Abtrack Abstrak
This paper describes the the Nyepi Tulisan ini hendak melihat kembali
ceremony Kendari ,. The ceremony is pelaksanan upacara Nyepi bagi masyarakat
not exactly have the same detail as the Hindu yang notabene hidup di Kota
implementation of Nyepi in Bali, India, Kendari, sebuah kota yang bukan Bali,
and Nepal. The packaging of ceremonies, bukan India dan bukan pula Nepal, dua
ordinances, and places of worship are negara dan satu propinsi ini merupakan
different, but they worshiped the same God. basis pemeluk agama Hindu. Artinya tentu
This research focuses on Nyepi activities at banyak hal yang secara rinci tidak sama
Pura Penataran Agung Jagadhita Kendari, persis dengan pelaksanaan nyepi di Bali,
in addition to being the single largest Pura India, dan Nepal. Desain atau kemasan
in Southeast Sulawesi, also located in the upacara, tata cara, dan tempat ibadahnya
middle of Kendari city. The day of Nyepi is berbeda, namun Tuhan yang dipuja adalah
to fast from 06.00 to 06.00 on the following sama. Penelitian ini fokus pada kegiatan
day, of four things: observe geni, observe Nyepi di Pura Penataran Agung Jagadhita
the work, observe the siege, and observe Kendari, selain sebagai satu satunya Pura
the auction. terbesar di Sulawesi Tenggara, juga terletak
di tengah-tengah kota Kendari. Pelaksanaan
Keywords: Ceremony, Pura, Hari Raya hari raya Nyepi adalah sebuah lelakon bagi
Nyepi, Diversity. umat Hindu (Hinduisme) dengan bentuk
melakukan puasa dari jam 06.00 sampai
jam 06.00 hari berikutnya dengan tetap
mengindahkan hal-hal yang tidak boleh
dikerjakan atau puasa pada 4 (empat) hal:
amati geni, amati karya, amati lelungan,
dan amati lelanguan.
Kata Kunci: Upacara, Pura, Hari Raya
Nyepi,Keberagaman.
(c) keragaman etnik atau asal daerah; Bale Kulkul, Bale Pedawasara, Wantilan,
(d) keragaman dalam hal kecerdasan; (e) dan Pengaspalan Kanista Mandala.
keragaman dalam hal anak berhadapan Pada Tahun 2016 telah digunakan untuk
dengan hukum (Suhadi, dkk, 2016: v). beberapa kali penataan, selain juga masih
ada perbaikan-perbaikan atau perehaban
dari bangunan Pura dan bangunan
METODE
pendukung lainnya, sehingga tampak
Penelitian ini dilakukan di asri. Pada tahun 2008, setelah dilakukan
Pura Penataran Agung Jagadhita rehab juga telah dilakukan upacara
Kendari Sulawesi TenggaraData Upacara pamelaspasan, mapedagingan,
diperoleh pada saat upacara Nyepi ngenteg linggih, malabuh gentuh dan
maupun saat melakukan kunjungan mapekelem ring segara, yaitu sebuah
praktik kuliah lapangan bersama upacara untuk penyelesaian bangunan
mahasiswa yang mengambil mata pura, sekaligus penyucian sehingga
kuliah multikulturalisme. Penelitian Pura telah dapat dimanfaatkan sebagai
ini menggunakan metode etnografi, tempat suci. Pelaksaan kegiatan tersebut
melakukan observasi dan interview bersamaan dengan agenda Nasional
langsung pada informan. Lebih dari itu, yaitu Utsawa Dharma Gita Nasional X
penelitian ini ingin memotret bagaimana 4-8 Agustus 2008 (Prasasti Pura), sebuah
upacara nyepi dilakukan di Pura tersebut. lomba atau pentas seni baca Weda, yang
Data terdiri dari primer dan sekunder. di pusatkan di Sulawesi Tenggara sebagai
Data primer didapat melalui observasi, tuan rumah. Pura ini disungsung oleh
wawancara, dan dokumentasi dari Banjar Sindhu Merta Kota Kendari,
subyek yang menjadi objek penelitian, yang sampai saat ini didukung oleh 210
bagaimana subyek itu berfikir, hidup, KK(Dokumen Praktik Kuliah Lapangan,
dan berperilaku (Suwardi Endra Swara, Desember 2017).
2003: 50). Data sekundernya terdiri dari
beberapa sumber pustaka, baik elektronik
(internet) maupun cetak, seperti: buku, Deskripsi Kasus
jurnal, dan hasil penelitian yang terkait.
Merujuk surat edaran Parisada
Hindu Dharma Indonesia (PHDI)
PEMBAHASAN Majelis Tertinggi Agama Hindu Provinsi
Sulawesi Tengara perihal Perayaan Nyepi
Pura Penataran Agung Jagadhita
Tahun Baru Saka 1940, atau tahun 2018
Kendari Sulawesi Tenggara terletak
memiliki tema nasional Melalui Catur
didekat kompleks bangunan P2ID (Pusat
Bratha Penyepian, Kita Tingkatkan Soliditas
Promosi dan Informasi Daerah) Provinsi
Sebagai Perekat Keberagamaaan Dalam
Sulawesi Tenggara dan Kantor Camat
Menjaga Keutuhan NKRI dimaksudkan
Kadia, Kota Kendari. Pura ini berdiri
agar perayaan nyepi untuk tahun 2018
tahun 1985, sebagai Pura terbesar di
bagi seluruh kabupaten/kota se Sulawesi
Sulawesi Tenggara, dan mengalami
Tenggara berpedoman pada surat ini. Isi
pemugaran tahun 2008, meliputi
surat ini antara lain:pertama,diperingatinya
bangunan: Padmasana dan perluasan
Hari Suci Nyepi sekaligus pelaksanaan
Utama Mandala serta pembangunan
Hari Suci Saraswati yang keduanya
Bale Pawedan, Panglurah, Candi Bentar,
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 17 No. 2
496 Abdul Jalil
diperingati pada tanggal yang sama yakni raya nyepi dengan cara menghanyutkan
17 Maret 2018; kedua,kegiatan Ritual, kotoran alam dengan menggunakan
ketiga,kegiatan Sosial. Fokus penelitian air kehidupan, dan untuk kepercayaan
ini adalah pada kegiatan ritual, antara umat Hindu, melasti dilakukan di
lain: acara Melasti/Makiyis, Upacara sumber air, pinggir laut, dan danau
Tawur Kesanga, Amati Geni (sipeng), yang disebut Tirta Amerta. Berhubung
dan Ngembak Geni.Hari Suci Saraswati di Pura Jagadhita Kendari, sebagaimana
oleh umat Hindu sebagai hari turunnya kesepakatan pengurus PHDI sebelumnya
ilmu pengetahuan, sebagaimana hasil bahwa kegiatan Nyepi dengan melakukan
wawancara dengan salah satu informan: rangkaian acara dilakukan di dekat laut
hanya 2 (dua) tahun sekali, maka melasti
Hari Suci Saraswati biasanya
dilakukan di tempat yang dianggap
diperingati 6 (enam) bulan sekali,
sebagai sumber tirta amerta, misalnya
nah untuk hari Suci Saraswati
ada letak atau tempat yang disitu
bulan ini bersamaan jatuhnya
terdapat aliran air di dekat pancuran air,
dengan pelaksanaan hari Nyepi.
air aktif/hidup sebagai simbol sumber
Hari raya Saraswati adalah hari
tirta amerta.Sebelum persembahyangan
turunnya ilmu pengetahuan suci.
dimulai, kita diharuskan membasuh
Dalam menentukan hari suci
muka ataupun menyentuh air,yang
Saraswati, menganut penanggalan
gunanya untuk membuang karma buruk.
atau kalender Bali, yakni jatuhnya
Hal ini dinyatakan oleh informan:
pada saniscara umanis wuku watu
gunung, yang jatuhnya setiap 210 Melasti di Desa Lapoa Konawe
hari atau enam bulan, setiap bulan Selatan sebagaimana saya dan
jumlah harinya adalah sama yaitu keluarga melakukan kegiatan
35 hari. Biasanya kegiatan hari Melasti dapat diceritakan bahwa
Suci Saraswati dilakukan dengan tepat pukul 08.00 WITA satu hari
kegiatan persembahyangan pagi, sebelum perayaan Nyepi, semua
dan malamnya dilaksanakan juga umat Hindu berkumpul di Pura,
persembahyangan yang dilanjutkan kegiatan melasti adalah kegiatan
dengan malam Sastra (diskusi yang sakral karena pasca kegiatan ini
agama) (wawancara dengan Desak adalah sembahyang, maka biasanya
Yuki Widyastuti, 25 Maret 2018). didahului dengan membasuh muka
atau menyentuh air (wawancara
Dari sini apa yang tertulis dalam
dengan Sayu kadek Dwi Evayanti,
pedoman perayaan nyepi secara nasional
21 Maret 2018). Sementara ada
bahwa pelaksanaan hari suci Nyepi dan
juga melasti dilakukan 3 (tiga) hari
hari suci Saraswati jatuh pada tanggal 17
sebelum perayaan Nyepi.
Maret 2018 hari Sabtu.
Senada dengan keterangan Desak
Yuki bahwa upacara Melasti biasanya
Acara Melasti/Makiyis dilaksanakan 3 (tiga) hari sebelum
penyepian, namun ada juga yang
Acara Melasti/Makiyis adalah
melaksanakan satu hari menjelang
Upacara yang dilakukan untuk
perayaan Nyepi, misalnya di Desa
mensucikan diri sebelum melakukan hari
Arongo, yakni segala perlengkapan di
HARMONI Juli - Desember 2018
Upacara Hari Raya Nyepi Sebagai Upaya Perekat Keberagaman; Studi pada Pura Penataran Agung Jagadhita Kendari,
Sulawesi Tengara 497
Pura dibawa ke Beji dan kembali dibawa terkendala biaya. Namun jika tidak
kePura untuk di simpan karena sudah pergi kepantai, bukan berarti tidak
dibersihkan secara agama. Setelah bisa melaksanakan upacara melasti.
semua perlengkapan di Pura disimpan, Upacara melasti bisa dilaksanakan
selanjutnya umat Hindu melaksanakan diBeji (disimbolkan pantai).
tawurkesanga di perempatan jalan. Yaitu (wawancara dengan Desak Yuki, 19
Mecaru dengan ayam manco sato (hasil Maret 2018).
wawancara dengan Desak Yuki, 19 Maret
2018). Manco sato adalah 5 (lima) ayam
yang berbulu beda yaitu :pertama, ayam
putih uripnya 5; kedua, ayam putih siungan
uripnya 7; ketiga, ayam biyung uripnya
9; keempat, ayam hitam uripnya 4; dan
kelima, ayam berumbun uripnya 8. Lebih
lanjut, Yuki menjelaskan bahwa makna
melaksanakan tawan agung adalah untuk
mengharmonisasikan lingkungan dan
tempat desa dalam wujud pembersihan
Bhuana Agung dan Bhuana Alit.
Dokumen dari Shayu Kadek, Maret 2018.Kegiatan Nyepi
Berikut keterangan Yuki, ketika saya dengan melakukan melasti di sumber yang banyak air.
wawancarai terkait kegiatan Nyepi
di Desa yang dia dan keluarganya
merayakannya di Desa Arongo: Upacara Tawur Kesanga
dihadiri oleh pemerintah atau pejabat menyaksikan kita agar kita lebih dekat
terkait, yang kegiatannya dilakukan denganNya. Adapun bacaan mantranya
dengan menggelar berbagai aktivitas adalah Om, Namo Deva Adhi Sthanaya,
umat Hindu, dan ada standar kegiatan Sarva Viapi Vai Siva Ya, Padmasana Eka
yang ditetapkan oleh PHDI. Dalam Islam, Prastistaya, Ardhanaresvaryai Namonamah.
bisa disamakan dengan peristiwa halal bi Yang artinya Om, kepada Dewa yang
halal dengan mengundang para pejabat bersemayam pada tempat yang tinggi,
setempat. kepada Ciwa yang sesungguhnya berada
dimana-mana. Kepada Dewa yang
bersemayam pada tempat duduk bunga
Prosesi Persembahyangan teratai sebagai satu tempat, kepada
Ardhanareswari hamba menghormat.
Persiapannya, seperti Dupa, Bunga
dan Kwangen sebagai lambang kesucian. Sembah Yang keempat merupakan
Panca sembah sebagai wujud bakti kepada menyembah Sang Hyang Widhi /
Tuhan. Sembah Yang pertama merupakan Tuhan sebagai pemberi penganugrahan
sembah puyung atau sembah tanpa dengan kwangen atau bunga warna-
sarana yang bertujuan menyatukan bakti warni. Adapun tujuannya adalah
kita kepada Tuhan agar bisa menyatu. agar pintu rohani kita bisa menerima
Berikut bacaan mantranya sebagaimana anugrah sinar suci yang diberikan oleh
wawancara saya dengan salah satu Tuhan saat kita sembahyang. Berikut
jama’ah Hindu yang bernama Rusi. Om, isi mantra yang dibaca Om, Anugraha
Atma Tattvatma Suddhamam Svaha. Yang Mano Hara,Deva Dattanugrahaka, Arcanam
artinya Om, Atma atmanya kenyataan ini, Sarva Pujanam Namah Sarva Nugrahaka,
bersihkanlah hamba. Om Deva Devi Maha Siddhi, Yajnanga
Nirmalatmaka,Laksmi Siddhis Ca Dirghayuh,
Sembah yang keduamelalui
Nirvighna Sukha Vrddhis Ca. Artinya Om,
sarana bunga warna putih merupakan
Engkau yang menarik hati, pemberi
menyembah Sang Hyang Widhi/Tuhan
anugrah, Anugrah pemberian Dewa,
sebagai Sang Hyang aditya bertujuan
pujaan, hormat pada-Mu, pemberi semua
memohon agar persembahyangan kita
anugrah.Om, kemaha sidian Dewa dan
dituntun dan disaksikan olehNya.
Dewi, berwujud yadnya, pribadi suci,
Adapun bacaan mantranya Om, Aditya
kebahagiaan, kesempurnaan, panjang
Sya Param Jyoti, Rakta Teja Namo Stute,
umur, bebas dari rintangan, kegembiraan
Sveta Pankaja Madhyasta Bhaskara Ya
dan kemajuan.
Namo Stute. Yang diartikan Om, Sinar
Surya yang maha hebat, Engkau bersinar Dan Sembah Yang Kelima merupakan
merah, hormat pada Mu. Engkau berada permohonan atau pemujaan yang
di tengah- tengah teratai putih. Hormat terakhir, sebuah pemujaan dengan
padaMu pembuat sinar. tanpa sarana/tangan kosong bertujuan
mengucap syukur dan terimakasih
Sembah Yang ketiga merupakan
kepada Tuhan karena telah dituntun
menyembah Sang Hyang Widhi/Tuhan
dan diberikan anugrah saat melakukan
sebagai Ista Dewata dengan kwangen
persembahyangan yaitu sembah tanpa
dan bunga warna merah bertujuan sujud
sarana. Sama halnya dengan sembah
bakti kita kepada manifestasi Tuhan yang
Yang pertama tanpa sarana. Berikut
HARMONI Juli - Desember 2018
Upacara Hari Raya Nyepi Sebagai Upaya Perekat Keberagaman; Studi pada Pura Penataran Agung Jagadhita Kendari,
Sulawesi Tengara 501
bacaan mantranya: Om, Deva Sukma pada Pura Penataran Agung Jagadhita
Paramacintya Ya Nama Svaha. Om, Santih, Kendari) merupakan hal yang menarik
Santih, Santih, Om. Adapun artinya: Om, terutama bagi saya sendiri karena
Hormat Dan Terima Kasih Pada Mu yang dengan belajar dan memahami salah
tak terpikirkan yang maha tinggi dan satu kegiatan hari besar umat Hindu
maha gaib.Om, Damai, Damai, Damai, dapat menambah kekayaan tentang arti
Om. penting sebuah peribadatan. Selain itu,
apa yang penulis potret dalam kegiatan
upacara peringatan hari raya Nyepi di
salah satu Pura, kemudian mencoba
menghubungkan data yang sebagian
besar mahasiswa beragama Hindu
dalam pelaksanaan upacara Nyepi yang
noatebene di Kampung memberikan
kesempurnaan data tentang kegiatan
Nyepi. Upacara hari raya Nyepi secara
umum dapat dilakukan dengan rangkaian
kegiatan. Misalnya 3 (tiga) hari sebelum
Nyepi, telah dilaksanakan Melasti
atau Makiyis yaitu pembersihan atau
pensucian diri sebelum melaksanakan
Nyepi, meskipun pada kenyataanya,
Dokumen dari Abdul Jalil, April 2018.
Salah Satu Aktivitas Sembahyang pada Umat Hindu di Pura Melasti dapat dilakukan menjelang hari
Jagadhita H-1 Nyepi.Secara berurutan, kegiatan
Nyepi setelah Melasti kemudian Tawur,
Setelah proses persembahyangan baik Kasanga maupun Agung Kesanga
selesai, kemudian umat Hindu kembali Nasional, lalu Amati Geni (sipeng),
ke Pura untuk melakukan panca sembah dan Ngembak Geni. Kegiatan Nyepi
kembali,karena telah diberi anugrah dan sebagaimana yang diselenggarakan di
dituntun kembali dengan selamat,baru Pura Jagadhita Kendari dapat dijadikan
bisa kembali kerumah masing-masing, sebagai media dan upaya pemersatuan
malamnya atau sandikala/magrib umat-umat Hindu dari berbagai lapisan
melaksanakan upacara pengerupukan. masyarakat, dari berbagai tingkatan
Pengerupukan disini dimaksudkan status sosial, bahkan satu sama lain saling
untuk mengusir bhuta kala, makhluk yang bau membau untuk menyemerakkan
dianggap mengganggu manusia, saat dengan penuh kebersamaan.
besoknya melaksanakan Catur Bratha Hal lain, yang membedakan
Penyepian (wawancara dengan Pak kegiatan Nyepi di Pura dengan yang
Kadek, 1 April 2018). diselenggarakan di Desa-desa adalah
kemeriahan yang disimbolkan dengan
kemunculan ogoh-ogoh yang diarak ke
SIMPULAN
keliling desa guna mengusir makhluk
Diskursus upacara hari raya nyepi halus di desa agar kembali bersih,
sebagai upaya perekat keberagaman(studi sementara jika di Pura hanya sekedar
DAFTAR ACUAN
Ahnaf,dkk. M. Iqbal. PapuaMengelolaKeragamanPengalamanWargaKampungWonorejo,Kab.
Keerom, Papua. Yogjakarta: CRCS UGM, 2016.
Awanita, Made Kajian Makna Dan Nilai-Nilai Agama HinduDalam Tradisi Ngembak Geni
Nyakan Diwang Di Desa Banyuatis, Munduk, Gobleg, Gesing, Dan Kayuputih
Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.
Chahyawati, Dwi., Winarno, Dwi Suwarno., Astawa, I Ketut Diara, Aktualisasi Nilai-
Nilai Luhur Pancasila Dalam Upacara Melasti Petirtan Jolotundo Di Kecamatan
TrawasKabupaten MojokeRTO,tt. Universitas Negeri Malang.
Dokumen Praktik Kuliah Lapangan, Desember 2017.
Endra Swara, Suwardi. Metodologi Penelitian Kebudayaan.Yogyakarta: UGM Press: 2003.
Giri Wiloso, Pamerdi. Multikulturalisme Dalam Perspektif Antropologi. Makalah dalam
Seminar “Multikulturalisme Dan Integrasi Bangsa” Yang Diselenggarakan Oleh
Kementerian Kebudayaan Dan Pariwisata, Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan Dan
Pariwisata Kabupaten Semarang pada tgl. 7 Juli 2011 di Kebon Raja, Jl. Soekarno-
Hatta Km. 25 Karangjati, Ungaran.
Jalil, Abdul. Memaknai Tradisi Upacara Labuhan Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat
Parangtritis. Jurnal el Harakah Vol.17 No.1 Tahun 2015.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991.
Karthadinata, Dewa Made. Estetika Hindu Dalam Kesenian Bali. Semarang: UNNES, 2008.
Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1979
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta:Universitas Indonesia: 1980.