ii
EKSPEKTASI DAN PERSEPSI WISATAWAN
TERHADAP KULINER LOKAL DI UBUD
LEMBAR PENGESAHAN
iii
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 17 JANUARI 2017
Mengetahui
Ketua Dekan
Program Studi Magister Kajian Pariwisata Fakultas Pariwisata
Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Universitas Udayana,
iv
Tesis ini telah Diuji
Nomor : .................................................................................
Tanggal : .................................................................................
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Ekspektasi dan Persepsi
Wisatawan Terhadap Kuliner Lokal di Ubud”. Penghargaan dan terima kasih yang
setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan
dorongan dan dukungan baik langsung maupun tidak langsung, moril maupun
materiil, dengan tidak mengurangi rasa simpati dan hormat kepada mereka yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini, dan perkenankan
penulis menghatur penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
Prof. Dr. Ir. I.G.P. Wirawan, M.Sc selaku pembimbing I Tesis, yang telah
dengan penuh kesabaran, ketulusan dan penuh dedikasi sebagai seorang
akademisi, telah memberikan segala kemampuan dalam membimbing penulis
selama dalam menyelesaikan studi dan penelitian tesis ini. Dr. Drs. I Nyoman
Sunarta, M.Si selaku pembimbing II yang telah dengan sabar dan tulus
memberikan bimbingan dan dorongan serta senantiasa membuka wawasan
berpikir kritis penulis selama dan dalam menyelesaikan penelitian tesis ini.
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD selaku Rektor Universitas
Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas
Udayana. Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp. S (K) selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk menjadi karya siswa Program Magister pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. selaku Ketua Program Studi
Magister Kajian Pariwisata atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menjadi karya siswa pada Program Magister Universitas Udayana.
Para dosen penguji, yang telah memberikan banyak masukan, saran dan
koreksi untuk menyempurnakan tesis ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
apa yang dipaparkan dalam tesis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari isi
permasalahan, analisis, penyusunan maupun teknik penulisan. Hal ini disebabkan
vii
oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu
penulis memohon kritik dan saran dari para pembaca guna mewujudkan karya
tulis yang lebih baik di kemudian hari. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, dan mohon
maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penyusunan tesis ini.
Hormat Penulis
I Putu Gatot Adiprana
viii
ABSTRAK
ix
TOURIST’S EXPECTATION AND PERCEPTION REGARDING LOCAL
CULINARY IN UBUD
Culinary tourism is a special interest tourism which gain fame since few
years ago, especially after the raised of social media. In Ubud, there are some
local culinary which now become famous and visited by tourist. The sustainabilit
of local culinary business in Ubud and tourist role as a consumen is inseparable.
Unfortunately, there are only few research conducted regarding tourist doing
culinary tour in Indonesia, especially in Ubud.
This research aim to analyze the tourist behaviour pattern, tourist
expectation regarding local culinary and tourist perception regarding local
culinary. Tourist expectation is tourist’s hope prior consuming the local culinary.
Therefore, tourist perception is tourist’s opinion after consuming local culinary.
Data that being used in this research is qualitative and quantitative data
which collected through observation, in depth interview, questionnaire and
documentation. Data analysis conducted using consumen’s behaviour and
motivation theory approach.
The result of this research showing trying local food considered as part of
adventure lifestyle. Tourist think eating local culinary is essential because local
culinary is the culture of destination itself. Tourist’s interest in consuming local
culinary in Ubud has directing Ubud’s local culinary as culinary tourism.
In terms of food quality, tourists expect authentic taste, traditional and
healthy recipe. Further, tourist expects unique way of serving, unlike their
hometown. Tourists also expect local culinary to have a good standard of
higienity. Based on the analysis of tourist’s perception, almost all aspect that
being researched in terms of local culinary has fulfill tourist’s standar, except
higienity. Half of the informant stated that local culinary’s higienity had not fulfill
their expectation. Thus, a local culinary owner should pay more attention on
higienity aspect.
Overall positif aspect that gained by tourist in local culinary has made
tourist stated that tourists are interested to try local culinary in other places in Bali
or come back to the visited local culinary in Ubud
x
RINGKASAN
(selanjutnya hanya disebut Ubud) yang terdiri atas delapan desa memiliki daya
restoran yang mengusung menu masakan khas Bali kini kian populer dan banyak
makanan seperti nasi ayam, nasi bebek dan babi guling dengan bumbu khas Bali
menjadi bagian dari budaya Bali yang tidak ingin dilewatkan oleh wisatawan.
membuat usaha kuliner lokal yang awalnya hanya usaha kecil kemudian
meningkat menjadi usaha kuliner lokal berskala besar, tidak dapat dianggap
remeh. Konsumen, dalam hal ini wisatawan adalah kunci dari keberlangsungan
suatu usaha.Perlu diadakan suatu penelitian untuk lebih memahami pola perilaku
kuliner lokal dan persepsi wisatawan terhadap kuliner lokal di Kecamatan Ubud.
mendominasi adalah perempuan. Selain itu, usia yang mendominasi adalah usia
dewasa muda, yaitu 18-30 tahun. Dilihat dari segi geografis, wisatawan dari Asia,
wisatawan dominan untuk berlibur, didominasi oleh yg baru pertama kali datang
xi
ke Bali, hal ini menunjukkan tingginya minat wisatawan yg baru pertama kali ke
dahulu mengenai kuliner lokal. Riset dilakukan guna mengetahui harga dan
pengalaman orang lain di kuliner lokal. Internet adalah sarana riset yg paling
efektif, meskipun demikian, bagi orang tua, bertanya pada teman atau melihat
ditawarkan terlalu mahal jika dibandingkan dengan kuliner yang sama di daerah
lain. Higienitas dan pelayanan masih belum mampu memenuhi harapan beberapa
Wisatawan menggambarkan kuliner lokal Bali dengan kata kunci pedas, diikuti
dengan kata kunci lainnya, yaitu : asin, kuat, berwarna, beraroma, rempah-
lokal Bali di Ubud telah memberikan pandangan baru bagi wisatawan, terutama
xii
dari segi budaya. Keseluruhan aspek positif yang didapat wisatawan di kuliner
lokal membuat wisatawan menyatakan tertarik untuk mencoba kuliner lokal Bali
di lokasi lain, dan atau kembali ke kuliner lokal yang telah dikunjungi di Ubud.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
xiv
2.2.4 Konsep Ekspektasi Wisatawan ..................................... 19
2.3 Landasan Teori ......................................................................... 23
2.3.1 Teori Perilaku Konsumen .............................................. 23
2.3.2 Teori Motivasi ................................................................ 30
2.3.3 Teori Persepsi ................................................................. 32
2.4 Model Penelitian ...................................................................... 33
xv
BAB VI EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KULINER LOKAL
DI UBUD ........................................................................................ 76
6.1 Usaha Wisatawan dalam Memperoleh Informasi ..................... 77
6.2 Pentingnya Makanan sebagai Gaya Hidup ............................... 80
6.2.1 Esensi Makanan bagi Wisatawan .................................... 81
6.2.2 Pentingnya Kuliner Lokal Bagi Wisatawan ..................... 84
6.3 Ekspektasi Wisatawan terhadap Kuliner Lokal ........................ 88
6.3.1 Ekspektasi terhadap Lanskap Kuliner Lokal ................... 89
6.3.2 Ekspektasi terhadap Kualitas Makanan ........................... 91
6.3.3 Ekspektasi terhadap Penyajian Makanan ......................... 92
6.3.4 Ekspektasi terhadap Harga............................................... 93
6.3.5 Ekspektasi terhadap Higienitas ........................................ 95
6.3.6 Ekspektasi terkait Interaksi dengan Masyarakat .............. 96
6.3.7 Ekspektasi terhadap Pelayanan ........................................ 98
xvi
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 119
LAMPIRAN ................................................................................................... 124
xvii
DAFTAR TABEL
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
xx
BAB I
PENDAHULUAN
(selanjutnya hanya disebut Ubud) yang terdiri atas delapan desa memiliki daya
tarik berbasis budaya yang senantiasa diminati wisatawan. Aktivitas seni seperti
tari-tarian, musik serta pergelaran seni merupakan bagian ritual yang tidak
telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Ubud bahkan sejak zaman
membuka diri dan menerima wisatawan serta seniman yang datang pada masa
lampau. Ubud merupakan kawasan yang telah dikenal wisatawan sejak sekitar
Seni lukis hingga kini merupakan kesenian yang masih diteruskan secara
turun temurun oleh masyarakat Ubud. Bahkan, seni lukis di Ubud kini
didirikan dan masih secara rutin dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke Ubud
untuk menyaksikan karya seni yang unik dan khas. Selain museum lukisan,
xxi
disepanjang jalan utama di kawasan Ubud, dapat dengan mudah ditemukan
pemahat batu maupun kayu serta seniman yang tengah memahat kaca. Ubud kini
religius.
2015 yang diselenggarakan oleh Trip Advisor, situs yang merupakan salah satu
ketiga, setelah Siam Reap di Kamboja dan Hanoi di Vietnam. Hal ini merupakan
prestasi tersendiri bagi Ubud karena pada tahun 2014, Ubud hanya menempati
posisi Ubud sebagai tujuan wisata berkelas dunia yang ada di Bali.
yang menempati urutan pertama, disusul dengan Monkey Forest, cooking class,
dan Agung Rai Museum of Art (ARMA). Cooking class atau kelas memasak
Makanan kini tidak hanya merupakan bahan pangan untuk dikonsumsi. Makanan
dan minuman dalam pariwisata telah diakui sebagai subjek penting dalam
penelitian, bahkan makanan dan minuman kini dilihat sebagai karakter dan
citra dari destinasi itu sendiri, sebagai contoh Italia dengan pasta dan pizza,
Jepang dengan sushi dan sashimi serta Meksiko dengan tacos dan fajitas.
Makanan merupakan estetika yang menjadi bagian dari budaya suatu destinasi.
xxii
Wisatawan dapat menikmati estetika makanan dan minuman dalam beragam cara,
seperti berkunjung ke restoran lokal, festival, pasar, dan kelas memasak (Hall dan
Di era teknologi seperti saat ini, dimana keindahan makanan dapat dengan
mudah dibagikan ke ruang publik dan diakses oleh siapa saja membuat manusia
berlomba-lomba untuk mencoba makanan yang tidak hanya enak, namun juga
indah dipandang dari segi visual. Perubahan gaya hidup masyarakat sedikit
banyak juga mengarahkan wisatawan untuk mencoba makanan baru yang lebih
Tabel 1.1 Jumlah Restoran/ Rumah Makan, Warung dan Art Shop Dirinci
per Desa Tahun 2013
Restoran/
No Desa Warung Art Shop Lainnya
Rumah Makan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Singakerta 6 174 40 43
2 Lodtunduh 4 128 42 28
3 Mas 17 269 103 169
4 Peliatan 19 128 83 119
5 Petulu 12 103 108 46
6 Ubud 76 458 187 281
7 Sayan 12 142 94 48
8 Kedewatan 17 128 30 29
Jumlah : 2013 163 1.530 687 763
2012 169 1.510 672 750
2011 117 824 480 612
2010 107 594 382 609
Sumber : Kecamatan Ubud dalam Angka, 2014
warung, dan art shop secara signifikan terjadi pada tahun 2012. Peningkatan
jumlah restoran, warung dan artshop ini merupakan dampak dari meningkatnya
kunjungan wisatawan ke Ubud. Salah satu faktor yang menarik wisatawan untuk
xxiii
kembali mengunjungi Ubud setelah insiden bom Bali pada tahun 2002 dan 2006
adalah kesuksesan buku serta film Eat, Pray, Love. Film yang menampilkan
keindahan alam Ubud serta menonjolkan daya tarik spiritual ini telah mendorong
Ubud. Bahkan, dalam sebuah artikel dalam majalah Time yang ditulis oleh
tren tersendiri di dunia pariwisata. Beberapa hotel seperti Ubud Hanging Gardens
dan Ayana membuat paket wisata tersendiri yang terdiri atas kelas yoga, makan
popularitas film eat, pray, love adalah munculnya kelas yoga dan studio yoga di
Ubud. Tren gaya hidup sehat telah merangsang munculnya jenis-jenis usaha
pariwisata baru di Ubud. Keberadaan studio yoga dan ashram yang merupakan
refleksi dari spiritualitas dan gaya hidup sehat telah turut berkontribusi terhadap
peningkatan jumlah restoran dan rumah makan. Fungsi utama makanan kini
bukan hanya terbatas pada sumber pangan untuk kelangsungan hidup manusia.
yang tidak hanya membuka peluang usaha, melainkan juga mencerminkan gaya
hidup sehat seseorang (Lee, 2012). Di Ubud, beragam restoran yang mengusung
menu masakan khas Bali kini kian populer dan banyak dikunjungi oleh wisatawan
ayam, nasi bebek dan babi guling dengan bumbu khas Bali menjadi bagian dari
Kedewatan Ibu Mangku dan Babi Guling Ibu Oka menjadi suatu daya tarik wisata
baru bagi wisatawan dengan minat khusus, seperti wisata kuliner. Restoran-
kemunculan rumah makan kecil yang dimulai dari usaha rumahan dengan modal
kemudian meningkatkan taraf hidup masyarakat dimulai dari skala kecil yaitu
khas Bali, kuliner lokal berpeluang besar untuk bersaing dengan restoran-restoran
yang menyediakan menu dari negara lain. Kekayaan budaya dan rempah-rempah
serta tata cara makan yang unik merupakan potensi kuliner lokal untuk bersaing
dalam pasar wisata kuliner. Di beberapa restoran ternama, seperti Spice by Chris
Salans, masakan lokal seperti sambal matah, disajikan sedemikian rupa bersama
ikan hingga menjadi masakan andalan. Sayangnya, belum banyak kuliner lokal
membuat usaha kuliner lokal yang awalnya hanya usaha kecil kemudian
meningkat menjadi usaha kuliner lokal berskala besar, tidak dapat dianggap
remeh. Konsumen, dalam hal ini wisatawan adalah kunci dari keberlangsungan
suatu usaha. Pentingnya posisi wisata kuliner sebagai wisata minat khusus
menarik untuk ditelaah lebih lanjut.Selama ini, kajian mengenai kuliner lokal
xxv
masih bersifat umum dan terbatas pada karakteristik makanan dan strategi
pemasaran. Sebaliknya, kajian mengenai kuliner lokal yang ditinjau dari sisi
penelitian yang membahas lebih lanjut mengenai kuliner lokal yang dilihat dari
Ubud?
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
lokal di Ubud
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pertama, manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu diharapkan penelitian ini
dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya yang terkait pola perilaku
tentang pola perilaku wisatawan sebagai konsumen. Pelaku pariwisata akan dapat