasar, seperti paket wisata untuk anak SD dengan memberikan materi pembelajaran, dengan menjadikan hutan

sebagai media pendidikan, dimana wisatawan dapat belajar tentang jenis-jenis flora dan fauna dan wisatawan dapat menikmati wisata

alam dengan pola edu-ekowisata sebagai wadah pengembangan bakat, pendidikan lingkungan sedini mungkin bukan sekedar
37

mengenalkan anak pada permasalahan lingkungan, tetapi lebih kepada mengembangkan bakat baik anak, melalui penanaman, cara

pandang dan sikap yang benar, menuju alam. Sehingga kerusakan hutan lebih lanjut dapat dihindari dengan adanya kegiatan ini, Yang

didampingi oleh mentor yang paham akan lingkungan. Sedangkan untuk wisatawan umum, paket wisata dapat menggunakan pola

edukasi dengan memanfaatkan potensi Hasil Hutan Bukan Kayu dan memanfaatkan obat tradisional yang dijadikan media dimana

wisatawan dapat memanfaatkan potensi tersebut mulai dari pengelolaannya hingga dapat dinikmati sehingga wisatawan mengunjungi

Desa Batudulang tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk menikmati alam tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk menikmati

alam dan pengetahuan lokal masyarakat disana.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan oleh peneliti maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Potensi kawasan hutan Batulanteh yang terdiri dari berbagai jenis flora-fauna yang dapat dijadikan media edukasi dan hasil hutan

bukan kayu(HHBK) yang dapat dimanfaatkan menjadi obat tradisional, memiliki potensi topografi alam sehingga memiliki

peluang untuk dikembangkan menjadi Edu-ekowisata.


38

2) Strategi pengembangan Edu-ekowisata ini, dapat dilakukan dengan mengembangkan secara optimal potensi yang ada baik flora-

fauna, panorama alam dan kearifan lokal masyarakat setempat dalam satu paket wisata dengan memanfaatkan dukungan dari

pemerintah dan masyarakat setempat, desain pengembangan Edu-ekowisata menggunakan desain pembelajaran lingkungan

dengan memanfaatkan potensi hutan. Hal ini dikembangkan dikarenakan sejauh ini konsep edu-ekowisata hanya terhenti pada

kegiatan kampanye konservasi lingkungan semata. Pengembangan Edu-ekowisata dapat dikembangkan dengan menggunakan

desain pembelajaran dalam rangka mendukung kelestarian kawasan hutan. Edu-ekowisata berperan sebagai strategi

pembangunan berkelanjutan, dengan mengintegrasikan inovasi pendidikan dalam sistem pembelajaran lingkungan sebagai

alternatif pengembangan pariwisata daerah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh peneliti maka pada kesempatan ini peneliti dapat memberikan saran agar Peningkatan

sinergitas dari berbagai pihak dalam rangka pengembangan Edu-ekowisata di Desa Batudulang seperti pemerintah daerah, swasta, dan

masyarakat sangat diperlukan, agar seluruh pihak yang terlibat dapat menikmati hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah dan Asnaryati. Potensi Ekowisata dan Strategi Pengembangan Tahura Nipa-Nipa, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Jurnal

Penelitian Kehutanan Wallacea. 2013, Juni; Vol. 2 No. 2

Abdul Hadi Hilman, F. p. 2019. Strategi Pengembangan Sektor Ekowisata di Kabupaten Sumbawa. Nusantara Journal of Economics, VOL.

12. No 37. Tahun 2019

Aliet, dkk. 2018. Penerapan Konsep Edu-ekowisata sebagai media pendidikan karakter berbasis lingkungan. Jurnal Ecolab Vol. 12 No. 1

Januari 2018

Auliya, anisatul. 2019. Strategi Perencanaan Pariwisata Perkotaan Menggunakan SOAR Model Studi Kasus Kota Depok Jawa Barat, Jurnal

Hospitality dan Pariwisata. VOL (5) No 2. Tahun 2019

Dr. Farida Nugrahani M, H. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Pendidikan Bahasa. Surakarta: Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Damanik, Janianton dan Weber, Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan ANDI

Data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Sumbawa 2018

Data Dinas Kehutanan Kelompok Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Batulanteh Kab. Sumbawa 2021

Evi Fitriana. 2018. Strategi Pengembangan Taman Wisata Kum Kum Sebagai Wisata Edukasi di Kota Palangkaraya. Jurnal Ecolab Vol. 13

No. 1 Januari 2019

Fandelli C, 2002 Perencanaan Kepariwisataan Alam (Cetakan Pertama). Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM.

Gunardi, Djoko Winarno, S. P. 2017. Ekowisata. Bandar Lampung: Pusaka Media.

Nugroho, Iwan, et al. 2015. Pengembangan Desa Melalui Ekowisata. Era Edicitra Intermedia. Solo

Nurdiansyah. 2014. Peluang Dan Tantangan Pariwisata Indonesia. Bandung: Alfabeta

Pratomo. (2004) Formulasi Strategi Pengembangan Ekowisata di Taman Naional Gunung Gede Pangrango ( Master Theses from MB-IPB /

2008-10-23). Bogor: IPB.

Suwantoro, G. 2015. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Simamora, H. T. 2016. Strategi Pengembangan Pariwisata Melalui Ekowisata Pada Daya Tarik Wisata Bowele,Malang Selatan .

Repository.ub.ac.id, 164. Diakses pada Februari 2022

Yuningsih, Nining. 2005. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Obyek Wisata Pantai Pangandaran di

Kab. Ciamis Jawa Barat. Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Yusnikusumah, Tri R, et al. Evaluasi Pengelolaan Ekowisata di Kawasan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara. Jurnal

perencanaan wilayah dan kota 2016, ISSN 0853-9847 Vol 27, No. 3

Internet

39
Burhanudin, A. 2013. Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian. Retrieved from Pengumpulan data dan Intrumen Penelitian:

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/pengumpulan-data-dan-instrumen-penelitian/#:~:text=Sedangkan%20menurut

%20Suharsimi%20Arikunto%20(2010,menjadi%20sistematis%20dan%20dipermudah%20olehnya.&text=Instrumen%20merupakan

%20alat%20yang%20digunakan% Diakses pada Febuari 2022

Krisnan. (2021, Mei 6). 7 Pengertian Metode Penelitian Kualitatif Menurut Para Ahli. Retrieved from 7 Pengertian Metode Penelitian

Kualitatif Menurut Para Ahli: https://meenta.net/pengertian-metode-penelitian-kualitatif/#google vignette Diakses pada Februari 2022

Lampiran I Pedoman Wawancara Kepala Desa Batudulang

PEDOMAN WAWANCARA

STRATEGI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA

DI DESA BATUDULANG KECAMATAN BATULANTEH KABUPATEN SUMBAWA

I. Jadwal Wawancara

a. Tanggal, hari: 09 April 2022, Senin

b. Waktu mulai dan selesai: 09:00-10:00

II. Identitas Informan

a. Nama : Rosidi

b. Jenis kelamin : Laki-laki

c. Usia : 40 thn

d. Jabatan : Sekretaris Desa Batudulang

e. Pendidikan terakhir : SMA

III. Pertanyaan Penelitian:

A. Potensi Edu-ekowisata

1. Potensi ekowisata apa saja yang ada di Desa Batu Dulang?

2. Apakah semua potensi tersebut telah dikembangkan?

3. Bagaimana upaya pengelolaan potensi yang dilakukan oleh pemerintah desa, maupun pihak pengelola?

40
4. Bagaimana arah konsep edu-ekowisata yang ditawarkan Sebagai Daya Tarik wisata?

B. Kendala dan Kebijakan

1. Apa saja kendala yang dihadapi oleh pengelola dalam pengembangan edu-ekowisata di desa batu dulang?

2. Bagaimana keterlibatan pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan Edu-ekowisata?

Lampiran II Pedoman Wawancara Pokdarwis Desa Batudulang

I. Jadwal Wawancara

a. Tanggal, hari: 05 April 2022, Kamis

b. Waktu mulai dan selesai: 10:00-11-30

II. Identitas Informan

c. Nama : Hassanudin

d. Jenis kelamin : Laki-laki

e. Usia : 32 thn

f. Jabatan : ketua pokdarwis

g. Pendidikan terakhir: SMA

III . Pertanyaan Penelitian

1.Kapan Pokdarwis mulai dibentuk?

2.Siapa yang membentuk pokdarwis?

4. Apa Potensi Edu-ekowisata di Desa Batudulang?

5. Bagaimana Awal Mulanya Terbentuknya Desa Ekowisata Batudulang?

Lampiran III Pedoman Wawancara Kepala KPH Batulanteh

41
I. Jadwal Wawancara

a. Tanggal, hari: 14 April 2022, Sabtu

b. Waktu mulai dan selesai: 10:00-11:00

II. Identitas Informan

c. Nama : Dindin

d. Jenis kelamin : Laki-laki

e. Usia : 48 thn

f. Jabatan : kepala Balai KPH Barulanteh

g. Pendidikan terakhir: S1 Kehutanan

III. Pedoman Wawancara Kepala KPH Batulanteh

1.Bagaimana peran KPH Batulanteh dalam pengelolaan Edu-ekowisata ini?

2.Di Desa Batudulang memiliki hutan, hutan jenis apa saja yang ada?

3. Bagaimana kondisi alam Desa Batudulang?

4.Hutannya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan apa saja?

5. Ada berapa jenis flora dan fauna langkah yang ada di hutan tersebut?

Lampiran VI Pedoman Wawancara Kepala KPH Batulanteh

I. Jadwal Wawancara

a. Hari: 14 April 2022, Sabtu

b. Waktu mulai dan selesai: 10:00-11:00

II. Identitas Informan

42
a. Nama : Sahabuddin

b. Jenis kelamin : Laki-laki

c. Usia : 32 thn

d. Jabatan : Ketua BUMDES Desa Batudulang

e. Pendidikan terakhir: SMA

III. Pedoman Wawancara Ke ketua BUMDES Desa Batudulang

1. Apa produk unggulan Desa Batudulang?

2. Apa manfaat yang dirasakan adanya kegiatan pariwisata di Desa Batudulang?

Lampiran V Hasil Observasi

No Aspek Hasil observasi

(foto kegiatan observasi & deskripsi keadaan lapangan)

43
1 Potensi produk UMKM

Desa Batudulang

2 Potensi hasil kebun

masyarakat

44
3 Potensi Madu lebah liar

Lampiran VI Tabulasi Data

NO Responden Deskripsi Pertanyaan Tabulasi Data

1 Sekretaris Desa Potensi Edu-ekowisata apa saja Adapun potensi yang dimiliki berupa kekayaan hutan, yang

Batudulang yang ada di Desa Batu Dulang? didalamnya terdapat berbagai jenis flora dan fauna yang

langkah, dan juga Potensi dari Hasil Hutan Bukan

kayu(HHBK) yang dapat dijadikan media edukasi seperti

pengobatan tradisional, dan potensi gastronomi.

Apakah semua potensi tersebut Untuk saat ini pengembangan potensi tersebut dilakukan

telah dikembangkan? secara bertahap, saat ini kami sedang berfokus untuk

membangun aksesibilitas dan melengkapi sarana dan

prasarana.

Awal mula terbentuknya desa edu- Tujuan awal pengembangan desa edu-ekowisata hanya untuk

ekowisata batudulang? memancing wisatawan guna memperkenalkan Desa

Batudulang, meningkatnya kunjungan wisatawan secara

drastis di minggu pertama membuat pihak pengelola mulai

berbenah dan membentuk Pokdarwis yang awalnya hanya

dikelola oleh kelompok hutan masyarakat. Dan bantuan pun

mulai berdatangan dari pemerintah daerah dan pihak swasta.

45
2 POKDARWIS Bagaimana kondisi sosial dan Secara historis masyarakat Batudulang masih dipengaruhi

budaya masyarakat Desa peradaban zaman prasejarah dimana pengaruh bangsa

Batudulang? Austronesia dan agama Hindu di pulau Jawa dirasakan juga

masyarakat Sumbawa, hingga sekarang unsur budaya

prasejarah tersebut seperti Animisme, memuja arwah leluhur,

ritual tanak enek ujan (upacara memohon hujan) dan

besedekah lang (ritual selatan dan memohon doa untuk

kesuburan lahan pertanian) yang masih erat dipertahankan.

2 Pokdarwis Apa potensi Edu-ekowisata di desa Potensi hutan,berupa hutan, hasil hutan bukan kayu yang

Batudulang? dapat dijadikan media edukasi, dan beberapa daya tarik

wisata pendukung lainya seperti Air terjun, Goa, menara

pandang dan area Camping ground

Apakah ada historitas dari goa Di Desa batudulang memiliki Goa ±20 Goa namun hanya ada

tersebut? beberapa goa yang mudah di akses, pertama Goa kokar Eta

yang lokasinya paling mudah diakses, goa ini dulu digunakan

sebagai tempat persembunyian di masa penjajahan, dalam

goa ini terdapat beberapa lorong yang merupakan jalur-jalur

rahasia yang merupakan jalur tembusan.

Selain itu terdapat satu goa yang didalamnya terdapat arang

kayu, entah goa tersebut dibangun manusia atau sudah ada

sejak zaman dahulu, arang itu sudah ada sejak zaman dahulu,

menurut masyarakat setempat juga belum ada yang

mengetahui historitas dari goa tersebut mengapa terdapat

arang kayu di dalamnya, sampai saat ini masyarakat setempat

belum berani mengkonservasi goa ini karena didalamnya

terdapat hewan melata seperti ular yang ukurannya cukup

besar.

Kapan pokdarwis mulai terbentuk? Awal mula terbentuknya pokdarwis pada tahun 2017,

pokdarwis mulai terbentuk karena melihat kunjungan

wisatawan mulai meningkat, dan kami melihat peluang yang

besar dari potensi yang ada.

3 BUMDES Apa yang menjadi produk Madu lebah liar, minyak kemiri, kopi, kopi rempah (kawa

unggulan UMKM disini? desa), kayu manis, minyak tradisional Sumbawa.

Apa manfaat yang dirasakan sejauh Adanya kegiatan pariwisata membuat dampaknya untuk

ini dengan adanya kegiatan masyarakat. Peningkatan penghasilan bagi warung-warung,

pariwisata di Desa Batudulang? pemilik homestay, dan parker bisa jadi mata pencaharian

sampingan bagi masyarakat Desa Batudulang yang mayoritas

46
berkebun”

NO Responden Deskripsi Pertanyaan Tabulasi Data

1 Kepala Balai KPH Apa potensi hutan batulanteh yang Hutan batulanteh memiliki potensi terdapat flora dan fauna

Batulanteh dapat dijadikan media Edu- dan juga terdapat potensi HHBK yang dapat dijadikan media

ekowisata? pembelajaran dan juga terdapat daya tarik wisata yang akan

menjadi pendukung.

Jenis pohon apa yang sangat Terdapat hamparan keruing seluas ±233 Hektar, serta pohon

dominan di kawasan Hutan kayu manis yang saat ini belum dioptimalkan

Batulanteh? pemanfaatannya.

Dan juga terdapat pohon jirak yang hanya ada di sumbawa

dan bali.

Bagaimana kondisi Topografi Berdasarkan kenampakan fisiografi, wilayah KPHP

kawasan hutan Batulanteh? Batulanteh sangat bervariatif mulai dari datar (0-<8%)

sebanyak 0,4%, landai (8 -<15 %) sebanyak 18,5%, curam

(25-<40%) sebanyak 37,9%.

Apa saja potensi HHBK hutan Madu hutan, kopi, kemiri, bambu, rotan, porang, gadung,

Batulanteh? jahe merah, jagung dan ketak.

47
Lampiran VII Dokumentasi penelitian

Sekretaris Desa Batudulang

Sumber : (Dokumen Pribadi, 2022)

Ketua Pokdarwis

48
Sumber : (Dokumen Pribadi, 2022)

Ketua BUMDES

Sumber: (Dokumen Pribadi, 2022)

49
Kepala Balai KPH Batulanteh

Sumber : (Dokumen Pribadi, 2022)

50

Anda mungkin juga menyukai