PROYEK AKHIR
Oleh :
JURUSAN PERJALANAN
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PENGATURAN PERJALANAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
Pada dasarnya pasar wisatawan dalam menikmati suatu kegiatan wisata akan
terus berubah. Minat dan motif wisatawan akan berganti seiring dengan berubahnya
lingkungan. Terjadi pergeseran dari wisata masal ke jenis wisata minat khusus. Salah
satu yang menjadi wisata alternatif tersebut adalah geowisata. Geowisata sendiri
merupakan dasar jenis wisata yang terdapat di Bandung.
Berdasarkan jumlah kunjungan yang datang ke Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda, didapati bahwa banyak sekali wisatawan yang datang berkunjung. Namun
hal tersebut tidak memperlihatkan tujuan kunjungan wisatawan yang didapati hanya
datang untuk mengunjungi coffee shop yang berada di kawasan dan sekedar berfoto-
foto. Belum terdapat program tour khusus geowisata yang disediakan oleh pengelola
membuat potensi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda tidak dimanfaatkan secara
maksimal karena kawasan memiliki potensi besar untuk menjadi kawasan geowisata
unggulan. Selain itu terjadi ketidakstabilan kunjungan wisatawan setiap bulannya
yang hal ini perlu diperhatikan secara seksama. Hal tersebutlah yang menjadi alasan
peneliti ingin mencoba untuk meneliti topik mengenai program tour dalam penelitian
ini yang diberi judul Perencanaan program tour geowisata di Taman Hutan Raya Ir.
H. Djuanda.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Alat pengumpulan data untuk penelitian ini ialah observasi, kuesioner, dan studi
kepustakaan. Sampel yang didapatkan yaitu sebanyak 100 responden selama peneliti
melakukan observasi di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.
Berdasarkan hasil analisis, tempat tujuan, durasi tour, dan alat bantu yang
digunakan di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang mendukung dalam pembuatan
program meskipun terdapat beberapa kekurangan dari tiap komponen tersebut.
Rekomendasi yang diberikan oleh peneliti adalah program tour geowisata itu
sendiri yang meliputi atraksi wisata yang telah di justifikasi, durasi tour, dan alat
bantu yang digunakan dalam kelangsungan sebuah tour agar memudahkan wisatawan
menikmati program tour yang dibuat.
Kata Kunci: Perencanaan, Program tour, Geowisata, hutan konservasi, Taman Hutan
Raya Ir. H. Djuanda.
4
ABSTRACT
Market basically will change in term of how tourits enjoy their leisure
activities. Tourist’s Interests and motives are the elements that will continuously
change in line with the changing environment. A shift occurs from highly demand
mass tourism to the types of special interest tourism. One of the alternative tourism is
Geotourism. Geotourism itself is a basic type of tourism that found in Bandung.
Based on the data for visitors at Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, it can be
seen that the place has a pretty decent amount of visitors regularly. Nevertheless the
current data is not showing the main tourism activities that they do at the place,
mostly people visit it for relaxing at the coffee shop inside of the region or simply for
taking pictures. The management of Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda has not made
a special tour program for visitors yet Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda actually has a
great potential to be a featured for Geotourism program. In addition, there is
instability tourists visit every month that needs to be considered carefully. Those
statements are the reason why the researcher wants to try to examine the topic of the
tour program in this study, with the tittle Specifically called Planning Geotourism
program at Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda Bandung.
The reserach method that is used by the researcher is a descriptive research,
by using 100 samples during the observation at Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.
The devices to collect the data used by the researcher are observation, questionnaires
and library study.
Based on the analysis, destination, duration of the tour, and the supportive
tools used in Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda to make a tour program, unfortunately
there are a few of drawbacks from each of the tour program components.
The Recommendations given by the researcher are the Geotourism program
itself comprise tourist attraction that has been justified, the duration of the tour, and
the tools that make an easy access for the tour which allows tourist to enjoy the tour
program well.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
Akhir dengan judul “Perencanaan Program Tour Geowisata di Taman Hutan Raya Ir.
Proyek akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh
ujian akhir program Diploma IV, Jurusan Perjalanan, Program Studi Manajemen
Pada kesempatan ini, penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis baik secara
1. Bapak Drs. Anang Sutono, MM. Par., CHE., selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung.
7. Bapak Hasan, Bapak Zaenal, Bu Eulis beserta seluruh pihak Taman Hutan
Raya Ir. H. Djuanda atas kesempatan untuk pencarian data yang dibutuhkan
8. Para Dosen dan Staff Jurusan Perjalanan yang secara langsung dan tidak
9. Orang tua serta kedua kakak peneliti yang senantiasa memberikan doa,
10. Ayu, Griselda, Stefani, Christine dan Joanna yang selalu meluangkan waktu
11. Adimas, Sebastianus, serta Aris yang tidak pernah lelah memberikan
12. Keluarga MPP 2012 yang peneliti banggakan, khususnya untuk 25 orang
Perjalanan angkatan 2012, 2013, 2014 serta 2015. Serta semua pihak-pihak
moril berharga kepada penulis dalam rangka penyusunan Proyek Akhir ini.
7
kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya
sebuah program tour yang berbasis geowisata di kawasan. Selain itu semoga
Peneliti
8
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR x
BAB I. PENDAHULUAN
C. Identifikasi Masalah 13
D. Tujuan Penelitian 14
G. Sistematika Penulisan 22
A. Konsep Perencanaan 23
C. Konsep Geowisata 27
C. Data Temuan 59
A. Kesimpulan 100
B. Rekomendasi 101
LAMPIRAN 112
10
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 15 Usia 51
GAMBAR 17 Pekerjaan 52
GAMBAR 23 Keunikan 58
GAMBAR 25 Toilet 65
GAMBAR 26 Restoran 66
GAMBAR 28 Klinik 67
GAMBAR 32 Documentary/Dokumentasi 70
GAMBAR 34 Megaphone 72
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
oleh Mill (2000:21) bahwa: “Pariwisata adalah aktivitas yang melibatkan orang
banyak ketika melakukan perjalanan.” Dari dua pernyataan diatas maka dapat di
suatu tempat.
Salah satu dari beberapa jenis wisata di Indonesia yang semakin berkembang
serta memiliki potensi yang baik adalah Geowisata. Menurut Rachmat (2011:11)
pantai, air terjun, danau mata air, dan batuan, sebagai suatu obyek, geowisata
dapat diciptakan atau dikembangkan dari obyek wisata alam yang sudah ada”.
“Geowisata bukanlah wisata umum, wisata ini lebih bersifat minat khusus dan
wisata minat khusus atau alternatif yang memanfaatkan potensi sumber daya alam
berbentuk gunung berapi, sungai, lembah, serta air terjun, dengan obyek wisata
wisatawan dikarenakan wisata jenis ini pada dasarnya memberikan sesuatu hal
yang unik dan berbeda dari jenis wisata lainnya. Hal tersebut dapat ditemukan
dari ilmu pengetahuan dan pengetahuan mengenai ilmu kebumian yang diperoleh
di berbagai daerah Indonesia, tidak lepas dari sebutan Indonesia sebagai negara
kepulauan yang memang menyimpan banyak objek wisata alam yang dapat
menjelaskan bahwa untuk dapat menjadi atraksi atau objek geowisata unggulan,
diperlukan beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan dasar klasifikasi
a. Keindahan
16
indera.
b. Keunikan
c. Kelangkaan
d. Tantangan
Objek wisata alam memiliki variasi bentang alam tertentu dengan berbagai
merupakan suatu hal yang baik untuk dilaksanakan. Adapun salah satunya
adalah di Kota Bandung. Bandung memiliki potensi yang baik untuk aktifitas
yang bergunung, banyak lembah, air terjun, kawasan mata air, serta potensi
Geotrek yaitu Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang terletak di jalur geotrek
ke tiga (III) di kota Bandung. Taman Hutan Raya Ir. H Djuanda merupakan
satu kawasan wisata di Bandung Utara yang berjarak ± 7 km dari pusat kota.
Kota Bandung. Kawasan ini dinamakan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda,
pada saat didirikan dan diresmikan pada tanggal 14 Januari 1985 oleh
Jalur geotrek tiga (III) terbagi menjadi dua segmen, yaitu antara Dago
Pakar hingga Maribaya (atau sebaliknya) dan dari jembatan jalan Siliwangi
(Babakan Siliwangi) hingga alun-alun Bandung. Selain itu Jalur geotrek tiga
sungai, tetapi juga melalui bukit-bukit di Bandung utara yang kaya akan
Selain sebagai atraksi wisata, kawasan ini juga mempunyai peranan yang
penting sebagai paru-paru kota Bandung, dimana hutan yang penuh dengan
melepaskan gas O2 (oksigen). Kawasan hutan raya ini juga disebut Kawasan
18
unik dan langka sehingga ditetapkan sebagai kawasan yang dicagar dan
lingkungan. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sendiri memiliki sumber daya
Geowisata, yaitu:
TABEL 1
H. DJUANDA
No Atraksi wisata
1 Gua Jepang
2 Gua Belanda
3 Curug Omas
4 Curug Lalay
Geowisata yang terdapat di Taman Ir. H. Djuanda ini juga dapat disebut
berpihak pada ekologi dan menghindari dampak negatif dari pembangunan pariwisata
berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu cepat
dikarenakan tujuan utama dari wisata ini adalah mengingatkan wisatawan mengenai
kelangsungan wisata di masa depan terhadap alam (Sustainable tourism) dengan tidak
Tabel berikut ini merupakan salah satu bukti bahwa Taman Ir. H. Djuanda
merupakan objek wisata yang diminati oleh banyak wisatawan baik dalam maupun
luar negeri.
TABEL 2
Jumlah Wisatawan
No Bulan Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Wisnu Wisman Wisnu Wisman Wisnu Wisman
1 Januari 11,589 72 11,182 106 28,277 111
2 Februari 6,614 69 7,749 64 23,836 116
3 Maret 14,801 104 12,203 114 24,910 87
4 April 8,703 81 9,724 92 22,252 100
5 Mei 13,047 65 15,997 83 40,098 103
6 Juni 14,117 137 13,665 116 25,304 85
7 Juli 4,412 104 10,681 91 45,126 249
8 Agustus 13,562 134 41,318 388 46,406 452
9 September 8,462 110 26,541 160 32,336 204
10 Oktober 10,906 126 20,410 145 22,744 121
11 Nopember 11,096 70 15,916 102 27,386 96
12 Desember 13,341 83 22,798 76 47,710 127
20
Data tersebut menunjukkan bahwa setiap tahunnya Taman Hutan Raya Ir.
wisatawan yang mengunjungi kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yakni
wisatawan nusantara atau domestik. Namun apabila dilihat dari kunjungan wisatawan
per bulan, dari data tersebut didapat bahwa terjadi ketidakstabilan kedatangan
pengunjung dimulai dari bulan Januari sampai Desember tahun 2015. Tidak stabilnya
kunjungan wisatawan per bulan dapat menjadi suatu pertanyaan yang perlu untuk
diperhatikan. Ada beberapa alasan mengapa hal tersebut terjadi, salah satu
diantaranya adalah diduga karena belum banyaknya program tour variatif yang dapat
dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung ke kawasan Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda khususnya untuk jenis wisata tertentu contohnya wisata geotrek atau
geowisata. Taman Hutan Raya sendiri sebenarnya secara berkala sering melakukan
kegiatan wisata budaya yang digabungkan dengan wisata alam yang terdapat di
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Beberapa kegiatan pariwisata tersebut pada
Hutan Raya Ir. H. Djuanda seperti kegiatan yang baru diselenggarakan pada bulan
Januari bulan 2016 yaitu Pekan Seni & Tradisi dan Tahura Running Race 2016 dan
wisatawan merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan, diperlukan sebuah cara
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda baik per bulan maupun setiap tahunnya. Geowisata
sendiri merupakan dasar jenis wisata yang terdapat di kawasan ini namun dari hasil
observasi penulis ke lapangan, program tour untuk jenis wisata berbasis Geologi
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sendiri ialah kawasan yang sedang
berkembang pesat saat ini, kehadiran Tebing keraton yang terletak di kawasan Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda menjadi salah satu alasan yang membuat banyak
wisatawan datang berkunjung dan membuat kawasan ini menjadi terkenal. Tebing
Keraton merupakan tempat wisata lokal yang baru booming pada akhir bulan Juli
2014 di kalangan pengguna sosial media seperti instagram, path, facebook, dan
merupakan atraksi wisata yang termasuk kedalam salah satu kategori wisata geotrek
karena keunikan, tantangan. kelangkaan dan keindahannya. Namun ada dari beberapa
atraksi wisata di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang masih terbengkalai
dan belum dimanfaatkan keberadaannya dengan baik, salah satunya adalah Curug
Lalay.
Curug Lalay maupun atraksi wisata lainnya yang berbasis geowisata diperlukan
pemanfaatan yang tepat untuk memperbaiki beberapa aspek di atraksi wisata ini.
Sejauh ini pihak Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda masih belum membuat program
trekking dan aktivitas Geowisata lainnya yang dapat dilakukan di beberapa atraksi
wisata di kawasan seperti Curug Omas, Tebing keraton, Gua Jepang dan Belanda,
serta beberapa area khusus wisata Geotrek di kawasan untuk disatukan dalam satu
Tour Itinerary yaitu gabungan daftar informasi yang pada dasarnya isi dari informasi
wisata. Program tour yang baik harus dibuat dari komponen perjalanan paket wisata
yang memenuhi:
1. Minat wisatawan
3. Fleksibel
23
4. Berkelanjutan
dan tempat tujuan yang terbaik untuk jenis wisata yang dipilih, alat bantu untuk
kelancaran kegiatan program tour, serta penentuan waktu atau jam yang dapat
direncanakan untuk direalisasikan karena sekarang dan masa depan akan terjadi
pergeseran pasar wisata. Motivasi, atensi, animo, tuntutan, dan perilaku wisatawan
berpikir dan merespon hal tersebut dengan tepat dan kreatif. Berdasarkan hasil
wawancara di lapangan kepada Bapak Hasan selaku salah satu dari Pengelola di
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, peneliti menemukan bahwa belum tersedianya
program tour khusus Geowisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan menjadi dasar
penulis mengangkat topik ini. Peneliti berusaha menelaah lebih jauh dengan
memanfaatkan potensi Geowisata di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini
tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat topik perencanaan program tour di Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan judul “Perencanaan Program Tour Geowisata
1. Rumusan Masalah
penelitian ini yakni “Bagaimana program tour khusus wisata Geotrek yang baik dan
24
sesuai dengan kebutuhan wisatawan sehingga hal tersebut dapat meningkatkan dan
2. Pembatasan Masalah
C. Identifikasi Masalah
D. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan
1. Tujuan Formal
25
Secara formal penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
2. Tujuan Operasional
dikembangkan didalamnya.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan berupa program tour minat khusus
geowisata kepada pihak Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda serta dapat
Bandung utara.
1. Metode Penelitian
memarparkan bahwa metode deskriptif ialah “Suatu metode untuk meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel
tersebut dirumuskan menjadi suatu konsep, yang pada akhirnya konsep tersebut
a. Observasi
b. Penyebaran Kuesioner/Angket
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Selain itu peneliti juga membuat
c. Studi Kepustakaan
3. Teknik Analisis
untuk menganalisis data yang akan muncul pada saat penelitian mengenai program
28
yang diinginkan oleh wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda. Dalam teknik kuantitatif peneliti mengolah data yang berbentuk angka-
statistik manual untuk data yang berbentuk angka manual dan data komputerisasi
(2005:107) skala likert bisa digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala likert digunakan
Setiap jawaban dalam item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
tingkatan dari aspek positif sampai aspek negatif, dengan kebutuhan analisis secara
kuantitatif, maka jawaban dari responden itu dapat diberikan skor penilaian. Untuk
skor yang dapat diberikan beserta penjabarannya dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 3
Skor Penilaian
4 Sesuai/Baik/Tepat
3 CukupSesuai/ CukupBaik/CukupTepat
a. Populasi
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya yakni penelitian
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah wisatawan domestik yang
berkunjung ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yaitu sebanyak 47,710 pada
Desember tahun 2015. Responden yang diteliti adalah wisatawan atau pengunjung
dengan frekuensi kunjungan lebih dari satu kali dan wisatawan yang baru pertama
b. Sampel
Bersumber dari Arikunto (2005:117) “Sampel ialah bagian dari populasi, dan
merupakan sebagian dari pupulasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat
merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.
Silalahi (2009:254) mengatakan bahwa: “Subset atau tiap bagian dari populasi
30
berdasarkan apakah itu representatif atau tidak. Sampel merupakan bagian tertentu
Penelitian ini sampel yang dipakai adalah wisatawan yang datang ke Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda pada bulan Desember tahun 2015, dengan tingkat
kunjungan yang relatif tinggi, sehingga dapat dianggap mewakili dari berbagai
insidental yaitu teknik penentuan sampel bedasarkan kebetulan, yaitu siapa saja
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
(Sugiyono, 2005:96)
n = N / (N.d2 +
1)
Keterangan:
n = N / (N.d2 + 1)
n = 47,710 / (47,710).0,12 + 1
n = 47,710 / 478,1
n = 99,79 (dibulatkan)
n = 100 responden
31
1. Lokasi penelitian : Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Kampung Pakar, Desa
2. Waktu penelitian : Penelitian ini dimulai dari bulan Mei tahun 2016 sampai
G. Sistematika Penulisan
mendasari penelitian.
BAB III TINJUAN OBJEK PENELITIAN DAN DATA, bab ini terdiri dari
data yang berhubungan dengan penelitian, cara pengumpulan data, pengujian data,
pengolahan data serta analisis evaluasi dari data yang ada saat ini dengan memberikan
argumentasi, alasan, pendapat, tanggapan terhadap data dan informasi yang diperoleh
dalam penelitian baik hasil observasi, wawancara, penyebaran angket, dan lain-lain.
32
yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan dalam pemecahan masalah serta
rekomendasi yang dapat diberikan kepada pengelola Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda.
33
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Perencanaan
menentukan maksud dan harapan yang hendak dicapai dari suatu organisasi serta
membuat strategi tepat untuk meraihnya. Makna dasar perencanaan adalah proses
penetapan tujuan dan serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan demi mencapai
tujuan.
produk wisata yang dibuat dapat meraih tujuan perjalanan wisata yang dibutuhkan
bermaksud untuk memberi batasan tentang tujuan yang hendak dicapai dan
dengan menggunakan alat-alat, metode dan prosedur yang perlu untuk mencapai yang
Berlandaskan pada penjelasan dari Nuriata (2014:77) bahwa “Program tour atau Tour
Itinerary merupakan gabungan daftar informasi yang berisi mengenai segala bentuk dan
hal yang berhubungan dengan aktivitas perjalanan wisata”. Untuk dapat menyusun
program tour yang baik dan benar maka harus disusun dari komponen perjalanan wisata
sebagai berikut:
Minat wisatawan
d. Durasi atau waktu yang dicapai secara umum merupakan waktu yang
b) Sumber Internet
3) Perhitungan waktu
35
t = S/v
Keterangan : t = Waktu
S = Jarak
v = Kecepatan
perancang itinerary.
itinerary.
merupakan suatu tempat yang dapat dijadikan sebagai suatu hal yang
1) Pertanyaan :
Untuk dapat memilih jenis atraksi wisata yang sesuai dengan kebutuhan dan
BA : Baik, skor 3
36
CU : Cukup, Skor 2
KU : Kurang, skor 1
f. Alat bantu dari perjalanan adalah yang secara umum merupakan peralatan
Itinerary sangat penting untuk pihak pengelola dan wisatawan. Bagi pengelola
kondisi wisata kepada calon wisatawan, dan sebagai salah satu sarana evaluasi
informasi mengenai hal yang harus dipersiapkan jika mengikuti wisata yang
pergi, apa yang dapat dilakukan dan dilihat dan waktu yang dapat digunakan).
kriteria:
C. Konsep Geowisata
mengemukakan “In our definition of geotourism the ‘geo’ part pertains to geology
and geomorphology and the natural resources of landscape, landforms, fossil beds,
rocks and minerals, with an emphasis on appreciating the processes that are creating
Geowisata merupakan jenis wisata yang berhubungan dengan ilmu geologi serta
bentang alam, fosil, batuan dan mineral, dengan penekanan untuk menghargai proses
diantaranya:
berwisata.
bahwa kriteria yang diusulkan untuk dapat digunakan sebagai acuan dasar klasifikasi
objek-objek Geowisata:
38
Didalam buku yang sama Dwiyanto (2006:13) menjelaskan mengenai Kawasan yang
b. Kawasan yang disusun oleh berbagai jenis batuan langka, unik, dan
khas.
ornament kalsit yang indah, unik, langka, dan aliran sungai bawah
tanah.
Kawasan Lindung Geologi adalah suatu kawasan yang memiliki karakteristik geologi
yang khas, unik dan langka sehingga ditetapkan sebagai kawasan yang dicagar dan
dilindungi agar keberadaan fenomena alam geologi tersebut dapat dilestarikan serta
kawasan telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi geologi, maka statusnya dapat
ditingkatkan menjadi Kawasan Cagar Alam Geologi yang akan dikelola secara
bersama-sama oleh lembaga tertentu dengan maksud dan tujuan sebagai berikut :
1. Melindungi keanekaragaman non hayati (sumber daya alam yang tidak hidup),
seperti jenis, wujud, keunikan, dan asal usul proses pembentukannya bagi
BAB III
Taman Hutan Raya pertama di Indonesia yang pada awalnya berstatus sebagai
hutan lindung (Komplek Hutan Gunung Pulosari) yang batas-batasnya ditentukan pada
tahun 1922. Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 secara
otomatis status kawasan hutan negara dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia
melalui Djawatan Kehutanan. Kawasan hutan ini dirintis pembangunannya sejak tahun
1960 oleh Bapak Mashudi (Gubernur Jawa Barat) dan Ir. Sambas Wirakusumah yang
pada waktu itu menjabat sebagai Administratur Bandung Utara merangkap Direktur
Akademi Ilmu Kehutanan, dan mendapat dukungan dari Bapak Ismail Saleh (Menteri
Kehakiman) dan Bapak Soejarwo (Dirjen Kehutanan Departemen Pertanian). Pada tahun
1963 sebagian kawasan hutan lindung tersebut mulai dipersiapkan sebagai Hutan Wisata
GAMBAR 1
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan bagian dari daerah cekungan Bandung,
memiliki latar belakang sejarah yang erat kaitannya dengan zaman purba hingga sekarang.
Secara geologis daerah ini mengalami perubahan yang disebabkan oleh gejolak alam dalam
kurun waktu pembentukan alam semesta. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda awalnya
merupakan bagian areal dari kelompok Hutan Lindung Gunung Pulosari yang berdasarkan
Taman Wisata Alam (TWA) Curug Dago. Pada Tanggal 14 Januari 1985 bertepatan dengan
kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda, TWA Curug Dago secara resmi berubah fungsi menjadi
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang merupakan Taman Hutan Raya (TAHURA) pertama
tertanggal 12 Januari 1985 tentang Penetapan Taman Wisata Alam Curug Dago menjadi
Tahun 1978 pengelolaan dari Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi
Jawa Barat) diserahkan ke Perum Perhutani Jawa Barat. Pada tahun 1980 Kebun Raya/Hutan
Wisata yang merupakan bagian dari komplek Hutan Gunung Pulosari ini ditetapkan sebagai
taman wisata, yaitu Taman Wisata Curug Dago seluas 590 ha yang ditetapkan oleh SK.
Menteri Pertanian Nomor : 575/Kpts/Um/8/1980 tanggal 6 Agustus 1980. Pada tahun 1985,
Bapak Mashudi dan Bapak Ismail Saleh sebagai pribadi dan Bapak Soedjarwo selaku Menteri
Kehutanan mengusulkan untuk mengubah status Taman Wisata Curug Dago menjadi Taman
Hutan Raya. Usulan tersebut kemudian diterima Presiden Soeharto yang kemudian
dikukuhkan melalui Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1985 tertanggal 12 Januari 1985.
Peresmian Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dilakukan pada tanggal 14 Januari 1985 yang
Untuk menjamin suksesnya pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Menteri
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang diketuai oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan
dan Pelestarian Alam (PHPA) serta menunjuk Perum Perhutani sebagai Badan Pelaksana
Djuanda.
Mengingat lokasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada pada lintas wilayah
Kabupaten dan Kota, yaitu terletak di Kabupaten Bandung (Kecamatan Cimenyan dan
Kecamatan Lembang) dan Kota Bandung (Kecamatan Coblong), maka sesuai dengan
Propinsi Jawa Barat, dalam hal ini adalah Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat.
GAMBAR 2
IR. H. DJUANDA
43
budaya masyarakat.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda mempunyai beberapa atraksi wisata yang menjadi
GAMBAR 3
Raya Ir. H. Djuanda. Museum ini didirikan untuk mengenang Ir. H. Djuanda
memimpin para pemuda mengambil-alih Jawatan Kereta Api dari Jepang dan
b. Curug Lalay
45
GAMBAR 4
CURUG LALAY
Raya Ir. H. Djuanda yang terkenal dengan kondisi alamnya yang masih asri.
menumakan sebuah cerukan disisi kiri curug yang menyerupai sebuah goa.
Curug Lalay.
tidak seterkenal curug yang lain dan jarang dikunjungi. Selain akses jalan
menuju ke curug ini minim, juga tidak adanya papan penunjuk. Satu-satunya
dilalui dengan berjalan kaki melewati kebun penduduk, menyusuri sungai dan
c. Gua Jepang
GAMBAR 5
GUA JEPANG
dengan bantuan para pekerja paksa romusha di daerah Bandung Utara. Gua ini
pertama dibuat dibuat pada tahun 1942. Gua Jepang di Bandung ini dapat
dikatakan sebagai salah satu dari gua bersejarah yang terebar di seluruh
Indonesia yang dibuat selama terjadinya Perang Dunia II. Pada masa
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini berukuran cukup besar yang membuat
Selain itu tidak ada kesulitan bagi wisatawan untuk bernafas di dalam gua ini.
Dikarenakan tidak ada penerangan sama sekali didalam gua maka wisatawan
d. Gua Belanda
GAMBAR 6
GUA BELANDA
awalnya gua yang di bangun pada tahun 1901 ini dipergunakan untuk
perusahaan yang bergerak dibidang pembangkit listrik tenaga air. Hal tersebut
merenovasi gua dengan melakukan penambahan lorong dan koridor dalam gua
koridor kedua untuk lubang ventilasi dan yang ketiga untuk ruang interogasi.
e. Curug Omas
48
GAMBAR 7
CURUG OMAS
kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda dan wisata Maribaya. Di
atas air terjun ini terdapat jembatan yang dapat digunakan untuk melintas dan
melihat air terjun dari posisi atas. Dari jembatan ini wisatawan dapat melihat
Cikawari dan Cigulun yang nantinya menjadi daerah Aliran Sungai (DAS)
Cikapundung Hulu.
Terdapat empat pintu masuk ke Curug Omas, yaitu Pintu (pos) masuk I dan II
di area Dago pakar dan dapat ditempuh dari arah terminal Dago. Pintu masuk
III terletak di Kolam Pakar yang dapat ditempuh dari Curug Dago atau dari
ditempuh dari arah Lembang. Umumnya Pintu masuk terdekat menuju Curug
Omas adalah melalui Pintu IV Tahura yang juga dekat dengan lokasi wisata
pemandian air panas Maribaya. Keempat akses pintu masuk ini bisa ditempuh
49
oleh semua jenis kendaraan dengan kondisi jalan sudah beraspal hotmix dan
800 meter di atas permukaan laut dan memiliki ketinggian terjunan air sekitar
yang mengalir dari Maribaya memasuki kota Bandung. Selain itu dilokasi air
terjun, terdapat dua prasasti batu tulis peninggalan pada tahun 1818. Para ahli
GAMBAR 8
g. Tebing Keraton
pemandangan alam yang sangat eksotis baik pada saat matahari terbit maupun
terbenam. Atraksi wisata ini terletak di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir.
GAMBAR 9
TEBING KERATON
Sedangkan untuk jenis fauna yang dapat ditemui di Taman Hutan Raya Ir.
H. Djuanda, yaitu : Ayam Hutan, Monyet Ekor Panjang, Rusa, Burung Elang,
Djuanda membuat beberapa kegiatan yang dilalukan demi masa depan kawasan
a. Perbaikan
b. Pengembangan
c. Pelatihan
d. Seni Budaya
51
e. Kunjungan Kerja
a. Peta Kawasan
GAMBAR 10
PETA KAWASAN
Biaya dan tarif masuk maupun sewa dan atau pemanfaatan fasilitas di
Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah tarif yang berlaku
berdasarkan :
52
TABEL 4
utama. Kondisi jalan dari pusat kota sampai dengan lokasi (pintu
gerbang utama) sudah beraspal hotmix dan kini dalam kondisi baik.
Selain dari arah selatan, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda juga
berbagai jurusan :
terminal Dago.
Dago.
Lembang.
GAMBAR 11
GAMBAR 12
JALUR AKSES
CILEUNYI -
55
TAHURA
GAMBAR 13
d. Kontak
3) www.tahuradjuanda.jabarprov.go.id
4) www.facebook.com/tahuradjuanda
B. Profil Wisatawan
56
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang telah dilakukan, peneliti memperoleh data
profil wisatawan yaitu 100 responden. Data profil wisatawan yang diperoleh telah mencakup
aspek demografis, psikograsif, geografis, dan perilaku. Secara geografis berdasarkan asal
wisatawan. Asal wisatawan yang datang ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berasal dari
dalam dan luar kota Bandung. Hasil olah data kuesioner berdasarkan daerah asal wisatawan
GAMBAR 14
DAERAH ASAL
n =100
Seperti yang dapat dilihat pada gambar 14 , wisatawan domestik yang datang ke Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagian besar adalah berasal dari daerah Bandung yaitu 56%
yaitu 56 responden yang memilih. Berasal dari Jakarta yaitu 22 % atau 22 orang responden,
Bogor dan Yogyakarta yaitu 4 % atau 4 responden, dan dari daerah lain selain keempat
daerah yang telah disebutkan 14 % sejumlah 14 responden yang diantaranya berasal dari kota
Untuk aspek demografis profil wisatawan yakni meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan,
dan pendidikan terakhir wisatawan. Usia wisatawan yang datang ke Taman Hutan Raya Ir. H.
57
Djuanda juga bervariasi. Hasil olah data kuesioner mengacu kepada aspek usia wisatawan
GAMBAR 15
USIA
n=100
pada gambar 15, dapat dilihat bahwa wisatawan yang datang ke Taman Hutan Raya Ir.
Kemudian 21 % wisatawan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan rentang sejumlah
Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan rentang 27 – 32 tahun sejumlah 15 responden, dan 6
% wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Ir. Djuanda merupakan > 32 tahun
Untuk hasil olah data kuesioner pada aspek jenis kelamin wisatawan adalah sebagai
berikut:
GAMBAR 16
n=100
Sumber : Data
Olahan
Kuesioner, 2016
Seperti yang dapat dilihat pada gambar 16 , dipahami bahwa mayoritas wisatawan yang
datang ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda 51% adalah laki-laki yang berjumlah 51
Hasil olah data kuesioner berdasarkan aspek pekerjaan wisatawan adalah sebagai berikut:
GAMBAR 17
PEKERJAAN
n=100
Dilihat dari gambar 17, dapat dimengerti bahwa pekerjaan wisatawan yang berkunjung
ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda 59% adalah pelajar atau mahasiswa yang berjumlah 59
pegawai swasta yang berjumlah 17 responden, dan 6% merupakan Pegawai negeri yang
berjumlah 6 responden.
59
Pendidikan terakhir wisatawan terbagi menjadi SD, SMP, SMA, Diploma, serta Sarjana.
Hasil olah data kuesioner mengacu kepada aspek pendidikan terakhir wisatawan adalah
sebagai berikut:
GAMBAR 18
n=100
kuesioner, 2016.
Seperti hasil yang terlihat pada gambar 18, dipahami bahwa pendidikan terkahir
wisatawan yang berkunjung ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda 48% adalah SMA yang
responden.
Untuk aspek psikografis profil wisatawan yakni meliputi motivasi kunjungan, informasi
kunjungan, lama kunjungan, dengan siapa wisatawan datang berkunjung serta frekuensi
Motivasi kunjungan tiap wisatawan yang berkunjung ke suatu kawasan wisata pada
dasarnya akan berbeda dan bervariasi. Untuk Hasil olah data kuesioner dalam aspek motivasi
GAMBAR 19
MOTIVASI KUNJUNGAN
60
n=100
Sumber : Data
olahan kuesioner,
2016.
gambar 19 yaitu diketahui bahwa motivasi kunjungan ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
adalah 54% yang berari sebagian besar datang untuk berekreasi, 22% mengatakan untuk
Hasil olah data kuesioner untuk aspek teman berkunjung atau dengan siapa mengunjungi
GAMBAR 20
TEMAN BERKUNJUNG
n=100
kuesioner, 2016.
Pada gambar 20 dapat diketahui bahwa wisatawan yang datang berkunjung ke Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah 61% atau 61 orang responden datang bersama teman, 18%
61
atau 18 orang responden datang bersama keluarga, 12% atau 12 orang responden datang
bersama kelompok, 6% atau 6 orang responden datang sendiri dan 3% yaitu 3 orang
Hasil olah data kuesioner menunjuk kepada aspek informasi dari mana mengetahui
GAMBAR 21
n=100
Sumber : Data
Olahan kuesioner,
2016.
Dapat dilihat pada gambar 21, bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah 50% atau 50 orang responden mengetahui Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda melalui teman atau kerabat, 44% atau 44 orang responden
62
mengetahui Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda melalui media cetak atau elektronik, 5% atau
5 orang responden mengetahui Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda melalui keluarga
wisatawan yang bersangkutan, 1% atau 1 orang responden mengetahui Taman Hutan Raya Ir.
Untuk hasil olah data kuesioner dalam aspek frekuensi kunjungan adalah sebagai berikut:
GAMBAR 22
FREKUENSI KUNJUNGAN
n=100
Sumber : Data
Pada gambar 22, dapat dipahami bahwa wisatawan yang datang berkunjung ke Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda 49% adalah satu kali kunjungan ke Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda yang berjumlah 49 responden, 35% merupakan dua kali kunjungan yang berjumlah
merupakan 4 kali kunjungan yang berjumlah 2 responden, dan 1% untuk >empat kali yaitu 1
responden.
Dalam analisa profil wisatawan juga meliputi aspek keunikan. Hasil olah data kuesioner
GAMBAR 23
KEUNIKAN
n=100
Sumber : Data
Pada gambar 23, dapat dilihat bahwa 50% atau 50 orang responden mengatakan
keunikan di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dilihat dari atraksi wisatanya, 43% atau 43
orang responden mengatakan keunikan di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dilihat dari
Hutan Raya Ir. H. Djuanda dilihat dari keragaman flora dan fauna yang terdapat di kawasan,
2% atau 2 orang responden mengatakan keunikan di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
64
dilihat dari lainnya seperti Coffee shop yang sedang terkenal dan berada di dalam kawasan
C. Data Temuan
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda memiliki beberapa atraksi Geowisata yang terbagi
menjadi wisata air terjun, Gua, dan perbukitan, diantaranya Air terjun Curug Omas, Air
terjun Curug Lalay, Curug dago dan prasasti batu raja Thailand, Gua Jepang, Gua Belanda,
dan Tebing Keraton. Berikut merupakan hasil kuesioner penilaian pengunjung terhadap
Tourist Atrraction yang berada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dapat dilihat pada tabel
berikut:
TABEL 5
n=100
Pada tabel 5 nilai rata-rata untuk atraksi wisata air terjun curug omas mencapai 16
dari skor tertinggi yaitu 20 berdasarkan 100 responden yang telah diteliti. Nilai tertinggi
65
untuk atraksi wisata ini terdapat pada indikator keindahan yaitu 4,37 dan yang terendah ada
TABEL 6
n=100
Dapat dilihat pada tabel 6 nilai rata-rata yang didapat untuk atraksi wisata air terjun
curug lalay mencapai 17,21 dari skor tertinggi 20 oleh 100 responden. Nilai tertinggi untuk
atraksi wisata ini terdapat pada indikator keunikan yaitu 4,39 dan yang terendah ada pada
TABEL 7
Berdasarkan tabel 7 nilai rata-rata yang didapat untuk atraksi wisata curug dago dan
prasasti batu raja Thailand adalah 15,73 dari 20 oleh 100 responden. Nilai tertinggi untuk
atraksi wisata ini terdapat pada indikator kelangkaan yaitu 4,37 dan nilai yang terendah
TABEL 8
n=100
Pada tabel 8 nilai rata-rata yang didapat untuk atraksi wisata Gua Jepang mencapai
16,88 dari skor tertinggi 20 oleh 100 responden. Nilai tertinggi untuk atraksi wisata ini ada
pada indikator kelangkaan yaitu sebesar 4,30 dan nilai yang terendah terdapat pada indikator
TABEL 9
n= 100
Pada tabel 9 untuk nilai rata-rata yang didapat pada atraksi wisata Gua Belanda
adalah 16,99 dari skor tertinggi 20 oleh 100 responden. Nilai tertinggi untuk atraksi wisata ini
terdapat pada indikator tantangan yaitu sebesar 4,33 dan nilai yang terendah ada pada
TABEL 10
n= 100
Jumlah
17,89
Nilai
Sumber : Data olahan Kuesioner, 2016.
Pada tabel 10 nilai rata-rata yang didapat untuk atraksi wisata Tebing Keraton
mencapai 17,89 dari skor tertinggi yaitu 20 berdasarkan 100 responden yang diteliti. Nilai
tertinggi untuk atraksi wisata ini ada pada indikator kelangkaan yaitu sebesar 4,55 dan nilai
2. Durasi Tour
Sebuah program tour atau kegiatan wisata umumnya harus mempunyai durasi waktu yang
sesuai dengan kebutuhan wisatawan dan tujuan dibuatnya sebuah program. Berikut adalah
hasil kuesioner dan perhitungan peneliti mengenai durasi waktu yang diperlukan dalam
mengunjungi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang dibagi menjadi durasi tour saat
pemanduan dan waktu bebas wisatawan. Hasil olah data kuesioner mengenai lama kunjungan
GAMBAR 24
LAMA KUNJUNGAN
n = 100
Pada gambar 24 , dapat dilihat bahwa lama kunjungan wisatawan yang datang
berkunjung ke Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda 58% melakukan kunjungan selama 1 – 2
responden dan 6 % lainnya melakukan kunjungan selama 0,5 – 1 jam yang berjumlah 6
responden.
TABEL 11
Durasi
Atraksi Wisata
Tour Free activity
Air terjun curug
15' 30
omas
Air terjun curug lalay 15' 30
Curug dago dan
prasasti batu raja 20' 30'
Thailand
Gua Jepang 35' 10'
Gua Belanda 45' 10’
Tebing Keraton 10' 50'
Total 140’ 160’
Grand Total 300’
Sumber: Hasil observasi penulis, 2016
Pada tabel 11 dapat diketahui bahwa waktu yang diperlukan untuk mengunjungi
keseluruhan atraksi wisata di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah sekitar 300
menit atau 5 jam, yang kegiatannya sudah terbagi antara pemanduan saat mengelilingi
kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda serta waktu bebas untuk wisatawan.
Di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda terdapat alat perlengkapan program tour
yang terbagi menjadi fasilitas umum, fasilitas penunjang, dan perlengkapan program.
70
a. Fasilitas Umum
Fasilitas umum yang dapat ditemui di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda beserta
1) Toilet
GAMBAR 25
TOILET
n=100
Seperti yang terdapat pada gambar 25 , dapat diketahui bahwa penilaian terhadap
fasilitas toilet yang berada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah, 59% atau 59
orang responden mengatakan cukup baik, 16% atau 16 orang responden mengatakan
baik, 23% atau 23 orang responden mengatakan tidak baik, 1% atau 1 responden
2) Restoran
71
GAMBAR 26
RESTORAN
n=100
yang tersedia di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah 51% atau 51 orang
responden mengatakan cukup baik, 32% atau 32 orang responden mengatakan baik,
15% atau 15 orang responden mengatakan tidak baik, 2% atau 2 orang mengatakan
sangat baik.
b. Fasilitas Penunjang
memudahkan sebuah tour agar berjalan dengan lancer dan baik. Berikut merupakan
beberapa fasilitas penunjang di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda beserta dengan
1) Area Parkir
GAMBAR 27
72
AREA PARKIR
n=100
yang berada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah 42% atau 42 orang
responden mengatakan cukup baik, 41% atau 41 responden mengatakan baik, 13%
2) Klinik
GAMBAR 28
KLINIK
n=100
diketahui bahwa penilaian terhadap fasilitas kesehatan publik atau klinik di Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah 64% atau 64 orang responden mengatakan cukup
baik, 15% atau 15 responden mengatakan tidak baik, 14% atau 14 responden
mengatakan baik, 5% atau 5 orang responden mengatakan sangat tidak baik, 2% atau
3) Tempat Ibadah
GAMBAR 29
73
TEMPAT IBADAH
n = 100
Seperti yang dapat dilihat pada gambar 29 bahwa penilaian terhadap fasilitas tempat
ibadah di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah 58% atau 58 orang responden
mengatakan cukup baik, 21% atau 21 responden mengatakan baik, 17% atau 17
responden mengatakan tidak baik, 3% atau 3 orang responden mengatakan sangat baik,
4) Souvenir shop
GAMBAR 30
SOUVENIR SHOP
n =100
Pada gambar 30 , dapat dilihat bahwa penilaian terhadap souvenir shop di Taman
Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah 55% atau 55 orang responden mengatakan cukup
baik, 22% atau 22 responden mengatakan tidak baik, 20% atau 20 responden
mengatakan baik, 2% atau 2 orang responden mengatakan sangat tidak baik, 1% atau 1
5) Pusat Informasi
GAMBAR 31
PUSAT INFORMASI
n =100
Pada gambar 31, dapat dimengerti bahwa penilaian terhadap pusat informasi di
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yaitu 59% atau 59 orang responden mengatakan
cukup baik, 19% atau 19 responden mengatakan baik, 16% atau 16 responden
mengatakan tidak baik, 4% atau 4 orang responden mengatakan sangat tidak baik, 2%
c. Perlengkapan tour
Selain fasilitas umum dan fasilitas penunjang, kawasan Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda juga memiliki beberapa alat perlengkapan program yang dapat digunakan
dalam pembuatan sebuah tour program. Berikut adalah beberapa perlengkapan yang
ada dan tersedia beserta dengan hasil olah data kuesioner oleh responden:
1) Documentary/dokumentasi
75
GAMBAR 32
DOCUMENTARY/DOKUMENTASI
n =100
Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai perlengkapan program tour adalah 57% atau 57
orang responden mengatakan cukup baik, 23% atau 23 responden mengatakan tidak
baik, 18% atau 18 responden mengatakan baik, 2% atau 2 orang responden mengatakan
sangat baik.
2) Local guide
GAMBAR 33
LOCAL GUIDE
n =100
terdapat di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yaitu 56% atau 56 orang responden
mengatakan cukup baik, 21% atau 21 responden mengatakan tidak baik, 18% atau 18
76
responden mengatakan baik, 4% atau 4 orang responden mengatakan sangat tidak baik
3) Megaphone
GAMBAR 34
MEGAPHONE
n =100
Sumber :
Data olahan
kuesioner, 2016
Seperti yang terdapat
dilihat bahwa penilaian terhadap fasilitas megaphone yang digunakan untuk pemanduan
di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai salah satu alat perlengkapan tour adalah
43% atau 43 orang responden mengatakan cukup baik, 33% atau 33 responden
mengatakan tidak baik, 22% atau 22 responden mengatakan baik, 1% atau 1 orang
responden mengatakan sangat tidak baik dan 1% lainnya atau 1 orang responden
GAMBAR 35
n =100
Pada gambar 35 , dapat dilihat bahwa penilaian terhadap buku panduan/ peta wisata
di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai salah satu alat perlengkapan tour adalah
54% atau 54 orang responden mengatakan cukup baik, 27% atau 27 responden
mengatakan tidak baik, 18% atau 18 responden mengatakan baik, 1% atau 1 orang
5) Tiket masuk
GAMBAR 36
TIKET MASUK
n =100
78
di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah 48% atau 48 orang responden mengatakan
cukup baik, 26% atau 26 responden mengatakan baik, 2% atau 2 responden mengatakan
sangat tidak baik, dan 1% atau 1 orang responden mengatakan sangat baik.
TABEL 12
FASILITASI UMUM
Pada tabel 12, dapat dikatakan bahwa toilet yang tersedia di Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda mempunyai kondisi yang baik dan restoran yang ada di kawasan mempunyai
TABEL 13
Souvenir shop
Klinik
Area Parkir
Tempat Ibadah
FASILITAS PENUNJANG
Dapat dilihat pada tabel 13 bahwa fasilitas penunjang yang terdapat di Taman Hutan
Raya Ir. H. Djuanda seperti Pusat informasi, klinik, area parker dan tempat ibadah sudah
tersedia namun untuk tempat souvenir shop masih belum tersedia karena peneliti
mendapati yang ada di kawasan adalah masih berupa kumpulan pedagang yang
berkeliaran di kawasan dan tidak berada di satu tempat yang disediakan oleh pengelola.
Berikut adalah tabel yang merupakan hasil observasi penulis menggunakan daftar
periksa mengenai perlengkapan program untuk melakukan tour di Taman Hutan Raya Ir.
Atraksi wisata H.
Curug
Dago Djua
Curug Curug Gua Gua Tebing
Perlengkapan program (prasasti
Omas Lalay Jepang Belanda Keraton nda
batu raja
Thailand)
:
Documentary/dokumentasi
Local guide x X x x TA
Megaphone x X x x x
Buku Panduan kawasan/ BE
L 14
PERLENGKAPAN PROGRAM
80
peta wisata
Tiket masuk
Sum
Berdasarkan tabel 14, diketahui bahwa perlengkapan program dalam melakukan tour
kawasan/ peta wisata, dan tiket masuk kawasan sudah tersedia sedangkan untuk Local guide
hanya tersedia di Gua Jepang dan Gua Belanda dan Megaphone hanya ada di Gua Belanda.
BAB IV
ANALISIS PERMASALAHAN
81
A. Analisis Tempat Tujuan untuk Atraksi Geowisata di Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda menyediakan beberapa atraksi wisata alam
yang dapat dijadikan sebagai sebuah program tour khusus untuk geowisata atau
wisata geotrek yang dapat dikunjungi oleh wisatawan diantaranya yaitu, air terjun
Curug Omas, air terjun Curug Lalay, Curug Dago dan Prasasti Batu Raja Thailand,
gua Jepang, gua Belanda, dan Tebing Keraton. Sesuai dengan hasil observasi
lapangan oleh peneliti dan olah data responden berhubungan dengan tempat tujuan
geowisata yang berada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda maka analisis yang dapat
Air terjun Curug Omas merupakan sebuah air terjun yang mempunyai
aliran sungai Cikawari. Aktivitas yang dapat dilakukan di Curug Omas, adalah
keindahan.
nilai yang didapat untuk Curug Omas mencapai 16 dengan responden 100 yang
berarti sangat baik dan layak dijadikan sebagai atraksi wisata geotrek unggulan.
Nilai tertinggi untuk atraksi wisata curug omas ini terdapat pada indikator
keindahan.
terjunan air yang cukup tinggi yaitu 30 meter dengan kedalaman 10 m. Curug
omas ini adalah salah satu dari banyaknya air terjun di kota Bandung yang dapat
dinikmati oleh wisatawan dengan mudah karena lokasinya yang dekat dengan area
82
perkotaan dan masih menyajikan hawa sejuk hutan yang sangat asri. Selain itu
Curug Omas nyaman untuk dipandang dan memberikan rasa tentram saat
dikunjungi yang membuat kedua hal tersebut dinilai baik bagi atraksi Geowisata
Menurut hasil data olahan kuesioner mengacu kepada aspek keunikan. Nilai
yang didapat pada indikator keunikan yaitu sangat rendah. Hal ini disebabkan
bahwa air terjun/ curug merupakan jenis wisata alam yang sudah dikenal baik atau
tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia (wisatawan domestik). Selain itu
meskipun Curug Omas dinilai baik dari segi objek Geowisata, namun atraksi
wisata ini kurang dapat dinikmati secara baik dari segi keunikan karena wisatawan
belum mengetahui sejarah bagaimana proses pembentukan yang khas dari Curug
Omas ini, hal tersebut merupakan tugas local guide di kawasan untuk memberikan
Kelangkaan pada atraksi wisata Curug Omas ini dinilai baik karena responden
dapat mengerti bahwa meskipun curug/ air terjun merupakan atraksi wisata alam
yang sudah banyak ditemui di daerah lain di Jawa barat maupun Indonesia namun
Curug Omas mempunyai aspek kelangkaan berbeda yaitu Curug Omas menjadi
titik pertemuan dua aliran sungai Cikawari dan Cigulun yang menjadi daerah
Indikator tantangan mendapatkan nilai yang baik dari responden, hal tersebut
waktu yang cukup lama yaitu sekitar 1 (satu) sampai 2 (dua) jam dengan jarak
kurang lebih 4(empat) km dari gerbang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda apabila
perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki. Untuk dapat menjadi atraksi geowisata
83
Curug Lalay adalah curug yang terletak cukup jauh dari Taman Hutan Raya Ir.
H. Djuanda yaitu sekitar 2,8 km dari pintu gerbang kawasan. Curug Lalay
bahwa rata-rata nilai yang didapat untuk atraksi wisata Curug Lalay mencapai
skor 17,21 dengan responden 100, hal tersebut mengartikan Curug Lalay memiliki
nilai yang sangat baik sehingga air terjun Curug Lalay layak untuk dijadikan
sebagai atraksi geowisata unggulan. Nilai tertinggi atraksi wisata curug lalay ini
Curug Lalay memiliki keunikan yang cukup signifikan dari namanya. Nama
lalay sendiri merupakan Bahasa sunda yang memiliki arti kelelawar di Bahasa
gua kecil yang berada di kawasan air terjun. Hewan kelelawar dapat dikatakan
menjadi salah satu daya tarik yang membuat banyak wisatawan datang untuk
berkunjung ke Curug Lalay. Hal unik lainnya adalah Curug Lalay merupakan
urutan curug terakhir dari aliran sungai kawasan Bandung utara, yang apabila
diurutkan dari hulu ke hilir curug – curug tersebut dimulai dari Curug Layung,
Curug Tilu, Curug Brugbrug, Curug Cimahi, Curug Panganten, kemudian yang
Keindahan di Curug Lalay mendapat nilai tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
Curug Lalay merupakan atraksi wisata alam yang nyaman untuk dipandang oleh
84
kedua panca indera serta dapat membuat perasaan tentram ketika wisatawan
berkunjung. Keindahan juga terlihat dari kondisi curug yang masih asri dan sejuk.
Kelangkaan pada atraksi wisata Curug lalay dinilai baik oleh responden. Hal
di lembah dan berada dekat dengan kehidupan penduduk setempat namun masih
belum banyak orang yang mengetahui keberadaan Curug lalay. Kesulitan untuk
menuju ke atraksi wisata ini menjadi alasan mengapa responden menilai cukup
Hal tersebut dapat dipahami disebabkan kesulitan serta variasi jalan serta bentang
alam untuk menuju atraksi wisata cukup menantang dan diperlukan perlengkapan
program tour yang sesuai agar dapat tiba di atraksi wisata secara aman dan
selamat.
wisata curug lalay ini. Salah satunya adalah dari aspek fasilitas penunjang di
atraksi wisata ini kurang baik. Kurangnya penataan dan pemeliharaan di kawasan
ini menyebabkan kawasan dicemari sampah dan kotoran binatang (sapi). Sarana
infrastruktur menuju curug lalay dapat dikatakan tidak memadai. Akses menuju
atraksi wisata ini hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki melalui Jalan Desa
Curug Dago merupakan air terjun yang terbentuk dari aliran sungai
Prasasti Batu Raja Thailand rata-rata nilai yang didapat mencapai skor 15,73
85
dengan responden 100 yang berarti baik. Nilai tertinggi terdapat pada indikator
sebagai arena wisata Geologi yang merupakan rekaman lahar dari letusan gunung
Tangkuban Parahu yang pada dasarnya membentuk tekstur batuan di air terjun ini
cukup unik atau berbeda, terlihat dari terdapatnya batu hitam berlubang bekas
tersebut dapat dipahami karena aksesibilitas menuju kawasan ini cukup mudah
dan strategis yaitu berjarak sekitar 100 meter dari kawasan Dago pakar serta dekat
dengan terminal Dago yang membuat wisatawan dapat dengan mudah berjalan
kaki menuju kawasan. Hal tersebut membuat responden menilai aspek tantangan
wisata Curug Dago ini memang menawarkan keindahan yang sangat baik yaitu
memberikan rasa tentram dan tenang saat berada di kawasan atraksi wisata.
Berdasarkan hasil olah data responden, untuk aspek keunikan atraksi wisata
Curug Dago dan Prasasti Batu Raja Thailand ini dinilai baik. Hal tersebut dapat
dimengerti karena Curug Dago dapat diklasifikasikan sebagai Geosite, yaitu situs
keragaman geologi tertentu yang unik, langka dan benilai keilmuan tinggi.
4. Gua Jepang
86
Gua Jepang merupakan salah satu gua yang terletak sangat dekat dari pintu
gerbang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yaitu sekitar 300 meter dari wisatawan
memasuki kawasan., dan telah menjadi bagian sejarah panjang bagi bangsa
Indonesia. Gua Jepang didirikan pada sekitar tahun 1942, ketika pemerintah
Belanda menyerah kepada jepang di Kalijati Subang. Gua yang bernama asli Goa
nilai yang didapat mencapai skor 16,88 dengan responden 100 yang berarti baik.
Kelangkaan mendapatkan nilai yang sangat tinggi dari responden yang diteliti,
hal tersebut dapat dimengerti karena atraksi wisata gua atau speleowisata (wisata
kawasan kota Bandung. Selain itu Gua Jepang menjadi salah satu dari gua
bersejarah di Jawa barat yang dibuat selama Perang Dunia II, hal tersebut jarang
Keindahan di Gua Jepang ini mendapatkan nilai yang paling rendah, hal
Indikator keunikan mendapatkan nilai yang baik dari responden, Gua Jepang
dapat dikatakan unik karena ukuran gua ini cukup besar yang membuat orang
dengan mudah bisa melangkahkan kaki di sepanjang lorong gua sehingga tidak
ada kesulitan bagi pengunjung untuk bernafas di dalamnya. Selain itu keaslian gua
Jepang masih dapat terlihat disebabkan gua ini tidak mengalami renovasi fisik
sama sekali setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada 1945. Hal tersebut dapat
87
menjadi keunikan gua, karena banyak dari beberapa gua bersejarah di Indonesia
5. Gua Belanda
nilai yang didapat mencapai skor 16,99 dengan responden 100 yang berarti sangat
Tantangan mendapatkan nilai yang sangat besar karena didalam gua terdapat
sekitar 15 lorong serta 2 pintu masuk se-tinggi 3,20 meter dengan luas pelataran
yang digunakan gua seluas 0, 6 hektar serta luas semua goa tersebut lorong nya
ialah 548 meter, selain itu terdapat juga beberapa ruangan seperti kamar untuk
tempat istirahat para tentara Belanda pada masa penjajahan, ruang interogasi
untuk para tahanan, penjara atau ruang tahanan yang cukup menantang untuk
wisatawan tetap tidak dapat melihat gua secara keseluruhan tanpa bantuan senter
Keunikan mendapat nilai yang cukup baik dari responden. Gua Belanda
merupakan jenis wisata bersejarah yang menyimpan banyak nilai sejarah dalam
proses pembuatannya. Salah satunya adalah pada saat Perang Dunia II, Gua
Belanda ini pernah berubah fungsi menjadi Pusat Stasiun Radio Telekomunikasi
Militer Hindia Belanda dan pada masa kemerdekaan, Gua ini pernah dipakai atau
dimanfaatkan sebagai gudang mesiu oleh tentara Indonesia. Disini dapat dilihat
bahwa proses pembentukan gua memiliki sejarah yang panjang dan bersifat unik.
88
Indikator kelangkaan mendapat nilai yang baik dari 100 responden yang telah
diteliti. Dapat dimengerti bahwa gua Belanda merupakan salah satu gua tertua di
Bandung yaitu dibangun pada thaun 1918. Selain itu keberadaan gua yang terletak
di dalam hutan membuat nilai kelangkaan terlihat, disebabkan tidak semua letak
6. Tebing Keraton
wisatawan. Tebing keraton sendiri merupakan atraksi wisata alam yang baru
rata nilai yang didapat mencapai skor 17,89 dengan responden 100 yang berarti
sangat baik. Nilai tertinggi terdapat pada indikator kelangkaan yaitu 4,55.
Kelangkaan dapat dilihat dari bentuk dari tebing keraton nya sendiri. Bentuk
bukit yang memiliki area yang sangat baik untuk wisatawan menikmati
tinggi. Selain itu tidak banyak atraksi wisata di Bandung yang berbentuk bukit
Indikator tantangan mendapat nilai yang tinggi dari responden, hal tersebut
menantang dan cukup jauh yaitu sekitar 3,5 km dari gerbang Taman Hutan Raya
Ir. H. Djuanda. Selain itu jalan beraspal yang rusak serta bentuk jalan yang sangat
Keindahan mendapat skor yang cukup baik dari responden. Tebing keraton
berada di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dan Maribaya yang hal
pemandangan hutan Bandung yang hijau dan luas. Keindahan dapat terlihat ketika
wisatawan datang berkunjung untuk melihat matahari terbit dan terbenam dari
wisata yang mempunyai sejarah proses pembentukan yang unik dan khas. Tebing
keraton ditemukan oleh masyarakat biasa dan bukan ilmuwan yang sejarah
penemuan atau pembentukan atraksi wisata ini pun belum terlalu jelas karena
ditemukan dari sosial media dan bukan dari penelitian yang khusus. Hal ini
adalah baik, hal tersebut berlandaskan pada tinggi skor yang di dapat untuk setiap
atraksi wisatanya yaitu melebihi skor 15 (skor tengah) yang artinya baik untuk
dijadikan wisata berbasis geowisata mengacu kepada empat indikator yang diteliti.
Analisis mengenai durasi atau waktu tour dalam setiap kegiatan atau jenis wisata,
diperlukan untuk mengetahui seberapa lama kegiatan dapat diberikan dan dilakukan
sesuai dengan kebutuhan inti wisatawan. Bersumber pada observasi peneliti yang
90
menggunakan daftar perikasa DOT atau distribution of time. durasi yang dibutuhkan
untuk melakukan aktivitas di setiap atraksi wisata di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H.
Pada tabel 11 yang merupakan daftar periksa penulis mengenai durasi yang
dibutuhkan untuk mengunjungi seluruh atraksi geowisata yang terdapat di Taman Hutan
berada di atraksi wisata Curug Omas yaitu berdasarkan observasi peneliti dan
menurut hasil olah data responden kurang lebih adalah 45 menit. Dalam durasi
tersebut disertai dengan pemanduan oleh local guide dan aktivitas bebas yang
dapat dilakukan oleh wisatawan. Atraksi wisata Curug Omas tidak terlalu
aktivitas yang dapat secara aman wisatawan lakukan sendiri, seperti berfoto,
dibutuhkan durasi atau waktu untuk melakukan aktivitas di Curug Lalay adalah
kurang lebih 45 menit yang didalamnya termasuk pemanduan dari local guide
dan aktivitas bebas untuk wisatawan. Atraksi wisata Curug Lalay memiliki
aksesibilitas yang cukup sulit untuk dilalui, hal tersebut membuat wisatawan
91
curug yang masih sangat asri dan sejuk. Local guide pun dibutuhkan di atraksi
wisata ini, karena Curug lalay memiliki banyak nilai sejarah dan ilmu geologi
wisata ini berdasarkan hasil observasi peneliti dan olah data responden adalah
50 menit yang disertai dengan pemanduan dari local guide aktivitas bebas
untuk wisatawan. Curug Dago dan Prasasti Batu Raja Thailand membutuhkan
mempunyai informasi yang menarik bagi wisatawan dari segi sejarah Prasasti
batu, ilmu geologi, dan proses pembentukan air terjun atau curugnya.
Curug Dago dan penemuan Prasasti Batu Raja Thailand, namun disayangkan
local guide resmi yang dapat memberikan informasi penting untuk atraksi ini
belum tersedia yang membuat durasi atau waktu untuk aktivitas bebas lebih
4. Gua Jepang
Jepang berdasarkan hasil observasi peneliti dan hasil data olahan responden
adalah kurang lebih 45 menit. Durasi tersebut dibagi menjadi 35 menit untuk
92
pemanduan oleh local guide dan aktivitas 10 menit bagi wisatawan untuk
waktu lebih lama dikarenakan gua Jepang merupakan gua bersejarah yang
pembentukan gua. Selain itu ukuran gua cukup besar sehingga wisatawan
5. Gua Belanda
wisata gua Belanda dibutuhkan durasi atau waktu kurang lebih 55 menit
untuk pemanduan local guide dan aktivitas bebas wisatawan selama berada
didalam gua. Gua Belanda memiliki luas 0,6 hektar yang berarti
membutuhkan durasi atau yang banyak untuk menelusuri gua ini. Hal
untuk pemanduan lebih lama disebabkan gua Belanda dibangun lebih awal
dari gua Jepang yang menyebabkan informasi sejarah lebih banyak untuk
digali dari local guide, selain itu gua ini dapat menjadi penghubung antara
kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dan Maribaya yang hal ini
6. Tebing Keraton
dan hasil olah data responden untuk atraksi wisata tebing keraton kurang
Aktivitas bebas memiliki durasi atau waktu yang lebih lama disebabkan
leluasa. Selain itu disebabkan tebing keraton merupakan jenis atraksi wisata
yang baru ditemukan pada tahun 2014, dapat dikatakan bahwa atraksi wisata
ini masih sangat terkenal dan diminati banyak wisatawan yang mayoritas
tebing keraton, sehingga alasan mengapa durasi atau waktu bebas wisatawan
jauh lebing lama dari pemanduan yang diberikan oleh local guide.
keseluruhan kunjungan keenam atraksi geowisata yang sesuai dengan DOT atau
distribution of time hasil observasi di lapangan yaitu mencapai 140 menit untuk
pemanduan dan 160 menit untuk acara bebas yang mana secara keseluruhan
Namun, apabila dibandingkan dengan hasil olah data responden yang terdapat
waktu kunjungan selama 60 menit – 120 menit, hal lainnya berdasarkan hasil
shop yang berada di kawasan. Hal tersebut dapat menjadi sesuatu fenomena yang
banyak mengenai keberagaman atraksi wisata serta nilai sejarah yang berada
didalam kawasan. Selain itu belum banyaknya local guide yang membantu
300 menit atau 5 jam untuk menjelajahi seluruh kawasan Taman Hutan Raya Ir.
Maka dapat dianalisis bahwa komponen durasi tour belum baik, karena durasi
kunjungan wisatawan menjadi tidak sesuai dengan durasi yang seharusnya, hal
Alat Kelengkapan tour di suatu atraksi wisata merupakan aspek yang dapat
membantu berjalannya sebuah tour secara sukses. Selain itu dapat juga berperan
sebagai media untuk mendapatkan informasi ataupun pengetahuan secara jelas. Alat
bantu kelengkapan tour terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu fasilitas umum, fasilitas
penunjang, dan perlengkapan program. Analisis mengenai alat kelengkapn tour sesuai
dengan hasil observasi peneliti dan data olahan yakni sebagai berikut:
95
1. Fasilitas Umum
a. Toilet
kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda cukup baik, meskipun bentuk
toilet sangat sederhana namun untuk kebersihan toilet masih terawat, hal
b. Restoran
Restoran adalah salah satu fasilitas umum yang berperan penting bagi
wisatawan di sebuah atraksi wisata. Dapat dilihat pada gambar 24, bahwa
yang berlokasi di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda cukup baik hal
masih terjangkau.
2. Fasilitas penunjang
a. Area Parkir
responden mengatakan area parkir yang dimiliki kawasan cukup baik. Hal
kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yaitu pintu I terletak di depan
pelataran dekat mesjid, kafe, atau taman bermain. Pintu ini terletak lebih
jauh dari pintu I. Kemudiaan yang terakhir adalah pintu IV dan V, kedua
pintui ini dibuat untuk wisatawan yang ingin memasuki kawasan Taman
b. Klinik
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Hal tersebut dikarenakan klinik atau
unit kesehatan hanya terdapat di gedung pengelola Taman Hutan Raya Ir.
c. Tempat Ibadah
Hal tersebut terjadi karena pengelola Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
rohaninya.
97
d. Souvenir Shop
terjangkau. Hal yang disayangkan adalah pengelola Taman Hutan Raya Ir.
membutuhkan.
e. Pusat Informasi
baik yang berarti pusat informasi yang disediakan oleh Taman Hutan Raya
tempat untuk penjualan tiket serta pusat informasi yang dikosongkan dan
tidak pernah dipakai lagi yang hal tersebut cukup disayangkan karena
wisatawan untuk menuju lokasi yang di tuju namun hal tersebut juga
3. Perlengkapan Program
a. Documentary/dokumentasi
seluruh aktivitas yang terjadi di kawasan baik itu dari atraksi wisatanya
b. Local Guide
keberadaan local guide hanya tersedia di atraksi wisata gua Jepang dan
bersangkutan.
c. Megaphone
local guide.
Buku panduan kawasan/ peta wisata merupakan salah satu alat bantu
e. Tiket masuk
100
Jadi analisis untuk alat kelengkapan tour yang meliputi fasilitas umum,
BAB V
A. Kesimpulan
Untuk tempat tujuan dapat dinyatakan bahwa atraksi wisata air terjun Curug
Omas sudah sangat baik dilihat dari segi keindahannya. Kemudian atraksi wisata
air terjun Curug Lalay dinilai sudah baik dari segi keunikan. Atraksi wisata Curug
Dago dan Prasasti Batu Raja Thailand serta gua Jepang dinilai sudah baik dari
segi kelangkaan. Atraksi wisata gua Belanda memiliki kelebihan dari segi
tantangan dan dinilai sudah baik. Atraksi wisata Tebing Keraton dinilai sudah
Jadi keenam atraksi geowisata di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sudah
baik, dan dapat dimasukan ke dalam sebuah program tour karena sesuai dengan
2. Durasi tour
Untuk durasi tour, secara ideal waktu yang diperlukan wisatawan untuk
Jadi untuk durasi tour di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda belum baik atau
belum sesuai karena durasi yang dilakukan wisatawan terlalu lama dan cenderung
Alat kelengkapan tour dibagi menjadi fasilitas umum, fasilitas penunjang, dan
perlengkapan program. Dari ketiga alat kelengkapan tour di Taman Hutan Raya
Ir. H. Djuanda tersebut secara keseluruhan sudah baik dan tersedia namun ada
102
beberapa yang masih belum baik atau tersedia seperti souvenir shop dan local
guide.
B. Rekomendasi
Hutan Raya Ir. H. Djuanda yaitu Curug Omas, Curug Lalay, Curug Dago dan
Prasasti batu raja Thailand, Gua Jepang, Gua Belanda, dan Tebing Keraton agar
terawat dan terpelihara dengan baik diperlukan langkah tindak sebagai berikut:
atraksi wisata.
ada.
yang memiliki tatanan geologi yang khas dan bernilai tinggi melalui kerjasama
103
secara akurat sehingga dapat memunculkan kawasan inti yang secara teknis
geowisata di kawasan.
2.Durasi tour
bahwa 300 menit merupakan waktu yang tidak sebentar disebabkan sesuai
peneliti yang dapat diberikan adalah membuat dua bagian tour program
dengan durasi 150 menit. Maka durasi kunjungan wisata akan seperti berikut:
TABEL 15
2016
Curug Omas 45'
TABEL 16
Sumber: Penulis,
2016
Mengenai alat bantu program tour pengelola Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Djuanda.
b. Membuat satu tempat khusus untuk souvenir shop sehingga dapat menarik
minat wisatatawan.
Berikut adalah perencanaan program tour geowisata yang dirancang oleh peneliti
yang dinamakan “Tahura Geo-fun tour program”. Perencanaan program tour ini
dibuat berdasarkan tempat tujuan, waktu, dan alat bantu dalam keperluan sebuah
tour. Tahura Geo-fun tour program ini dibuat berdasarkan pertimbangan hasil data
yang ingin dikunjungi, lama kunjungan wisatawan di Taman Hutan Raya Ir. H.
106
1) Rencana I
GAMBAR 37
Sumber: Penulis,
2016
2) Rencana II
GAMBAR 38
Adapun program tour yang telah disusun untuk masing-masing alur dapat
a. Rencana I
TABEL 17
Waktu Deskripsi
Wisatawan berkumpul di depan gerbang
Taman Hutan Raya Djuanda sebagai
starting point untuk bertemu dengan
pemandu wisata lokal. Local guide akan
04.30 – 04.40 membawa peserta tour ke atas tebing
keraton untuk melihat sunrise, dalam
perjalanan pemandu wisata akan
menjelaskan mengenai sejarah
terbentuknya tebing keraton.
04.40 – 05.00 Menuju Tebing Keraton
Menyaksikan sunrise dan penjelasan
05.00 – 06.00
pemandu wisata lokal.
06.00 – 06.20 Menuju Gua Belanda (speleowisata)
06.20 – 07.05 Menelusuri Gua
07.05 – 07.25
S Menuju Curug Omas
Ekplorasi Curug Omas. Setelah program
07.25 – 08.10
u selesai pemandu wisata mengantarkan
wisatawan kembali ke starting point.
m
b. Rencana II
TABEL 18
108
Waktu Deskripsi
Wisatawan berkumpul di depan
gerbang Taman Hutan Raya
Djuanda sebagai starting point dan
bertemu dengan pemandu wisata
10.00 – 10.10 lokal. Pemandu wisata akan
membawa peserta tour menuju Gua
Jepang, dalam perjalanan pemandu
wisata akan menjelaskan mengenai
sejarah Gua Jepang.
10.10 – 10.20 Menuju Gua Jepang
Melakukan aktivitas Menelusuri
10.20 – 11.05
Gua (speleowisata)
Menuju Curug Dago dan Prasasti
11.05 – 11.20
Batu Raja Thailand.
Eksplorasi Curug Dago, serta
11.20 – 13.00 penjelasan mengenai prasasti dari
local guide.
13.00 – 13.35 Menuju Curug Lalay
Ekplorasi Curug Lalay dengan
mendengarkan pemanduan
13.35 – 15.00 pemandu wisata. Pemandu wisata
mengantarkan wisatawan sampai
kembali ke starting point.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Budi brahmantyo, T. B. (n.d.). Wisata bumi cekungan Bandung. 2009: Truedee pustaka sejati.
Mill, R. (2000). The Tourism : The International Business. NJ: Prentice Hall.
Nuriata. (2014). Perencanaan dan Pelaksanaan Perjalanan Wisata, Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Alfabeta.
Rachmat, H. (2011). Geowisata Nusa Tenggara Barat. IAGI Pengda Nusa Tenggara.
Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian (Untuk Mahasiswa S-1,
Yoeti. (2008). Tours and Travel Management. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.