Anda di halaman 1dari 37

104

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan beberapa hal tentang: (1) rancangan penelitian dan

model pengembangan, (2) populasi dan sampel penelitian, (3) variabel

penelitian/prosedur penelitian, (4) metode pengumpulan data, (5) metode analisis

data.

3.1 Rancangan Penelitian dan Model Pengembangan

Penelitian ini merupakan pengembangan suatu produk perangkat

pembelajaran Fisika SMA. Metode yang digunakan adalah penelitian dan

pengembangan (Research and Development). Produk yang dikembangkan adalah

perangkat pembelajaran fisika SMA bermuatan karakter dengan setting model

pembelajaran STML untuk kelas X, meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), Buku Siswa, dan Buku

Pegangan Guru, serta tes keterampilan berpikir kreatif siswa. Menurut Sudjana

(2001), untuk melaksanakan pengembangan perangkat pengajaran diperlukan

model-model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Sehubungan

dengan itu ada beberapa model pengembangan pembelajaran. Dalam

pengembangan perangkat pembelajaran dikenal tiga macam model pengembangan

perangkat, yaitu: model Dick-Carey, model 4-D dan model Kemp. Secara umum

setiap model terdiri dari 4 (empat) tahap: Pertama, tahap pendefinisian (define),

yaitu tahapan yang bertujuan untuk menentukan dan mendefinisikan kebutuhan

104
105

pembelajaran; kedua, tahap perancangan (design), yaitu perancangan prototype

perangkat pembelajaran; ketiga, tahap pengembangan (develop), yaitu yang

bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran; dan keempat, tahap

penyebaran (disseminate), yaitu tahap penggunaan perangkat yang dikembangkan,

namun dalam penelitian ini hanya sampai tahap pengembangan saja.

Secara umum tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan secara

langsung dengan aktivitas “revisi”. Uji keefektifan produk dapat dilakukan

melalui eksperimen, yaitu membandingkan perbedaan efektifitas antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol (variabel bebas) dengan pemberian tes

keterampilan berpikir kreatif (variabel terikat). Desain yang digunakan pada

penelitian ini posttest only non-equivalent control group design, ditunjukkan pada

Gambar 3.1. berikut.

Eksperimen X1 O1
Kontrol X2 O2
Gambar 3.1. Posttest only non-equivalent control group design

Keterangan:

O1, O2 : Observasi di akhir pembelajaran (tes akhir) yaitu pemberian tes


keterampilan berpikir kreatif setelah diberi perlakuan
X1 : Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran melalui
perangkat pembelajaran fisika SMA bermuatan karakter dengan setting
model pembelajaran STML
X2 : Kelompok kontrol diberi perlakuan berupa model pembelajaran
konvensional

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Denpasar, dengan populasi

penelitian sebagai subjek uji coba perangkat pembelajaran yaitu seluruh siswa
106

kelas X peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam (MIA) SMA Negeri 4

Denpasar semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 278 orang siswa,

Adapun komposisi anggota populasi masing-masing kelas dapat dilihat pada

Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Komposisi Anggota Populasi

No Kelas Populasi Jumlah Siswa


1. X MIA1 32
2. X MIA2 30
3. X MIA3 30
4. X MIA4 32
5. X MIA5 33
6. X MIA6 31
7. X MIA7 31
8. X MIA8 29
9. X MIA9 30
Total populasi 278
(Sumber: SMA Negeri 4 Denpasar, 2014)

Semua kelas dalam populasi tersebut terdistribusi di dalam kelas-kelas

homogen secara akademik. Hal ini berdasarkan keterangan yang diperoleh peneliti

dari Kepala Sekolah serta guru yang bersangkutan.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel diambil dengan cara teknik group random sampling. Teknik ini

digunakan karena anggota populasi relatif homogen. Teknik ini digunakan sebagai

teknik pengambilan sampel karena individu-individu pada populasi telah

terdistribusi ke dalam kelas-kelas, sehingga tidak memungkinkan untuk

melakukan pengacakan terhadap individu-individu dalam populasi. Kelas yang

ada diundi, kemudian kelas yang muncul dalam undian langsung dijadikan kelas

sampel (Sugiyono, 2011). Dari sembilan kelas yang menjadi populasi penelitian,

dipilih dua kelas secara random sebagai sampel uji coba lapangan terbatas. Kelas

yang terpilih inilah yang diberikan perlakuan (threatment) pemberian perangkat


107

pembelajaran fisika bermuatan karakter dengan setting model pembelajaran

STML. Kelas yang ada diundi, kemudian kelas yang muncul dalam undian

langsung dijadikan kelas sampel (Sugiyono, 2011). Setelah diundi, diperoleh dua

kelas sebagai sampel, yaitu X MIA2, dan X MIA3 . Setelah diambil dua kelas dari

jumlah kelas yang ada secara random sebagai sampel, selanjutnya dari dua kelas

yang terpilih akan dirandom lagi dengan pengundian kembali untuk menentukan

satu kelas yang mendapat perlakuan pemberian perangkat pembelajaran fisika

bermuatan karakter dengan setting model pembelajaran sains teknologi

masayarakat dan lingkungan (MPSTML) dan satu kelas lainnya mendapat

perlakuan model pembelajaran konvensional (MPK). Berdasarkan hasil

pengundian diperoleh sampel untuk masing-masing perlakuan seperti Tabel 3.2

Tabel 3.2 Sampel Penelitian pada Masing-masing Perlakuan

Jumlah
Model Pembelajaran Kelas
siswa
MPSTML X3 30
MPK X2 30
Total sampel 90

3.3 Variabel Penelitian/Prosedur Penelitian

3.3.1 Prosedur Penelitian

Menurut Trianto (2007), pelaksanaan penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu:

tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan

(develop) dan tahap penyebaran (disseminate). Prosedur pengembangan yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan langkah–langkah berdasarkan

model prosedural 4-D yang ditetapkan. Model pengembangan prosedural dipilih

karena peneliti tinggal mengikuti langkah-langkah yang terdapat dalam model

tersebut Berdasarkan model pengembangan sebagaimana dijelaskan diatas,


108

prosedur penelitian dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagaimana terdapat

pada Gambar 3.2. adalah sebagai berikut:

ANALISIS AWAL

PENDEFINISIAN
ANALISIS SISWA

ANALISIS TUGAS ANALISIS KONSEP

SPESIFIKASI TUJUAN PEMBELAJARAN

PERANCANGAN
PENYUSUNAN TES

PEMILIHAN MEDIA

PEMILIHAN FORMAT

PENGEMBANG
RANCANGAN AWAL

AN
VALIDASI AHLI

UJI PENGEMBANGAN

UJI VALIDASI
PENYEBARAN

PENGEMASAN

PENYEBARAN DAN PENGABDOSIAN

Gambar 3.2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D.


Diadaptasi dari (Thiagarajan,Semmel, dan Semmel,1974)
109

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat

pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat pembelajaran

diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan

perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu (a) analisis ujung depan;

(b) analisis siswa; (c) analisis tugas; (d) analisis konsep; dan (e) perumusan tujuan

pembelajaran.

a) Analisis Ujung Depan

Analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan

masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran fisika SMA sehingga

dibutuhkan pengembangan bahan pembelajaran. Berdasarkan masalah ini

disusunlah alternatif perangkat yang relevan. Dalam melakukan analisis ujung

depan perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai alternatif pengembangan

perangkat pembelajaran, teori belajar, tantangan, dan tuntutan masa depan.

Analisis ujung depan diawali dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap

awal yang telah dimiliki siswa untuk mencapai tujuan akhir yaitu tujuan yang

tercantum dalam kurikulum. Kesenjangan antara hal-hal yang sudah diketahui

siswa dengan apa yang seharusnya akan dicapai siswa memerlukan telaah

kebutuhan (needs) akan materi sebagai penutup kesenjangan tersebut.

b) Analisis Tugas

Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam

satuan pembelajaran. Analisis tugas dilakukan untuk merinci isi materi ajar dalam

bentuk garis besar. Analisis ini mencakup: (a) analisis struktur isi; (b) analisis
110

prosedural; (c) analisis proses informasi; (d) analisis konsep; (e) perumusan

tujuan.

Perumusan tujuan pembelajaran didasarkan atas analisis konsep dan

analisis tugas, sehingga dapat menjadi lebih operasional dan dinyatakan dengan

tingkah laku yang dapat diamati. Pada analisis tugas telah tercantum analisis

kurikulum diantaranya yang berisi kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagai

dasar penyusunan tujuan pembelajaran. Dengan menuliskan tujuan pembelajaran,

peneliti dapat mengetahui kajian apa saja yang akan ditampilkan dalam perangkat

pembelajaran, peneliti dapat menentukan kisi-kisi soal evaluasi, dan akhirnya

peneliti juga dapat menentukan seberapa besar tujuan pembelajaran yang tercapai.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototype perangkat

pembelajaran. Tahap ini terdiri dari 3 langkah, yaitu: (a) penyusunan tes acuan

patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan

tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran

khusus. Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah laku

pada diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar; (b) pemilihan media yang

sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran; (c) pemilihan format. Di

dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-

format perangkat yang sudah ada.

Adapun format yang akan digunakan dalam penelitian pengembangan

perangkat pembelajaran ini meliputi :

1) Silabus. Penyusunan silabus dilakukan dengan mengacu pada kurikulum 2013

untuk pembelajaran SMA Fisika.


111

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penyusunan RPP dilakukan

dengan mengacu pada kurikulum 2013. Langka-langkah kegiatan

pembelajarannya mengacu pada sintak model pembelajaran STML serta

disisipkan nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan.

3) Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS yang dikembangkan dalam penelitian ini

digunakan untuk mengaplikasikan model pembelajaran yang diterapkan. LKS

disusun sesuai dengan materi pokok yang mengacu kepada kurikulum 2013.

LKS digunakan untuk membantu siswa mengikuti pembelajaran agar siswa

lebih mudah memahami materi ajar serta mengembangkan keterampilan

berpikir kreatif dan menanamkan karakter yang positif, sehingga tujuan

pembelajaran yang dirancang didalam RPP dapat tercapai.

4) Buku Siswa. Buku siswa berisi konsep-konsep materi pembelajaran yang

sistematis, agar siswa mudah memahami materi yang akan dipelajarinya.

Disetiap awal materi diberikan pengenalan tokoh Fisika sehingga siswa dapat

mencotoh karakter yang postif yang dimiliki oleh tokoh fisika tersebut. Selain

itu materi yang disajikan serta evaluasi yang berada pada buku siswa diberikan

isu-isu lingkungan sesuai dengan model pembelajaran STML sehingga dapat

menumbuh keterampilan berpikir kreatif serta karakter yang positif.

5) Buku Pegangan Guru. Buku pegangan guru berisi materi yang sama dengan

buku pegangan siswa, tetapi kelebihan buku pegangan guru antara lain: berisi

langkah-langkah guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas, agar guru

lebih mudah untuk membimbing siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Buku pegangan guru juga dilengkapi dengan kunci jawaban untuk uji
112

kompetensi siswa serta rubrik penilaian keterampilan berpikir kreatif dan

penilaian karakter.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang

sudah direvisi berdasarkan masukan dari para ahli. Tahap ini meliputi: (a) validasi

perangkat oleh para ahli diikuti dengan revisi; Perangkat pembelajaran Fisika

yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, Buku Siswa dan Buku Pegangan Guru,

sebelum digunakan pada uji coba terbatas harus divalidasi terlebih dahulu

kelayakannya oleh ahli materi dan ahli media kemudian direvisi sesuai dengan

masukan yang diberikan oleh ahli. (b) simulasi, yaitu kegiatan

mengoperasionalkan rencana pelajaran; dan (c) uji coba terbatas dengan siswa

yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi.

Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut (lebih luas) dengan jumlah siswa

yang sesuai dengan kelas sesungguhnya baik di sekolah peneliti maupun di

sekolah lain.

4. Tahap Pendeseminasian (Desseminate)

Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah

dikembangkan pada skala yang lebih luas, misalnya dikelas lain atau di sekolah

lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas

penggunaan perangkat di dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal penelitian

ini kami tidak melakukan uji coba diperluas, karena keterbatasan waktu, biaya dan

sumber daya yang ada.

Dari uraian tentang ketiga model diatas pada dasarnya memiliki

persamaan, namun dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan


113

menurut 4-D yang diadaptasi dan disesuaikan dengan rancangan penelitian.

Karena setiap tahap lebih sistematis dan revisi dilakukan setiap saat. Kelas

treathment adalah kelas yang pembelajarannya langsung diberikan perlakuan

dengan menggunakan perangkat pembelajaran bermuatan karakter dengan setting

model pembelajaran STML dan kelas yang lainnya diberikan perlakuan dengan

MPK. Sehingga pada penelitian ini menggunakan desain penelitian posttest only

non-equivalent control group design. Setelah diberikan treathment dengan

menggunakan perangkat pembelajaran yang bermuatan karakter barulah diadakan

posttest dengan memberikan tes keterampilan berpikir kreatif.

3.3.2 Definisi Konseptual

a) Model pembelajaran STML adalah suatu pola pembelajaran yang meyangkut

pengalaman manusia, isu-isu sosial, teknologi dan masyarakat serta

dampaknya terhadap lingkungan, sehingga pembelajaran menjadi lebih nyata

(Utomo, 2008).

b) Pendidikan karakter hakikatnya merupakan pengintegrasian antara

kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Pendidikan karakter menurut

Lickona (1991) merupakan upaya membantu peserta didik untuk memahami,

peduli, dan berbuat atau bertindak beserta nilai-nilai dan etika. Pendidikan

karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, dengan melibatkan aspek

pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).

c) Berpikir kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran,

keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam berpikir, dan kemampuan untuk

mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan

(Munandar, 2004).
114

3.3.3 Definisi Operasional

a. Pendidikan Karakter yang akan ditanamkan atau dimuat dalam perangkat

pemebelajaran yang dikembangkan ini adalah; jujur, kreatif, kerja keras, rasa

ingin tahu, komunikatif, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Pendidikan

karakter yang dimaksud adalah pendidikan yang berfungsi mengembangkan

dan membentuk watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang

terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini

dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan

bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti

jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.

Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan

karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat

dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi,

karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka

pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam

lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya, pengembangan

budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses

pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya

masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah

Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan

nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa

adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui

pendidikan hati, otak, dan fisik. Penilaian karakter siswa berupa skor yang

dicapai siswa pada saat pembelajaran dimulai, saat mengikuti proses


115

pembelajaran berlangsung, dan pada saat pembelajaran berakhir. Dimana pada

saat penilaian berlangsung guru dapat dibantu oleh seorang observer dari guru

sejenis lain. Format penilaian karakter siswa dapat dilihat pada Lampiran 1.14.

b) Keterampilan berpikir kreatif awal siswa adalah skor yang diperoleh siswa

setelah menjawab tes keterampilan berpikir kreatif sebelum mendapat

perlakuan diberikan perangkat pembelajaran bermuatan karakter dengan

setting model pembelajaran STML. Aspek keterampilan berpikir kreatif yang

diukur merupakan kemampuan aspek kognitif siswa yang mencakup, yaitu:

(1) berpikir lancar, (2) berpikir luwes, (3) berpikir orisinil, dan (4) berpikir

elaboratif.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai

berikut.

1. Data dokumentasi

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data-

data tertulis daftar nama siswa, jumlah siswa, dan data lain pada siswa kelas X

SMA Negeri 4 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014.

2. Data hasil validasi ahli

Data validasi ahli diperoleh dalam penelitian ini dengan melakukan

penyebaran perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang telah

dirancang kepada para ahli (2 orang dosen dan 10 orang guru) untuk dinilai dan

diberi masukan berupa saran-saran dan kritikan. Penilaian dari validasi

menggunakan lembar validasi. Data hasil validasi yang dikumpulkan anatar lain:

1) validasi silabus, 2) validasi RPP, 3) validasi LKS, 4) validasi alat evaluasi, dan
116

5) validasi bahan ajar/buku,. Selain itu dilakukan uji kepraktisan perangkat

pembelajaran dengan menyebarkan 1) lembar kepraktisan perangkat

pembelajaran, 2) angket respon guru, dan 3 ) angket respon siswa. Validasi tes

keterampilan berpikir kreatif dilakukan dengan 1) validasi isi yang dijudgest oleh

2 orang dosen ahli, dan 2) uji coba tes yang dilakukan oleh siswa kelas XI MIA di

SMA N 4 Denpasar.

3. Data pengamatan (observasi)

Data observasi digunakan untuk memperoleh data tentang karakter siswa

selama proses pembelajaran berlangsung, serta kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh dua oarang pengamat dengan

menggunakan lembar observasi. Data yang digunakan dalam observasi adalah

data mengenai: 1) keterlaksanaan perangkat pembelajaran, dan 2) karakter siswa.

Lembar obesrvasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dapat dilihat pada

Lampiran 1.11. Format penilaian karakter siswa dapat dilihat pada Lampiran 1.14.

4. Data tes keterampilan berpikir kreatif

Tes kemampuan keterampilan berpikir kreatif fisika berbentuk essay dengan

menggunakan indikator keterampilan berpikir kreatif, yaitu: 1) berpikir lancar, 2)

berpikir luwes, 3) berpikir orisinal, dan 4) berpikir elaboratif (Suastra, 2006).

Kriteria penilaian keterampilan berpikir kreatif menggunakan rubrik asesmen tipe

essay, yang yang memiliki skala 0-4. Rubrik penilaian keterampilan berpikir

kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Rubrik Penilaian Keterampilan Berpikir Kreatif

Dimensi Soal Skor Karakteristik


Berpikir Menjawab lebih dari satu jawaban, lengkap disertai
lancar 4 argumentasi yang tepat dan lancar dalam mengungkapkan
(Fluency) jawaban.
117

Dimensi Soal Skor Karakteristik


Menjawab lebih dari satu jawaban, disertai argumentasi
3 yang tepat tetapi tidak lancar dalam mengungkapkan
jawaban.
Menjawab lebih dari satu jawaban, tidak disertai
2 argumentasi yang tepat dan tidak lancar dalam
mengungkapkan jawaban.
Menjawab tidak lebih dari satu jawaban, tidak disertai
1 argumentasi yang tepat dan tidak lancar dalam
mengungkapkan jawaban.
0 Tidak menjawab sama sekali.
Menggolongkan sesuatu menurut kategori yang berbeda-
beda untuk memecahkan permasalahan, memberikan
4 berbagai penafsiran terhadap suatu masalah, cerita, atau
gambar dan menerapkan suatu konsep atau asas dengan
cara yang berbeda-beda.
Menggolongkan sesuatu menurut kategori yang berbeda-
beda untuk memecahkan permasalahan, memberikan
3 berbagai penafsiran terhadap suatu masalah, cerita, atau
gambar dan menerapkan suatu konsep atau asas dengan
Berpikir cara yang monoton.
luwes Menggolongkan sesuatu menurut kategori yang berbeda-
(Flexibility) beda untuk memecahkan permasalahan, tidak memberikan
2 berbagai penafsiran terhadap suatu masalah, cerita, atau
gambar dan menerapkan suatu konsep atau asas dengan
cara yang monoton.
Menggolongkan sesuatu menurut kategori yang sama
untuk memecahkan permasalahan, tidak memberikan
1 berbagai penafsiran terhadap suatu masalah, cerita, atau
gambar dan menerapkan suatu konsep atau asas dengan
cara yang monoton.
0 Tidak menjawab sama sekali.
Mengungkapkan gagasan yang orisinil dalam
memecahkan masalah, mengungkapkan gagasan yang
4 unik dan berbeda dari biasanya, gagasan tersebut
mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari
hal-hal yang sudah ada.
Mengungkapkan gagasan yang orisinil dalam
Berpikir memecahkan masalah, tetapi bukan gagasan yang unik
orisinil 3 dan berbeda dari biasanya, gagasan tersebut
(Originality) mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari
hal-hal yang sudah ada.
Mengungkapkan gagasan yang orisinil dalam
memecahkan masalah, terapi bukan gagasan yang unik
2 dan berbeda dari biasanya dan tidak mencerminkan hasil
kombinasi baru atau reintegrasi dari hal-hal yang sudah
ada
118

Dimensi Soal Skor Karakteristik


Mengungkapkan gagasan yang tidak orisinil dalam
memecahkan masalah, bukan gagasan yang unik dan
1 berbeda dari biasanya dan tidak mencerminkan hasil
kombinasi baru atau reintegrasi dari hal-hal yang sudah
ada.
0 Tidak menjawab sama sekali.
Langkah-langkah pemecahan masalah ditulis secara
elaboratif, mencari arti yang lebih mendalam terhadap
4
pemecahan masalah, dan langkah-langkah pemecahan
Berpikir
masalah ditulis secara rinci.
elaboratif
Langkah-langkah pemecahan masalah ditulis secara
(Elaboration)
elaboratif, mencari arti yang lebih mendalam terhadap
3
pemecahan masalah, tetapi langkah-langkah pemecahan
masalah tidak ditulis secara rinci.
Langkah-langkah pemecahan masalah ditulis secara
elaboratif, tidak mencari arti yang lebih mendalam
2
terhadap pemecahan masalah, dan langkah-langkah
Berpikir pemecahan masalah tidak ditulis secara rinci.
elaboratif Langkah-langkah pemecahan masalah tidak ditulis secara
(Elaboration) elaboratif, tidak mencari arti yang lebih mendalam
1
terhadap pemecahan masalah, dan langkah-langkah
pemecahan masalah tidak ditulis secara rinci.
0 Tidak menjawab sama sekali.
Instrumen pada penelitian ini adalah tes keterampilan berpikir kreatif. Tes

keterampilan berpikir kreatif ini berfungsi mengukur kompetensi siswa yang

meliputi; berpikir lancar yang berarti (1) mencetuskan banyak gagasan, jawaban,

penyelesaian masalah atau pertanyaan, (2) memberikan banyak cara atau saran

untuk melakukan berbagai hal, dan (3) selalu memikirkan lebih dari satu jawaban;

berpikir luwes yang dapat berarti (1) menghasilkan gagasan, jawaban, atau

pertanyaan yang bervariasi, (2) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang

yang berbeda-beda, (3) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda,

dan (4) mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran; berpikir orisinal

meliputi (1) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, (2) memikirkan

cara-cara yang baru, dan (3) lebih senang mensintesa daripada menganalisis;

berpikir orisinal yang meliputi (1) mampu memperkaya dan mengembangkan


119

suatu gagasan atau produk dan (2) manambah dan merinci detail-detail dari suatu

objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik (Suastra, 2006). Tes

kemampuan berpikir kretaif fisika berupa tes essay yang diberikan dua kali yaitu

pada saat pretest dan posttest. Tes keterampilan berpikir kreatif fisika yang

digunakan pada saat pretest dan posttest adalah sama. Skor minimal dari masing-

masing butir tes kemampuan berpikir kretaif fisika adalah 0 (nol) dan skor

maksimalnya adalah 4.

5. Data respon siswa dan guru terhadap proses pembelajaran

Data respon siswa dan guru terhadap proses pembelajaran berlangsung

dilakukan dengan menyebarkan angket kepada siswa dan guru untuk mengetahui

kepraktisan perangkat pembelajaran. Angket respon siswa terhadap bahan

ajar/buku siswa dapat dilihat pada Lampiran 1.12. Angket respon guru terhadap

keterlaksanaan pembelajaran (buku siswa dan buku pegangan guru) dapat dilihat

pada Lampiran 1.13.

3.5 Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah secara deskriptif. Produk perangkat

pembelajaran yang dihasilkan dikatakan memiliki kualitas baik jika memenuhi

tiga aspek, yaitu validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Oleh karena itu untuk

menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan diperlukan tiga

macam data yaitu validitas, kepraktisan, dan efektivitas. Ketiga hal tersebut

dijelaskan sebagai berikut:

3.5.1 Validitas Perangkat Pembelajaran

Sebelum intrumen penelitian digunkan untuk mengumpulkan data,

instrumen terlebih dahulu didiskusikan dengan ahli untuk memperoleh masukan


120

apakah instrumen yang telah disusun telah mencerminkan aspek yang diukur.

Penilaian instrumen dimintakan kepada dua pakar untuk mengetahui kelayakan

atau tidaknya instrumen digunakan untuk mendapatkan data, dengan mengunakan

rumus Gregory (2000) dengan kedua pakar/ahli melakukan penilaian terhadap

setiap butir instrumen dengan mengelompokkan relevan dan tidak relevan.

Instrumen validasi perangkat pembelajaran dianalisis dengan tabel Gregory untuk

dinilai kelayakannya, adapun matrik tabulasi Gregory untuk validasi instrumen

adalah disajikan pada Tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4 Matrik tabulasi Gregory Validasi Instrumen.

Pakar I
Validator
TL L
TL A B
Pakar II
L C D

Keterangan:
TL = Tidak layak
L = Layak
D
Koefisien Validasi Gregory =
A BC
Keterangan :
KVG = Koefisien Validasi Gregory
A = sel yang menunjukkan ketidak setujuan antara dua pakar
B dan C = sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara dua pakar.
D = sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara dua pakar
Kategori Koefisien validasi menurut Gregory (2000) adalah:
0,81-1,00 = sangat baik
0,61-0,80 = baik
0,31-0,60 = sedang/cukup
0,21-0,30 = kurang baik
0,00-0,20 = tidak baik (tidak dapat digunakan)
121

Validitas perangkat pembelajaran diukur dari validitas isi dan validitas

konstruk. Validitas isi dapat dilihat dari kesesuaian perangkat pembelajaran yang

dikembangkan dengan tuntutan kurikulum 2013 yang diterapkan di SMA kelas X

MIA dan sesuai dengan tahapan pengembangan menurut Thiagarajan dan

Semmel. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan merepresentasikan seluruh

karateristik model pembelajaran dengan menggunakan sintaks STML khusunya

dari segi materi, aktivitas pembelajaran dan penilaian. Validitas konstruk dapat

dilihat dari keterkaitan yang konsisten dari setiap komponen perangkat

pembelajaran yang dikembangkan dengan karakteristik model pembelajaran yang

diterapkan. Untuk melihat validitas konstruk digunakan lembar validasi. Lembar

validasi perangkat pembelajaran ini digunakan untuk memperoleh data tentang

penilaian dari para ahli terhadap perangkat pembelajaran. Hasil penilaian ini

dijadikan dasar untuk perbaikan masing-masing perangkat pembelajaran sebelum

diuji cobakan. Validitas perangkat pembelajaran menyangkut validitas isi dan

validitas konstruk. Lembar validasi dan rubrik penilaian silabus, RPP, LKS, buku

siswa, buku pegangan guru, serta evaluasi dapat dilihat pada Lampran 1.1 sampai

Lampiran 1.10. Aspek-aspek validitas isi perangkat pembelajaran yang

dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Silabus

a. Isi Yang disajikan:

1) Mengkaji keterkaitan antar Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi

Dasar (KD) dalam mata pelajaran.

2) Mengidentifikasi materi yang menunjang pencapaian KD

3) Aktifitas kedalaman dan keluasan materi


122

4) Pemilihan materi ajar

5) Kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangkan berdasarkan KI,

KD, potensi siswa.

6) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi

7) Menentukan sumber belajar yang disesuaikan dengan SI, KD, serta

materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian

kompetensi

8) Penentuan jenis penilaian

b. Bahasa

1) Penggunaan bahasa sesuai dengan ejaan yang disempurnakan

2) Kesederhanaan struktur kalimat

c. Waktu
1) Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan
2) Pemilihan alokasi waktu didasarkan pada tuntutan kompetensi dasar

3) Pemilihan alokasi waktu didasarkan pada ketersediaan alokasi waktu

persemester.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

a. Perumusan Tujuan Pembelajaran

1) Kejelasan Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar

2) Kesesuaian Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar dengan tujuan

pembelajaran

3) Ketepatan penjabaran Kompetensi Dasar kedalam indikator

4) Kesesuaian indikator dengan tujuan pembelajaran

5) Kesesuaian indikator dengan tingkat perkembangan siswa


123

b. Isi Yang disajikan

1) Sistematika Penyusunan RPP

2) Kesesuaian urutan kegiatan pembelajaran Fisika bermuatan karakter

yang implementasinya menggunakan model STML.

3) Kesesuaian uraian kegiatan siswa dan guru untuk setiap tahap

pembelajaran dengan aktivitas pembelajaran Fisika bermuatan

karakter yang implementasinya menggunakan STML

4) Kejelasan skenario pembelajaran (tahap-tahap kegiatan pembelajaran;

awal, inti dan penutup)

5) Kelengkapan instrument evaluasi (soal, kunci, pedoman pensekoran)

c. Bahasa

1) Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD

2) Bahasa yang digunakan komunikatif

3) Kesederhanaan struktur kalimat

d. Waktu

1) Kesesuaian alokasi yang digunakan

2) Rincian waktu untuk setiap tahap pembelajaran

3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

a. Isi Yang disajikan

1) LKS disajikan secara sistematis

2) Merupakan materi/ tugas yang esensial

3) Masalah yang diangkat sesuai dengan tingkat kognisi siswa

4) Setiap kegiatan yang disajikan mempunyai tujuan yang jelas

5) Kegiatan yang disajikan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa


124

6) Penyajian LKS dilengkapi dengan gambar dan ilustrasi

b. Bahasa

1) Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD

2) Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi

siswa

3) Bahasa yang digunakan komunikatif

4) Kalimat yang digunakan jelas,dan mudah dimengerti

5) Kejelasan petunjuk atau arahan.

4. Buku Siswa

a. Struktur Buku

1) Organisasi penyajian secara umum

2) Tampilan umum menarik

3) Keterkaitan yang konsisten antara materi Bahasa.

b. Organisasi Penulisan Materi

1) Cakupan materi

2) Kejelasan dan urutan materi

3) Ketepatan materi dengan SK

4) Keterkaitan antara masalah dengan konteks kehidupan/ kognisi siswa

yang termuat dalam buku siswa/ modul.

c. Bahasa

1) Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD

2) Bahasa yang digunakan komunikatif

3) Kesederhanaan struktur kalimat


125

5. Buku Pegangan Guru

a. Struktur Buku

1) Organisasi penyajian secara umum

2) Tampilan umum menarik

3) Keterkaitan yang konsisten antara materi bahasa.

b. Organisasi Penulisan Materi

1) Cakupan materi

2) Kejelasan dan urutan materi

3) Ketepatan materi dengan SK

4) Keterkaitan antara masalah dengan konteks kehidupan/ kognisi siswa

yang termuat dalam buku guru/ modul

c. Bahasa

1) Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD

2) Bahasa yang digunakan komunikatif

3) Kesederhanaan struktur kalimat

Untuk melihat validitas isi digunakan lembar validasi seperti yang disajikan

diatas, dalam lembar validasi pendapat validator kemudian dikategorikan menjadi

empat yaitu: sangat tidak valid (skor 1), tidak valid (skor 2), valid (skor 3), dan

sangat valid (skor 4). Untuk melihat validitas perangkat dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Terlebih dahulu ditentukan rata-rata skor yang diperoleh dari pendapat

masing-masing validator.

b. Rata-rata skor yang diperoleh dari masing-masing validator dijumlahkan, dan

kemudian dirata-ratakan kembali sampai diperoleh skor total.


126

c. Validitas perangkat pembelajaran ditentukan dengan mengkonversikan rata-

rata skor total menjadi nilai kualitatif dengan menggunakan kriteria berikut.

Tabel 3.5 Kriteria Validitas Perangkat Pembelajaran


Interval skor Kategori
3,5 ≤ Rvi < 4,0 Sangat valid (sangat layak)
2,5 ≤ Rvi < 3,5 Valid (layak)
1,5 ≤ Rvi < 2,5 Tidak valid (tidak layak)
1,0 ≤ Rvi < 1,5 Sangat tidak valid (sangat tidak layak)
(diadaptasi dari Sadra, 2007)

Keterangan: Rvi = rata-rata skor validasi instrumen

Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini minimal harus mencapai kategori

valid (layak), untuk bisa digunakan dalam pembelajaran di kelas.

3.5.2 Kepraktisan Perangkat Pembelajaran

Kepraktisan perangkat diukur berdasarkan keterlaksanaan perangkat

pembelajaran di kelas. Data mengenai kepraktisan perangkat pembelajaran

diperoleh dari keterlaksanaan perangkat pembelajaran di kelas dan angket respon

siswa terhadap perangkat pembelajaran. Instrumen yang digunakan adalah lembar

observasi pengelolaan pembelajaran. Instrumen ini digunakan untuk mengamati

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran fisika dengan menggunakan

perangkat pembelajaran bermuatan karakter. Skor yang diperoleh guru dalam

melaksanakan proses belajar mengajar meliputi persiapan, pendahuluan, kegiatan

inti, penutup, dan pengelolaan waktu. Kepraktisan perangkat diukur berdasarkan

keterlaksanaan perangkat pembelajaran di kelas. Kepraktisan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan diukur dari keterlaksanaan perangkat

pembelajaran dalam pembelajaran Fisika dengan setting STML di kelas. Data

mengenai kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, diperoleh dari


127

hasil pengamatan, keterlaksanaan perangkat pembelajaran, dan angket respon

siswa terhadap perangkat pembelajaran.

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk melihat nilai

kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Rata-rata skor yang

diperoleh dikonversi berdasarkan kriteria Tabel 3.6 sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Kepraktisan Perangkat Pembelajaran


Interval skor Kategori
3,5 ≤ Sr < 4,0 Sangat praktis
2,5 ≤ Sr < 3,5 Praktis
1,5 ≤ Sr < 2,5 Tidak praktis
1,0 ≤ Sr < 1,5 Sangat tidak praktis
(diadaptasi dari Sadra, 2007)
Keterangan: Sr = Skor rata-rata
Dalam peneltiana ini perangkat yang dikembangakan dapat dikatakan telah

memiliki nilai kepraktisan apabila rata-rata skor minimal mencapai kategori

praktis atau minimal rata-rata skornya termasuk interval 2,5 ≤ Sr < 3,5.

3.5.3 Efektivitas Perangkat Pembelajaran

Efektivitas perangkat pembelajaran diukur berdasarkan ketercapaian

tujuan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan. Untuk melihat efektivitas perangkat pembelajaran dilakukan

dengan mengumpulkan data skor hasil observasi karakter sswa dan hasil tes

keterampilan berpikir kreatif. Pengumpulan data skor tes keterampilan berpikir

kreatif ini dilakukan dengan penelitian eksperimen. Efektivitas perangkat

pembelajaran diukur berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran menggunakan

perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Efektivitas perangkat

pembelajaran dapat dilihat dari hasil observasi karakter siswa dan skor tes

keterampilan berpikir kreatif siswa.


128

1. Hasil observasi karakter siswa

Data yang diperoleh hasil observasi karakter siswa selama proses

pembelajaran dianalisi untuk menilai efekttivitas perangkat pembelajaran

dalam meningkatkan karakter positif siswa. Rubrik penilaian karakter dapat

dilihat pada Tabel 3.7. Rata-rata skor diperoleh dikonversikan berdasarkan

kriteria Tabel 3.8.

Tabel 3.7 Rubrik Penilaian Karakter

Skor
No Karakter Indikator Penilaian
1 2 3 4
1 Disiplin/discip 1. Tepat waktu mengumpulkan tugas
line 2. Melakukan kegiatan sesuai dengan
petunjuk
2 Jujur/fairness/ 3. Menyampaikan pesan apa adanya
Honesty 4. Tidak malu bertanya apabila belum
mengerti
5. Tidak menyontek atau memberi
contekan/tidak berlaku kurang
3 Kreatif/creativ 6. Menciptakan ide-ide baru di
e sekolah
7. Menghargai setiap karya yang unik
dan berbeda
4 Kerja Keras/ 8. Dapat bekerja dengan giat dalam
Diligence setiap kelompok kerja
9. Berkompetensi secara fair
5 Rasa Ingin 10. Suka bertanya secara mendalam dan
Tahu/Curiosity meluas
11. Suka belajar dari berbagai sumber
6 Komunikatif/c 12. Saling menghargai dan
ommunicatif menghormati
13. Toleran dalam bermusyawarah dan
berdiskusi
14. Tidak membedakan dalam
berkomunikasi
7 Peduli 15. Menjaga lingkungan kelas dan
lingkungan/ sekolah
care for the 16. Memelihara lingkungan dengan
environment baik tanpa menginjak atau merusak
8 Tanggung 17. Bertanggung jawab terhadap setiap
Jawab/respons perbuatan baik dalam mengerjakan
ibility tugas maupun PR
129

Skor
No Karakter Indikator Penilaian
1 2 3 4
18. Mengerjakan tugas kelompok
secara bersama-sama
19. Sikap dan perilaku yang tidak
mudah tergantung pada orang lain
(diadaptasi dari Kemendiknas, 2010)
Keterangan:
Skor 1 = BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan
tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator)
Skor 2 = MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai
memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan
dalam indikator tetapi belum konsisten)
Skor 3 = MB: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam
indikator dan mulai konsisten)
Skor 4 = MK: Menjadi Kebiasaan/Membudaya (apabila peserta didik terus
menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator
secara konsisten)
Dimana
Jumlah Skor Perolehan
Sr 
Banyak Indikator
Tabel 3.8 Kriteria Nilai Krakter Siswa
Skor Kategori
3,5 ≤ Sr < 4,0 Membudaya
2,5 ≤ Sr < 3,5 Mulai berkembang
1,5 ≤ Sr < 2,5 Mulai terlihat
1,0 ≤ Sr < 1,5 Belum terlihat
(diadaptasi dari Sadra, 2007)
Dalam penilaian ini perangkat yang dikembangkan dikatakan telah memiliki

keefektifan meningkatkan karakter positif siswa bila minimal rata-rata skornya 2,5

dengan katagori mulai berkembang.


130

2. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif


a. Tes untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif
Tes yang dikembangkan dalam penelitian ini berbentuk tes essay. Langkah-

langkah untuk menyusun instrumen tes keterampilan berpikir kreatif siswa

terhadap penguasaan pengetahuan fisika meliputi:

a) Mengidentifikasi kompetensi inti dan kompetensi dasar

b) Mengidentifikasi indikator pencapaian siswa

c) Menyusun kisi-kisi tes keterampilan berpikir kreatif

d) Menentukan kriteria penilaian

e) Menyusun butir-butir tes keterampilan berpikir kreatif sesuai materi

f) Uji validitas isi (uji ahli)

g) Revisi butir soal

h) Finalisasi instrumen.

b. Validasi Isi Tes Keterampilan berpikir kreatif Fisika

Sudijono (2011) mengungkapkan bahwa validitas isi adalah validitas yang

ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur keterampilan berpikir

kreatif peserta didik, di mana isinya telah dapat mewakili representatif terhadap

keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan).

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi, apabila mengukur tujuan khusus

tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi

ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Pertimbangan para ahli tersebut

dilakukan dengan cara sebagai berikut. Pertama-tama, para ahli mengamati secara

cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian, mengoreksi

item-item yang telah dibuat. Akhir perbaikan, para ahli juga memberikan
131

pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang

hendak diukur.

c. Validitas Butir Tes

Validitas butir tes adalah tingkatan konsistensi butir dalam pengukuran

apa yang seharusnya diukur. Validitas butir berkenaan dengan tingkatan atau

derajat yang menunjukkan seberapa jauh butir tes dapat mengukur secara

konsisten apa yang seharusnya diukur. Suatu item tes dikatakan memiliki validitas

tinggi apabila mempunyai dukungan besar terhadap skor total. Konsistensi

internal butir dihitung dengan korelasi product moment dengan menggunakan

persamaan Mehrens dan Lehmann (dalam Santyasa, 2005) sebagai berikut.

N  XY   X  Y
rxy 
N  X 2

  X  N  Y 2   Y 
2 2

Keterangan:

rxy = indeks korelasi butir-total,


N = jumlah responden,
X = skor butir,
Y = skor total
Soal dikatakan memiliki konsistensi internal butir yang baik bila indeks

korelasi butir total di atas 0,30 (Santyasa, 2005; Long et al, 1985).

d. Uji Daya Pembeda Tes Keterampilan Berpikir Kreatif

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang

pandai atau berkemampuan rendah (Arikunto, 202). Indeks daya beda butir

diperlukan untuk mengetahui apakah tes yang dipergunakan mampu membedakan

siswa yang memang bisa menjawab soal dengan baik dengan yang tidak bisa
132

menjawab. Untuk menghitung indeks daya beda butir persamaan Mehrens dan

Lehmann (dalam Santyasa, 2005) yang dipakai adalah sebagai berikut.

IDB = H  L
N ( Scoremx  Scoremin )
Keterangan:

H = jumlah skor kelompok atas,

L = jumlah skor kelompok bawah,

N = jumlah responden kelompok atas atau kelompok bawah,


Scoremx = skor tertinggi butir, dan
Scoremin = skor terendah butir
Kriteria IDB dapat diacu, dengan rentangan berikut.

IDB = 0,00-0,20 adalah sangat rendah


IDB = 0,20-0,40 adalah rendah
IDB = 0,40-0,60 adalah sedang
IDB = 0,60-0,80 adalah tinggi
IDB = 0,80-1,00 adalah sangat tinggi
Untuk tes standar dianjurkan menggunakan tes yang memiliki IDB > 0,20

(Arikunto, 2009).

e. Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Berpikir Kreatif

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

sukar (Arikunto, 2006). Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai

tingkat kesukaran item dikenal dengan istilah difficulty index (angka indeks

kesukaran item). Indeks kesukaran suatu tes adalah bertujuan untuk menentukan

apakah suatu instrumen terlalu sukar atau terlalu mudah bagi siswa, sehingga tes

benar-benar dapat menggambarkan kemampuan yang dimiliki siswa yang akan

diukur kemampuannya. Tingkat kesulitan item tes dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.


133

IKB =
 H   L  (2 N  Score min )
2 N ( Scoremax  Scoremin )

Keterangan:

H = jumlah skor Kelompok Atas (KA),

L = jumlah skor Kelompok Bawah (KB),

N = jumlah responden pada KA atau KB,


Scoremax = skor tertinggi butir, dan
Scoremin = skor terendah butir
Klasifikasi kualifikasi IKB yang umum dipakai adalah 0,00-0,30 adalah sukar,

0,30-0,70 adalah sedang, dan 0,70-1,00 adalah mudah (Daryanto, 2005).

f. Reliabilitas Tes Keterampilan Berpikir Kreatif

Wiersma (dalam Santyasa, 2005) menyatakan konsistensi internal tes

(reliabilitas tes) berarti “konsistensi dari tes dalam mengukur apa yang seharusnya

diukur”. Pengukuran konsisten berarti akan memberikan hasil yang sama untuk

subjek yang sama pada waktu yang berbeda. Nazir (2003) menegaskan bahwa

suatu instrumen dikatakan memiliki reliabelitas yang tinggi jika instrumen

tersebut mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat

diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability). Suatu instrumen

yang mantap tidak berubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena

penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa.

Menururt Arikunto (2009) pengujian reabilitas instrumen dapat dilakukan

dengan rumus Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach digunakan karena bentuk

instrumen dalam penelitian ini adalah tes essay dengan rentangan skor 0-4

(Sukardi, 2004). Rumus Alpha Cronbach yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2009).
134

 k   σ b 
2

r11    1 2 
 k  1  σt 

 2 X 2   2 Y 2 
 ΣX    ΣY  
σ 2
  n  σ 2
  n 
dimana : b , dan t
 n   n 
   

dengan:

r11 = reliabilitas instrument


k = banyak butir soal
Σσ 2b = jumlah varians butir

σ 2t = varian total

X = skor butir
Y = skor total
n = jumlah responden
Dengan taraf signifikansi sebesar 5%, maka dapat diputuskan reliabel atau

tidaknya suatu instrumen dengan membandingkan nilai r11 dengan rtabel . Jika nilai

r11 > rtabel berarti reliabel dan jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel.

Menurut Long et al. (dalam Santyasa, 2005), kriteria yang dapat diacu

adalah koefesien reliabilitas 0,80 yang menyatakan tes tersebut acceptable. Oleh

karena koefesien reliabilitas secara wajar bergerak pada interval 0,00-1,00, maka

kriteria-kriterianya adalah:

0,00-0,19 adalah sangat rendah,


0,20-0,39 rendah,
0,40-0,59 sedang
0,60-0,79 tinggi,
0,80-1,00 sangat tinggi.
135

g. Hasil Uji Coba Intrumen Penelitian Tes Keterampilan Berpikir Kreatif

Validasi tes keterampilan berpikir kreatif siswa, divalidasi oleh 2 dosen

(judgest) yaitu Prof. Dr. I Ketut Suma, M.S dan Dr. Ni Made Pujani, M.Si.

Setelah dinyatakan layak pakai oleh kedua validator, dilanjutkan dengan uji coba

instrumen tes keterampilan berpikir kreatif untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas butir soal. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan instrumen

yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Dengan

menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka

diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.

Uji coba tes keterampilan berpikir kreatif diberikan kepada kelas yang sudah

pernah mendapatkan materi gerak lurus dan gerak melingkar yaitu siswa kelas XI

di SMA. Pada penelitian ini, uji coba tes dilaksanakan di SMA Negeri 4 Denpasar

dengan jumlah siswa sebanyak 106 orang yang diambil dari kelas XI MIA1-XI

MIA3. Siswa yang menjadi responden dalam uji coba instrumen telah memiliki

kemampuan yang setara dengan siswa yang akan diberikan tes keterampilan

berpikir kreatif fisika. Instrumen untuk kisi-kisi tes uji coba dapat dilihat pada

Lampiran 1.16, dan tes uji coba pada Lampiran 1.17. Analisis konsisitensi internal

butir dan konsistensi internal tes dilakukan dengan bantuan program komputer

SPSS 20.0 for Windows, sedangkan analisis indeks daya beda (IDB) dan indeks

kesukaran butir (IKB) dilakukan dengan bantuan program komputer Microsoft

office Excel 2007 for Windows. Ringkasan hasil analisis validitas butir tes,

reabilitas tes, daya beda, dan tingkat kesukaran tes disajikan pada Lampiran 2.5.
136

Berdasarkan hasil uji coba, maka soal yang dipakai adalah sejumlah 15

soal, Hal ini karena mempertimbangkan validitas isi, cakupan materi, serta alokasi

waktu yang tersedia di sekolah yaitu 2 jam pelajaran (2 × 45 menit). Koefisien

reliabilitas 15 butir tes keterampilan berpikir kreatif fisika adalah 0,850 dengan

kualifikasi tinggi. Tes keterampilan berpikir kreatif fisika disajikan pada

Lampiran 1.17. Hasil uji coba instrumen keterampilan berpikir kreatif disajikan

pada Lampiran 4.1. Analisis IDB dan IKB instrumen keterampilan berpikir kreatif

disajikan pada Lampiran 4.2. Analisis indeks konsistensi internal butir

keterampilan berpikir kreatif disajikan pada Lampiran 4.3. Reliabilitas instrumen

keterampilan berpikir kreatif disajikan pada Lampiran 4.4. Rekapitulasi hasil uji

coba instrumen penelitian disajikan pada Tabel 3.9

Tabel 3.9. Hasil Uji Coba Instrumen

Indeks Indeks Kesukaran


Validitas
No. Dayabeda Butir Butir
Ket.
Butir Nilai
Ket. IDB Ket. IKB Ket.
Korelasi
Sangat
1 0,669 Konsisten 0,21 Rendah 0,90 Diterima
mudah
Sangat
2 0,438 Konsisten 0,21 Rendah 0,85 Diterima
mudah
Sangat
3 0,444 Konsisten 0,18 0,54 Sedang Diterima
rendah
Sangat
4 0,494 Konsisten 0,14 0,56 Sedang Diterima
rendah
5 0,586 Konsisten 0,26 Rendah 0,59 Sedang Diterima
6 0,496 Konsisten 0,23 Rendah 0,61 Mudah Diterima
7 0,691 Konsisten 0,32 Rendah 0,46 Sedang Diterima
8 0,557 Konsisten 0,21 Rendah 0,45 Sedang Diterima
9 0,722 Konsisten 0,29 Rendah 0,44 Sedang Diterima
10 0,593 Konsisten 0,41 Sedang 0,54 Sedang Diterima
11 0,417 Konsisten 0,17 Rendah 0,56 Sedang Diterima
12 0,482 Konsisten 0,21 Rendah 0,49 Sedang Diterima
13 0,737 Konsisten 0,38 Rendah 0,49 Sedang Diterima
14 0,649 Konsisten 0,38 Rendah 0,47 Sedang Diterima
15 0,535 Konsisten 0,25 Rendah 0,40 Sukar Diterima
137

Hasil validitas dan reliabilitas tes keterampilan berpikir kreatif yang

digunakan dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil analisis validitas tes

keterampilan berpikir kreatif dengan menggunakan rumus teknik korelasi point-

biserial dan reliabiltas tes keterampilan berpikir kreatif dengan menggunakan

rumus/formula Alpha cronbach, diperoleh instrumen yang riil dipakai pada

kegiatan uji coba yaitu tes keterampilan berpikir kreatif dinyatakan valid karena

rhitung > r tabel dan reliabilitas sebesar 0,850 dengan kategori reliabilitas tinggi.

3.5.4Analisis Pengujian Statistik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran data digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini perhitungan uji normalitas

dilakukan dengan menggunakan statistik uji Kolmogorof Smirnov dengan bantuan

komputer program SPSS 20.0 for Windows. Data dikatakan berdistribusi normal

pada taraf signifikansi 5% apabila harga probabilitas perhitungan lebih besar

daripada 0,05.

2) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang

diambil secara acak berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji yang

digunakan adalah uji homogenitas varians. Sampel penelitian dapat dikatakan

berasal dari populasi yang homogen pada taraf signifikansi 5% apabila harga

probabilitas perhitungan lebih besar daripada 0,05. Dalam penelitian ini

perhitungan uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan statistik uji

homogenitas varians dengan bantuan program SPSS 20.0 for Windows. Apabila
138

data yang akan dianalisis berasal dari sampel yang homogen dan berdistribusi

normal, maka digunakan teknik analisis anava satu jalur.

3) Pengujian Hipotesis

Apabila data yang akan dianalisis berasal dari sampel yang homogen dan

berdistribusi normal, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

H0 : μ1Y  μ 2Y : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara

siswa yang belajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran bermuatan

karakter dengan setting model pembelajaran STML dan model pembelajaran

konvensional di kelas X Peminatan Matemamatika dan Ilmu-ilmu Alam

SMA Negeri 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015.

H1 : μ1Y  μ 2Y: Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa

yang belajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran bermuatan

karakter dengan setting model pembelajaran STML dan model pembelajaran

konvensional di kelas X Peminatan Matemamatika dan Ilmu-ilmu Alam

SMA Negeri 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015.

Keterangan :

μ1Y : skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif fisika siswa yang belajar dengan

menggunakan perangkat pembelajaran bermuatan karakter dengan setting

model pembelajaran STML .

μ 2 Y : skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif fisika siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional (MPK.

Uji hipotesis dilakukan dengan mengunakan uji F melalui análisis varian

satu jalur. Uji kovariat dilakukan terhadap angka signifikansi statistik F varian
139

(Candiasa, 2010). Kovariat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir

kreatif siswa yang dicerminkan oleh tes kemampuan berpikir kreatif fisika.

Kriteria pengujiannya adalah nilai signifikansi yang diperoleh dari perhitungan

lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan (α = 0,05), maka nilai F hitung

yang diperoleh signifikan, yang berarti H1 diterima dan H0 ditolak. Hal tersebut

mengisyaratkan terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang

belajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran bermuatan karakter dengan

setting model pembelajaran STML dan model pembelajaran konvensional.

Nazir (2003) menyatakan bahwa uji F dalam analisis varian hanya

memberikan indikasi tentang ada tidaknya beda antara means populasi. Uji F tidak

memberikan berapa besar derajat beda antara satu mean dengan satu mean yang

lain jika terdapat beda yang signifikan. Tindak lanjut análisis varian dalam

penelitian ini dilakukan uji signifikansi perbedaan skor rata-rata kemampuan

berpikir kreatif antar kelompok melalui test tukey. (Montgomery, 2001).

Kelompok tersebut meliputi kelompok menggunakan perangkat pembelajaran

bermuatan karakter dengan setting model pembelajaran STML, dan model

pembelajaran konvensional. Jumlah pengamatan masing-masing kelompok adalah

sama, maka digunakan formula Montgomery (2001) sebagai berikut.

Y A  YB Y A  YB
Qh  
RJK D  s2
n n
  Y A 2  Y  
 Y 
2
2

 Y   n  
B

Y 
2
2 i
T

JK D  nB
T
ni  
 RJK D  
A
s 2
 
dk D  nT  k  b nT  k  b
140

Keterangan:
YA = rerata skor kelompok eksperimen

YB = rerata skor kelompok kontrol

s2 = varians gabungan (kelompok eksperimen + kontrol)


n = banyaknya sampel dalam satu kelompok (eksperimen atau kontrol)
n = nA = n B
nT = banyaknya sampel total (keseluruhan)
nT = nA + nB
k = banyaknya kolom =2
b =banyaknya baris =1

Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji ini sebesar 0,05. Uji ini

memanfaatkan bantuan SPSS 20.0 for Windows.

Anda mungkin juga menyukai