Anda di halaman 1dari 118

PROYEK AKHIR

PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA SEBAGAI STRATEGI CITY


BRANDING PARIWISATA KABUPATEN PINRANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka studi pada Program
Studi Manajemen Kepariwisataan

YUSRIL RIZAL MAHENRA

17.212105

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEPARIWISATAAN


JURUSAN KEPARIWISATAAN
POLTEKNIK PARIWISATA BALI
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/BADAN
PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
2021

i
PERNYATAAN ORISINALITAS PROYEK AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :


1. Nama : Yusril Rizal Mahenra
2. Nim : 17.212105
3. Program Studi : Destinasi Pariwisata
4. Jurusan : Kepariwisataan
5. Judul Proyek Akhir :
Pengembangan Usaha Mikro Kue Tradisional Bolu Cukke Dan Pipang Dalam
Menunjang Pariwisata di Kabupaten Soppeng
Dosen Pembimbing :
1. Ilham Junaid, S.Pd., M.Hum., Ph.D
2. Dr. H. Suardi, MM

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa dalam Proyek Akhir ini tidak terdapat
karya atau pendapat yang telah ditulis dan dipublikasikan orang atau pihak lain
kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila
ternyata dalam naskah ini ditemukan unsur-unsur plagiasi, saya bersedia dituntut
didalam ataupun diluar pengadilan dan bersedia menanggung segala resiko yang
diakibatkannya.
Makassar, Juli 2021

Ketua Program Studi Manajemen Yang Menyatakan


Kepariwisataan Mahasiswa

 
Ilham, S.Pd., M.Hum., Ph.D Masriani
NIP. 197701082002121001 NIM. 17.212081

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Direktur Politeknik


Pariwisata Makassar Nomor : KP. 01.03/73/PTPIII/KEMPAR/2021 Tanggal 25
Januari 2021 untuk membimbing saudari :

Yang bertanda tangan dibawah ini :


1. Nama : Masriani
2. Nim : 17.212081
3. Program Studi : Destinasi Pariwisata
4. Jurusan : Kepariwisataan
5. Judul Proyek Akhir :
Pengembangan Usaha Mikro Kue Tradisional Bolu Cukke Dan Pipang Dalam
Menunjang Pariwisata di Kabupaten Soppeng

Menyatakan bahwa Proyek Akhir ini telah diperiksa dan dapat diajukan dihadapan
Tim Penguji Ujian Proyek Akhir Politeknik Pariwisata Negeri Makassar.

Makassar, 15 Juli 2021

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

   
Ilham, S.Pd., M.Hum., Ph.D Dr. H. Suardi, MM
NIP. 197701082002121001 NIP. 195804131992031001

iii
PENGESAHAN UJIAN PROYEK AKHIR

Proyek Akhir dengan judul Pengembangan Usaha Mikro Kue Tradisional Bolu
Cukke dan Pipang Dalam Menunjang Pariwisata di Kabupaten Soppeng yang
diajukan oleh Yusril Rizal Mahenra NIM 17.212105 ini telah DIPERTAHANKAN
dihadapan panitia Ujian Proyek Akhir pada Program Studi Manajemen
Kepariwisataan Jurusan Kepariwisataan Politeknik Pariwisata Negeri Makassar yang
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Direktur Nomor :
KP.01.03/106/PTPIII.KEMPAR-2021 Tanggal 03 Maret 2021 dan dinyatakan
LAYAK untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar S.Tr.Par pada
Program Studi Manajemen Kepariwisataan Politeknik Pariwisata Negeri Makassar,
pada hari Senin, 26 Juli 2021

Disahkan oleh,
Direktur Politeknik Pariwisata Negeri Makassar

Drs. Muhammad Arifin, M.Pd


NIP. 19630107 199203 1 001

Tim Penguji:

1. Ketua : Ilham, S.Pd., M.Hum., Ph.D


2. Sekertaris : Dr. H. Suardi, MM
3. Penguji I : Dr. H. Darwis, S.Sos., MM
4. Penguji II : Dewa Ayu Made Lily Dianasari, ST. Msi

iv
PENGESAHAN UJIAN PROYEK AKHIR

Tim Penguji Ujian Sidang Skripsi Politeknik Pariwisata Bali setelah meneliti,
mengetahui proses pembuatan skripsi oleh Masriani, dengan nomor induk
mahasiswa 17. 212081 dan telah dipertanggung jawabkan oleh yang bersangkutan,
dapat:

MENGESAHKAN:

Penguji I Penguji II

Ilham, S.Pd., M.Hum., Ph.D Dr. H. Suardi, MM


NIP. 19770108200212 1001 NIP. 19580413199203 1001

Penguji III Penguji IV

Dr. H. Darwis, S.Sos., MM Dewa Ayu Made Lily Dianasari,ST.Msi


NIP. 19690907 199003 1001 NIP. 19770810 200911 2001

MENGETAHUI

DIREKTUR POLITEKNIK PARIWISATA BALI

Drs. Ida Bagus Putu Puja, M.Kes


NIP. 19641026 199003 1001

v
MOTTO

“Untuk apa mengupayakan 10 hal jikalau 1 hal saja tidak sempurna


Jikalau 1 hal sudah membuatmu tercukupi untuk apa mengejar 10 hal”
-Masriani

“Orang yang tunduk kepada perasaanya tidak berada di bawah kendali dirinya
sendiri, melainkan takdir.
Karena mereka berada dalam kekuatan takdir, yang meskipun melihat yang lebih baik
tetapi memaksa mereka untuk mengikuti yang lebih buruk”
-Spinoza

The Power of Languange

vi
ABSTRAK

YUSRIL RIZAL MAHENRA . Tahun 2021. Pegembangan Potensi


Ekowisata Sebagai Strategi City Branding Pariwisata Kabupaten Pinrang. Proyek
Akhir. Pembimbing. Dr. H. MUH. YAHYA, M. Pd, CHE dan Dra. SURYA DEWI,
MM, CHE.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana potensi,
pengembangan ekowisata Kabupaten Pinrang dan bagaimana potensi pengembangan
ekowisata lokal sebagai strategi pembentukan City Branding Kabupaten Pinrang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini
bertujuan untuk menginventarisasi objek obejek Ekowisata yang berpotensi untuk
dibentuk sebagai strategi City Branding. Hasil penelitian ini secara praktis bisa
menjadi acuan ataupun rekomendasi kebijakan bagi Pemerintah Kabupaten Pinrang
sebagai salah satu Kota di wilayah timur Indonesia untuk membangun dan
mengembangkan City Branding. Selain itu dapat menjadi wujud nyata sumbangan
pengabdian kepada masyarakat melalui keahlian Program Studi Manajemen
Kepariwisataan dalam bidang kepariwisataan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Kabupaten Pinrang kaya akan potensi pariwisata alam membuat Kabupaten Pinrang
memiliki banyak daya tarik wisata alam, ditemukan bahwa dari hasil analisis ada 5
daya tarik wisata yang berpotensi yang di identifikasi masuk dalam lingkup ekowisata
dan dari hasil analisis data ditemukan bahwa Potensi Ekowisata Kabupaten Pinrang
dapat dijadikan sebagai strategi City Branding pariwisata Kabupaten pinrang.

Kata kunci : City Branding, Ekowisata, Kabupaten Pinrang.

vii
ABSTRACT

Masriani. 2021. Micro Business Development of Traditional Bolu Cukke and


Pipang Cakes in Supporting Tourism in Soppeng Regency. Final project. Makassar
State Tourism Polytechnic. Advisor. ILHAM, S.Pd., M. Hum., Ph.D and Dr. H.
SUARDI, MM.
The development of a business has many challenges, producers must review
all aspects related to what they will produce. Especially the products to be produced,
producers must meet the standards in the eyes of consumers so that their products
sell well in the market. To survive in the minds of consumers, producers need to pay
attention to consumer perceptions of the products they produce so that these products
can meet consumer needs, it is necessary to identify producers regarding the
challenges they will face in the production process because there are many things
that can trigger the decline in sales of a product. Strategy formulation is also needed
to deal with problems that will occur, with a strategy, producers can predict the next
steps to be taken. The marketing strategy applied can vary depending on the type of
product to be sold. Until now, traditional cake bolu cukke and pipang still survive
among consumers, bolu cukke and pipang have advantages in terms of durability,
distinctive taste, texture, making them suitable as souvenirs. In order to survive in the
market, bolu cake and pipang producers must face challenges such as the fulfillment
of raw materials, competition with more varied modern cakes. The formulation of
strategies that are in accordance with the characteristics of traditional cake bolu
cukke and pipang can increase sales again.

Keywords: Micro-enterprise, Marketing strategy, Traditional cake bolu cukke and


pipang

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT


atas segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Proyek Akhir
ini dengan judul ”Pengembangan Potensi Ekowisata Sebagai Strategi City Branding
Pariwisata Kabupaten Pinrang” yang dibuat sebagai salah satu bentuk untuk
memenuhi syarat untuk mendapat gelar sarjana pariwisata dari program studi
Destinasi Pariwisata jurusan Kepariwisataan Politeknik Pariwisata Negeri Makassar
berafiliasi Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali.
Terimakasih yang setulusnya kepada Allah Subhanuahu Wata’ala, serta
kepada kedua orang tua, Ayah tercinta Kadir dan Ibunda tersayang Sumiati, yang
selalu mendukung pendidikan maupun kegiatan saya, memberi kasih sayang baik dari
moril maupun materil, serta dorongan dan perhatian yang tidak pernah ada habisnya
serta doa yang tidak pernah putus. Semoga Allah Subhanuahu Wata’ala selalu
melimpahkan Rahmat dan Karunianya atas segala pengorbanan kalian.
Proyek Akhir ini diselesaikan atas bimbingan, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati peneliti mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Ilham, S.pd., M.Hum., P.hd dan Bapak Dr. H.
Suardi, MM selaku pembimbing yang dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran dalam mengarahkan dan membantu peneliti dalam menyelesaikan Proyek
Akhir ini.
Penyelesaian Proyek Akhir ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang
dialami peneliti, karenanya peneliti secara khusus mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang membantu atas kasih sayang tak

ix
terhingga, pengorbanan dan segala doanya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Proyek Akhir ini. Tak lupa peneliti menyampaikan terimakasih yang setinggi-
tingginya kepada :

1. Bapak Drs. Ida Bagus Putu Puja, M.Kes selaku Dirrektur Politeknik
Pariwisata Bali.
2. Bapak Drs. Muhammad Arifin, M.Pd Selaku Direktur Politeknik Pariwisata
Negeri Makassar.
3. Bapak Drs. I Wayan Muliana, M. Ed selaku Pudir 1 Politeknik Pariwisata
Bali.
4. Bapak Muhammad Arfin Muhammad Salim, S.Pd., M.Pd., Ph.D selaku Pudir
1 Politeknik Pariwisata Makassar.
5. Bapak Dr. I Ketut Surata, M.Sc selaku Kepala Bagian Administrasi,
Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Politeknik Pariwisata Bali.
6. Bapak Dr. Ali Muhtasom, A.Md., S.Sos., MM selaku Kabag AAKU.
7. Bapak I Ketut Adhi Astawan, S.E, M.Agb selaku Kepala Sub Bagian
Administrasi Akademik Politeknik Pariwisata Bali.
8. Ibu IGA Iin Purwanti, S.E selaku Kepala Sub Bagian Administrasi Akademik
Politeknik Pariwisata Makassar.
9. Bapak Dr. H. Darwis, S.Sos., MM. Selaku Ketua Jurusan Kepariwisataan
Politeknik Pariwisata Negeri Makassar.
10. Ibu Dewa Ayu Made Lily Dianasari, ST., M.Si selaku Ketua Program Studi
Manajemen Kepariwisataan Politeknik Pariwisata Bali.
11. Bapak Ilham Junaid, S.Pd., M.Hum, Ph.D Selaku Ketua Program Studi
Destinasi Pariwisata Politeknik Pariwisata Negeri Makassar.
12. Bapak dan Ibu staff Program Studi Destinasi Pariwisata Politeknik Pariwisata
Negeri Kota Makassar.

x
13. Ibu Hj. Atirah, Hj. Nemmi dan Hj. Tija selaku pemiliki usaha mikro yang
telah memberikan kemudahan kepada saya dalam menyusun penelitian ini.
14. Teman-teman kelas Destinasi Pariwisata 8 C yang saling mendukung hingga
saat ini.
15. Seluruh teman-teman angkatan MKP 17 dan rekan-rekan seperjuangan
Program Studi Destinasi Pariwisata.
16. Dita Ariska Aryanti dan Rima Dwi Agustin yang selalu memberikan
dukungan kepada saya.
17. Serta semua sahabat-sahabatku yang tersayang yang selalu memberi
dukungan kepada saya.
Terimakasih untuk semua pihak yang telah berperan penting dalam
penyusunan Proyek Akhir ini, peneliti memohon maaf karena tidak mencantumkan
nama satu per satu. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumber informasi bagi kita semua.Amin

xi
DAFTAR ISI

SAMPUL........................................................................................................................i

PERNYATAAN ORISINALITAS PROYEK AKHIR.................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................................iii

PENGESAHAN UJIAN PROYEK AKHIR................................................................iv

PENGESAHAN UJIAN PROYEK AKHIR.................................................................v

MOTTO........................................................................................................................vi

ABSTRAK..................................................................................................................vii

ABSTRACT...............................................................................................................viii

KATA PENGANTAR..................................................................................................ix

DAFTAR ISI...............................................................................................................xii

DAFTAR TABEL.......................................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................9

C. Batasan Masalah.................................................................................................9

xii
D. Tujuan Penelitian................................................................................................9

E. Manfaat Hasil Penelitian..................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR.....................................11

A. Tinjauan Pustaka...............................................................................................11

1.Konsep Cenderamata Sebagai Produk Wisata..................................................11

2. Konsep Strategi Pemasaran..............................................................................14

3. Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)...............................16

4. Konsep Kue Tradisional...................................................................................21

B. Kerangka Pikir..................................................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................26

A. Pendekatan Penelitian.......................................................................................26

B. Setting Penelitian..............................................................................................27

C. Sumber Data.....................................................................................................28

D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................29

E. Teknik Sampling...............................................................................................30

F. Teknik Analisis Data........................................................................................31

G. Keabsahan Data................................................................................................32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................34

A. Gambaran Umum.............................................................................................34

1. Gambaran Umum Kabupaten Soppeng........................................................34

2. Pariwisata Kabupaten Soppeng.....................................................................36

3. Kue Tradisional khas Kabupaten Soppeng...................................................39

B. Penyajian Data.................................................................................................46

xiii
C. Analisis dan Pembahasan.................................................................................51

1. Persepsi masyarakat atau konsumen terhadap kue tradisional bolu cukke dan
pipang sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Soppeng............................................53

2. Faktor yang mempengaruhi menurunnya produksi kue tradisional bolu


cukke dan pipang di Kabupaten Soppeng............................................................58

3. Strategi yang dilakukan produsen dalam meningkatkan penjualan kue


tadisional bolu cukke dan pipang.........................................................................62

BAB V PENUTUP......................................................................................................68

A. Kesimpulan.......................................................................................................68

B. Saran.................................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................71

LAMPIRAN................................................................................................................75

RIWAYAT HIDUP.....................................................................................................99

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jumlah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Kabupaten Soppeng.....6
Tabel 2: Alamat objek penelitian................................................................................27
Tabel 3: Jadwal penelitian..........................................................................................27
Tabel 4: Daftar narasumber........................................................................................30
Tabel 5: Langkah-langkah pembuatan bolu cukke.....................................................40
Tabel 6: Langkah-langkah pembuatan pipang............................................................43
Tabel 7: Penyajian hasil wawancara tentang persepsi masyarakat/konsumen terhadap
bolu cukke dan pipang sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Soppeng..........................47
Tabel 8: Penyajian hasil wawancara tentang faktor yang mempengaruhi menurunnya
penjualan bolu cukke dan pipang di Kabupaten Soppeng...........................................49
Tabel 9: Penyajian hasil wawancara tentang strategi yang dilakukan oleh produsen
dalam meningkatkan penjualan...................................................................................51
Tabel 10: Kriteria UMKM berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2008...........53
Tabel 11: Kemasan kue tradisional bolu cukke dan pipang.......................................57
Tabel 12: Proses distribusi..........................................................................................64

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Logo Kabupaten Soppeng………………………………………………..33


Gambar 2: Peta Kabupaten Soppeng………………………………………………...34
Gambar 3: Kawasan Wisata Ompo…………………………………………………..35
Gambar 4: Pemandian Air Panas Lejja………………………………………………36
Gambar 5: Villa Yuliana……………………………………………………………..37
Gambar 6: Bolu Cukke………………………………………………………………38
Gambar 7: Pipang biasa dan Pipang Ketan…………………………………………..41
Gambar 8: Tape ketan hitam dan tape ketan putih…………………………………..44
Gambar 9: Nennu-nennu dan jompo-jompo………………….……………………...44
Gambar 10:Usaha bolu cukke dan pipang yang menngunakan media promosi
instagram……………………………………………………………………………..64
Gambar 11: Bolu cukke yang ditawarkan di E-Commerce………………………….65
Gambar 12 : Sesi wawancara dengan salah satu pemilik toko oleh-oleh di Kabupaten
Soppeng……………………………………………………………………………...74
Gambar 13: Sesi wawancara dengan salah satu produsen bolu cukke dan pipang…..76
Gambar 15 : Alat dan bahan untuk pembuatan pipang………………………………79
Gambar 16 : Kemasan bolu cukke dan pipang yang didistribusikan ke pasar………81

xvi
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam dan budaya Indonesia sebagai potensi pengembangan pariwisata yang
dapat memberikan keuntungan besar bagi negara. Daerah-daerah yang dianugrahi
sumber daya alam dan budaya yang eksotis diharapkan dapat memberikan kontribusi
besar dalam pengembangan pariwisata Indonesia. Pariwisata merupakan salah satu
sektor paling penting bagi setiap negara tak terkecuali dengan Indonesia. Hal ini
dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang
menyebutkan bahwa kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi
pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, memajukan
kebudayaan, meningkatkan citra negara, maupun rasa cinta tanah air, memperkukuh
jati diri dan kesatuan bangsa serta mempererat hubungan antar bangsa. Dengan
demikian kepariwisataan di Indonesia diarahkan pada peningkatan peran pariwisata
dalam kegiatan ekonomi yaitu meningkatkan investasi sektor pariwisata yang dapat
menciptakan lapangan kerja serta kesempatan berusaha dengan tujuan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Upaya yang dilakukan pemerintah adalah melalui pengembangan dan
pendayagunahan berbagai potensi kepariwisataan nasional, seperti pembentukan
kelompok-kelompok Ekonomi Kreatif. Berdasarkan Undang-undang Nomor 24
Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa pelaku
Ekonomi Kreatif adalah orang perseorangan atau kelompok orang warga negara
Indonesia atau badan usaha berbadan hukum atau bukan berbadan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan Ekonomi Kreatif
dan pasal 4 yang menyatakan bahwa Ekonomi Kreatif bertujuan untuk mendorong
seluruh aspek Ekonomi Kreatif sesuai dengan perkembangan kebudayaan, teknologi,
kreativitas, inovasi masyarakat Indonesia dan perubahan lingkungan perekonomian
global.

1
Menurut Meyers (2009) pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan
sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan
untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin
tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa orang yang melakukan
perjalanan akan memerlukan berbagai barang dan jasa sejak mereka pergi dari tempat
asalnya sampai ke tempat tujuan dan kembali lagi ke asalnya. Munculnya produk
barang ataupun jasa ini disebabkan adanya aktivitas rekreasi yang dilakukan oleh
wisatawan yang jauh dari tempat tinggalnya. Wisatawan membutuhkan pelayanan
transportasi, akomodasi, makan dan minum, hiburan dan pelayanan lainnya. Jadi
dapat dikatakan bahwa produk industri pariwisata adalah keseluruhan pelayanan yang
diterima oleh wisatawan, mulai dari meninggalkan tempat tinggalnya (asal
wisatawan) sampai pada tujuan (daerah tujuan wisata) dan kembali lagi ke daerah
asalnya.
Tingkat kunjungan wisatawan ke Indonesia dari tahun ke tahun cenderung
terus meningkat sebelum adanya pandemi COVID-19. Ini membuktikan bahwa sektor
pariwisata merupakan industri yang digerakkan oleh pasar. Pariwisata dikatakan
sebagai industri karena didalamnya terdapat berbagai aktivitas yang bisa
menghasilkan produk, hal tersebut dapat menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan
masyarakat setempat untuk meningkatkan pendapatan mereka salah satunya adalah
penyediaan cendramata atau oleh-oleh yang menjadi aspek penting saat melakukan
perjalanan wisata, hal ini dikarenakan pada saat wisatawan akan kembali ke daerah
asalnya setelah mereka melakukan perjalanan, wisatawan tentunya mencari sesuatu
hal yang dapat mereka bawa kembali ke daerah asalnya baik untuk diberikan kepada
kerabat maupun untuk diri sendiri, hal yang ingin mereka bawa kembali tentunya ciri
khas dari daerah tempat mereka melakukan perjalanan yang dapat berupa benda khas
atau makanan khas daerah tersebut.

2
Pariwisata dapat memberikan kontribusi positif dalam peningkatan
pendapatan serta devisa bagi perekonomian nasional sedangkan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan dengan pengembangan sektor UMKM
pada setiap daerah yang ada di Indonesia. Pengembangan UMKM di Indonesia
merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan perekonomian nasional. Salah
satu peluang UMKM yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia adalah usaha
kuliner. Usaha kuliner merupakan bisnis yang tergolong tidak mudah dikarenakan
membutuhkan banyak inovasi dan kreativitas dalam pengembangannya sehingga
dibutuhkan strategi yang tepat. Strategi tersebut berperan penting dalam
keberlanjutan UMKM kuliner.
Makanan ataupun kue tradisional khas setiap daerah bisa menjadi pilihan
wajib yang dapat dijadikan cenderamata atau oleh-oleh setelah mengunjungi suatu
daerah, Wisatawan dapat membawa makanan atau kue tradisional yang berupa ciri
khas daerah yang mereka kunjungi untuk diberikan kepada kerabat agar mereka dapat
mencoba makanan atau kue tradisional tersebut yang tidak tersedia di daerahnya,
pasalnya seperti di Indonesia yang memiliki banyak pulau yang terbagi menjadi 34
provinsi masing-masing memiliki makanan atau kue tradisional yang berbeda-beda
sehingga hal tersebut dapat menjadi peluang bagi masyarakat setempat untuk
memulai usahanya. Ada banyak daerah di Indonesia yang terkenal dengan oleh-oleh
makanannya yang khas salah satunya Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal
dengan oleh-oleh khasnya yaitu Bakpia.
Bakpia adalah makanan yang terbuat dari campuran kacang hijau dengan gula
yang dibungkus dengan tepung lalu dipanggang. Usaha bakpia sudah berkembang
pesat di Yogyakarta, perkembangan ini terjadi seiring dengan meningkatnya
perkembangan pariwisata ke Yogyakarta. Daerah istimewa Yogyakarta merupakan
salah satu destinasi unggulan yang banyak dikunjungi wisatawan nusantara ataupun
asing sebelum adanya pandemi COVID-19 tercatat pada tahun 2018 jumlah
wisatawan di Yogyakarta mencapai 5.689.091 wisatawan dan pada tahun 2019
sebanyak 6.549.381 wisatawan (statistik kepariwisataan Dinas Pariwisata DIY,

3
2019). Banyaknya wisatawan yang berkunjung menjadi peluang pengembangan
usaha penyedia oleh-oleh bagi masyarakat lokal Yogyakarta, sehingga industri
penyedia oleh-oleh pun ikut berkembang mengikuti permintaan konsumen yang
semakin meningkat. Dampak positif dari perkembangan tersebut dilihat dari
meningkatnya jumlah UMKM yang memproduksi bakpia, dimana dengan keberadaan
UMKM ini membantu menciptakan lapangan pekerjaan.
Destinasi berikutnya yang terkenal dengan oleh-oleh khasnya yaitu Bali yang
juga menjadi destinasi unggulan di Indonesia yang terkenal dengan oleh-oleh kue pia
susu yang digemari oleh wisatawan dan sudah banyak tersedia dipasar oleh-oleh khas
Bali, berdasarkan informasi dari salah satu website travelingyuk.com, ada lima jenis
pie susu yang sangat terkenal di Bali antaralain, pie susu sari, pie susu bli man, pie
susu gayatri, pie susu bali asli, dan pie susu dhian. Selanjutnya Kota Pare-Pare yang
terkenal dengan oleh-oleh roti mantao nya. Roti mantao adalah kue roti yang
berwarna putih yang dapat disajikan dengan berbagai varian seperti dikukus dan
digoreng. Industri makanan menjadi salah satu industri yang perkembangannya cukup
pesat saat ini. Namun beberapa tahun belakangan ini perkembangan makanan lebih
mengarah ke tipe fast food baik dari merek lokal maupun asing, hal tersebut
disebabkan karena kesesuaian makanan siap saji dengan masyarakat Indonesia yang
dapat diklasifikasikan sebagai budaya modern.
Hal tersebut menimbulkan dampak kebutuhan masyarakat terhadap makanan
instant, sehingga dengan kehadiran fast food sangat diterima oleh masyarakat karena
cara penyajian yang cepat dan instan. Di Indonesia bisa kita lihat gerai makanan cepat
saji sangat banyak dan beragam. Setiap hari gerai makanan cepat saji tersebut tidak
pernah sepi dari konsumen. Selain perkembangan fast food yang mendominasi
industri kuliner saat ini, Perkembangan gerai-gerai makanan penutup juga ikut
berkembang dengan pesat, yang ditandai dengan kemunculan gerai kue merek
asing.Menurut salah satu web bisnis maxmanroe.com awal munculnya Breadtalk
pertama kali di Indonesia tahun 2003, J.CO Donuts yang muncul pada tahun 2005
dengan kemunculan gerai tersebut maka disusul dengan kemunculan toko-toko kue

4
merek lokal yang menawarkan aneka pastry dan bakery seperti Dapur Cokelat,
Holland Bakery, The Harvest, Amanda Brownies dan masih banyak toko merek lokal
lainnya. Hal tersebut menjadi ancaman dan alasan menghilangnya beberapa toko
yang dulunya memproduksi atau menawarkan kue tradisional dan beralih ke pastry
dan bakery. Kue tradisional yang identik dengan makanan yang tampilannya
sederhana dan biasanya makanan jenis tradisional memiliki kandungan nutrisi lebih
baik, sedangkan kuliner modern yang merupakan kebalikan dari kuliner tradisional
yang identik dengan tampilan yang menggugah selera, cita rasanya ditunjukkan
melalui berbagai cara mulai dari penyajian, tampilan, serta bahan-bahan import yang
asing ditelinga kita.
Makanan tradisional masih terdapat kelemahan jika dibandingkan dengan
makanan modern. Kelemahan makanan tradisional antara lain membutuhkan proses
pengolahan lebih lama. Terlebih dengan gencarnya iklan serta promosi makanan
modern yang belum diimbangi promosi makanan tradisional menyebabkan tingkat
ketertarikan masyarakat terhadap makanan tradisional semakin menurun.Menurut
data dari Kementrian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) tahun 2018,
jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99 % dari jumlah pelaku usaha
yang ada di Indonesia. Namun meskipun pertumbuhan UMKM di Indonesia menjadi
peran utama dalam pertumbuhan ekonomi di Inonesia akan tetapi ada banyak masalah
yang dihadapi oleh pemilik UMKM seperti kurangnya modal, pemasaran yang sulit,
struktur organisasinya yang sederhana serta pembagian kerja yang tidak baku,
kualitas manajemen yang rendah, Sumber daya manusia yang terbatas dan
kualitasnya rendah, kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan, aspek lagalitas
lemah serta rendahnya kualitas teknologi.
Oleh karena itu, Hafsah (2004) menjelaskan bahwa upaya yang dapat
dilakukan untuk menghadapi permasalahan dalam pengembangan UMKM yaitu
penciptaan iklim usaha kondusif, bantuan permodalan, perlindungan usaha,
pengembangan kemitraan, pelatihan, membentuk lembaga khusus, memantapkan
asosiasi, mengembangkan promosi dan mengembangkan kerjasama yang setara.

5
Kabupaten Soppeng memiliki potensi dalam pengembangan UKM, hanya saja
peningkatan daya saing produk UMKM belum maksimal dan banyak kendala yang
dihadapi seperti sumber daya manusia yang minim, kurangnya pengetahuan dan
penguasaan teknologi untuk pemasaran yang lebih luas sehingga ada banyak usaha
mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Soppeng yang proses produksinya
sudah mulai meredup.
Tabel 1: Jumlah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Kabupaten Soppeng

Kecamatan Mikro Kecil Menengah Jumlah


010. Marioriwawo 843 200 4 1 047
020. Lalabata 1 212 316 34 1 562
030. Liliriaja 545 180 10 735
031. Ganra 266 29 - 295
032. Citta 198 17 - 215
040. Lilirilau 997 257 9 1 263
050. Donri-Donri 534 109 4 647
060. Marioriawa 611 177 10 798
Jumlah/Total 5 206 1 285 71 6 562
Sumber : https://soppengkab.bps.go.id/
Salah satu usaha bolu cukke yang penjulannya mulai menurun yaitu Bolu
Cukke Hj.Atirah yang pada awalnya mampu menjual hingga 600 pcs perhari sekitar
30 box namun belakangan ini hanya mampu menjual hingga 400 pcs atau sekitar 20
box, dapat dikatakan mengalami penurunan hingga 30%. Bolu cukke merupakan
salah satu kue tradisonal khas Kabupaten Soppeng, meskipun tergolong kedalam jenis
kue bolu pada umunya akan tetapi kue tradisional bolu cukke memiliki rasa khas
tersendiri yang berbeda dengan kue bolu pada umumya. Cita rasa tersebut diperoleh
dari proses pembuatanya yang masih menggunakan metode tradisional. Bolu cukke
terbuat dari gula merah (gula aren) ,telur bebek dan tepung beras.

Meskipun bahan-bahan untuk membuat bolu cukke tergolong mudah


didapatkan akan tetapi yang menjadi ciri khas bolu cukke yaitu cara pembuatannya

6
yang dipanggang diatas tungku api menggunkan palekko (dalam bahasa bugis yang
artinya penutup yang terbuat dari tanah liat). Hingga saat ini bolu cukke telah menjadi
oleh-oleh khas Kabupaten Soppeng. Usaha Bolu Cukke Hj.Atirah merupakan salah
satu jenis usaha yang mempunyai prospek yang baik, pasalnya bahan dari kue bolu
cukke yang mudah didapat dan terjangkau, Salah satu kawasan produksi bolu cukke
yang terbesar di Kabupaten Soppeng berada di Lajjoa yang terkenal dengan hasil
produksi gula merah dengan kualitas terbaik dan juga merupakan kawasan yang
dilalui oleh jalan poros antar provinsi yang menghubungkan Kabupaten Bone dan
Kabupaten Barru Sehingga menjadi tempat yang digemari untuk singgah beristirahat
sekaligus membeli oleh-oleh. Usaha Pipang H.Tija merupakan kelompok usaha
pembuatan Pipang yang ada di Kabupaten Soppeng.
Berdasarkan informasi yang didapatkan penjualan pipang yang diterima
memang masih stabil atau dapat dikatakan selain menutupi modal yang dikeluarkan
Hj.Tija masih mendapat keuntungan dari produksi pipangnya. Pipang (Bugis) atau
Jipang (Makassar) merupakan kue tradisional yang bahan baku utamanya beras
dengan tambahan gula merah sebagai pemanis serta wijen dan kacang tanah
sebagai bahan baku pelengkap. Produk pipang sebenarnya merupakan kue
tradisional yang sudah sangat lama dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan
Makassar, namun demikian belum satupun kelompok usaha Pipang yang mampu
berproduksi secara professional, dikarenakan penjualan yang tidak stabil hal tersebut
diakibatkan karena adanya perbedaan selera konsumsi generasi saat ini.
Minat konsumsi generasi saat ini lebih mengarah ke kue yang lebih menarik
yang memiliki tampilan yang lebih berwarna, memiliki bentuk yang bermacam-
macam dan rasa yang bervariasi. Minimnya promosi yang dilakukan juga menjadi
salah satu hambatan perkembangan usaha pipang di Kabupaten Soppeng, sehingga
banyak konsumen atau masyarakat yang tidak mengetahui tentang kue pipang
tersebut. Kurangnya pengetahuan produsen tentang bagaimana cara menggunakan
media sosial untuk mempromosikan produk pipang mereka. Kue pipang sangat
berpotensi untuk dikembangakan menjadi usaha oleh-oleh yang layak ditinjau dari

7
beberapa kelebihan yang dimiliki, pipang yang tergolong kedalam jenis kue kering
ini dapat tahan hingga satu bulan sehingga aman untuk dijadikan oleh-oleh, walaupun
belum ada uji laboratorium mengenai kandungan atau komposisi, namun kue
pipang tidak mengandung bahan pengawet selain itu kue pipang sangat enak
disajikan kepada tamu-tamu atau untuk konsumsi keluarga saat istirahat sambil
minum kopi atau teh di rumah.
Pipang sangat potensial untuk dikembangkan karena merupakan produk
olahan dari beras yang bahan bakunya melimpah di Sulawesi Selatan, selain itu
daya tahan pipang yang cukup lama sehingga kue ini dapat dijadikan oleh-oleh khas
Kabupaten Soppeng atau Sulawesi Selatan pada umumnya. Namun meskipun
prospek pengembangan kedua usaha tersebut cukup potensial akan tetapi masih
banyak kendala yang dihadapi oleh produsen seperti banyak konsumen yang sudah
tidak tertarik dengan kue jenis tradisional karena tampilannya yang kurang menarik
sehingga lebih memilih membeli kue-kue yang memiliki tampilan lebih menarik,
selai itu saat ini minat konsumsi untuk kue tradisional terus menurun akibat adanya
perbedaan selera generasi saat ini dan kemunculan toko-toko pastry dan bakery yang
mendominasi pasar sehingga beberapa usaha mikro kecil menengah (UMKM) kue
tradisional yang dulunya terus berproduksi harus menghentikan ataupun mengurangi
hasil produksi mereka.
Sehingga untuk yang mewujudkan proses produksi kue tradisional yang terus
berkelanjutan diperlukan strategi pemasaran ataupun inovasi yang baru agar produk
dapat mengikuti perkembangan, sehingga proses produksi kue tradisional yang
dulunya dihentikan dapat dilanjutkan kembali. Oleh karena itu berdasarkan uraian
diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Usaha
Mikro Kue Tradisional Bolu Cukke dan Pipang Dalam Menunjang Pariwisata
di Kabupaten Soppeng”

8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, sehingga dapat dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi masyarakat atau konsumen terhadap produk kue
tradisional bolu cukke dan pipang sebagai cenderamata atau oleh-oleh khas
Kabupaten Soppeng?
2. Apa faktor yang mempengaruhi menurunnya penjualan produk kue
tradisional bolu cukke dan pipang di Kabupaten Soppeng?
3. Bagaimana strategi yang dilakukan produsen untuk meningkatkan penjualan
kue tradisional di Kabupaten Soppeng ?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Konsumen dari kue tradisional bolu cukke dan pipang
2. Produsen kue tradisional bolu cukke yaitu usaha bolu cukke Hj.Atirah dan
usaha bolu cukke Hj.Nemmi
3. Produsen kue tradisional pipang yaitu usaha pipang Hj.Tija
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan penelitian yang diperoleh sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat atau konsumen terhadap produk kue
tradisional bolu cukke dan pipang sebagai cenderamata atau oleh-oleh khas di
Kabupaten Soppeng.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi menurunnya penjualan kue
tradisional bolu cukke dan pipang di Kabupaten Soppeng.
3. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan produsen untuk meningkatkan
penjualan kue tradisional di Kabupaten Soppeng.

9
E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
penelitian yang serupa dan pengembangan Studi Manajemen Kepariwisataan.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat yang didapatkan setelah melakukan penelitian diantaranya, sebagai
berikut :
1. Bagi Peneliti
Menerapkan teori yang diperoleh selama belajar di bangku perkuliahan serta
memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir program Diploma IV
Manajemen Kepariwisataan.
2. Bagi Pelaku Usaha
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan untuk usaha
mikro kecil menengah (UMKM) yang bergerak dibidang kue tradisional di
Kabupaten Soppeng untuk meningkatkan jumlah penjulan cendramata atau oleh-oleh.
3. Bagi Politeknik Pariwisata Makassar
Untuk menambah referensi perpustakaan sehingga dapat digunakan sebagai bahan
bagi mahasiswa Politeknik Pariwisata Makassar khususnya dan pihak yang
berkepentingan untuk bahan penelitian sejenisnya.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Cenderamata Sebagai Produk Wisata
Cenderamata pada kamus The Collins Cobuild Dictionary (2008) yaitu benda
yang harganya tidak mahal dan berukuran relative kecil, untuk dihadiakan, disimpan
atau dibeli sebagai kenang-kenang kepada suatu tempat yang dikunjungi, suatu
kejadian tertentu. Dari pengertian tersebut mengandung makna bahwa cendramata
harus memiliki aspek benda berukuran relative kecil, Harganya tidak mahal, dapat
dihadiahkan, disimpan atau dibeli sebagai kenang-kenang dari suatu tempat. Souvenir
atau cendramata dalam pengertian umum sebagai sesuatu barang kecil dan relative
murah yang diberikan, terus atau dibeli sebagai pengingat dari tempat yang
dikunjungi dalam sebuah kesempatan.
Menurut Wilkins (2009) mengatakan bahwa cenderamata merupakan
komponen penting dari pengalaman wisata dan sebagian besar wisatawan membawa
kembali kenang-kenangan dan souvenir sebagai bukti. Aspek cenderamata atau
souvenir yang dapat dibeli oleh wisatawan lebih disukai bila berorientasi lokal.
Berorientasi lokal tersebut merupakan aspek dari sebuah cenderamata dimana
wisatawan bisa membawa pulang kenang-kenangan yang merupakan hasil
masyarakat tempat wisatawan berkunjung (Darnawi, 2011). Fungsi lain dari sebuah
cendramata juga sebagai alat promosi pariwisata suatu tempat atau destinasi.
Personal Souvenirs as Ambient Intelligent Objects sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Hoven dan Eggen (2005) mengemukakan beberapa aspek yang diteliti untuk
mengingat mengenai cendramata yang paling berharga, hal pertama yang diingat
sebagian besar kenangan pada suatu tempat atau kejadian tertentu.
Aspek kenangan terhadap suatu tempat atau kejadian memiliki peranan cukup
banyak yang membuat suatu barang tersebut menjadi sebuah cenderamata. Selain
aspek kenangan yang membuat cenderamata tersebut menjadi berharga, ialah aspek
harga yang terjangkau juga menjadi sebuah pertimbangan dan kriteria sebuah

11
cenderamata. Dengan harga yang terjangkau, selain bisa memenuhi aspek kriteria
sebuah cendramata juga bisa berpengaruh pada keinginan seseorang dalam membeli
produk cendramata khas suatu daerah. Selain itu Harga terjangkau juga bisa
berpengaruh apakah cenderamata yang dibeli akan digunakan atau hanya disimpan
saja sebagai kenang-kenangan. Klasifikasi cenderamata menurut daya tahan
dibedakan menjadi barang tahan lama, misalnya produk kerajinan tangan dan bahan
tidak tahan lama, misalnya makanan dan minuman. Sedangkan klasifikasi cendramata
produk makanan dibagi menjadi produk roti dan kue, produk kerupuk dan sejenisnya,
produk makanan dan masakan olahan dan produk makanan ringan.
Menurut Winarno (2008) Industri kuliner di Indonesia memiliki potensi besar
untuk dikembangkan menjadi produk wisata bagi para wisatawan mancanegara
maupun lokal karena keragaman makanan dan minuman khas yang ada disetiap
daerah. Kuliner khas di Indonesia sangat beragam, selain itu dari sisi harga makanan
dan minuman lokal lebih terjangkau, sehingga hal tersebut, selain dapat menjadi
peluang berusaha dan meningkatkan pemasukan ekonomi juga dapat menjadi brand
atau sarana promosi bagi setiap daerah itu sendiri dikarenakan saat wisatawan akan
kembali ke daerah asalnya, wisatawan tentunya mencari atau membutuhkan
cendramata atau oleh-oleh untuk dibawa kembali.
Menurut Banaszkiewicz (2011) menyatakan bahwa oleh-oleh adalah hadiah
kecil untuk keluarga atau teman setelah pulang dari bepergian untuk bisa
mengeratkan hubungan dengan orang tersebut. Selain itu membeli oleh-oleh juga
merupakan cara untuk mengikatkan diri dan mengingat kembali atas perjalanan yang
telah dilakukan. Cenderamata atau oleh-oleh dapat dibeli untuk aneka maksud dan
banyak makna. Seperti yang dikemukakan oleh Wasilewska (2012) bahwa oleh-oleh
dari tempat bepergian dapat berupa kenangan yang disimpan didalam benak sendiri,
karakter diri yang berubah, atau benda-benda yang unik. Sedangkan menurut
Kulturowa (2012) mengatakan bahwa ada delapan kategori dari cenderamata atau
oleh-oleh jika dikaitkan dengan pariwisata, yaitu :

12
1. Barang yang sengaja dibuat untuk memenuhi permintaan akan pasar
wisatawan, misalnya alat makan, pisau dan lainnya.
2. Barang dengan tulisan nama destinasi wisata, misalnya gantungan kunci, mug
dan lainnya.
3. Produk makanan, misalnya selai, permen, kue, rempah dan lainnya.
4. Barang personal yang dikoleksi dari destinasi wisata, misalnya botol minuman
5. Barang yang “dicuri” dari destinasi wisata, misalnya cutlery dengan nama
restoran, pensil,kopi/teh dengan nama hotel, dan lainnya.
6. Barang yang tidak digunakan oleh masyarakat setempat tetapi sengaja
diproduksi untuk kepentingan wisatawan, misalnya piring dengan ornamen
tertentu.
7. Barang yang dibeli pada saat perjalanan wisata yang akhirnya secara tak
sengaja menjadi barang oleh-oleh,misalnya peta, guide book dan lainnya.
8. Dan lain-lain, misalnya tanda tangan orang terkenal saat berada di destinasi
wisata.
Selain itu Kulturowa (2012) mengkategorikan cenderamata atau oleh-oleh yang
berhubungan dengan kegiatan kuliner menjadi empat, antara lain :
1. Produk makanan dan minuman, yaitu makanan dan minuman yang harus
segera dikonsumsi setelah kembali ke tempat asal, makanan dan minuman
yang waktu konsumsinya lebih lama dan dengan waktu kedaluwarsa yang
tercantum di kemasannya.
2. Peralatan memasak yang biasa d nama destinasi.
3. Resep makanan (dalam bentu ipakai atau hanya khusus dibuat sebagai barang
oleh-oleh, biasanya dicantumkan k buku), guide book soal kuliner ataupun
kartu menu.
4. Foto-foto makanan, buah, atau rempah-rempah yang dijual di toko souvenir
atau area pembuatan makanan tersebut.

13
Dalam penyediaan oleh-oleh yang menjadi pertimbangan adalah keunikan
dari produk kuliner tersebut sehingga wisatawan mau membelinya sebagai
cenderamata khas tempat tersebut. Toko cendramata daring “World Wide Gifts”
menyatakan bahwa makanan itu sangat identik dengan budaya setempat. Karena itu
setiap tempat pasti memiliki kekhasan yang tidak ada ditempat lain. Apalagi jika
cendramata produk kuliner tersebut dibawa dari tempat yang jauh atau sulit
mendapatkannya. Tentunya tidak setiap makanan dapat dijadikan cenderamata.
Cenderamata berupa makanan harusnya dalam bentuk kering dan mudah dibawah.
Namun, produk kuliner yang menyiratkan kelokalan daerah tersebut merupakan hal
yang paling dicari wisatawan meskipun susah dibawa untuk kembali ke daerah
asalnya, perbedaan antara produk kuliner lokal dengan produk kuliner di daerah
asalnyalah yang membuat wisatawan ingin membelinya
2. Konsep Strategi Pemasaran
Pemasaran melibatkan banyak pihak dalam perusahaan, oleh karena itu
pemasaran merupakan prestasi kerja dalam suatu kegiatan usaha dengan mengalirnya
suatu barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen. Menurut Hutama dan
Subagio (2014) menyatakan bahwa pemasaran merupakan serangkaian kegiatan
mulai dari proses dalam pembuatan, mengkomunikasikan mengenalkan dan
menawarkan transaksi yang mempunyai nilai bagi konsumen, klien, partner dan
masyarakat pada umumnya.
Strategi pemasaran yaitu serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan
yang memberi arah kepada usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu, pada
masing-masing tingkatan, acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan
perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu
berubah (Assuari, 2013). Sedangkan menurut Swasta (2008) menyatakan bahwa
strategi pemasaran adalah keseluruhan sistem dari kegiatan usaha melalui
perencanaan, penentuan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan
jasa yang memuaskan dan memenuhi kebutuhan pembeli. Strategi pemasaran berarti
melaksanakan produser tiga langkah secara sistematis, bermula dari strategi

14
segemantasi pasar, strategi penentuan pasar dan strategi penentuan posisi pasar.
Ketiga strategi tersebut adalah kunci di dalam manajemen pemasaran :
1. Strategi Segementasi Pasar adalah proses membagi pasar ke dalam kelompok
pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik ataupun
perilaku yang membutuhkan bauran produk dan bauran pemasaran tersendiri atau
dengan kata lain segmentasi merupakan dasar untuk mengetahui bahwa setiap
pasar terdiri atas beberapa segemen yang berbeda-beda.
2. Strategi Penentuan Pasar Sasaran yaitu pemilihan besar atau luasnya segmen
sesuai dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memasuki segmen tersebut.
Dalam menelaah pasar sasaran harus mengevaluasi dengan menelaah tiga faktor
yaitu, ukuran dan pertumbuhan segmen, kemenarikan struktural segmen, Sasaran
dan sumber daya.
3. Strategi Penentuan Posisi Pasar adalah strategi untuk merebut posisi dibenak
konsumen, sehingga strategi ini menyangkut bagaimana membangun
kepercayaan, keyakinan dan kompetensi bagi pelanggan. Menurut Kotler
(2009:292) “positioning adalah aktifitas mendesain citra dan memposisikan diri
dibenak konsumen”. Sedangkan menurut Tjiptono (2015) menyatakan bahwa
positioning adalah strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang unik
dalam benak pelanggan sasaran, sehingga terbentuk citra (image) merek atau
produk yang lebih superior dibandingkan merek produk pesaing.
Menurut Hasan (2008) tujuan dilakukannya positioning yaitu pertama, untuk
menempatkan atau memosisikan produk di pasar sehingga produk tersebut terpisah
atau berbeda dengan merek-merek yang bersaing. Kedua, untuk memosisikan produk
sehingga dapat menyampaikan beberapa hal pokok kepada para pelanggan. Ketiga,
Untuk mencapai hal yang diharapkan. Adapun indikator dasar-dasar positioning
menurut Kotler dan Amstrong (2012) yaitu, Atribut dan manfaat seperti daya tahan,
kehandalan dan kenyamanan, Kualitas dan harga, kegunaan dan pengguna,
kompetitor, serta budaya konsumen global.

15
Strategi pemasaran dikelompokkan dalam empat aspek yang sering dikenal
dengan marketing mix atau bauran pemasaran. Menurut Kotler dan Amstrong
(2012:75) “Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan perusahaannya di pasar
sasaran”. Konsep bauran pemasaran menurut Kotler dan Keller (2009) terdiri dari 4P,
yaitu Produk (product) adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, agar produk yang dijual mau dibeli, digunakan atau
dikomsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan dari konsumen.
Kedua, Harga (price) adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen
dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya
ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh
penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Ketiga, Tempat (place)
diartikan sebagai saluran distribusi yang ditujukan untuk mencapai target konsumen.
Sistem distribusi ini mencakup lokasi, transportasi, pergudangan, dan sebagainya.
Keempat, Promosi (promotion) berarti aktivitas yang menyampaikan manfaat produk
dan membujuk pelanggan untuk membelinya. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan segmentasi
pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning dan bauran pemasaran.
3. Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Ekonomi kreatif pada hakikatnya adalah kegiatan ekonomi yang
mengutamakan pada kreativitas berpikir untuk menciptakana sesuatu yang baru dan
berbeda yang memiliki nilai dan bersifat komersial (Suryana, 2013). Hasil kreatifitas
berfikir melahirkan inovasi yang menjadi bagian dalam menentukan kesejahteraan
dan kinerja perekonomian dalam jangka panjang sebagaimana inovasi tersebut
menjadi pengaruh dalam kinerja sebuah perusahaan (Bakhshi, Vittie, Simmie, 2008).
Pengelolaan Ekonomi Kreatif dan potensinya perlu dilakukan secara
sistematis, terstruktur dan berkelanjutan. Melalui pengembangan Ekosistem Ekonomi
Kreatif diharapakan dapat memberi nilai tambah pada produk Ekonomi Kreatif yang
berdaya saing tinggi dan terlindungi secara hukum. Sebagaimana dalam Undang-

16
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 33 ayat 14 Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa “perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian serta bengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional”. Berdasarakan Undang-Undang Nomor 24 Pasal 4
Tahun 2019 Tentang Ekonomi Kreatif menyatakan bahwa undang-undang Ekonomi
Kreatif memiliki tujuan antara lain :
a. Mendorong seluruh aspek Ekonomi Kreatif sesuai dengan perkembangan
kebudayaan, teknologi, kreativitas, inovasi masyarakat Indonesia dan perubahan
lingkungan perekonomian global.
b. Menyejahterahkan rakyat Indonesia dan meningkatkan pendapatan negara.
c. Menciptakan ekosistem Ekonomi Kreatif yang berdaya saing global.
d. Menciptakan kesempatan kerja baru yang berpihak pada nilai seni dan budaya
bangsa Indonesia serta sumber daya ekonomi lokal.
e. Mengoptimalkan potensi pelaku Ekonomi Kreatif.
f. Melindungi hasil kreativitas pelaku Ekonomi Kreatif.
g. Mengarusutamakan Ekonomi Kreatif dalam Rencana Pembangunan Nasional.
Ekonomi kreatif merupakan ekosistem yang memiliki hubungan saling
ketergantungan antara rantai nilai kreatif (creative value chain) lingkungan
pengambangan (nurturance environment) pasar (market) dan pengarsipan (archiving)
(Kementarian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI,2014). Ekonomi kreatif subsektor
kuliner merupakan kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan
minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi dan atau kearifan lokal
sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut,
untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen (Lazuardi,
Triady, 2015).

17
Sedangkan menurut Pangestu (2008) menyatakan bahwa Ekonomi kreatif
berperan dalam perekonomian suatu bangsa terutama dalam menghasilkan
pendapatan (income generation), menciptakan lapangan kerja (job creation) dan
meningkatkan hasil ekspor (export earning), Meningkatkan teknologi (technology
development), menambah kekayaan intelektual (intellectual property) dan peran
sosial lainnya. Oleh sebab itu, ekonomi kraetif dapat dipandang sebagai penggerak
pertumbuhan suatu bangsa. Daya kreasi merupakan faktor dalam industri kreatif
dengan melibatkan segala yang berhubungan dengan cara-cara mendapat input,
menyimpannya dan mengelolahnya. Sehingga daya kreativitas, keterampilan dan
bakat, ide adalah faktor supply yang sangat penting.
Menurut Basri (2012) Terdapat tiga hal pokok yang menjadi dasar dari
ekonomi kreatif antara lain sebagai berikut :
a. Kreativitas, dapat dijabarkan sebagai suatu kapasitas atau kemampuan untuk
menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang unik, fresh dan dapat diterima oleh
umum. Juga bisa menghasilkan ide baru atau praktis sebagai solusi dari suatu masalah
atau melakukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada. Seseorang yang memiliki
kreativitas dan dapat menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri beserta
orang lain.
b. Penemuan, istilah ini menekankan pada menciptakan sesuatu yang belum pernah
ada sebelumnya dapat diakuai sebagai karya yang mempunyai fungsi yang unik atau
belum pernah diakui sebelumnya.
c. Inovasi, sesuatu transformasi dan ide gagasan dengan dasar kreativitas dengan
memanfaatkan penemuan yang sudah ada untuk menghasilkan suatu produk atau
proses yang lebih baik lagi, bernilai dan bertambah.
Ekonomi Kreatif dan sector pariwisata merupakan hal yang saling
berpengaruh dan saling bersinergi jika dikelola dengan baik (Ooi, 2006).
Pembentukan ruang kreatif diperlukan untuk dapat merangsang munculnya ide-ide
kreatif, karena manusia yang ditempatkan dalam lingkungan yang kondusif akan
mampu menghasilkan produk-produk kreatif bernilai ekonomi.

18
Dari seni Ekonomi Kreatif, produk kerajinan dapat terjual sementara dari
sektor pariwisata, wisatawan memperoleh memorabilia mengenai daerah tujuan
wisata tersebut. Pengembangan nilai-nilai ekonomi kreatif dapat dimulai dengan
berbagai cara seperti usaha mikro untuk kebutuhan wisatawan. Terdapat beberapa
definisi mengenai usaha mikro, kecil dan menengah. Berikut definisi UMKM
menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) Bab 1 Pasal 1 Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro.
Usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
perseorangan atau badan usaha bukan merupakan anak cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, menjadi bagian langsung maupun
tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan. Definisi usaha mikro kecil menengah (UMKM)
menurut Aufar (2014:9) “Usaha kecil adalah usaha produktif milik warga negara
Indonesia, yang berbentuk badan usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha seperti kopersi, bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau besar. Agar dapat membedakan UMKM diperlukan
kriteria dan ciri-ciri tertentu dalam menggolongkan UMKM. Menurut Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6 mengenai UMKM, UMKM digolongkan
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria usaha mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6
mengenai UMKM Bab IV Pasal 6 antara lain : Memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp. 50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000.

19
b. Kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6
mengenai UMKM Bab IV Pasal 6, antara lain : Memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp. 50.000.000 dan paling banyak Rp. 500.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp. 300.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000.
c. Kriteria usaha menengah menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
Pasal 6 mengenai UMKM Bab IV Pasal 6, antara lain : Memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp. 500.000.000 dan paling banyak Rp. 10.000.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 dan pajak Rp50.000.000.000.
Saat ini usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu
sektor yang menjadi perhatian baik pemerintah maupun kalangan masyarakat luas
dalam usaha membangkitkan kembali perekonomian nasional yang terpuruk akibat
pandemi COVID-19. Usaha mikro kecil dan menengah memegang peranan penting
dalam perekonomian di hampir semua negara berkembang. UMKM banyak
memberikam kontribusi terhadap pemerataan pendapatan dan penyerapan tenaga
kerja serta mewujudkan pemerataan hasil pembangunan, maju mundurnya usaha kecil
di Indonesia turut mempengaruhi perekonomian Indonesia.
UMKM merupakan salah satu industri yang keberadaannya sering dikaitkan
dengan tradisional, modal yang rendah, skill yang rendah dan kurang efisien. Usaha
kecil ini umunya masih meghadapi permasalahan baik internal maupun eksternal
seperti penguasaan teknologi yang rendah, sumber daya manusia yang rendah, modal
yang kurang, akses pasar yang terbatas, kelemahan dalam pengelolaan usaha dan
sebagainya. Sebagai negara yang sedang berkembang dalam segi ekonomi, jumlah
pelaku usaha di Indonesia terus meningkat dalam bentuk perusahaan besar maupun
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

20
Usaha mikro kecil dan menengah mempunyai peran penting dalam
pembangunan ekonomi Indonesia. Selain berperan dalam ekonomi, UMKM pun
berperan dalam menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, sebagaimana yang
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) Bab III Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan Pasal 4 bahwa
prinsip pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah sebagai berikut :
a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan usaha mikro,
kecil dan menengah untuk berkarya dan prakarsa sendiri.
b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel dan berkeadilan.
c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai
dengan kompetensi usaha mikro, kecil dan menengah.
d. Peningkatan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah.
e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian secara terpadu.
Sedangkan tujuan pemberdayaan yang diatur dalam pasal 5 sebagai berikut:
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang
dan berkeadilan.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha mikro, kecil dan
menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
c. Meningkatkan peran usaha mikro, kecil dan menengah dalam pembangunan
daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
4. Konsep Kue Tradisional
Secara umum pariwisata budaya dapat diartikan sebagai jenis kegiatan
pariwisata yang dikembangankan dengan mengandalkan atraksi wisata budaya.
Sehingga dalam implemntasinya kue tradisional termasuk kedalam kelompok produk
wisata budaya. Keterkaitan makanan dan pariwisata saat ini telah berkembang tidak
hanya sebagai produk kebutuhan dasar oleh wisatawan akan tetapi juga sudah
digunakan sebagai pembeda destinasi dengan menciptakan suasana yang
mengesankan (Palupi, 2019). Kuliner merupakan salah satu hal yang paling penting

21
diminati dan berharga di mata wisatawan saat melakukan perjalanan. Pada saat
melakukan perjalanan wisatawan biasanya akan mencari makanan lokal destinasi
yang dikunjunginya. Bidang kuliner merupakan salah satu kenggulan kompetitif yang
perlu terus menerus untuk dikembangkan khusunya kuliner tradisional. Makanan atau
kue tradisional muncul dari kebiasaan yang berlangsung bertahun-tahun.
Menurut Nurdiansyah (2014) menyatakan bahwa makanan adalah tradisi,
yang menarik dari makanan adalah proses dan peran makanan pada berbagai ritual
maupun upacara adat, secara turun menurun, resep-resep kuno dalam mengolah
makanan terus diturunkan dari generasi ke generasi. Dalam pembuatan makanan
tradisional peranan budaya sangat penting yaitu berupa bentuk keterampilan,
kreativitas, sentuhan seni, tradisi dan selera. Kue tradisional perlu proses yang
panjang dalam menyesuaikan dengan kebiasan dan kegiatan yang dilakukan suatu
lingkungan masyarakat. Jadi, kue tradisional dapat diartikan sebagai makanan yang
dikonsumsi secara turun menurun dari generasi terdahulu yang sudah disesuaikan
dengan cita rasa dan selera masyarakat pada suatu tempat.
Makanan tradisional sebenarnya unggul dalam makna filosofis dan kandungan
nutrisi, tetapi nyatanya minat masyarakat terhadap kue tradisional kian berkurang.
Saat ini peminat kue tradisional sebagian besar datang dari kalangan orang tua,
sementara kalangan muda sendiri sudah kurang tertarik untuk mengomsumsi kue
tradisional. Kurangnnya minat terhadap kue tradisional ini disebabkan oleh beberapa
faktor seperti, munculnya makanan asing yang lebih bervariasi dari segi rasa, bentuk,
warna maupun pengemasan. Kue tradisional biasanya berkaitan dengan erat dengan
komoditas utama di daerah setempat.
Kue tradisional biasanya disajikan pada upacara-upacara adat, seperti
kelahiran ataupun pernikahan. Menurut Larasati (2014) kue tradisional merupakan
salah satu produk budaya yang pantas diperlakukan secara setara dengan aset
kebudayaan lainnya, antara lain dengan cara diakui dan dilestarikan keberadaanya.
Namun demikian seiring perkembangan zaman dan terjadinya globalisasi

22
menyebabkan makin menurunnya nilai-nilai budaya lokal. Hal tersebut tentunya
berdampak pada eksistensi kue tradisional yang makin menghilang.
Murdijati (2017), makanan tradisional dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok,
antara lain :
1. Makanan tradisional yang hampir punah yaitu makanan langka dan hampir jarang
ditemui mungkin disebabkan karena ketersediaan bahan dasarnya mulai sulit atau
masyarakat pembuatnya mulai tidak mengerjakan lagi atau terdesak oleh produk
makanan lain.
2. Makanan tradisional yang kurang populer adalah makanan tradisional yang masih
mudah ditemui tetapi makin tidak dikenal dan cenderung berkurang penggemarnya.
3. Makanan tradisional yang populer (tetap eksis) merupakan makanan tradisional
yang tetap disukai masyarakat dengan bukti banyak dijual, laku dan dibeli oleh
konsumen bahkan beberapa menjadi ikon daerah tertentu.
Makanan dapat dikatakan menjadi makanan tradisional apabila makanan
tersebut merupakan warisan dan merupakan ciri khas dalam suatu daerah. Pada
dasarnya makanan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku dari daerah tempat
tinggalnya. Cara pengolahan pada resep makanan tradisional dan cita rasa umumnya
sudah bersifat turun temurun, serta sedikit sekali adanya inovasi produk. Makanan
tradisional mempunyai ciri-ciri seperti, resep makanan yang diperoleh secara turun-
temurun dari generasi pendahulunya. Penggunaan alat tradisional tertentu didalam
pengolahan masakan tersebut. Serta teknik memasak tertentu merupakan cara
pengolahan yang harus dilakukan untuk mendapatkan rasa maupun rupa khas dari
suatu masakan.
Kata "kue" berasal dari kata serapan dari Bahasa Hokkian koé hal ini
menunjukkan pengaruh seni memasak Tionghoa di Nusantara, beberapa kue
memang menunjukkan asal mulanya dari China seperti kue bakpia. Kue di
Indonesia biasanya dibedakan berdasarkan kadar airnya yaitu kue basah dan kue
kering. Menurut Fitri (2009) menyatakan bahwa Kue tradisional terdiri dari kue
basah dan kue kering. Kue basah atau cake merupakan produk yang terbuat dari

23
terigu, gula, lemak dan telur yang membutuhkan pengembangan gluten.Pada
umumnya kue basah terbuat dari terigu karena mengandung protein pembentuk
gluten yang bersifat elastic dan dapat menahan gas karbondioksida, hasil proses
peragian atau fermentasi. Sedangkan kue kering atau cookies dibuat dengan cara
dipanggang atau digoreng. Setiap negara mempunyai kekhasan makanan kecil atau
kue-kuenya, seperti cake yang berasal dari Inggris, donat berasal dari Amerika,
sedangkan dodol dari Indonesia. Kue tradisional Indonesia sangat banyak jenisnya,
yang masing-masing berbeda sesuai dengan daerah asalnya dan mempunyai ciri
khas masing-masing daerah.
B. Kerangka Pikir
Untuk memperoleh strategi pemasaran ataupun inovasi yang sesuai dengan
produk kue tradisional (pipang dan bolu cukke) yang dapat mewujudkan siklus
produksi yang berkelanjutan. Peneliti perlu terlebih dahulu perlu mengetahui alasan
mengapa minat konsumsi konsumen terhadap kue tradisonal (pipang dan bolu cukke)
terus menurun yang mengakibatkan penurunan penjualan dan apa saja strategi yang
dilakukan oleh produsen dalam memasarkan kue tradisional pipang dan bolu cukke.
Oleh karena itu peneliti melakukan pengumpulan data ataupun informasi
terlebih dahulu dengan mewawancarai beberapa pihak konsumen dan melakukan
observasi langsung ke pihak distributor (toko-toko, pasar,dll) serta pihak produsen
(Usaha Bolu Cukke Hj. Nemmi, Usaha Bolu Cukke Hj.Atirah dan Usaha Pipang
Hj.Tija) untuk mengumpulkan data-data yang kemudian nantinya akan disimpulkan
untuk memecahkan masalah yang ada sehingga akan menghasilkan sebuah solusi
yang tepat untuk masalah yang ada dan dapat memberikan manfaat ataupun dampak
positif bagi banyak pihak, khususnya pihak usaha mikro kecil menengah (UMKM)
agar dapat terus-menerus memproduksi kue tradisional untuk dijadikan cendramata
atau oleh-oleh khas Kabupaten Soppeng.

24
Bagan 1 :Kerangka Pikir

Pengembangan UMKM
Berbasis Kue Tradisional

Persepsi konsumen Faktor yang mempengaruhi Strategi produsen untuk


terhadap produk kue menurunnya penjualan meningkatkan penjualan
tradisional produk kue tradisional

Hasil
Gambaran tentang inovasi yang
diperlukan
(produk dan strategi pemasaran)

Rekomendasi
(produsen dan distributor)

Peningkatan pendapatan Penjualan meningkat dan Media promosi


ekonomi masyarakat berkelanjutan Ciri khas
UMKM Kabupaten Soppeng

Pipang & Bolu Cukke Minat konsumsi menurun,


cendramata ciri khas Mengakibatkan penjualan
Kab. Soppeng menurun dan produksi
terhenti

Sumber : Peneliti, 2021

25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan peniliti dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2007:1) “Metode penelitian
kualitatif merupakan suatu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang
alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi”. Tujuan dari penelitian
kualitatif yaitu untuk mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan
menganalisis kualitas-kualitasnya, alih–alih mengubahnya menjadi entitas-entitas
kualitatif (Mulyana, 2008). Sedangkan menurut Nazir (2014) menyatakan bahwa
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena penelitian yang
dilakukan peneliti berkaitan dengan bagaimana memanfaatkan produk kue tradisional
sebagai cenderamata atau oleh-oleh untuk mengembangkan usaha mikro kecil
menengah (UMKM) di Kabupaten Soppeng, sehingga metode penelitian kualitatif
dianggap sebagai metode yang dapat digunakan peneliti untuk menggali data dan
informasi yang bersifat deskriptif dengan cara observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penerapan Pendekatan Kualitatif dengan pertimbangan kemungkinan
data yang diperoleh dilapangan baik berupa data dalam bentuk fakta yang perlu
adanya analisis secara mendalam. Maka pendekatan kualitatif akan lebih mendorong
pada pencapaian data yang bersifat lebih mendalam terutama dengan keterlibatan
peneliti sendiri di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menjadi instrument utama
dalam mengumpulkan data yang dapat berhubungan langung dengan objek penelitian.

26
B. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut
akan dilaksnakan, adapun penelitian yang dilakukan penulis mengambil lokasi di
Soppeng, Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
Tabel 2: Alamat objek penelitian

No Objek Penelitian Alamat


 Jl. Poros Takalala, Pattojo, Kec.
 1  Usaha bolu cukke Hj. Nemmi
Liliriaja, Kab. Soppeng
 2  Usaha bolu cukke Hj. Atirah Jennae, Kec.Liliriaja, Kab.Soppeng 
  Jl. Poros Takalala, Pattojo, Kec.
 3 Usaha pipang Hj. Tija 
Liliriaja, Kab. Soppeng
 Jl. Poros Desa Rompegading, Kec.
4   Toko oleh-oleh Rompegading
Liliriaja, Kab. Soppeng
Sumber : Peneliti, 2021
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Februari sampai dengan Juni 2021
dimulai dari tahap pra survey hingga tindakan penelitian.
Tabel 3: Jadwal penelitian

No Jadwal Tanggal
1 Pengajuan Judul November 2020
2 Penjelasan Proyek Akhir 3-5 Februari 2021
3 Observasi dan Bimbingan 5-26 Februari 2021
4 Seminar TOR 1 Maret - 9 April 2021
5 Penelitian/Observasi 12 April - 11 Juni 2021
6 Penerimaan Proyek Akhir 14 Juni - 18 Juni 2021
7 Distribusi Proyek Akhir 21 Juni - 25 Juni 2021
8 Ujian Sidang 28 Juni - 23 Juli 2021
9 Perbaikan Proyek Akhir 26 Juli - 13 Agustus 2021
Sumber : Peneliti, 2021
3. Subjek Penelitian
Berdasarkan dari judul yang angkat dalam penelitian ini, maka penelitian ini
difokuskan dalam melihat dan mempelajari proses produksi dan distribusi kue

27
tradisional (pipang dan bolu cukke) di tiga produsen (usaha bolu cukke Hj.Nemmi,
usaha bolu cukke Hj. Atirah dan usaha pipang Hj.Tija). Subyek penelitian ini adalah
konsumen kue pipang dan bolu cukke sebanyak 6 oranga serta 3 produsen yaitu usaha
bolu cukke Hj.Nemmi, usaha bolu cukke Hj. Atirah dan usaha pipang Hj.Tija.
C. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data
tersebut diperoleh dan memiliki informasi kejelasan tentang bagaimana mengambil
data tersebut. Menurut Arikunto (2013) menyatakan bahwa sumber data yang
dimaksud dalam penenelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Maka
dapat disimpulkan bahwa sumber data adalah faktor yang paling penting dalam
penentuan metode pengumpulan data untuk mengetahui darimana subjek data
tersebut diperoleh. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu :
1. Data Primer, menurut Umar (2013) menyatakan bahwa data primer merupakan
data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan
seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan
peneliti.
2. Data Sekunder, menurut Indriyanto dan Supomo (2013) menyatakan bahwa data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalaui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Berdasarkan definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa sumber data
primer merupakan data yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan secara
langsung. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung atau melalui sumber lain yang sudah tersedia sebelum penulis melakukan
penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer yang digunakan
oleh penulis yaitu data yang diperoleh secara langsung dari konsumen dan produsen
kue pipang dan bolu cukke melalui observasi, wawancara dan dokumentasi,
sedangkan yang data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung yaitu dari jurnal
penelitian sejenisnya, artiker maupun data-data lain yang terkait.

28
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Widoyoko (2014:46) “observasi merupakan pengamatan dan
pencacatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala
pada objek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2007) menyatakan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Berdasarkan penjelasan para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa observasi adalah penelitian dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan dari berbagai proses biologis secara langsung maupun tidak langsung yang
tampak dalam suatu gejala pada objek penelitian. Dalam penelitian ini peniliti
melakukan pengamatan secara langsung bagaimana produksi kue tradisional bolu
cukke dan pipang serta mengamati secara langsung bagaimana ketertarikan konsumen
terhadap kue tradisional bolu cukke dan pipang.
2. Wawancara
Menurut Riyanto (2010:82) “interview atau wawancara merupakan metode
pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan
subyek atau responden”. Dalam proses penelitian ini, peneliti melakukan wawancara
dengan pihak produsen untuk mendapatkan informasi detail tentang proses produksi
kue pipang dan bolu cukke serta dari pihak distributor (toko-toko, pasar, dll) untuk
mengetahui bagaimana siklus penjualan kue pipang dan bolu cukke, dan dari pihak
konsumen untuk mengetahui tanggapan mereka tentang produk kue tradisonal pipang
dan bolu cukke, sebanyak 10 orang, sebagai berikut :

Tabel 4: Daftar narasumber

29
No Nama Kategori
1 Hj. Atirah Produsen
2 Hj. Nemmi Produsen
3 Hj. Tija Produsen
4 Suri Produsen
5 Ida Konsumen
6 Anti Konsumen
7 A.Wana Konsumen
8 A. Dewi Konsumen
9 Neni Konsumen
10 Rima Konsumen
Sumber : Peneliti, 2021
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2007:82) “dokumentasi merupakan catatan peristiwa pada
waktu yang lalu, dan dapat berbentuk tulisan, gambar, maupun karya-karya
monumental dari seseorang”. Berdasarkan pengertian dari dokumentasi sehingga
dapat dikatakan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data melalui dokemntasi
berupa gambar (foto) yang didapatkan langsung dari lapangan.
Berdasarkan pendapat diatas maka dalam penelitian ini peniliti menggunakan
teknik pengumpulan data dengan mewawancarai beberapa pihak konsumen untuk
mengetahui pendapat mereka tentang kue tradisional Pipang dan Bolu Cukke sebagai
cenderamata atau oleh-oleh khas Kabupaten Soppeng. Observasi langsung dalam
proses produksi Pipang dan Bolu Cukke hingga proses distributor ke toko-toko
ataupun pasar serta dokumentasi selama penelitian berlangsung.

E. Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2007) terdapat dua teknik sampling yang dapat digunakan
yaitu probability Sampling dan Non Probability Sampling.

30
1. Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Teknik ini meliputi simple random sampling, proportionate
stratified random sampling, disproportinate stratified random sampling,
sampling area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).
2. Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel inimeliputi, sampling
sistematis, kuota, aksidental, purposive sampling, snowball.
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu non probability
sampling dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu, karena yang dijadikan sampel penelitian ini yaitu konsumen
bolu cukke sebanyak 3 orang yang dipilih pada saat konsumen mengunjungi toko
oleh-oleh untuk berbelanja, konsumen pipang sebanyak 4 orang yang dipilih dari
konsumen yang tinggal disekitar produsen pipang dan konsumen yang sedang
berbelanja kue pipang di toko oleh-oleh dan produsen bolu cukke sebanyak 2 yaitu
usaha bolu cukke Hj.Atirah dan usaha bolu cukke Hj.Nemmi dan 1 produsen pipang
yaitu usaha pipang Hj.Tija ketiga produsen tersebut dipilih berdasarkan lokasi dimana
ketiga produsen tersebut terletak di Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya. Sehingga
dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Menurut Moleong (2007) menyatakan bahwa teknik analisis data adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensimetriskannya, mencari dan
menemukan pola, memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain
sedangkan menurut Sugiyono (2012) menyatakan bahwa analisis data adalah proses
mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara,

31
catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan ddipelajari dan membuat
kesimpulan . Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif sebagaimana yang dikembangkan oleh Miles dan Hubberman dalam
(Sugiyono, 2012) yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan langkah
terakhir adalah penarikan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut :
a. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari permasalahan internal dan
eksternal UMKM untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis
dan untuk merumuskan strategi bagi organisasi atau kelompok. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.
b. Penyajian data yang sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk
naratif. Penyajian data berupa sekumpulan informasi atau data yang sudah
dirangkum sebelumnya yang akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, dan untuk menentukan rencana atau tindakan selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami sebelumnya. Setelah melalui penyajian data, maka
dapat terorganisasikan sehingga akan mudah dipahami dan mudah dalam
menentukan strategi bagi UMKM dalam pengembangan usahanya.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan tahap akhir dalam analisis
data, kesimpulan ini akan diakui dengan bukti-bukti yang diperoleh selama
proses penelitian dilapangan. Verifikasi dimaksudkan untuk penentuan data
akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis sehingga keseluruhan
permasalahan mengenai penurunan produksi dapat terjawab sesuai dengan
data dan permasalahannya, sehingga akan dihasilkan strategi apa saja yang
akan digunakan oleh UMKM dalam pengembangan usahanya dengan melihat
dari dua faktor yaitu internal dan eksternal.

32
G. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang
dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data
yang diperoleh. Menurut Sugiyono (2007) uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi uji credibility adalah uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian
yang dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah yang dilakukan. Kedua,
transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif, validitas
eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke
populasi dimana sampel tersebut diambil.
Ketiga, dependability merupakan reliabilitas atau penelitian yang dapat
dipercaya, dengan kata lain beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan
hasil yang sama, penelitian yang dependability apabila penelitian yang dilakukan oleh
orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama
pula. Keempat, comfirmability atau objektivitas pengujian kualitatif dikatakan apabila
hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Keabsahan data atau
validitas adalah data yang tidak berbeda antara data yang diperoleh oleh peneliti
dengan data yang terjadi disituasi yang sesungguhnya pada objek penelitian sehingga
keabsahan datayang telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan.

33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran Umum Kabupaten Soppeng

Gambar 3: Logo Kabupaten Soppeng


Sumber : https://soppengkab.go.id/

Kabupaten Soppeng merupakan salah satu dari 24 kabupaten yang ada di


Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Soppeng atau biasa disebut dengan Bumi
Latemmamala, sebagaimana didalam lontara tertulis bahwa jauh sebelumnya
terbentuknya Kerajaan Soppeng telah ada kekuasaan yang mengatur jalannya
Pemerintahan berdasarkan kesepakatan masyarakat. Namun pada suatu waktu terjadi
musim kemarau yang menimbulkan kekacauan sehingga kemiskinan dan kemelaratan
terjadi dimana-mana, olehnya itu pemuka masyarakat tersebut bersepakat untuk
mengangkat seorang junjungan yang dapat mengatasi masalah tersebut. Arung Bila
mengambil inisiatif mengadakan musyawarah besar yang dihadiri oleh 30 orang
matoa dari Soppeng Riaja dan 30 orang matoa dari Soppeng Rilau, sementara
musyawarah berlangsung tiba-tiba seekor burung Kakak Tua terbang mengganggu
diantara para hadirin dan Arung Bila memerintahkan untuk menghalau burung
tersebut dan mengikuti kemana mereka terbang. Burung Kakak Tua tersebut akhirnya
sampai di Sekkanyili dan ditempat tersebut ditemukan seseorang yang berpakaian
indah sementara duduk diatas batu, yang bergelegar Manurugnge ri Sekkanyili atau

34
Latemmamala sebagai pemimpin yang diikuti oleh ikrar, dari peristiwa tersebut
sehingga burung kakak tua diangkap manjadi lambang Kabupaten Soppeng dan
alasan munculnya nama lain Kabupaten Soppeng yaitu Bumi Latemmamala.
Ibu kota Kabupaten Soppeng adalah Kota Watansoppeng, Kabupaten Soppeng
tidak memiliki wilayah pantai, sebagian besar wilayah dikabupaten Soppeng berupa
pegunungan. Batas wilayah Kabupaten Soppeng yaitu sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Sidenreng Rappang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Wajo dan Kabupaten Bone, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bone dan
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Barru. Kabupaten Soppeng Terletak pada
4˚6́ 00” hingga 4˚32́ 00” Lintang Selatan dan 119˚47́ 18” hingga 120˚06́ 13” Bujur
Timur.

Gambar 4: Peta Kabupaten Soppeng


Sumber : Peta https://peta-hd.com
Wilayah Soppeng mempunyai luas sekitar 1.500 km2 dengan ketinggian
antara 5 hingga 1.500 meter dari permukaan laut. Secara topografi Kabupaten
Soppeng terbagi menjadi wilayah dataran rendah dan dataran tinggi yang memiliki

35
kontur berbukit. Kabupaten Soppeng tidak memiliki daerah pesisir, sekitar 77% dari
total desa/kelurahan yang ada di d Soppeng berupa dataran. Wilayah soppeng terbagi
menjadi 8 (delapan) kecamatan meliputi kecamatan Marioriwawo, Marioriawa,
Lalabata, Liliriaja, Lilirilau, Ganra, Citta dan Donri-Donri. Kabupaten Soppeng
memiliki jarak yang relative terjangkau dari pusat kabupaten, Jarak dari kecamatan
menuju ibukota kabupaten berkisar antara 0 km hingga 35 km.
2. Pariwisata Kabupaten Soppeng
Keindahan landscape kota yang bergelombang dan ribuan kelelawar yang
bergantungan pada pohon asam di jantung kota kabupaten Soppeng yang menjadi
daya tarik kawasan ini, masyarakat Sulawesi Selatan sendiri meberikan julukan
sebagai kota kelelawar. Di Kabupaten Soppeng terdapat banyak daya tarik wisata
seperti kawasan wisata Ompo yang terletak di Kelurahan Ompo, Kecamatan Lalabata
yang tepatnya berada sekitar 3 Km di sebelah utara Kota Soppeng, letak kawasan
wisata Ompo terbilang cukup strategis karena dapat diakses dengan menggunakan
kendaraan umum seperti pete-pete, bentor ataupun ojek dengan waktu tempuh sekitar
15 menit dari Ibukota Soppeng, kondisi jalan menuju daya tarik wisata terrsebut
sangat baik dan beraspal sehingga mudah dilalui kendaraan roda dua ataupun roda

36
empat.

Gambar 3 : Kawasan Wisata Ompo


Sumber : Instagram, 2021
Kawasan wisata Ompo memiliki luas kawasan ±9.7 Ha yang didalamnya
terdapat area yang luas untuk perkemahan, permandian alam dan juga waduk yang
luas sebagai area bermain perahu dan memancing ikan air tawar. Kawasan wisata
Ompo merupakan salah satu daya tarik wisata unggulan yang dulunya banyak
dikunjungi wisatwan domestik tercatat jumlah kunjungan terbanyak terjadi pada
tahun 2005 dengan jumlah pengunjung 139.547 orang, namun seiring waktu berjalan
dan tidak dilakukannya pengembangan terhadap sarana ataupun prasarana sehingga
presentase pengunjung mulai menurun dari tahun ke tahun. Kawasan wisata Ompo
memiliki potensi besar untuk dikembangkan akan tetapi infrastruktur yang buruk,
efektifitas pemanfaatan lahan yang sangat rendah, pengelolahan tapak yang tidak
menarik, sirkulasi yang tidak jelas, banyaknya lahan yang tidak memiliki fungsi yang
jelas ditambah banyaknya bangunan semi permanen, banyaknya sampah yang
bertebaran menjadikan kawasan ini terkesan tidak teratur sehingga mengurangi daya
tarik kawasan wisata Ompo.

37
Gambar 4 : Pemandian Air Panas Lejja
Sumber : Akmal, 2021
Daya tarik wisata yang lainnya yang menjadi unggulan di Kabupaten Soppeng
yaitu pemandian air panas Lejja. Pemandian air panas Lejja merupakan salah satu
daya tarik wisata alam yang terletak di ketinggian dengan suasana yang asri dan air
panas yang dipercaya mampu menghilangkan rematik dan menghilangkan gatal-gatal
pada tubuh, pemandian ini merupakan daya tarik wisata unggulan hingga saat ini
yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten
Soppeng. Seperti yang dikatakan oleh Bupati Soppeng H. A. Kaswadi Razak dalam
wawancaranya dengan crew stasiun TV TVRI Sulsel di Taman Kalong JL.
Lamumpatue Watansoppeng yang mengungkapkan bahwa kawasan wisata lejja akan
lebih dikembangkan menjadi daya tarik wisata unggulan bertaraf internasional, terkait
dengan pengembangan kepariwisataan di Bumi Latemmamala, Bpk. Kaswadi Razak
menegaskan bahwa pemerintah saat ini semakin mengembangkan infrastruktur
penunjang kepariwisataan yang ada di Kabupaten Soppeng seperti pembuatan jalan
lingkar yang menghubungkan jalan poros ke Lejja demi mempermudah pengunjung
dan menghindarkan macet pada saat high season atau liburan.
Kedepannya kami akan membuat Lejja lebih menarik seperti membuat kebun
binatang tutur Bpk. Kaswadi Razak. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di
pemandian air panas Lejja yaitu kolam renang yang, air bersih, listrik, toilet, ruang

38
ganti pakaian, gazebo, villa, tempat makan dan minum, aula pertemuan yang
memiliki daya tamping hingga 300 orang, area parkir dan lainnya.

Gambar 5 : Villa Yuliana


Sumber : Dita Ariska Aryanti, 2021
Daya tarik wisata selanjutnya yaitu Villa Yuliana yang terletak di jantung
kota Soppeng sebagai daya tarik wisata budaya. Pada masa pendudukan Hindia
Belanda (1909-1942), Villa Yuliana merupakan bangunan bergaya Indische Empire
berfungsi sebagai tempat penginapan dan peristirahatan pejabat pemerintah Hindia
Belanda, juga digunakan sebagai kediaman resmi kontrolir Belanda di Soppeng.
Sejak tahun 2008 hingga saat ini Villa Yuliana difungsikan sebagai museum daerah
Latemmamala Watansoppeng. Masyarakat setempat mengenal Villa Yuliana dengan
nama Mess Tinggi, karena terletak di atas bukit di pusat kota Watansoppeng dan
berhadapan langsung dengan Istana Datu Soppeng. Villa Yuliana dibangun antara
tahun 1905-1909. Pembangunanya dirancang oleh seorang arsitek yang didatangkan
dari Belanda atas perintah C.A Krosen. Villa Yuliana pernah dipugar dan dipasangi
pagar sekelilingnya pada tahun 2000, pemugaran yang dilakukan antara lain
mengganti bahan konstruksi atap dari sirap ke asbes gelombang.

39
3. Kue Tradisional khas Kabupaten Soppeng
Selain memiliki daya tarik wisata yang berpotensi dikembangkan, Kabupaten
Soppeng juga memiliki berbagai potensi dalam makanan tradisional seperti, Bolu
Cukke, Pipang, Tape. Bolu Cukke merupakan kue tradisional yang berbahan dasar
dari tepung beras, telur dan gula merah ini banyak ditemukan di sepanjang jalan
Lajjoa, Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng.

Gambar 6 : Bolu Cukke


Sumber : Peneliti,2021
Bolu cukke yang berarti bolu cungkil karena cara mengangkat kue yang sudah
matang dengan cara dicungkil, berbeda dengan kue bolu lainnya bolu cukke memiliki

40
tekstur yang lebih kering karena proses pembuatannya yang dipanggang diatas
cetakan yang terbuat dari tanah liat dengan menggunakan proses pembakaran secara
tradisional yakni dengan mengunakan kayu bakar. Bolu cukke merupakan salah satu
kue yang daya tahannya cukup lama dapat bertahan hingga dua minggu sehingga
dapat dijadikan oleh-oleh saat mengunjungi Kabupaten Soppeng. Cara pembuatannya
pun tergolong cukup mudah akan tetapi tetap membutuhkan ketelitian.
Tabel 5: Langkah-langkah pembuatan bolu cukke

Langkah-Langkah Pembuatan Bolu Cukke

Campur bahan :
 Gula merah
 Telur bebek/ayam
 Baking soda

Aduk atau mixer semua bahan hingga


mengembang, setelah mengembang
ambil sedikit adonan diwadah yang lain
kemudian campur dengan tepung terigu
hingga adonan mengental

Panaskan cetakan bolu diatas tungku api,


setelah cetakan panas tuang adonan
sedikit demi sedikit.

41
Setelah cetakan terisi, kemudian tutup
dengan palekko (penutup yang terbuat
dari tanah liat) yang telah dipanaskan
sebelumnya.

Pastikan api dalam tungku terus menyala


agar suhu panas tetap stabil untuk
memastikan kue bolu matang secara
merata. Panggang hingga ± 15 menit.

Setelah matang, buka penutup kemudian


keluarkan kue dari cetakan dengan cara
dicungkil mengunakan garpu ataupun
tusuk sate.

Sumber : Peneliti, 2021

42
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pemilik usaha bolu cukke Hj.
Atirah Lajjoa yang telah menjalakan usaha bolu cukke selama 13 tahun, mengatakan
bahwa dalam sehari biasanya dia mampu menjual kue tradisional bolu cukke hingga
20 box per hari sedangkan pada musim liburan biasa ia mampu menjual hingga 50
box per harinya.

Gambar 7 : Pipang biasa (kiri) dan Pipang Ketan (kanan)


Sumber : Peneliti, 2021
Selain bolu cukke, kue tradisional lainnya yang dapat dijadikan oleh-oleh saat
mengunjungi Kabupaten Soppeng yaitu Pipang, terdapat dua jenis Pipang yaitu
Pipang ketan atau Pipang asio. Proses produksi Pipang yang berbahan dasar utama
dari beras ini dapat menjadi prospek utama yang dikembangkan dikarenakan
Kabupaten Soppeng merupakan salah satu Kabupaten yang terkenal sebagai
penghasil padi di Sulawesi Selatan, selain beras bahan untuk pembuatan piapang
yaitu gula merah atau gula pasir, minyak goreng, wijen ataupun kacang tanah sebagai
pelengkap, bahan-bahan tersebut tergolong mudah didapatkan akan tetapi proses
pembuatan pipang memerlukan ketelitian dikarenakan apabila ada kesalahan saat
proses pencapuran bahan maka rasa yang didapatkan akan berpengaruh biasanya akan
terasa pahit apabila saat proses mengkaramel terlalu lama sedangkan apabila terlalu
cepat maka biasanya pipang akan susah untuk dibentuk atau tidak menyatu. Berikut
langkah-langkah pembuatan pipang

43
Tabel 6: Langkah-langkah pembuatan pipang

Langkah-Langkah Pembuatan Pipang

Beras harus diolah menjadi poprice


menggunakan alat yang biasa
digunakan untuk membuat
Benno/Lappo (popcorn) yang masih
manual,

Poprice kemudian dicampurkan


dengan gula merah yang telah di
caramel diatas wajan hingga
mengental, proses pencampuran harus
dilakukan dengan cepat agar caramel
tidak mengeras dan tidak pahit.

Siapkan cetakan khusus untuk pipang


yang terbuat dari kayu.

44
Setelah semua bahan tercampur rata,
kemudian tuang adonan ke cetakan
lalu ratakan selagi masih panas agar
mudah dibentuk

Sumber : Peneliti, 2021


Pipang yang termasuk dalam jenis kue kering ini dapat bertahan hingga 1
(satu) bulan sehingga cocok untuk dijadikan oleh-oleh saat bepergian, banyak
produsen Pipang dikabupaten Soppeng yang memproduksi Pipang hingga 50 kotak
per hari karena selain di distribusikan di Soppeng, juga banyak permintaan dari luar
misalnya Sengkang, Makassar hingga Pinrang. Kue tradisional lainya yang dapat
menjadi oleh-oleh saat berkunjung ke Kabupaten Soppeng yaitu Tape, yang juga
sudah banyak ditawarkan ditoko oleh-oleh, kue tape dapat bertahan hingga 1 minggu
setelah terfermentasi dengan baik.
Tape terbagi menjadi 2(dua) jenis yaitu tape ketan hitam dan putih, tape yang
berbahan dasar beras ketan ini dapat bertahan hingga 1 (satu) bulan saat di simpan
dalam lemari pendingin. Kue yang dibuat dengan cara difermentasi ini sangat cocok
disajikan dengan kacang ataupun gogos. Kue tape memiliki rasa yang khas, mutu kue
tape ketan diukur dengan warna, bau, rasa dan tekstur. Tape ketan memiliki bau
alkoholik dan rasa manis dan rasa asam serta tekstur yang lunak dan beair.
Kue tradisonal khas Kabupeten Soppeng lainnya yaitu kue jompo-jompo atau
biasa disebut kue cucur, kue yang jompo-jompo terbuat campuran tepung beras, air
dan gula merah, proses pembuatannya pun tergolong cukup mudah dan cepat. kue
jompo-jompo dibuat dengan cara digoreng dan tergolong kedalam jeniskue basah
atau cepat basi. Kue tradisional lainnya yang dapat dijadikan oleh-oleh saat
berkunjung ke Kabupaten Soppeng yaitu nennu-nennu, bentuknya yang menyerupai

45
benang kusut yang kemudian digulung, bahan untuk kue nennu-nennu seperti gula
merah dan tepung beras. Kue nennu-nennu biasanya disajikan pada pesta bernikahan
adat bugis. Kue nennu-nennu dapat bertahan hingga 1 bulan sehingga sudah banyak
toko oleh-oleh di Kabupaten Soppeng sudah menyediakan kue nennu-nennu.

Gambar 8 : Tape ketan hitam (kiri) dan tape ketan putih (kanan)
Sumber : Instagram, 2021

Gambar 9 : Nennu-nennu (kiri) dan jompo-jompo (kanan)


Sumber : Instagram, 2021

46
B. Penyajian Data
Pada sub bagian ini peneliti akan memaparkan ataupun menguraikan data
yang telah diperoleh dari hasil penelitian tentang permasalahan yang telah terjadi di
lapangan, untuk mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan usaha
mikro yang bergerak dalam bidang kue tradisional bolu cukke dan pipang sebagai
cendramata atau oleh-oleh khas Kabupaten Soppeng berdasarkan pendapat Wilkins
(2009:2) dalam jurnal Griffith University “The souvenir is an important component
of the tourist experience with most tourists bringing back mementos and souvenirs as
evidence. People like to be reminded of special moments in their lives and to hold
evidence of those special moments” (cenderamata merupakan komponen yang
penting dari pengalaman wisata dengan sebagian besar turis membawa kembali
kenang-kenangan dan cenderamta sebagai bukti. Orang suka diingatkan akan momen
spesial dalam hidup mereka dan untuk menahan bukti saat-saat khusus).
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa setiap wisatawan yang
melakukan perjalanan, akan mencari atau membeli cendramata atau oleh-oleh ciri
khas dari daerah tujuan wisata mereka untuk dibawa kembali ke daerah asalnya.
Sehingga dengan adanya kebutuhan wisatawan terhadap cendramata atau oleh-oleh,
masyarakat setempat di suatu destinasi wisata dapat menjadikan hal tersebut peluang
usaha. Penelitian ini dilakukan secara langsung di beberapa usaha mikro yang
bergerak dalam bidang kue tradisional antara lain usaha bolu cukke Hj. Atirah Lajjoa,
Usaha Bolu Cukke Hj. Nemmi dan Usaha Pipang Hj. Tija. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan wawancara dari dua kategori narasumber (produsen dan
konsumen) untuk mengetahui pendapat mereka terhadap kue tradisional bolu cukke
dan pipang sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Soppeng.

47
Tabel 7: Penyajian hasil wawancara tentang persepsi masyarakat/konsumen terhadap
bolu cukke dan pipang sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Soppeng

No Narasumber Hasil Wawancara


 Berawal dari kegemerannya terhadap bolu
cukke dan kurangnya produsen yang
menawarkan bolu cukke sehingga beliau
berinisiatif untuk menjual kue tradisional bolu
Produsen bolu cukke cukke
1
Hj. Atirah  Cita rasa khas bolu cukke yang diperoleh dari
cara pemanggangan tradisional
 Banyak konsumen bolu cukke yang datang
dari luar daerah seperti Makassar, Bone dan
lainnya
 Minat beli konsumen bolu cukke yang
berbahan dasar gula merah lebih tinggi
daripada yang terbuat dari gula pasir
 Bolu cukke yang diproduksi dengan
menggunakan metode tradisonal
(menggunakan palekko) lebih diminati
Produsen bolu cukke konsumen dibandingkan dengan bolu cukke

Hj. Nemmi  yang dikukus ataupun di oven
 Bolu cukke yang dikukus kurang cocok
dijadikan oleh-oleh karena tidak dapat
bertahan lama
 Bolu cukke yang diproduksi dengan cara
tradisional cocok dijadikan oleh-oleh karena
daya tahannya yang lama hingga 3 minggu
3 Produsen bolu cukke  Proses pembuatan cukup mudah tetapi

48
membutuhkan ketelitian
Ibu Suri  Bahan yang dibutuhkan tidak banyak
 Banyak dipesan untuk oleh-oleh
 Oleh-oleh yang selalu dibeli saat liburan atau
mudik
 Rasa khas bolu cukke berbeda dengan bolu
Konsumen bolu cukke pada umumnya
 4
Ibu Ida   Harga yang terjangkau
 Tersedia dalam beberapa varian, akan tetapi
yang diproduksi dengan cara tradisional lebih
enak
 Praktis untuk dijadikan oleh-oleh karena dapat
bertahan lama
Konsumen bolu cukke
 5  Tekstur kue yang padat dan tidak mudah
Ibu Anti 
hancur
 Harga bolu cukke yang terjangkau
 Bolu cukke cocok untuk disajikan untuk
Konsumen bolu cukke kumpul keluarga
 6
Ibu A.Wana   Rasa bolu cukke yang agak kering sehingga
cocok disajikan dengan kopi ataupun teh
7 Produsen pipang  Ada dua jenis pipang yang diproduksi yaitu
Hj. Tija pipang biasa dan pipang ketan
 Permintaan konsumen lebih tinggi terhadap
pipang biasa
 Daya tahan pipang biasa lebih lama
dibandingkan dengan pipang ketan
 Bahan baku mudah didapat
 Proses pembuatan tergolong sulit
 Oleh-oleh yang masih banyak dicari

49
konsumen terbukti dari banyaknya pesanan
yang masih diterima
 Mudah didapatkan
Konsumen pipang  Cita rasa khas dari karamel gula merah yang
8
Ibu Ida tidak membuat bosan
 Harga yang terjangkau
 Membeli pipang saat ke pasar
Konsumen pipang
9  Tekstur pipang ketan agak keras dan cepat
Ibu A.Dewi
melempem
 Membeli pipang saat berkunjung ke Soppeng
Konsumen pipang  Pipang ketan memiliki rasa khas yang asam
10
Ibu Neni dari jeruk nipis
 Harga pipang ketan agak mahal
 Pipang dapat tahan lama hingga 1 bulan
Konsumen pipang
11  Tanpa pengawet jadi aman dikonsumsi oleh
Ibu Rima
anak kecil
Sumber : Peneliti, 2021
Tabel 8: Penyajian hasil wawancara tentang faktor yang mempengaruhi menurunnya
penjualan bolu cukke dan pipang di Kabupaten Soppeng

No Narasumber Hasil Wawancara


1 Produsen bolu cukke  Harga bahan baku yang melonjak seperti gula
Hj. Nemmi merah yang melonjak naik dari harga normal
Rp.4.000 per butir dapat mencapai Rp.8.000
per butir begitu pula dengan telur itik yang
biasanya dari harga Rp.50.000 per rak dapat
mencapai hingga Rp.75.000 Per raknya
 Jumlah produksi dikurangi apabila harga
bahan baku naik untuk meminimalisir
kerugian

50
 Muncul toko kue yang menawarkan kue
modern dengan tampilan yang lebih menarik
 Konsumen kue tradisional bolu cukke mulai
dari dewasa hingga lansia
 Kurang diminati oleh konsumen anak-anak
dan remaja
 Penjualan bolu cukke dapat mencapai 35 box
gabungan dari dua toko oleh-olehnya
sedangkan saat musim liburan atau mudik
penjualan dapat mencapai hingga 60 box
perhari
 Awal usaha sekitar tahun 2008 hingga 2010,
bolu cukke dapat laku hingga 600 pcs atau
sekitar 30 box, namun beberapa tahun
belakangan ini penjualan tertinggi dalam
sehari hanya sekitar 400 pcs atau sekitar 20
Produsen bolu cukke box

Hj. Atirah  Penjualan tertinggi pada saat musim liburan
 Harga bahan baku yang kadang melonjak naik
akan tetapi harga bolu cukke harus tetap
dipertahankan
 Munculnya kue modern seperti tart, brownies
yang lebih menarik
 Permintaan produksi pipang biasa lebih
Produsen pipang banyak
 3
Hj. Tija  Bahan baku pipang ketan lebih mahal
 Biaya pengemasan
Sumber : Peneliti, 2021

51
Tabel 9: Penyajian hasil wawancara tentang strategi yang dilakukan oleh produsen
dalam meningkatkan penjualan

No Narasumber Hasil Wawancara


 Lokasi strategis rumahnya yang berada di
Produsen bolu cukke jalan penghubung antar kabupaten sehingga
1
Hj. Atirah sangat strategis untuk menawarkan oleh-oleh
khas Kabupaten Soppeng
 Didistribusikan ke beberapa pasar yang ada di
Kabupaten Soppeng
Produsen bolu cukke  Dititipkan dibeberapa toko oleh-oleh yang ada

Hj. Nemmi di Kabupaten Soppeng
 Membuka toko oleh-oleh milik sendiri untuk
memperluas usaha
 Didistribusikan keluar daerah
 Dititipkan dibeberapa toko oleh-oleh yang ada
Produsen pipang
 3 di Kabupaten Soppeng
Hj. Tija
 Ditawarkan ke beberapa pasar yang ada di
Kabupaten Soppeng
Sumber : Peneliti, 2021
C. Analisis dan Pembahasan
Daya tarik suatu destinasi merupakan faktor yang paling penting dalam
menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke destinasi tersebut. Agar suatu
destinasi dapat menarik wisatawan untuk mengunjunginya paling tidak harus
memenuhi tiga syarat utama, yaitu, Something to see yaitu destinasi tersebut harus
mempunyai daya tarik khusus yang bisa dilihat oleh wisatawan. Something to do
yaitu selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan harus juga disediakan beberapa
fasilitas rekreasi yang bisa digunakan oleh wisatawan untuk beraktivitas seperti olah
raga, kesenian maupun kegiatan yang lain yang dapat membuat wisatawan menjadi
betah tinggal lebih lama. Yang ketiga, Something to buy yaitu di destinasi tersebut

52
harus tersedia barang-barang cenderamata (souvenir) seperti halnya kerajinan rakyat
setempat yang dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat
asal masing-masing.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa cenderamata
merupakan salah satu syarat yang harus disediakan suatu daerah untuk menjadi suatu
destinasi wisata yang layak dikunjungi wisatawan. Wilkins (2009) dalam jurnalnya
mengatakan bahwa cendramata atau oleh-oleh merupakan komponen penting dari
pengalaman wisata dan sebagian besar wisatawan membawa kembali kenang-
kenangan dan souvenir sebagai bukti. kemudian Darnawi (2011) berpendapat bahwa
aspek cendramata atau oleh-oleh yang dapat dibeli oleh wisatawan lebih disukai bila
berorientasi lokal. Berorientasi lokal tersebut merupakan aspek dari sebuah
cendramata dimana wisatawan bisa membawa pulang kenang-kenangan yang
merupakan hasil masyarakat tempat wisatawan berkunjung. Sehingga berdasarkan
pendapat tersebut pengembangan produk lokal menjadi cendramata atau oleh-oleh
memang memiliki peluang yang tinggi apabila dikembangkan dengan baik,
disamping memenuhi kebutuhan wisatawan hal tersebut juga dapat memberikan
keuntungan bagi masyarakat lokal dari segi pendapatan ekonomi dan bagi destinasi
itu sendiri dapat menjadi sebuah sarana promosi daerah.
Hingga saat ini perkembangan usaha yang menyediakan oleh-oleh sudah
berkembangan dengan baik. Banyak masyarakat lokal yang memulai usaha
penyediaan oleh-oleh untuk wisatawan, akan tetapi memulai suatu usaha tidak
semudah mempertahankan usaha tersebut agar beroperasi dengan stabil, banyak
kendala yang dapat dialami dalam menjalankan suatu usaha. Ada tiga kriteria suatu
usaha yang di jelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah Bab 6 Pasal 6 sebagai berikut:
Tabel 10: Kriteria UMKM berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2008

Ukuran Usaha Asset Pendapatan


Usaha Mikro Minimal 50 Juta Maksimal 300 Juta

53
Usaha Kecil ≥ 50 Juta - 500 Juta Maksimal 3 Milliar
Usaha Menengah ≥ 500 Juta - 10 Milliar ≥ 2,5 - 50 Milliar
Sumber : UUD No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Berdasarkan tujuan pemberdayaan usaha mikro yang diatur dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam
Pasal 5 yang menyatakan bahwa tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah antaralain:
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang
dan berkeadilan.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah menjadi usaha yang tangguh.
c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pembangunan
daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan pengelolaan usaha yang
baik agar dapat berkembang dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Dalam
penelitian ini ada tiga rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut.
1. Persepsi masyarakat atau konsumen terhadap kue tradisional bolu cukke
dan pipang sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Soppeng
Persepsi adalah seperangkat proses yang dengannya kita mengenali,
mengorganisasikan dan memahami cerpaan-cerpaan indrawi yang kita terima dari
stimuli lingkungan (Sternberg, 2008). Para psikolog yang mempelajari persepsi telah
mengembangkan dua teori utama tentang cara manusia memahami dunia. Sebuah
teori, persepsi konstruktif (constructive perception) yang menyatakan bahwa manusia
“mengkontruksi” persepsi dan secra aktif memilih stimuli dan menggabungkan
sensasi dengan memori.Teori lainya, Persepsi langsung (direct perception)
menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari
lingkungan (Solso, Maclin & Maclin, 2007).

54
Persepsi merupakan interpretasi dari hal-hal yang diindra oleh seseorang dari
lingkungan, yang kemudian dicocokkan atau dinilai berdasarkan pengalaman
pengetahuan dan kondisi lingkungan atau orang sekitar. Dalam proses
mengembangkan potensi daerah menjadi usaha yang layak tentunya pandangan
ataupun persepsi masyarakat tentang suatu produk yang akan dikembangkan menjadi
hal utama yang perlu diperhatikan sebelum menentukan arah pengembangan yang
sesuai. Perkembangan usaha mikro bolu cukke dan pipang di Kabupeten Soppeng
dapat dikatakan bertahan dengan baik hingga saat ini, meskipun banyak produsen kue
tradisional yang sudah beralih produksi ke kue-kue yang lebih diminati oleh generasi
saat ini.
Dalam penelitian ini, berdasarkan informasi yang di dapatkan dari pendapat
produsen dan konsumen yang disajikan dalam tabel 7 yaitu penyajian hasil
wawancara tentang persepsi konsumen terhadap bolu cukke dan pipang sebagai oleh-
oleh khas Kabupaten Soppeng. Dapat dikatakan bahwa konsumen dari kue tradisional
bolu cukke dan pipang masih bertahan hingga saat ini baik itu dijadikan oleh-oleh
ataupun untuk kebutuhan rumah, berikut kelebihan dari kue tradisional bolu cukke
dan pipang dari pandangan konsumen :
a. Cita rasa khas yang diperoleh dari cara pembuatan dengan metode tradisional
bolu cukke masih menjadi daya tarik utama bagi konsumen. Selain itu minat
beli konsumen saat ini lebih banyak terhadap bolu cukke yang dipanggang
secara tradisional dibandingkan dengan yang dikukus ataupu dioven
b. Masih mudah dijumpai dipasaran dan harga dari kue tradisonal bolu cukke
dan pipang masih tergolong terjangkau bagi semua kalangan.
c. Tekstur dan daya tahan penyimpanan yang lama hingga 1 bulan sehingga
cocok untuk dijadikan oleh-oleh.
d. Kue tradisional pipang masih termasuk kedalam kategori oleh-oleh yang
masih banyak diminati khusunya pipang biasa, hal tersebut terbukti dari
banyaknya pesanan yang diterima oleh produsen pipang yang ada disoppeng.

55
e. Pipang jenis ketan memang masih ada permintaan dari konsumen akan tetapi
lebih sedikit dibandingkan dengan jenis biasanya karena menurut beberapa
pendapat konsumen pipang ketan tidak dapat bertahan lama dan memiliki
tekstur yang agak keras berbeda dengan pipang biasa yang dapat bertahan
lama sehingga cocok untuk dijadikan oleh-oleh saat bepergian jarak jauh.
Hal tersebut membuktikan bahwa kue tradisional bolu cukke dan pipang
masih memiliki kelebihan dimata konsumen sehingga dapat dikatakan bahwa kue
tradisional bolu cukke dan pipang dapat terus menerus dikembangkan menjadi oleh-
oleh khas Kabupaten Soppeng yang didukung dari beberapa aspek seperti pertama,
hingga saat ini masih banyak konsumen dari bolu cukke dan pipang yang masih
bertahan, seperti yang diutarakan oleh produsen dan konsumen bolu cukke dan
pipang dalam wawancaranya sebagai berikut:
“Konsumen dari bolu cukke biasanya datang dari luar daerah”
“Bolu cukke selalu dijadikan oleh-oleh saat mudik”
“Bolu cukke bisa dijadikan cemilan pada saat acara kumpul keluarga”
“Oleh-oleh yang masih banyak dicari,terbukti dari banyaknya pesanan”
“Kue pipang mudah didapatkan”
“Kue pipang selalu menjadi oleh-oleh saat berkunjung ke Soppeng”
Kedua, cita rasa khas dari metode pembuatan tradisional masih menjadi kelebihan
utama kue tradisional bolu cukke dan pipang dimata konsumen hal tersebut seperti
yang diutarakan oleh beberapa konsumen yang telah diwanwancarai dan mengatakan
sebagai berikut:
“Tersedia dalam beberapa varian akan tetapi yang diproduksi dengan cara
tradisional lebih enak.”
“Rasa khas bolu cukke berbeda dengan bolu pada umumnya, rasa bolu cukke
yang agak kering sehingga cocok disajikan dengan kopi ataupun teh.”
“Bolu cukke yang diproduksi dengan menggunakan metode tradisonal
(menggunakan palekko) lebih diminati konsumen dibandingkan dengan bolu
cukke yang dikukus ataupun di oven”

56
Begitu pula dengan kue tradisional pipang, hingga saat ini pipang yang diproduksi
dengan menggunakan gula merah masih menjadi pilihan konsumen, seperti yang
diutarakan konsumen dalam wawancaranya sebagai berikut:
“Cita rasa khas pipang dari karamel gula merah yang tidak membuat bosan”
Ketiga, kue tradisional bolu cukke dan pipang yaitu jangka waktu expired seperti
yang diutarakan oleh salah satu produsen bolu cukke dan konsumen pipang sebagai
berikut:
“Bolu cukke yang diproduksi dengan cara tradisional cocok dijadikan oleh-
oleh karena daya tahannya yang lama hingga 3 minggu”
“Pipang dapat tahan lama hingga 1 bulan”
Selain dariketiga aspek tersebut itu kue tradisional bolu cukke dan pipang merupakan
makanan tradisional yang tetap bertahan di kalangan masyarakat hingga saat ini dan
tidak tersedia disemua daerah. Meskipun terkadang ada kendala dalam proses
produksi seperti pemenuhan bahan baku akan tetapi hal tersebut tidak menjadi
penghambat yang dapat menghentikan produksi.
Persepsi konsumen memang menjadi hal utama yang perlu diperhatikan
produsen dalam mengembangakan produk. Berdasarkan informasi yang telah
disimpulkan secara keseluruhan konsumen masih memiliki minat beli yang tinggi
terhadap kue tradisional bolu cukke khususnya yang diproduksi dengan metode
tradisional, Kue tradisional bolu cukke yang diproduksi dengan metode tradisional
memiliki daya tahan penyimpanan hingga tiga minggu sehingga cocok untuk
dijadikan oleh-oleh sedangkan bolu cukke yang diproduksi dengan cara dikukus
mudah rusak atau berjamur, harga dari kue tradisional bolu cukke masih tergolong
terjangkau bagi semua kalanga.
Sedangkan untuk kue tradisional pipang masih menjadi oleh-oleh yang
banyak dicari konsumen khususnya pipang jenis biasa karena daya tahan
penyimpanannya yang lama dapat mencapai hingga satu bulan sedangkan pipang
jenis ketan mudah melempem dan memiliki tekstur yang agak keras, selain itu cita
rasa khas pipang jenis biasa masih menjadi alasan konsumen mengonsumsi kue

57
tradisional pipang dan kue tradisional pipang masih mudah didapatkan serta harganya
yang terjangkau. Sehingga untuk menjadikan kue tradisional bolu cukke dan pipang
menjadi oleh-oleh yang dapat bertahan lama dikalangan masyarakat, produsen
mungkin bisa lebih inovatif dalam memproduksi bolu cukke dan pipang, inovatif
dalam hal ini tidak harus mengubah rasa dan kualitas produk, hal inovatif seperti dari
pengemasan produk yang dulunya mungkin hanya menggunakan box plastik biasa
bisa menggunakan paper box hasil printing yang lebih menunjukan keindahan produk
dari luar.
Tabel 11: Kemasan kue tradisional bolu cukke dan pipang

Kemasan bolu cukke yang Kemasan bolu cukke yang Kemasan pipang yang
didistirbusikan di pasar didistribusikan ke toko didistirbusikan di pasar dan
oleh-oleh toko oleh-oleh

Sumber : Peneliti, 2021

2. Faktor yang mempengaruhi menurunnya produksi kue tradisional bolu


cukke dan pipang di Kabupaten Soppeng
Keputusan pembelian yang rendah oleh konsumen dipengaruhi oleh daya tarik
produk dan beberapa faktor persepsi diantaranya, kualitas merek, harga. Semakin
tinggi daya tarik produk, persepsi kualitas, persepsi terhadap merek dan persepsi

58
terhadap harga maka keputusam pembelian akan meningkat. Keputusan pembelian
merupakan suatu pemahaman konsumen mengenai needs and wants produk melalui
proses penilaian terhadap produk tertentu melalui berbagai berbagai sumber informasi
yang ada dengan tujuan untuk membeli (Swastha & Irawan, 2008).
a. Daya tarik produk, Daya tarik digambarkan sebagai suatu ketertarikan dalam
membeli barang/jasa tertentu. Daya tarik juga didefinisikan sebagai tanda
minat konsumen untuk membeli. Daya tarik produk dapat diukur dengan
varian rasa, keindahan tampilan produk dan daya tahan kemasan (Sallam &
Wahid, 2012)
b. Persepsi merek, persepsi merek didefinisikan sebagai suatu penerimaan
terhadap merek didalam benak konsumen. Merek dapat diukur dengan
mudah dikenali, reputasi yang baik, dan memberikan kesan yang baik.
c. Persepsi kualitas produk, kualitas adalah keunggulan yang dimiliki produk
terhadap produk lainnya atau dapat dikatakan sebagai kesesuaian nilai
dengan manfaat. Kualitas produk dapat diukur dengan rasa, tekstur dan daya
tahan produk.
d. Persepsi harga, konsumen akan mempertimbangkan harga sebelum
memutuskan pembelian, konsumen akan membandingkan harga dari pilihan
produk yang ada, kemudian konsumen akan mengevaluasi kesesuaian harga
dengan nilai produk serta sejumlah uang yang dikeluarkan. Harga dapat
diukur dengan kesesuaian harga dengan kualitas produk, daya saing harga
suatu produk, kesesuaian harga produk dengan manfaat yang diperoleh dan
keterjangkauan harga.
Penurunan angka penjualan dapat disebabkan oleh banyak hal seperti yang
dijelaskan diatas, yang berupa faktor dari dalam yang dapat memunculkan minat atau
keputusan pembeli konsumen terhadap suatu produk sedangkan faktor dari luar
seperti banyaknya usaha kue yang menawarkan kue modern dengan tampilan yang
lebih menarik, selera konsumsi generasi yang berbeda, harga bahan baku yang
berubah-ubah, produk kurang dikenal lagi. Dari hasil wawancara dengan salah satu

59
produsen bolu cukke Hj.Atirah yang mengalami penurunan penjualan, mengatakan
bahwa:
“pada awal usaha sekitar tahun 2008 hingga 2010, bolu cukke dapat laku
hingga 600 pcs atau sekitar 30 box, namun beberapa tahun belakangan ini
penjualan tertinggi dalam sehari hanya sekitar 400 pcs atau sekitar 20 box”
Sedangkan dari hasil wawancara dengan produsen bolu cukke Hj.Nemmi mengatakan
bahwa :
“Dalam satu hari penjualan bolu cukke dapat mencapai 35 box gabungan dari
dua toko oleh-olehnya sedangkan saat musim liburan atau mudik penjualan
dapat mencapai hingga 60 box perhari”
Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa hasil penjualan pertahun yang
diterima oleh usaha bolu cukke Hj.Atirah sebagai berikut :
Harga per box = Rp.20.000 Penjualan rata-rata perhari dulu = 30 box
1 Tahun = 365 hari Penjualan rata-rata perhari sekarang = 20 box
365 hari × 30 box = 10.950 box (rata-rata jumlah penjualan dalam 1 tahun dulu)
10.950 box × Rp.20.000 = Rp.219.000.000 (dulu)
365 hari × 20 box = 7.300 box (rata-rata jumlah penjualan dalam 1 tahun sekarang)
7.300 box × Rp.20.000 = Rp.146.000.000 (sekarang)
Jadi, jumlah penjualan tahunan yang diterima oleh Hj.Atirah pada awal usahanya
pada tahun 2008 apabila menjalankan toko oleh-olehnya setiap hari dalam satu tahun
yaitu sebanyak Rp.219.000.000 dan jumlah penjulan tahunan yang diterima dari rata-
rata penjualan saat ini apabila ia menjalankan usahanya setiap hari yaitu sebanyak
Rp.146.000.000 dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa penurunan yang terjadi
sebanyak 30 %. Sedangkan untuk usaha bolu cukke Hj.Nemmi, penjualan tahunan
yang diterima sebagai berikut :
Harga per box = Rp.20.000 Penjualan rata-rata perhari = 35 box
1 Tahun = 365 hari
365 hari × 35 box = 12.775 box (rata-rata jumlah penjualan dalam 1 tahun)
12.775 box × Rp.20.000 = Rp. 255.500.000

60
Jadi, jumlah penjualan tahunan yang diterima oleh Hj.Nemmi apabila menjalankan
kedua toko oleh-olehnya setiap hari dalam satu tahun yaitu sebanyak Rp.255.500.000
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa usaha bolu cukke Hj.Atirah dan
usaha bolu cukke Hj.Nemmi termasuk kedalam kategori usaha mikro kue tradisional
yang ada di Kabupaten Soppeng. Dari hasil wawancara dengan produsen bolu cukke
dan pipang yang disajikan dalam tabel 8 yaitu penyajian hasil wawancara tentang
faktor yang mempengaruhi menurunnya penjualan bolu cukke dan pipang di
Kabupaten Soppeng. Berdasarkan informasi tersebut dapat dikatakan bahwa
penyebab menurunnya jumlah produksi biasanya dipengaruhi oleh, sebagi berikut :
a. Daya tarik produk yang tidak lagi menarik bagi generasi saat ini dibandingkan
dengan kue modern yang memiliki tampilan lebih berwarna dan bentuk yang
bervariasi.
b. Harga bahan baku yang terkadang naik namun harga dari kue tradisional bolu
cukke dan pipang harus tetap dipertahankan.
c. Beberapa produsen sudah mengupayakan untuk meningkatkan kualitas produk
mereka dari segi pengemasan namun diperlukan biaya tambahan sehingga ada
beberapa konsumen yang masih berpikir untuk mengganti kemasan mereka.
Tergolong kedalam jenis kue tradisional yang memiliki tampilan yang
sederhana dan tidak memiliki varian rasa yang banyak sehingga kue tradisional bolu
cukke dan pipang tidak lagi menarik dimata konsumen muda sehingga kebanyakan
konsumen dari kalangan orang dewasa, hal tersebut seperti yang diutarakan oleh
produsen bolu cukke :
“Kebanyakan konsumen yang membeli kue bolu cukke adalah orang dewasa”
Kosumen muda saat ini lebih tertarik dengan kue-kue modern yang memiliki
tampilan lebih menarik dan beraneka varian rasa seperti kue brownies, donut yang
dilengkapi dengan bermacam-macam varian rasa, Rainbow cake yang memiliki
warna lebih menarik dan berbagai jenis kue modern lainnya. Selain pengaruh dari
munculnya produk baru, pemenuhan bahan baku juga menjadi hambatan konsumen

61
dalam memproduksi kue tradisional bolu cukke dan pipang, seperti yang diutarakan
salah satu produsen bolu cukke dalam wawancaranya sebagai berikut:
“Harga bahan baku yang melonjak naik menjadi dapat menghambat produksi”
“Apabila bahan baku naik maka bolu cukke yang diproduksi juga terbatas”
Sedangkan untuk kue pipang, bahan baku yang digunakan untuk
memproduksi kue pipang memang terkadang melonjak naik khususnya untuk bahan
produksi pipang jenis ketan akan tetapi produksi pipang jenis ketan memang jarang
dilakukan terkecuali saat ada permintaan, selain itu permintaan konsumen lebih
banyak untuk pipang jenis biasa yang hanya menggunakan beras dan gula merah
sebagai bahan dasarnya, meskipun harga gula merah terkadang naik akan tetapi hal
tersebut bukan hambatan untuk mengurangi produksi kue tradisional pipang. Biaya
pengemasan juga menjadi salah satu hambatan produsen dikarenakan kue pipang
yang akan didistribusikan ke toko oleh-oleh harus dikemas dalam wadah karton yang
dicetak khusus, tentunya hal tersebut membutuhkan biaya ekstra sedangkan harga jual
dari kue pipang tetap sama dengan yang menggunakan box plastik biasa, hal tersebut
diutarakan oleh salah satu produsen pipang, sebagai berikut:
“Kemasan pipang yang akan dititipkan di toko oleh-oleh harus menggunakan
box yang dicetak khusus berbeda dengan yang didistribusikan ke pasar toko
campuran akan tetapi harga keduanya sama saja”
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya yang menjadi
penyebab utama menurunnya jumlah produksi kue tradisional bolu cukke dan pipang,
ada tiga yaitu minat konsumen yang berubah, harga bahan baku dan biaya
pengemasan. Akan tetapi hal tersebut sudah menjadi hal wajar bagi setiap produsen
pada saat menjalankan suatu usaha. Menurunnya angka penjualan bukan berarti
produsen harus menghentikan produksi mereka apalagi masih banyak konsumen bolu
cukke dan pipang yang bertahan hingga saat ini. Namun untuk mencegah terjadinya
penurunan angka produksi produsen dapat melakukan upaya seperti kerja sama
dengan pihak penyedia bahan baku, selain itu saat harga bahan baku melonjak naik
produsen mungkin bisa mengatasi dengan cara menaikkan harga jual mereka tanpa

62
harus mengurangi jumlah dari isi perbox yang ditawarkan, karena apabila bahan baku
naik bagi konsumen tetap bolu cukke dan pipang, harga produk yang naik tidak
menjadi penghalang mereka untuk membeli bolu cukke dan pipang. Berbeda apabila
mereka mendapati bahwa jumlah isi bolu cukke yang mereka beli berkurang, mereka
akan merasa dikhianati atau merasa ada kesalahan dalam pengemasan hal tersebut
dapat mempengaruhi pandangan konsumen terhadap kualitas merek suatu produk.
3. Strategi yang dilakukan produsen dalam meningkatkan penjualan kue
tadisional bolu cukke dan pipang
Rangkuti (2016) menyatakan bahwa strategi dapat dikelompokkam menjadi
tiga tipe-tipe strategi antaralain :
a. Strategi manajemen yaitu strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen
dengan orientasi pengembangan strategi secara makro, misalnya strategi
pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akusisi, strategi
pengembangan pasar dan strategi keuangan.
b. Strategi Investasi merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi,
misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang
agresif ataupun berusaha mengadakan penetrasi pasar.
c. Strategi bisnis yang berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen
misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi
distribusi dan strategi lainnya yang berhubungan dengan keuangan.
d. Strategi bersaing, menenrukan lingkungan persaingan dengan resiko serta
imbalan potensial yang menyertainya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa ada banyak strategi
yang perlu diperhatikan oleh produsen kue tradisional pipang untuk mempertahankan
usahanya, apalagi mereka menawarkan kue tradisional yang memiliki banyak
tantangan dalam pengembangannya. Selain memperhatikan strategi tersebut, untuk
meningkatkan penjualan produsen perlu memperhatikan cara mereka dalam
memasarkan produk meraka. Hal-hal yang perlu diperhatikan produsen sebelum
memasarkan produk mereka seperti segmentasi pasar, yaitu mengelompokkan

63
konsumen atau pembeli sesuai dengan kebutuhannya, kemudian strategi penentuan
pasar, dalam meningkatkan pendapatan suatu usaha hal yang diterapkanpun harus
sesuai dengan kondisi pasar yang menjadi tujuan atau sasaran. Selanjutnya yaitu
strategi posisi pasar yang berfokuskan pada penentuan persespi konsumen terhadap
suatu produk. Dari informasi yang disajikan dalam tabel 9 yaitu penyajian hasil
wawancara tentang strategi yang dilakukan oleh produsen dalam meningkatkan
penjualan. Dapat disimpulkan beberapa strategi yang dilakukan produsen dalam
meningkatkan penjulan sebagai berikut :
3.1. Strategi pengembangan pasar
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan produsen dalam meningkatkan
penjualan salah satunya yaitu pengembangan pasar. Pengembangan pasar adalah
strategi pertumbuhan dengan menarik lebih banyak pelanggan baru untuk produk
yang sudah ada. Pengembangan pasar biasanya dilakukan ketika segmen pasar sudah
matang. Memperluas pasar merupakan salah satu upaya produsen untuk memperbesar
wilayah pemasaran dengan begitu volume penjulan dapat meningkat. Pengembangan
pasar biasanya tidak melibatkan inovasi produk karena produsen hanya berfokus pada
penjualan produk ke segemen konsumen yang baru.
Dari tabel 9 tentang upaya produsen kue tradisional bolu cukke dan pipang
dalam meningkatkan penjualan dapat dikatakan bahwa salah satu upaya produsen
bolu cukke dan pipang yang ada di Kabupaten Soppeng dalam meningkatkan
penjulan mereka yaitu produsen yang tinggal dilokasi yang strategis akan membuka
toko oleh-oleh, dalam hal ini lokasi strategis yaitu jalan penghubung antar Kabupaten
yang banyak dilalui konsumen sehingga saat melintas di Kabupaten Soppeng
konsumen yang membutuhkan oleh-oleh untuk dibawa kembali ke daerah asalnya
akan singgah membeli. Dari hasil penelitian yang didapatkan usaha bolu cukke
Hj.Atirah memiliki 1 toko oleh-oleh dan usaha bolu cukke Hj.Nemmi memiliki 2
toko oleh-oleh dimana yang satunya juga difungsikan sebagai toserba.
3.2. Strategi Distrubusi

64
Distribusi merupakan salah satu bagian dari pemasaran yang banyak dilakukan
produsen agar mereka dapat menyebarkan produk untuk dipasarkan secara luas
sehingga konsumen dapat dengan mudah menemukan produk mereka. Distributor
merupakan perantara antara produsen dan konsumen, distributor sendiri didefinisikan
sebagai orang yang membeli produk dalam kategori banyak untuk disimpan (stock)
dan menjualnya kembali. Proses distribusi barang konsumsi biasanya berbeda-beda
tergantung dari jenis produk konsumsi tersebut, menurut Danang Sunyoto (2012)
proses saluran distribusi konsumsi sebagai berikut :
Tabel 12: Proses distribusi

 Alur Distribusi Produk Konsumsi 


Produsen Konsumen
Proses distribusi ini merupakan proses yang paling sederhana karena produsen
menawarkan produk mereka secara langsung ke konsumen tanpa perantara, proses
ini biasanya digunakan oleh produsen yang memproduksi produk konsumsi yang
memiliki daya penyimpanan yang pendek atau cepat rusak seperti kue basah, dll
Produsen Pengecer Konsumen
 Pada proses ini pengecer akan melakukan pembelian dalam jumlah yang besar pada
produsen untuk dijual kembali, biasanya produk konsumsi yang didistrribusikan
memiliki jangka waktu expired yang lama. Namun biasanya beberapa produsen
yang mendirikan toko pengecer sehingga dapat melayani konsumen secara langsung,
contoh: Makan ringan yang memiliki jangka waktu expired
Pedagang
Produsen Pengecer Konsumen
Besar
Proses ini biasanya banyak dilakukan oleh produsen yang memproduksi jenis produk
yang memiliki masa penyimpanan yang lama dan produsen yang memproduksi
dalam jumlah yang banyak. Pada proses ini produsen hanya melayani penjualan
dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja. Sedangkan pengecer hanya dapat
membeli dari pedagang besar, kemudian konsumen dapat membeli produk hanya
dari pengecer.
Contoh : Makanan/minuman instan (mie instan, kopi, teh), Makanan ringan

65
(kerupuk,biskuit)
Produsen Agen Pengecer Konsumen
Pada proses ini produsen akan menentukan agen dari setiap daerah yang berbeda
tergantung dari daerah pemasaran yang diinginkan oleh produsen kemudian
pengecer dapat membeli produk secara langsung dari agen yang telah ditentukan
oleh produsen. Produk yang biasanya menggunakan proses ini yaitu produk yang
hanya memiliki satu tempat untuk proses produksi produk atau pabrik yang
memproduksi barang tersebut tidak memiliki pabrik lain.
Sumber : http://repository.upi.edu, 2021
Dari tabel 9 berdasarkan informasi yang didapatkan saat peneltian berlangsung
upaya dilakukan produsen bolu cukke dan pipang yang ada di Kabupaten Soppeng
untuk meningkatkan penjualan dengan cara mendistribusikan bolu cukke ataupun
pipang yang mereka produksi ke pasar tradisional seperti pasar sentral, pasar takalal,
pasar cabbenge dan menitipkan produk mereka ke beberapa toko oleh-oleh yang ada
di Kabupaten Soppeng serta didistribusikan keluar daerah seperti Pinrang, Sengkang
dan Makassar. Produsen bolu cukke dan pipang akan mendistirbusikan produk
mereka ke distributor dalam hal ini toko oleh-oleh lainnya yang ada di Kabupaten
Soppeng dan mendistribusikan bolu cukke ataupun pipang yang mereka produksi ke
penjual kue yang ada di pasar sehingga konsumen dapat dengan mudah menemukan
produk kue tradisonal bolu cukke dan pipang.
Meskipun strategi tersebut telah dilakukan akan tetapi beberapa produsen
merasa belum mencapai hasil penjulan yang maksimal terutama pada saat harga
bahan baku naik. Ditinjau dari karakteristik produk kue tradisional bolu cukke dan
pipang yang memiliki daya tahan penyimpanan yang cukup lama selain itu teksturnya
yang tidak mudah hancur sehingga mungkin produsen dapat mencoba menawarkan
atau menjual produk mereka dengan cara sebagai berikut:
a. Strategi penjualan melalui E-Commerce sehingga bukan hanya konsumen
lokal yang dapat membeli bolu cukke dan pipang akan tetapi konsumen yang
tinggal di tempat jauh dapat membeli bolu cukke ataupun pipang tanpa harus

66
berkunjung secara langsung apalagi situsi saat ini karena adanya pandemi
COVID-19 yang menjadi hambatan untuk melakukan perjalan.
b. Strategi penjualan dengan menggunakan Sosial Media, saat ini banyak banyak
influencer yang menawarkan jasa untuk mempromosikan suatu produk.
Dengan mempromosikan produk menggunakan sosial media, produk yang
ditawarkan dapat dilihat oleh masyarakat luas.
Dari penjelesan tersebut dapat dikatakan bahwa untuk mempertahankan kue
tradisional bolu cukke dan pipang di kalangan masyarakat dan konsumen produsen
harus terlebih dahulu memperhatikan kualitas produk mereka seperti kualitas
kemasan dan merek. Karena dari informasi yang didapatkan dari beberapa konsumen
mereka masih menjadi konsumen tetap dan mencari kue tradisional bolu cukke dan
pipang sehingga yang dibutuhkan ialah upaya produsen dalam mempertahankan citra
merek produknya di kalangan masyarakat. Selain itu dalam hal meningkatkan jumlah
penjualan produsen dapat mencoba menawarkan produk mereka di E-Commerce
ataupun media digital lainnya.

67
Gambar 10 : Usaha bolu cukkedan pipang yang menngunakan media promosi
instagram
Sumber : Instagram, 2021

68
Gambar 11 : Bolu cukke yang ditawarkan di E-Commerce
Sumber : Tokopedia, 2021

69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan pariwisata telah membuka jalan pengembangan bagi industri
lainnya, pemenuhan kebutuhan wisatawan menjadi peluang bagi masyarakat untuk
memulai suatu usaha yang bernilai ekonomi. Akan tetapi mempertahankan usaha
didalam siklus pasar tidak semudah dengan memulai suatu usaha, produk yang lebih
baik dan lebih menarik mermunculan setiap harinya sehingga setiap produsen harus
mempertahankan kreativitas dan inovasi mereka untuk dapat mempertahankan
produk mereka agar tidak hilang dari benak konsumen.
1. Kue tradisional bolu cukke dan pipang masih menjadi oleh-oleh yang layak
dimata konsumen. Hal tersebut didukung dari beberapa aspek seperti jangka
waktu expired, makanan tradisional yang tetap bertahan di kalangan masyarakat,
tidak tersedia disemua daerah dan hingga saat ini minat beli konsumen terhadap
kue tradisional bolu cukke dan pipang masih tinggi utamanya terhadap bolu cukke
yang dipanggang dengan metode tradisional dan kue pipang yang jenis biasa yang
menggunakan gula merah.
2. Penurunan angka produksi Bolu Cukke biasa dipengaruhi oleh pemenuhan bahan
baku yang terkadang harganya melonjak naik namun harga jual bolu cukke harus
tetap dipertahankan, selain itu munculnya kue-kue bolu modern membuat
beberapa konsumen beralih konsumsi dan adanya pebedaan selera generasi.
3. Dalam meningkatkan penjualan beberapa produsen melakukan upaya seperti
strategi pengembangan pasar dengan cara membuka toko oleh-oleh sendiri bagi
produsen yang tinggal dilokasi yang strategis dalam hal ini menjadi jalan
penghubung antar kabupaten, dan beberapa produsen akan melakukan strategi
distribusi yaitu upaya yang dilakukan dengan cara mendistribusikan bolu cukke
dan pipang ke toko oleh-oleh dan beberapa pasar yang ada di Kabupaten
Soppeng. Serta produsen lainnya akan mendistribusikan produk mereka keluar
daerah.

70
B. Saran
Upaya dalam mempertahankan suatu produk dalam benak konsumen memang
tidak mudah, perkembangan teknologi terjadi setiap hari tanpa disadari produsen
harus berupaya untuk mengikuti perkembangan agar produk mereka dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen, suatu produk untuk mengikuti
perkembangan tidak selamanya harus berubah dari awal akan tetapi setiap produk
membutuhkan inovasi yang sesuai dengan keadaan.
1. Persepsi masyarakat atau konsumen menjadi hal utama yang perlu diperhatikan
produsen dalam mengembangakan produk. Secara keseluruhan masyarakat atau
konsumen masih memiliki minat beli yang tinggi terhadap kue tradisional bolu
cukke dan pipang. Untuk mempertahankan minat konsumen dan menarik
konsumen baru kue tradisional bolu cukke dan pipang, produsen dapat melakukan
beberapa inovasi untuk produknya akan tetapi tidak mengubah rcita rasa asli dari
kue tradisional bolu cukke dan pipang.
2. Untuk mencegah menurunnya angka produksi produsen bisa melakukan kerja
sama dengan pihak penyedia bahan baku, selain itu saat harga bahan baku
melonjak naik produsen mungkin bisa mengatasi dengan cara menaikkan harga
jual mereka tanpa harus mengurasi jumlah dari isi perbox yang ditawarkan,
karena apabila bahan baku naik bagi konsumen tetap bolu cukke dan pipang,
harga produk yang naik tidak menjadi penghalang mereka untuk membeli bolu
cukke dan pipang. Berbeda apabila mereka mendapati bahwa jumlah isi bolu
cukke yang mereka beli berkurang, mereka akan merasa dikhianati atau merasa
ada kesalahan dalam pengemasan hal tersebut dapat mempengaruhi pandangan
konsumen terhadap kualitas merek suatu produk.
3. Daya simpan dari kue tradisional bolu cukke dan pippang yang cukup lama selain
itu teksturnya yang tidak mudah hancur sehingga mungkin produsen dapat
mencoba menawarkan atau menjual produk mereka melalui E-Commerce
sehingga bukan hanya konsumen yang tinggal di tempat yang jauh dapat membeli
bolu cukke ataupun pipang tanpa harus berkunjung secara langsung apalagi situsi

71
saat ini karena adanya pandemi COVID-19 yang hambatan untuk melakukan
perjalan. Selain itu saat ini ada berbagai jenis sosial media seperti Instagram,
Whatsapp, Facebook dan media sosial lainnya yang dapat digunakan untuk
memasarkan suatu produk.

72
DAFTAR PUSTAKA

Aufar, A. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi


Akuntansi Pada UMKM. Bandung: Universitas Widyatama.
Atmoko, T.P.H. (2018). Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Volume Penjualan
di Cavinton Hotel Yogyakarta. Jurnal of Indonesian Tourism, Hospitality and
Recreation. Vol.1 (2). Hal. 84-85. Doi: https://ejournal.upi.edu/index.php
Alexandro, R. (2020). Analsis Pengembangan Ekonomi Kreatif Kuliner Khas Suku
Dayak Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial. Vol. 6 (1). Hal. 12-14.
Doi: 10.23887/jiis.v6i1.24749
Basri, M.C. (2012). Rumah Ekonomi, Rumah Budaya : Membaca Kebijakan
Perdagangan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Case, K. E. (2006). Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Creswell, J. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Collins Cobuild Advanced Dictionary. (2008). Edisi ke 6 Diakses Pada Tanggal 22
Februari 2021 Melalui https://www.collinsdictionary.com/api/collins-cobuild-
advanced-learners-dictionary-british,64,HCA.html
Darma, I.G.K.I. (2019). Peranan Painting Bali Sebagai Cendramata Khas Bali. Jurnal
Kepariwisataan. Vol.4 (2). Hal. 17-24. Doi: https://ejournal.ihdn.ac.id
Daulay, Z.A.A. (2018). Strategi Pengembagan Ekonomi Kreatif Dengan Metode
Triple Helix (Studi Pada UMKM Kreatif di Kota Medan).Jurnal Ilmiah
Penelitian Kesehatan. Vol. 1 (2). Hal. 170-175. Doi:
https://moraref.kemenag.go.id/documents/98077985952798536
Danang, S. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Buku Seru.
Harmayani, E. Umar, S., Murdijati, G. (2017). Makanan Tradisional Indonesia.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

73
Hutama, C. L., Subagio, H. (2014). Analisa Pengaruh Dining Experience Terhadap
Behavioral Intention Dengan Costumer Satisfaction Sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Manajemen Pemasaran. Vol. 2 (1). Hal. 1-8. Doi:
http://publication.petra.ac.id/
Hoven, E.V.D., Eggen, B. (2005). Personal Souvenirs as Ambient Intelligent Objects.
Diakses Pada Tanggal 22 Februari Melalui
https://dl.acm.org/doi/10.1145/1107548.1107583
Indrianto, N., Supomo, B. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
Dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Irwan., Wijaya, F. (2000). Pemasaran Prinsip dan Kasus. Edisi Kedua. Yogyakarta:
BPFE
Kotler, P., Armstrong, G. (2012). Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13. Jakarta:
Erlangga.
Kotler, P., Keller, K.L. (2009). Manajemen Pemasaran. Edisi ke 13. Jakarta:
Erlangga.
Lazuardi, M., Triady, M.S. (2015). Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan
Kuliner Nasional. Jakarta: PT. Republik Solusi.
Mankiw, N.G. (2006). Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Moelyono, M. (2010). Menggerakkan Ekonomi Kreatif Antara Tuntutan dan
Kebutuhan. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Nurdiyansah. (2014). Peluang dan Tantangan Pariwisata Indonesia. Bandung:
Alfabeta
Nurjannah. (2019). Analisis Pendapatan Usaha Kue Tradisional Baje di Desa Tanete
Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Diunduh Pada Tanggal 8 Februari
2012 Melaui http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/14474
Nugroho, S. (2010). Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana.
Palupi, S. (2019). Pedoman Pengembangan Wisata Kuliner. Jakarta: Kementerian
Pariwisata Republik Indonesia

74
Purbaningrum, C.W.D. (2020) Inovasi Sebagai Kunci Industri Kreatif Subsektor
Kuliner Mendukung Pendapatan Daerah Gunung Kidul. Jurnal Kajian
Ekonomi dan Kebijakan Publik. Vol. 5 (2). Hal 271-277. Doi:
http://jurnal.pancabudi.ac.id
Riyanto, B. (2010). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
Statistik Kepariwisataan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. 2019.
Diakse Pada Tanggal 14 Juli 2021. Melalui https://visitingjogja.com
Sariyanti. (2015). Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Kue Tradisional di Pasar
Toddopuli Makassar. Diunduh Pada Tanggal 8 Februari 2021 Melalui
http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/4981
Sunarti, P., Herning, R. (2018) Pengembangan Pemasaran Usaha Kecil Kue
Tradisional Rumahan Melalui Media E-Commerce. Jurnal Abdimas
Mahakam. Vol. 2 (2). Hal 87-88. Doi: 10.24903/jam.v2i2.377
Sonjaya, T. (2015). Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Industri Pariwisata.
Diunduh Pada Tanggal 8 Februari 2021 Melalui
http://www.kadinpangandaran.or.id/
Sari, H.P.R. (2019). Identifikasi Potensi Kopi Jahe Sebagai Oleh-Oleh Khas Betawi.
Jurnal Hospitaliti dan Pariwisata. Vol. 1 (1). Hal. 36-49. Doi:
10.31334/jd.v1i1.552.g353
Suhardi. (2016). Pengantar Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Gava Media.
Solso, R.L., Maclin, O.H., Maclin, M.K. (2008). Psikologi Kognitif. Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga
Suryana. (2013). Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan
Peluang. Jakarta: Salemba Empat.
Sunyoto,D. (2014). Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran: Konsep, Strategi dan Kasus.
Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service).
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

75
Stanton, W.J. (2005). Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Sternberg, R. J. (2008). Psikologi Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Swastha, B., Irawan. (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Cetakan Ketujuh.
Penerbit LIBERTY: Yogyakarta.
Sejarah Bisnis J.Co Donut & Coffe. Diakses Pada Tanggal 14 Juli 2021. Melalui
https://www.maxmanroe.com/melihat-sejarah-bisnis-j-co-donut-coffee.html
Tjiptono, F. (2015). Strategi Pemasaran. Edisi 4. Yogyakarta: Andi.
Umar, H. (2003). Strategic Management in Action. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Umar, H. (2013). Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis. Jakarta: Rajawali.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2019 Tentang Ekonomi
Kreatif. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Jakarta.
Wilkins, H. (2009). Souvenir What and Why We Buy. Australia: Griffin Univesity
World Wide Gifts. Diakses Pada Tanggal 21 Februari 2021 Melalui
https://www.world-wide-gifts.com/en
Widoyoko, E. P. (2014). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wibowo, D. H., Arifin, Z., Sunarti. (2015). Analisis Strategi Pemasaran Untuk
Meningkatkan Daya Saing UMKM (Studi Pada Batik Diajeng Solo). Jurnal
Administrasi Bisnis. Vol. 29 (1). Hal. 60-61. Doi: https://media.neliti.com

76
LAMPIRAN

77
Gambar 12 : : Sesi wawancara dengan salah satu pemilik toko oleh-oleh di Kabupaten
Soppeng

Sumber : Peneliti, 2021

78
79
Gambar 13: Sesi wawancara dengan salah satu produsen bolu cukke dan pipang

Sumber : Peneliti, 2021

80
81
Gambar 14 : Proses pembuatan bolu cukke

Sumber : Peneliti, 2021

82
Gambar 15 : Alat dan bahan untuk pembuatan pipang

Sumber : Peneliti, 2021

83
84
Gambar 16 : Kemasan bolu cukke dan pipang yang didistribusikan ke pasar

Sumber : Peneliti, 2021

85
PEDOMAN WAWANCARA KONSUMEN

A. Tujuan
Untuk mengetahui pendapat konsumen tentang kue tradisional pipang dan
bolu cukke dari segi rasa, kualitas, pelayanan dan kelemahan produk kue
tradisional pipang dan bolu cukke dibandinkang dengan kue modern saat ini.
B. Pertayaan panduan
a. Identitas Narasumber
Nama : Ibu Hj. Atirah
Pihak : Produsen Bolu Cukke
b. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda tentang cita rasa dari bolu cukke ?
Rasa bolu cukke enak dan dulu susah didapatkan jadi saya memulai
menjual bolu cukke
2. Bagaimana tanggapan anda tentang kemasan bolu cukke ?
Kemasan bolu cukke yang saya jual dulunya menggunakan kantong
plastik biasa tapi sekarang sudah diganti dengan kotal plastik
3. Menurut anda apa kelebihan dan kelemahan dari bolu cukke dibandingkan
dengan kue modern lainnya ?
Untuk kelebihannya bolu cukke yang dibuat dengan palekko lebih banyak
diminati konsumen.
4. Bagaimana menurut anda kesesuaian harga dan kualitas dari bolu cukke ?
Harganya sudah sesuai
5. Menurut anda apakah bolu cukke layak untuk dijadikan cendramata atau
oleh-oleh ?
Layak untuk menjadi oleh-oleh karena hingga saat ini banyak konsumen
bolu cukke dari luar daerah seperti Makassar, Bone dan Sengkang.

86
A. Identitas Narasumber
Nama : Ibu Hj. Nemmi
Pihak : Produsen Bolu Cukke
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda tentang bolu cukke ?
Bolu cukke yang dibuat dengan metode tradisional sampai saat ini masih
banyak diminati konsumen daripada yang diproduksi dengan cara dioven
ataupun dikukus
2. Bagaimana tanggapan anda tentang kemasan bolu cukke ?
Kemasan bolu cukke saat ini sudah bagus
3. Menurut anda apa kelebihan dan kelemahan dari bolu cukke dibandingkan
dengan kue modern lainnya ?
Untuk kelebihannya bolu cukke yang dibuat dengan palekko lebih banyak
diminati konsumen dan lebih tahan lama sedangkan yang dikukus kurang
cocok dijadikan oleh-oleh karena cepat berjamur
4. Bagaimana menurut anda kesesuaian harga dan kualitas dari bolu cukke ?
Harganya sudah sesuai
5. Menurut anda apakah bolu cukke layak untuk dijadikan cendramata atau
oleh-oleh ?
Layak untuk menjadi oleh-oleh khususnya yang dipanggang karena dapat
tahan hingga 3 minggu dan tidak mudah hancur jadi aman diperjalanan
A. Identitas Narasumber
Nama : Ibu Suri
Pihak : Karyawan ditoko oleh-oleh
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda tentang bolu cukke ?
Bolu cukke cukup mudah dibuat akan tetapi apabila ada kesalahan takaran
maka bolu cukke yang dihasilkan dapat gagal atau rusak

87
2. Bagaimana tanggapan anda tentang kemasan bolu cukke ?
Kemasan bolu cukke saat ini sudah bagus
3. Menurut anda apa kelebihan dan kelemahan dari bolu cukke dibandingkan
dengan kue modern lainnya ?
Untuk kelebihannya bahan yang digunakan untuk membuat bolu cukke
tidak banyak dan mudah didapatkan akan tetapi proses pembuatannya
cukup sulit
4. Bagaimana menurut anda kesesuaian harga dan kualitas dari bolu cukke ?
Harganya sudah sesuai
5. Menurut anda apakah bolu cukke layak untuk dijadikan cendramata atau
oleh-oleh ?
Cukup layak untuk menjadi oleh-oleh karena hingga saat ini terbukti dari
banyaknya pesanan yang diterima biasanya saat hari normal penjualan
dapat mencapai hingga 25 sampai 30 kotak perhari sedangkan saat musim
mudik atau liburan penjualan dapat mencapai hingga 40 samapi 60 kotak
perharinya.
A. Identitas Narasumber
Nama : Ibu Ida
Pihak : Konsumen Bolu Cukke
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda tentang cita rasa dari bolu cukke ?
Rasa bolu cukke berbeda dengan bkue bolu yang lain, bolu cukke agak
kering tapi tetap enak
2. Bagaimana tanggapan anda tentang kemasan bolu cukke ?
Kemasan bolu cukke tempat saya selalu membeli bolu cukke sudah bagus
yaitu menggunakan kotak plastik
3. Menurut anda apa kelebihan dan kelemahan dari bolu cukke dibandingkan
dengan kue modern lainnya ?

88
Untuk kelebihannya bolu cukke memiliki beberapa jenis ada yang dikukus
dan dioven akan tetapi saya selalu membeli bolu cukke yang dibuat
dengan palekko.
4. Bagaimana menurut anda kesesuaian harga dan kualitas dari bolu cukke ?
Harganya sesuai
5. Seberapa sering anda membeli bolu cukke ?
Saya biasanya membeli bolu cukke saat mudik ke Soppeng
6. Apakah anda memerlukan perubahan dari bolu cukke ? dari segi apa ?
Tidak perlu perubahan
7. Menurut anda apakah bolu cukke layak untuk dijadikan cendramata atau
oleh-oleh ?
Layak untuk menjadi oleh-oleh karena biasanya saat saya kembali dari
Soppeng keluarga saya di Makassar akan menitipkan bolu cukke
A. Identitas Narasumber
Nama : Ibu Anti
Pihak : Konsumen Bolu Cukke
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda tentang cita rasa dari bolu cukke ?
Rasa bolu cukke enak beda dengan bolu lainnya
2. Bagaimana tanggapan anda tentang kemasan bolu cukke ?
Kemasan bolu cukke yang selalu saya beli menggunakan kotak plastik dan
sudah bagus
3. Menurut anda apa kelebihan dan kelemahan dari bolu cukke dibandingkan
dengan kue modern lainnya ?
Kue bolu cukke tidak mudah hancur tidak seperti bolu lainnya
4. Bagaimana menurut anda kesesuaian harga dan kualitas dari bolu cukke ?
Bolu cukke 1 kotak seharga Rp.20.000 sangat terjangkau
5. Seberapa sering anda membeli bolu cukke ?
Saya biasanya membeli bolu cukke saat disoppeng

89
6. Apakah anda memerlukan perubahan dari bolu cukke ? dari segi apa ?
Tidak perlu perubahan
7. Menurut anda apakah bolu cukke layak untuk dijadikan cendramata atau
oleh-oleh ?
Cocok untuk menjadi oleh-oleh karena dapat tahan lama, biasanya saat
saya kirimkan keluarga ke kalimantan dapat tahan sampai tiba
dikalimantan.
A. Identitas Narasumber
Nama : Ibu A.Wana
Pihak : Konsumen Bolu Cukke
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda tentang cita rasa dari bolu cukke ?
Rasa bolu cukke enak
2. Bagaimana tanggapan anda tentang kemasan bolu cukke ?
Kemasan bolu cukke tempat saya selalu membeli bolu cukke sudah bagus
3. Menurut anda apa kelebihan dan kelemahan dari bolu cukke dibandingkan
dengan kue modern lainnya ?
Bolu cukke selalu saya beli untuk acara keluarga biasanya atau biasa saya
stok saja dirumah untuk cemilan karena cocok untuk disajikan dengan
kopi atau teh
4. Bagaimana menurut anda kesesuaian harga dan kualitas dari bolu cukke ?
Harganya sesuai
5. Seberapa sering anda membeli bolu cukke ?
Saya sering membeli bolu cukke
6. Apakah anda memerlukan perubahan dari bolu cukke ? dari segi apa ?
Tidak perlu
7. Menurut anda apakah bolu cukke layak untuk dijadikan cendramata atau
oleh-oleh ?
Layak

90
A. Identitas Narasumber
Nama : Ibu Ida
Pihak : Konsumen Pipang
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda tentang cita rasa dari pipang ?
Rasa karamel gula merah di pipang sangat enak
2. Bagaimana tanggapan anda tentang kemasan pipang ?
Kemasannya sudah bagus dengan kotak plastik jadi tidak mudah hancur
3. Menurut anda apa kelebihan dan kelemahan dari pipang dibandingkan
dengan kue modern lainnya ?
Untuk kelebihannya pipang masih mudah didapatkan.
4. Bagaimana menurut anda kesesuaian harga dan kualitas dari pipang ?
Harganya terjangkau
5. Seberapa sering anda membeli kue pipang ?
Saya sering membeli pipang untuk orang tua saya
6. Apakah anda memerlukan perubahan dari pipang ? dari segi apa ?
Tidak perlu perubahan
7. Menurut anda apakah pipang layak untuk dijadikan cendramata atau oleh-
oleh ?
Layak untuk menjadi oleh-oleh karena harga terjangkau.
A. Identitas Narasumber
Nama : Ibu A.Dewi
Pihak : Konsumen Pipang
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda tentang cita rasa dari pipang ?
Pipang biasa sangat enak
2. Bagaimana tanggapan anda tentang kemasan pipang ?
Kemasannya sudah bagus

91
3. Menurut anda apa kelebihan dan kelemahan dari pipang dibandingkan
dengan kue modern lainnya ?
Untuk kelebihannya pipang biasa tahan lama sedangkan pipang ketan
keras dan cepat lembek
4. Bagaimana menurut anda kesesuaian harga dan kualitas dari pipang ?
Harganya terjangkau
5. Seberapa sering anda membeli kue pipang ?
Saya sering membeli pipang kalau ke pasar
6. Apakah anda memerlukan perubahan dari pipang ? dari segi apa ?
Tidak perlu perubahan
7. Menurut anda apakah pipang layak untuk dijadikan cendramata atau oleh-
oleh ?
Layak untuk menjadi oleh-oleh.
A. Identitas Narasumber
Nama : Ibu Neni
Pihak : Konsumen Pipang
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda tentang cita rasa dari pipang ?
Pipang jenis ketan memiliki rasa asam yang enak
2. Bagaimana tanggapan anda tentang kemasan pipang ?
Kemasannya sudah bagus
3. Menurut anda apa kelebihan dan kelemahan dari pipang dibandingkan
dengan kue modern lainnya ?
Untuk kelebihannya masih mudah didapat tapi harga pipang ketan lebih
mahal
4. Bagaimana menurut anda kesesuaian harga dan kualitas dari pipang ?
Kalau harga pipang biasa terjangkau tapi pipang ketan mahal
5. Seberapa sering anda membeli kue pipang ?
Saya sering membeli pipang saat saya berkunjung ke Soppeng

92
6. Apakah anda memerlukan perubahan dari pipang ? dari segi apa ?
Tidak perlu perubahan
7. Menurut anda apakah pipang layak untuk dijadikan cendramata atau oleh-
oleh ?
Layak untuk menjadi oleh-oleh karena tahan
A. Identitas Narasumber
Nama : Ibu Rima
Pihak : Konsumen Pipang
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana tanggapan anda tentang cita rasa dari pipang ?
Enak dan tanpa pengawet jadi aman untuk anak-anak
2. Bagaimana tanggapan anda tentang kemasan pipang ?
Kemasannya sudah bagus
3. Menurut anda apa kelebihan dan kelemahan dari pipang dibandingkan
dengan kue modern lainnya ?
Kelebihannya murah kalau kekurangannya tidak ada
4. Bagaimana menurut anda kesesuaian harga dan kualitas dari pipang ?
Harganya terjangkau
5. Seberapa sering anda membeli kue pipang ?
Saya sering membeli pipang untuk dirumah
6. Apakah anda memerlukan perubahan dari pipang ? dari segi apa ?
Tidak perlu perubahan
7. Menurut anda apakah pipang layak untuk dijadikan cendramata atau oleh-
oleh ?
Cocok untuk dijadikan oleh-oleh karena dapat tahan hingga 1 bulan

93
PEDOMAN WAWANCARA PRODUSEN

A. Identitas Narasumber
Nama : Hj. Nemmi
Pihak : Produsen Bolu Cukke
B. Daftar Pertanyaan
Faktor yang menurunnya produksi:
1. Apa saja bahan baku untuk pembuatan kue tradisional bolu cukke ?
Gula merah, telur itik, tepung beras dan tepung terigu
2. Bagaimana proses pemenuhan alat dan bahan untuk produksi bolu cukke ?
Bahan yang digunakan dibeli perminggu sedangkan alatnya milik saya
sendiri seperti palekko dan tungku api
3. Apakah ada kendala dalam pemenuhan alat dan bahan untuk produksi
bolu cukke ?
Kendalanya biasanya kalau harga gula merah biasanya seharga Rp.4.000
Per butirnya tapi kalau lagi mahal bisa sampai Rp.8.000 – Rp. 10.000.
Kalau telur itik juga begitu biasa Rp.50.000 per rak tapi kalau mahal bisa
sampai Rp.75.000 per raknya. Terus kalau bahanya naik tapi harga bolu
cukke tetap sama jadi biasanya kami kurangi isi bolu cukke
4. Apakah ada perbedaan proses produksi bolu cukke dulu dan sekarang ?
Ada perubahan karena ada yang dioven sama dikukus tapi kami tetap
produksi yang di bakar dengan tungku
5. Bagaimana pengaturan waktu dalam proses produksi ?
Biasanya kami memproduksi bolu cukke 2 kali seminggu tapi kalau lagi
musim mudik bisa sampai 4 atau 5 kali selama satu minggu
6. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi ?
Saya hanya dibantu dengan karyawan sebanyak ada 4 orang yang bebrapa
tahun yang saya memiliki karyawan sebanyak 7 orang akan tetapi karena

94
usaha saya sempat dihentikan karena suatu alasan jadi karyawan saya juga
tidak sebanyak dulu lagi.
7. Apakah ada perubahan rantai produksi bolu cukke setelah kue modern
bermunculan ?
Dulu biasanya bolu cukke banyak pembeli karena masih kurang penjual
kue tapi sekarang sudah banyak
Strategi pemasaran yang dilakukan:
1. Bagaimana proses penjualan bolu cukke ?
Biasanya saya titipkan dipasar dan di toko campuran ada juga ditoko oleh-
oleh dikota dan juga saya jual ditoko oleh-oleh saya sendiri
2. Bagaimana proses promosi yang dilakukan untuk memasarkan bolu
cukke?
Saya tidak terlalu
3. Bagaimana tingkat permintaan bolu cukke dulu dan sekarang ?
Sampai saat ini masih banyak tapi tidak sebanyak dulu, sekarang juga
biasanya yang membeli itu orang dewasa karena anak-anak sudah tidak
terlalu suka.
4. Apakah dengan dititipkan dipasar dan toko oleh-oleh maka penjualan yang
diterima sudah menutupi modal atau keuntungannya lebih besar?
Sebelum saya titipkan dipasar keuntungan yang saya dapatkan tidak
terlalu banyak tapicukup untuk menjalankan usaha tapi setelah dititipkan
dipasar keuntungan yang diterima juga lumayan

95
A. Identitas Narasumber
Nama : Hj. Atirah
Pihak : Produsen Bolu Cukke
B. Daftar Pertanyaan
Faktor menurunnya produksi:
1. Apa saja bahan baku untuk pembuatan kue tradisional bolu cukke ?
Gula merah, telur itik, tepung beras dan tepung terigu
2. Bagaimana proses pemenuhan alat dan bahan untuk produksi bolu cukke ?
Kalau alatnya sudah lama saya punya mulai dari saya memulai usaha bolu
cukke dari tahun 2008
3. Apakah ada kendala dalam pemenuhan alat dan bahan untuk produksi
bolu cukke ?
Kendalanya biasanya kalau harga bahan-bahan untuk bolu naik
4. Apakah ada perbedaan proses produksi bolu cukke dulu dan sekarang ?
Ada perubahan karena ada yang dioven sama dikukus tapi kami tetap
produksi yang di bakar dengan tungku
5. Bagaimana pengaturan waktu dalam proses produksi ?
Biasanya kami memproduksi bolu cukke 1 sampai 3 kali seminggu tapi
kalau lagi musim mudik bisa sampai setiap hari
6. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi ?
Saya hanya dibantu dengan keluarga saya tidak ada karyawan tetap
7. Apakah ada perubahan rantai produksi bolu cukke setelah kue modern
bermunculan ?
Ada karena dulu belum ada kue seperti bolu lainya jadi banyak pembeli
bolu cukke tapi sekarang banyak terus harganya juga tidak beda jauh jadi
banyak konsumen lebih memilih bolu lain.

96
Strategi pemasaran yang dilakukan:
1. Bagaimana proses penjualan bolu cukke ?
Biasanya saya titipkan dipasar dan di toko campuran ada juga ditoko oleh-
oleh dikota dan juga saya jual ditoko oleh-oleh saya sendiri
2. Bagaimana proses promosi yang dilakukan untuk memasarkan bolu
cukke?
Saya tidak terlalu tau tentang promosi jadi untuk penjualannya biasanya
diatur sama anak saya
3. Bagaimana tingkat permintaan bolu cukke dulu dan sekarang ?
Sampai saat ini masih banyak tapi tidak sebanyak dulu, sekarang juga
biasanya yang datang membeli itu orang dewasa karena anak-anak sudah
tidak terlalu suka.
4. Apakah dengan dititipkan dipasar dan toko oleh-oleh maka penjualan yang
diterima sudah menutupi modal atau keuntungannya lebih besar?
Sebelum saya titipkan dipasar keuntungan yang saya dapatkan tidak
terlalu banyak tapicukup untuk menjalankan usaha tapi setelah dititipkan
dipasar keuntungan yang diterima juga lumayan

97
A. Identitas Narasumber
Nama : Hj. Tija
Pihak : Produsen Pipang
B. Daftar Pertanyaan
Faktor menurunnya produksi:
1. Apa saja bahan baku untuk pembuatan kue tradisional pipang ?
Pipang biasa : beras, gula merah, gula pasir, minyak goreng, wijen
Pipang ketan : beras ketan, gula pasir, minyak goreng, jeruk nipis.
2. Bagaimana proses pemenuhan alat dan bahan untuk produksi pipang?
Bahan untuk pipang jenis biasa mudah didapat apalagi keluarga saya
bekerja sebagai petani jadi beras mudah saya dapat tapi untuk pipang
ketan karena biasanya saya membeli beras ketan selain itu harga beras
ketan lebih mahal tapi pipang biasa lebih banyak dipesan daripada pipang
ketan.
3. Apakah ada kendala dalam pemenuhan alat dan bahan untuk produksi
pipang ?
Tidak ada kendala produksi hanya saja kalau harga beras ketan naik
4. Apakah ada perbedaan proses produksi pipang dulu dan sekarang ?
Dulu kemasan yang dipakai biasanya cuman plastik bening tapi sekarang
karena kalau mau dititipkan ditoko oleh-oleh kemasannya harus bagus
menggunakan kemasan kotak kertas yang dicetak jadi ada lagi biaya yang
perlu keluarkan tapi harga pipang tetap sama
5. Bagaimana pengaturan waktu dalam proses produksi ?
Biasanya kami memproduksi pipang 2 kali seminggu tapi kalau lagi
musim mudik bisa sampai 4 kali semiggu
6. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi ?
Saya hanya dibantu dengan keluarga
7. Apakah ada perubahan rantai produksi pipang setelah kue modern
bermunculan ?

98
Tidak ada pengaruh besar tetapi kalau masalah berkurangnya produksi
memang sudah tidak seperti dulu lagi
Strategi pemasaran yang dilakukan:
1. Bagaimana proses penjualan pipang ?
Biasanya saya titipkan dipasar dan di toko campuran ada juga ditoko oleh-
oleh ada juga saya kirimke sengkang, pinrang biasanya juga ada ke
Makassar karena saya tidak mempunyai toko sendiri di Soppeng
2. Bagaimana proses promosi yang dilakukan untuk memasarkan pipang ?
Tidak ada promosi yang dilakukan
3. Bagaimana tingkat permintaan pipang dulu dan sekarang ?
Sampai saat ini masih banyak untuk pipang biasanya karena tahan untuk
disimpan tapi kalau pipang ketan sudah jarang permintaannya
4. Apakah dengan dititipkan dipasar dan toko oleh-oleh maka penjualan yang
diterima sudah menutupi modal atau keuntungannya lebih besar?
Keuntungan yang saya terimah dari penjualan ditoko oleh-oleh saja
memang tidak terlalu banyak tetapi dengan pengiriman keluar daerah dan
dititipkan dipasar jadi keuntungan yang saya terima lumayan untuk usaha
saya.

99
RIWAYAT HIDUP

Nama saya Masriani. Saya lahir di Timpalaja, 27 November


1999. Saya anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan
Bapak Kadir dan Ibu Sumiati.

Saya menempuh pendidikan TK di TK Pembina


Watansoppeng. Kemudian dilanjutkan dengan Sekolah
Dasar di SDN 167 Togig, setelah itu saya menempuh
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Pesantren Al-
Irsyad Mts DDI Pattojo. Kemudian saya melanjutkan Sekolah Menengah Atas di
SMKN 1 Watansoppeng, jurusan Akomodasi Perhotelan Dan kemudian saya
melanjutkan kuliah di Politeknik Pariwisata Negeri Makassar, jurusan Kepariwisataan
pada tahun 2017.

Selama menempuh pendidikan di bangku Madrasah Tsanawiyah saya aktif mengikuti


kegiatan pengembangan aqidah ahlak dan kegiatan ceramah bulanan. Pada tingkat
Sekolah Menengah Kejuruan saya aktif mengikuti kegiatan pelatihan untuk bidang
perhotelan khususnya bagian Housekepping dan Food & Beverage Service, saya
menjadi Traine di Makassar Golden Hotel selama 3 Bulan dan mengikuti uji
kompetensi di Romedo Hotel untuk bidang Housekepping. Setelah kuliah saya
biasanya mengikuti kegiatan seperti Fasilitator belajar di Rumah Hijau Denassa
Kabupaten Gowa dan Magang di PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan
dan Ratu Boko Selama enam bulan yang dibagi menjadi dua bidang yaitu Unit
Theater dan Pentas selama tiga bulan dan Unit Prambanan selama tiga bulan.

100
101

Anda mungkin juga menyukai