Anda di halaman 1dari 61

STANDAR KOMPETENSI

DOKTER SPESIALIS
DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI
INDONESIA

KOLEGIUM DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI


INDONESIA
2014
Kata Pengantar

Dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 tercantum bahwa


penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki
kompetensi dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya secara berkesinambungan agar
penyelenggaraan praktik kedokteran dapat selalu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan kedokteran harus mempunyai pedoman yang
kuat. Pada Undang-Undang Pendidikan Kedokteran No. 20 Tahun 2013 ditetapkan bahwa
pendidikan kedokteran sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional diselenggarakan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk menumbuhkembangkan penguasaan, pemanfaatan,
penelitian, serta pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menghasilkan dokter yang
bermutu, kompeten, profesional, bertanggung jawab, beretika, bermoral, humanistis, dan berjiwa
sosial tinggi yang dilandasi dengan wawasan kesehatan untuk meningkatkan daya saing bangsa
dalam menghadapi globalisasi di segala bidang.
Dengan dua pedoman terarah inilah maka dirasakan perlu penyusunan ulang standar
kompetensi, dengan harapan dapat menjadi pegangan pendidikan spesialis dermatologi dan
venereologi se-Indonesia yang berwawasan nasional serta internasional dengan mutu tinggi. Semua
standar kompetensi pendidikan spesialis dermatologi dan venereologi yang ditetapkan di dalam
buku ini, merupakan kebutuhan minimal yang diwajibkan penguasaannya kepada lulusan agar
dapat menjadi spesialis sesuai harapan UU Praktik Kedokteran Tahun 2004 dan UU Pendidikan
Kedokteran Tahun 2013.
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Standar Kompetensi
Dermatologi dan Venereologi terbaru telah tersusun. Buku standar ini merupakan rancangan
terakhir dan sudah disepakati oleh seluruh program studi spesialis dermatologi dan venereologi.
Rancangan tersusun dari gabungan Buku Standar Kompetensi IKKK tahun 2008 dan Buku
Kurikulum Nasional IKKK tahun 2008 yang diperbaiki, dikurangi dan ditambah dengan mengacu
Buku Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
tahun 2012. Buku Standar Kompetensi Dermatologi dan Venereologi ini sudah dirancang sejak
bulan Desember 2012, mendapat asupan dari 13 Institut Pendidikan Dokter Spesialis (IPDS)
Dermatologi dan Venereologi se-Indonesia juga kelompok studi yang bernaung di Perhimpunan
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) sebagai pengandil pendidikan di
lapangan.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada tim revisi buku standar
kompetensi yang telah bekerja keras dan dalam waktu yang tidak sebentar, juga kepada para
delegasi wakil dari 13 IPDS perguruan tinggi serta 12 Kelompok Studi Dermatologi dan
Venereologi di PERDOSKI yang memberikan asupan sehingga tersusunnya lampiran daftar
masalah, penyakit dan keterampilan untuk melengkapi buku standar kompetensi dermatologi dan
venereologi terbaru ini.

Jakarta, 20 April 2014


Kolegium Dermatologi dan Venereologi

Dr. dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb, SpKK(K)

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi i


DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar Ketua Kolegium Dermatologi dan Venereologi .................................... i

Daftar Isi .......................................................................................................................... ii


Daftar Tabel .................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ................................................................................................................ iv
Glossary/Ketentuan Umum ............................................................................................ v

I. Pendahuluan................................................................................................. 1

II. Standar Kompetensi Dokter ......................................................................... 3

III. Kompetensi Pendidikan Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi .... 5

IV. Pencapaian Kompetensi Berdasarkan Tahap Pendidikan Profesi


Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi ........................................... 9

V. Tingkat Kompetensi Keterampilan yang Dicapai ......................................... 12

VI. Jumlah Kegiatan Wajib Pendidikan Dokter Spesialis


Dermatologi dan Venereologi ...................................................................... 14

Lampiran 1. Substansi Kajian dengan Matriks Pembelajaran dan Deskripsi Mata Ajar . 17

Lampiran 2. Daftar Masalah Dermatologi dan Venereologi ........................................... 40

Lampiran 3. Standar Kompetensi untuk Menyelesaikan Penyakit


Dermatologi dan Venereologi .................................................................... 41

Lampiran 4. Standar Kompetensi Keterampilan Klinik Dermatologi dan Venereologi . 50

Kontributor...................................................................................................................... 54

ii Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tujuh Area Kompetensi Lulusan Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi
yang Harus Diraih .................................................................................................... 5
Tabel 2. Jumlah Kegiatan Utama Minimal yang Wajib untuk Para Peserta PPDS Dermatologi
dan Venereologi ............................................................................................................... 15
Tabel 3. Jumlah Kegiatan Pendukung Minimal yang Wajib ........................................................... 15
Tabel 4. Standar Kompetensi Penyakit Dermatologi dan Venereologi ......................................... 41
Tabel 5. Standar Kompetensi Keterampilan Klinik: Pemeriksaan Dasar........................................ 50
Tabel 6. Standar Kompetensi Keterampilan Klinik: Pemeriksaan Penunjang................................ 50
Tabel 7. Standar Kompetensi Keterampilan Klinik: Dermatologi Intervensi ................................. 51

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Piramida Miller............................................................................................................... 12

iv Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


Glossary/Ketentuan Umum

1. Institut Pendidikan Dokter Spesialis (IPDS) adalah Pusat Pendidikan di Institut atau
Fakultas/Universitas penyelenggara pendidikan.
2. Pendidikan Akademik adalah pendidikan sarjana dan pascasarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan seni.
3. Pendidikan Profesi adalah pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik
mencapai kemampuan profesi yang dilandasi oleh kemampuan akademik yang
terukur, etika profesi, moral-hukum, dan tanggung jawab serta mempersiapkan
peserta didik memiliki pekerjaan dengan keahlian yang khusus.
4. Jenjang Pendidikan Profesi Kedokteran terdiri atas jenjang profesi Dokter (1st
Professional degree) setelah peserta didik mencapai kualifikasi Sarjana Kedokteran,
jenjang profesi Dokter Spesialis-I (2nd Professional degree), dan jenjang profesi
Dokter Spesialis-II (3rd Professional degree) atau disebut Konsultan.
5. Dokter mempunyai kemampuan dan kewenangan melakukan layanan primer bagi
individu, keluarga, dan masyarakat.
6. Dokter Spesialis-I mempunyai kemampuan dan kewenangan melakukan layanan
sekunder bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
7. Dokter Spesialis-II (Konsultan) mempunyai kemampuan dan kewenangan
melakukan layanan tersier bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
8. Program Studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan
pendidikan akademik dan/atau profesi yang diselenggarakan atas dasar suatu
kurikulum serta ditujukan agar peserta didik dapat menguasai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang sesuai dengan sasaran dan tujuan kurikulum.
9. Kegiatan akademik adalah kegiatan yang meliputi pendidikan, penelitian, dan
pengabdian/pelayanan kepada masyarakat.
10. Sistem Kredit Semester adalah sistem penyelenggaraan pendidikan dengan
menggunakan satuan kredit semester (SKS) untuk menyatakan beban studi
mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan
program.
11. Semester adalah satuan waktu kegiatan yang terdiri atas 14—16 minggu kuliah atau
kegiatan terjadwal lainnya, berikut iringannya, termasuk 2-3 pekan kegiatan
penilaian.
12. Satuan kredit semester adalah takaran penghargaan terhadap pengalaman belajar
yang diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal per pekan
sebanyak 1 jam tatap muka (kuliah), atau 2 jam praktikum, atau 4 jam kerja
lapangan, yang masing-masing diiringi oleh sekitar 1-2 jam kegiatan terstruktur dan
sekitar 1-2 jam kegiatan mandiri.
13. Masa Studi adalah waktu untuk penyelesaian studi dalam proses pendidikan pada
suatu program studi.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi v


14. Pendidikan Spesialis adalah lanjutan pendidikan profesi yang bertujuan penguasaan
keprofesian yang dilandasi kemampuan akademik yang kokoh
15. Penelitian adalah kegiatan taat kaidah dalam upaya menemukan kebenaran
dilandasi kejujuran dan atau penyelesaian masalah dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, dan atau kesenian.
16. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
ataupun bahan pelajaran dan kajian, metode penyampaian, serta penilaiannya yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu, dan berfungsi sebagai pembentuk keahlian
dan kepribadian.
17. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab, yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh institusi pendidikan
profesi dan masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan
tertentu.
18. Standar Kompetensi adalah takaran minimal kemampuan yang harus dimiliki
peserta didik setelah mengikuti suatu pendidikan pada suatu program studi.
19. Level of Achievement adalah tingkat pencapaian kompetensi.
20. Learning Outcome adalah kemampuan menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan,
sikap dan perilaku dokter spesialis.
21. Modul adalah suatu bentuk upaya/kegiatan guna menjamin tercapainya suatu
kompetensi. Materi modul berupa substansi kajian dermatologi dan venereologi
pokok atau subpokok bahasan.
22. Substansi Kajian adalah pokok bahasan dan subpokok bahasan yang ditentukan
berdasarkan komponen kompetensi, learning outcome dan level of achievement
dalam bahan ajar. Substansi kajian meliputi dermatologi dasar, dermatologi infeksi,
dermatologi non-infeksi termasuk dermatologi anak dan geriatri, dermatologi
kosmetik, venereologi, tumor dan bedah kulit, serta dermato alergo-imunologi.
Kegawatdaruratan kulit terintegrasi dalam dermato alergo-imunologi dan
dermatopatologi terdapat pada setiap modul.
23. Diskusi simulasi adalah diskusi tanpa pasien dengan menggunakan alat peraga yang
dapat berupa orang yang berkemampuan sebagai pasien atau alat peraga (foto dan
fantom yang disertai dengan data klinis).
24. Presentasi kasus adalah presentasi tentang pasien yang telah dipersiapkan dengan
baik.

vi Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


Bab I
Pendahuluan

Dalam era globalisasi, paradigma pelayanan kesehatan selain berorientasi pada


kepentingan nasional juga harus memenuhi standar internasional sesuai kemajuan
IPTEKDOK (Ilmu Pengetahuan Teknologi Kedokteran). Acuan yang dipakai adalah
Postgraduate Medical Education World Federation of Medical Education (WFME), Global
Standar for Quality Improvement, dan SK Mendiknas 045/2002. Selain itu dengan
berlakunya Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 dan Peraturan
Menteri Kesehatan 512/MENKES/PER/IV/2007, setiap Kolegium diharuskan mempunyai
Standar Kompetensi Dokter Spesialis.

Standar Kompetensi ini berisi parameter keterampilan minimal yang harus dikuasai oleh
para lulusan untuk menjalankan fungsinya dalam pelayanan kesehatan masyarakat luas.
Kompetensi yang diminta disetarakan untuk seluruh lulusan dokter spesialis program
studi dermatologi dan venereologi Indonesia. Standar ini diperlukan untuk menjamin
mutu layanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga harus dituliskan
dalam sebuah buku standar kompetensi yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI). Keterampilan ini diperlukan sebagai prasyarat memperoleh Sertifikat Kompetensi
yang secara resmi diterbitkan oleh masing-masing Kolegium terkait. Standar Kompetensi
menjadi prasyarat setiap dokter untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR) dari KKI,
surat ini diperlukan dalam proses pembuatan Surat Ijin Praktek (SIP) yang diterbitkan oleh
Dinas Kesehatan.

Agar para lulusan semua Institut Pendidikan Dokter Spesialis (IPDS) memiliki kompetensi
yang sama, dalam penyusunan kurikulum di fakultas atau modul harus mengacu kepada
Standar Kompetensi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis. Di dalam Standar
Kompetensi tersebut sudah tercantum standar kompetensi dokter, kompetensi
pendidikan dokter spesialis dermatologi dan venereologi, pencapaian kompetensi
berdasarkan tahap pendidikan profesi dokter spesialis dermatologi dan venereologi,
tingkat kompetensi keterampilan yang dicapai, dan jumlah kegiatan wajib pendidikan
dokter spesialis dermatologi dan venereologi.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 1


Pendidikan Dokter Spesialis adalah lanjutan pendidikan Profesi Dokter, merupakan
paduan pendidikan keprofesian yang dilandasi kemampuan bidang keilmuan (akademik).
Area kompetensi mencakup domain kognitif dan keterampilan yang berisi materi dasar,
kajian keilmuan, keahlian dermatologi dan venereologi serta materi penerapan akademik
juga keprofesian. Dalam pendidikan keprofesian tersebut harus tercantum tingkat
kemampuan (level of competence), tanggung jawab, kewenangan, altruisme, etiko-
mediko-legal, dan kerja sama.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, suatu program
studi harus memiliki standar pendidikan dan kompetensi yang di dalamnya berisi panduan
pembelajaran dan target yang diharapkan oleh pemangku kepentingan (Kolegium dan
Perhimpunan). Panduan ini dipakai oleh seluruh IPDS yang terkait di berbagai Fakultas
Kedokteran Nasional untuk menyusun kurikulum lokal yang mempunyai kekhususan
wilayah, tetapi tetap pada rambu dan target yang ditetapkan oleh buku standar
pendidikan dan kompetensi.

2 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


BAB II
Standar Kompetensi Dokter
(SKDI Konsil Kedokteran Indonesia 2012)

A. Area Kompetensi
1. Profesionalisme yang luhur
2. Mawas diri dan pengembangan diri
3. Komunikasi efektif
4. Pengelolaan informasi
5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
6. Keterampilan klinis
7. Pengelolaan masalah kesehatan

B. Komponen Kompetensi

Area Profesionalisme yang luhur


1. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa
2. Bermoral, beretika dan disiplin
3. Sadar dan taat hukum
4. Berwawasan sosial budaya
5. Berperilaku profesional

Area mawas diri dan pengembangan diri


6. Menerapkan mawas diri
7. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
8. Mengembangkan pengetahuan

Area komunikasi efektif


9. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya
10. Berkomunikasi dengan mitra kerja
11. Berkomunikasi dengan masyarakat

Area pengelolaan informasi


12. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
13. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada
profesional kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 3


Area landasan ilmiah ilmu kedokteran
14. Menerapkan ilmu biomedik, ilmu humaniora, ilmu kedokteran klinik, ilmu
kesehatan masyarakat/kedokteran pencegahan/kedokteran komunitas yang
terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif

Area keterampilan klinis


15. Melakukan prosedur diagnosis
16. Melakukan prosedur penatalaksanaan holistik dan komprehensif

Area pengelolaan masalah kesehatan


17. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat
18. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan
pada individu, keluarga dan masyarakat
19. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat
20. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya
meningkatan derajat kesehatan
21. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien, dan berkesinambungan dalam
penyelesaian masalah kesehatan
22. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan spesifik
yang merupakan prioritas daerah masing-masing di Indonesia

4 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


Bab III
Standar Kompetensi Dokter Spesialis
Dermatologi dan Venereologi

Untuk menjamin mutu pencapaian kompetensi, maka peserta didik harus memenuhi
kriteria yang tercantum di dalam peraturan akademik, menjalani proses pendidikan yang
diselenggarakan dengan mengunakan metode yang menjamin tercapainya kompetensi
yang ditetapkan dan sumber belajar yang tepat. Lulusan Dokter Spesialis Dermatologi dan
Venereologi (dr.Sp.DV) harus memiliki kemampuan akademik-profesional, berjiwa
Pancasila dan berwawasan global.

Area Kompetensi

Berdasarkan acuan buku Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang diterbitkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2012, maka ditetapkan Standar Kompetensi Dokter
Spesialis Dermatologi dan Venereologi. Dalam teknik pelaksanaan selanjutnya, pedoman
tujuh area kompetensi ini akan dijabarkan dalam Buku Kurikulum Pendidikan Dokter
Spesialis Dermatologi dan Venereologi di setiap IPDS.

Tabel 1. Tujuh area kompetensi lulusan Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi
yang harus diraih

No. Area Kompetensi Penjabaran Kompetensi


1. Profesionalisme yang 1.1. Memegang teguh dan bertindak sesuai KODEKI,
luhur Undang-Undang Praktik Kedokteran no 29/2004
dan Permenkes RI no 512/2007.
Lulusan mampu 1.2. Berpraktik dengan senantiasa mengutamakan
menjunjung tinggi etik, kepentingan dan keselamatan pasien (patient
hukum kedokteran dan safety).
profesionalisme dalam 1.3. Menetapkan faktor sosial-budaya ekonomi-
praktik dermatologi dan lingkungan dan kebijakan pemerintah yang
venereologi. mempengaruhi kesehatan dermatologi dan
venereologi individu, keluarga, dan masyarakat.
1.4. Memfasilitasi dan menerapkan kebijakan
kesehatan pemerintah.
1.5. Melakukan tindakan dengan
mempertimbangkan budaya, sosial ekonomi,
usia, serta senantiasa mendahulukan
kepentingan dan keselamatan pasien.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 5


1.6. Bersikap profesional dalam praktik sesuai
dengan kompetensi dr.Sp.DV, bertindak jujur,
penuh tanggung jawab, sesuai kewenangan,
menunjukkan integritas, altruism (tidak egois),
etis, menggunakan hukum kedokteran, dan
belajar sepanjang hayat.

2. Mawas diri dan 2.1. Berperan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan


pengembangan diri Nasional
2.2. Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri
Lulusan mampu dalam praktik Spesialis Dermatologi dan
melakukan praktik Venereologi
Spesialistik Dermatologi 2.3. Mengenali dan mengatasi masalah emosi,
dan Venereologi, personal, dan masalah lain yang
bertanggungjawab atas mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan
keharusan belajar kemampuan profesi
sepanjang hayat dan 2.4. Mengembangkan dermatologi dan venereologi
memelihara kemampuan melalui kegiatan riset dan pembelajaran
profesi. sepanjang hayat.
2.5. Berperan aktif dalam program pendidikan
berkelanjutan dan pelatihan dermatologi dan
venereologi

3. Komunikasi efektif 3.1. Berkomunikasi efektif (disertai empati)


3.2. Mendengar aktif
Lulusan mampu 3.3. Menghargai pasien sebagai manusia seutuhnya
berkomunikasi efektif 3.4. Memberi informasi secara efektif kepada
baik verbal maupun pasien, keluarga, masyarakat, dan anggota Tim
nonverbal, mendengar Kesehatan
aktif, serta menciptakan 3.5. Menggunakan bahasa verbal secara efektif
kerjasama yang baik 3.6. Menggunakan bahasa tertulis secara efektif
antara dokter- pasien, 3.7. Menggunakan teknologi komputer secara
keluarga, komunitas, efektif
teman sejawat, dan
tenaga profesional lain
yang terlibat.

4. Pengelolaan informasi 4.1 Mampu memanfaatkan teknologi informasi


komunikasi dan informasi kesehatan dalam
Lulusan mampu praktik dermatologi dan venereologi juga dunia
mengakses, menilai dan kedokteran secara luas
menyebarkan informasi 4.2 Dapat menilai informasi yang sesuai dengan
kesehatan dermatologi kompetensi berbasis bukti
dan venereologi. 4.3 Mampu melakukan hubungan berbasis

6 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


teknologi informasi elektronik dengan berbagai
sumber ilmu pengetahuan untuk
pengembangan pelayanan kesehatan
dermatologi dan venereologi

5. Landasan ilmiah 5.1. Mencari, mengumpulkan, menyusun dan


dermatologi dan menganalisis informasi kesehatan dermatologi
venereologi dan venereologi dari berbagai sumber
5.2. Mencari informasi dengan memanfaatkan
Lulusan mampu teknologi informasi yang spesifik berkaitan
mengakses, menilai dengan masalah kesehatan dermatologi dan
kesahihan dan venereologi, meliputi: epidemiologi klinik, EBM,
kemampuan-terapan, farmakologi klinik, biologi molekuler,
mengolah informasi, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, dan
menjelaskan dan hukum kedokteran
menyelesaikan masalah 5.3. Melakukan kajian kritis analitik terhadap
kesehatan dermatologi informasi kesehatan dermatologi dan
dan venereologi secara venereologi
sistematis dan 5.4. Melakukan kajian hasil penelitian masalah
mengambil keputusan dermatologi dan venereologi
dalam kaitannya dengan 5.5. Melakukan kajian hukum kedokteran terhadap
pelayanan kesehatan ilmu pengetahuan, tindakan diagnostik atau
spesialistik pengobatan dalam menyelesaikan masalah
dermatologi dan venereologi

6. Keterampilan lulusan 6.1. Mencatat hasil anamnesis sesuai kasus yang


dalam mengelola pasien dihadapi meliputi keluhan utama (kuantitas-
dermatologi dan kualitas), menggali etio-patogenesis penyakit
venereologi (awitan sakit, faktor yang mendasari, faktor
yang mempengaruhi, faktor pencetus, sumber
Lulusan mampu infeksi, cara penularan, faktor lingkungan,
mencatat riwayat perjalanan penyakit dan pengaruh intervensi).
penyakit lengkap dan 6.2. Mencatat pemeriksaan fisik umum dan khusus
kontekstual, dermatologi dan venereologi (lokasi dan
melakukan pemeriksaan deskripsi lesi) secara lege artis
dermatologi dan 6.3. Mencatat hasil pemeriksaan prosedur uji
venereologi diagnostik kulit
komprehensif serta uji 6.4. Memahami indikasi, keterbatasan
diagnostik, pemeriksaan, komplikasi pada pemeriksaan uji
memahami pengelolaan diagnostik, serta mampu menjelaskan dan
pasien secara lege artis, meminta persetujuan pasien untuk tindakan
(informed consent)
6.5. Menggunakan data rekam medis meliputi
klinis, uji diagnostik kulit, dan laboratorium,

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 7


serta informasi ilmiah untuk menjelaskan dan
menyelesaikan masalah dermatologi dan
venereologi secara sistematik
6.6. Melakukan tindakan terapi, medis, dan bedah
kulit
6.7. Mengatasi dan mengambil keputusan terapi,
tindakan, dan bedah kulit pada kedaruratan
medis kulit

7. Pengelolaan masalah 7.1. Menyelesaikan masalah dermatologi dan


kesehatan venereologi dengan menggunakan penelitian
atau solusi berbasis ilmu dasar dan klinik
Lulusan mampu 7.2. Menyelesaikan masalah dermatologi dan
menyelesaikan masalah venereologi dengan menggunakan evidence
dermatologi dan based medicine
venereologi dengan 7.3. Menggunakan teknologi informasi dan
melakukan penelitian komunikasi dalam menyelesaikan masalah
atau solusi (problem kedokteran dengan mempertimbangkan value
solving cycle), melakukan based medicine
kajian kritis analitik 7.4. Melakukan praktik secara lege artis sesuai
terhadap hasil penelitian prosedur diagnostik dan terapeutik yang
klinis dan berlaku di bidang dermatologi dan venereologi
mengimplementasikan 7.5. Menyadari fungsi manajer dalam perencanaan,
dalam praktik pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian
dermatologi dan masalah kesehatan dermatologi dan
venereologi. venereologi
7.6. Menyadari dan melakukan prosedur dan
tindakan dermatologi dan venereologi
berdasarkan cost effectiveness

8 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


Bab IV
Pencapaian Kompetensi Berdasarkan Tahap Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi

Tahap I (Tahap pengayaan):

Mampu berkomunikasi efektif (disertai empati), mendengar aktif, menghargai pasien


sebagai manusia seutuhnya, memberi informasi secara efektif kepada pasien, keluarga,
masyarakat dan anggota tim kesehatan, menggunakan bahasa verbal dan tertulis, serta
teknologi komputer.

Mampu mengintegrasikan epidemiologi klinik, EBM, farmakologi klinik, biologi molekuler,


mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, gizi klinik dan hukum kedokteran dalam
menyelesaikan masalah dermatologi dan venereologi.

Pemberian materi tersebut diserahkan pada fakultas masing-masing.

Tahap II (Tahap magang):

Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan klinis dermatologi dan


venereologi.
Mampu menerapkan keterampilan medis dan bedah kulit dalam pengelolaan pasien
dermatologi dan venereologi.
Melakukan pembelajaran berbasis praktik dan sistem, menerapkan etik dan hukum
kedokteran, serta sikap profesionalisme.

Pada tahap II kompetensi dan kewenangan masih di bawah supervisi staf pengajar.

Tahap III (Tahap mandiri):

Pada tahap mandiri kompetensi dr.Sp.DV telah dicapai 100%, namun tahap mandiri
kewenangan masih di bawah supervisi staf pengajar.

Tahap pengayaan, magang dan mandiri ini terintegrasi dalam tiap Matriks Pembelajaran.
Pada tahap pengayaan diberikan substansi kajian dermatologi dasar. Tahap magang dibagi
atas tahap magang I dan tahap magang II untuk kepentingan peserta tugas belajar. Tahap
magang 1 terdiri atas substansi kajian dermatologi infeksi, dermatologi non-infeksi kecuali
dermatologi anak dan geriatri, dermato alergo-imunologi termasuk kegawatdaruratan,
dan venereologi. Tahap magang II terdiri atas dermatologi non-infeksi termasuk
dermatologi anak dan geriatri, dermatologi kosmetik, serta tumor dan bedah kulit.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 9


Substansi kajian dan pencapaian kompetensi jenjang profesi. (lihat lampiran 1)

Sesuai dengan proses pendidikan dr.Sp.DV baik jenjang maupun tahap, pencapaian
kompetensi (area, inti, komponen, dan level of achievement) dilaksanakan dengan
menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, terintegrasi, dan metode yang menjamin
pembelajaran sepanjang hayat.

Substansi kajian ditentukan berdasarkan komponen kompetensi, learning outcome dan


tingkat pencapaian. Substansi kajian dan keterampilan klinis dermatologi dan venereologi
yaitu:

A. Substansi Kajian
A.1. Dermatologi dasar
A.2. Dermatologi infeksi
A.3. Dermatologi non-infeksi (termasuk dermatologi anak dan geriatri)
A.4. Dermatologi kosmetik
A.5. Venereologi
A.6. Tumor dan bedah kulit
A.7. Dermato alergo-imunologi (termasuk kegawatdaruratan kulit)
A.8. Dermatopatologi terintegrasi pada setiap modul

B. Keterampilan klinis
B.1. Pemeriksaan Dasar
B.2. Pemeriksaan Penunjang
B.3. Dermatologi Intervensi

Dalam buku ini dilampirkan substansi kajian (lampiran 1), yang dilanjutkan dengan daftar
masalah (lampiran 2), daftar kompetensi penyakit (lampiran 3) dan daftar keterampilan
klinis (lampiran 4) untuk mengatasi gangguan kesehatan dermatologi dan venereologi.
Substansi kajian tersebut akan diterjemahkan dalam bentuk modul sehingga layak sebagai
pedoman pengajaran.

Modul adalah penjabaran kurikulum yang dituangkan dalam suatu bentuk upaya/kegiatan
guna menjamin tercapainya suatu kompetensi. Materi modul dapat berupa pokok atau
subpokok bahasan dari substansi kajian dermatologi dan venereologi. Modul dibuat
bersama-sama Kolegium dan Institut Pusat Studi penyelenggara pendidikan Dokter
Spesialis Dermatologi dan Venereologi mengacu pada panduan pembuatan modul MKKI,
Standar Kompetensi, dan Standar Pendidikan dr.Sp.DV.

Dalam proses pendidikan dr.Sp.DV peserta didik harus mencapai level of competence dan
sebagai bukti direkam dalam portofolio dan atau buku log.

10 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


Evaluasi kompetensi dilakukan dengan Uji Kompetensi yang dilakukan di masing-masing
IPDS Dermatologi dan Venereologi/Fakultas Kedokteran guna memperoleh Ijazah, serta
Uji Kompetensi Nasional yang dilakukan oleh Kolegium bersama-sama dengan
Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran guna memperoleh
Sertifikat Kompetensi.

Learning outcome kemampuan menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap dan


perilaku dr.Sp.DV, yaitu:

Pengetahuan tentang anatomi, fisiologi, histologi dermatologi dan venereologi,


tanda dan gejala penyakit, etiopatogenesis, imunologik, serologik, histopatologik,
manifestasi klinis, uji diagnostik (pemeriksaan laboratorium dan penunjang,
histopatologik serta interpretasi hasil), prosedur diagnosis spesialistik dermatologi
dan venereologi, analisis sintesis guna penetapan diagnosis kerja, diagnosis banding,
diagnosis pasti, penatalaksanaan holistik meliputi medis dan tindakan atau bedah
kulit, serta penatalaksanaan non medis
Komunikasi efektif guna memperoleh hasil anamnesis yang akurat
Pemeriksaan dermatologi dan venereologi secara sistematis dan lege artis
Pemeriksaan uji diagnostik meliputi laboratorik termasuk serologik, imunologik,
histopatologik, uji kulit, dan penunjang lainnya
Analisis-sintesis untuk menetapkan diagnosis kerja, diagnosis banding, diagnosis
pasti, dan pengelolaan pasien secara komprehensif
Keterampilan spesialistik prosedur diagnostik dan terapeutik secara lege artis baik
medis maupun bedah kulit, dengan memperhatikan aspek sosio-budaya-ekonomi,
serta hukum kedokteran
Komunikasi, memberikan informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien, keluarga,
masyarakat, serta tim medis, baik lisan maupun tulisan, atau melalui media
elektronika (teknologi informasi) medis
Mengimplementasikan secara terintegrasi komprehensif, dan sistematik ilmu
pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku guna menyelesaikan masalah
dermatologi dan venereologi, baik mandiri maupun bersama-sama dengan tim
kesehatan.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 11


Bab V
Tingkat Kompetensi Keterampilan yang Dicapai
(SKDI Konsil Kedokteran Indonesia 2012)

Sebagai pedoman pencapaian pendidikan yang diharapkan, maka Kolegium Dermatologi


dan Venereologi mengacu pada Piramida Miller sesuai dengan SKDI 2012.

Dalam mencapai kompetensi satu keterampilan seorang dokter dapat melalui tahapan:
1. Mengetahui ilmu yang mendasari penyakit atau masalah kesehatan yang dihadapi
(knows)
2. Mengetahui ilmu yang mendasari penyakit atau masalah kesehatan yang dihadapi
dan mengetahui cara pemecahan masalah secara teoritis (knows how)
3. Mampu mempertunjukkan cara menyelesaikan masalah yang dihadapi (show)
4. Dapat melakukan penyelesaian masalah yang dihadapi dan mampu mengatasi
akibat buruk yang mungkin terjadi (does)

Gambar 1. Piramida Miller


Sumber: SKDI 2012

Dalam aplikasi yang digunakan untuk menilai pencapaian tingkat kompetensi lulusan
Sp.DV di seluruh Indonesia adalah sebagai berikut:

Tingkat kemampuan 1 (Knows):

Mengetahui dan menjelaskan


Lulusan d r . S p . D V mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik
dan psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien

12 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


dan keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan
komplikasi yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui
perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat
menggunakan ujian tulis.

Tingkat kemampuan 2 (Knows how):

Pernah melihat atau didemonstrasikan


Lulusan dr.Sp.DV menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan
penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk
melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau
pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis pilihan berganda atau penyelesaian
kasus secara tertulis dan/atau lisan (oral test).

Tingkat kemampuan 3 (Shows):


Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi
Lulusan dr.Sp.DV menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar
belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan
untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau
pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut
pada alat peraga dan/atau standardized patient. Pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 3 dengan menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE)
atau Objective Structured Assessment of Technical Skills (OSATS).

Tingkat kemampuan 4 (Does):

Mampu melakukan secara mandiri


Lulusan dr.Sp.DV dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai
seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan
pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian
keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment
seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dan sebagainya.

Dengan demikian di dalam daftar penyakit ini tingkat kompetensi tertinggi adalah 4.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 13


Bab VI
Jumlah Kegiatan Wajib Pendidikan Dokter Spesialis
Dermatologi dan Venereologi

Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, tidak hanya jenis masalah, penyakit atau
pun jenis keterampilan yang perlu distandarkan, melainkan juga jumlah kegiatan dalam
pendidikan spesialis tersebut.
Kegiatan dibagi atas kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Kegiatan utama adalah
pembelajaran modul klinik, presentasi/laporan kasus, publikasi ilmiah di majalah
ilmiah/jurnal sebagai penulis utama, publikasi ilmiah di majalah ilmiah/jurnal sebagai co-
author, tugas rawat jalan, tugas rawat inap dan kegawatdaruratan, pembelajaran modul
tugas baca jurnal, tinjauan pustaka, dan penelitian untuk tesis/tesis. Kegiatan pendukung
adalah membimbing kegiatan ilmiah mahasiswa FK dan pengabdian pada masyarakat.
Tercantum di bawah ini jumlah kegiatan minimum yang perlu dilakukan para calon
dr.Sp.DV agar dapat meraih tingkat kompetensi yang diharapkan.

14 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


Tabel 2. Jumlah kegiatan utama minimal yang wajib untuk para peserta PPDS
Dermatologi dan Venereologi

Jenis kegiatan Jumlah minimal


1. Pembelajaran modul klinik 10
2. Presentasi / laporan kasus
a. Tugas dalam pendidikan 12x
b. Presentasi ilmiah dalam forum pertemuan ilmiah 2x
3. Publikasi ilmiah di majalah ilmiah/jurnal sebagai penulis utama 1x
4. Publikasi ilmiah di majalah ilmiah/jurnal sebagai co-author 1x
5. Kegiatan Pelayanan
a. Kasus dermatologi 1.500
b. Kasus venereologi 200
c. Skin prick test 2
d. Intradermal skin test 1
e. Patch test 2
f. Injeksi kortikosteroid intralesi 10
g. Bedah kimia superfisial dan medium 5
h. Penanganan skar pasca akne: Subsisi, elevasi plong, 5
microneedling
i. Bedah pisau 5
j. Bedah listrik 5
k. Bedah beku 5
l. Bedah laser 3
m. Dermabrasi/mikrodermabrasi 3
n. Injeksi Botox 3
o. Augmentasi kulit nonpermanent (skin filler) 3
p. Light and energy based devices untuk berbagai 5
indikasi
6. Pembelajaran modul tugas baca jurnal 10x
7. Tinjauan pustaka 3x
8. Penelitian untuk tesis/tesis 1x

Tabel 3. Jumlah kegiatan pendukung minimal yang wajib


Jenis kegiatan Jumlah minimal
1. Membimbing kegiatan ilmiah mahasiswa FK 10
2. Pengabdian pada masyarakat
a. Penyuluhan kesehatan 2
b. Pelayanan profesi pada masyarakat 2

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 15


16 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi
Lampiran 1

Substansi Kajian dengan Matriks Pembelajaran dan Deskripsi Mata Ajar

A. Substansi Kajian
A. 1. Substansi Kajian Dermatologi Dasar

MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran : Dermatologi Dasar
Kode mata ajaran : ...........
Diberikan pada : Pengayaan
Jenis kegiatan : Diskusi simulasi
Masa pendidikan : 6 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain : Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan THT-KL, Ilmu
Kesehatan Anak, Ilmu Bedah, Obstetri Ginekologi, Ilmu
Kedokteran Komunitas, Mikrobiologi Klinik, Patologi
Klinik, Patologi Anatomi
Deskripsi mata ajar:
1. Pengetahuan dasar umum Dermatologi dan Venereologi:
a. Struktur dan fungsi kulit (termasuk kuku dan rambut), mukosa dan genitalia normal serta
perkembangannya.
b. Morfologi, terminologi, histologi dan histopatologi
c. Perubahan fisiologis pada kulit sepanjang usia (termasuk kehamilan): neonatus sampai
dengan geriatri
Kelainan dan penyakit kulit pada neonatus yang bersifat sementara: cutis
marmorata, perubahan warna Harlequin, akrosianosis, deskuamasi, milia dan akne
neonatorum, sklerema neonatorum, nekrosis lemak subkutan, eritema toksikum
neonatorum, transient neonatal pustular melanosis, ikterus neonatorum transien,
birth mark.
Perubahan kulit pada masa kehamilan.
Kelainan kulit akibat photoaging: elastosis solaris, purpura senilis, lentigo senilis.
d. Imunologi dasar : Introduksi sistem imun, komplemen, antibodi, reaksi hipersensitivitas
tipe I, reaksi hipersensitivitas tipe II & III, reaksi hipersensitivitas tipe IV, imunodefisiensi,
toleransi imunologik dan autoimunitas.
e. Proses penyembuhan luka.
f. Pemeliharaan kulit dan genitalia (neonatus hingga geriatri).
g. Dermatoterapi sistemik (antihistamin, kortikosteroid, antimikroba) dan topikal.
h. Mekanisme pruritus.
2. Pengetahuan dasar khusus Dermatologi dan Venereologi
a. Dasar-dasar fotobiologi
b. Dasar-dasar tindakan medik non invasif dan invasif (lihat materi bedah kulit)
c. Biopsi kulit: teknik biopsi, menentukan dan mengambil spesimen yang representatif, cara
pengiriman spesimen.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 17


d. Pengetahuan dasar Dermatopatologi
Histogenesis, histologi kulit normal, dan perubahan histopatologi di dalam epidermis
Berbagai jenis sel radang
Tanda-tanda keganasan

e. Pengetahuan dasar Dermatologi Anak


Aplikasi genetik dalam klinik: kromosom manusia, istilah baku/terminologi genetik,
konseling genetik.
f. Pengetahuan dasar Dermatologi Geriatri
Struktur dan fisiologi kulit pada geriatri
Aspek psikososial pada geriatri
Proses penuaan

g. Sistem Imun Kulit


Imunitas alamiah kulit
Kulit sebagai barier imunologis
Hubungan human leukocyte antigen (HLA) dan suseptibilitas penyakit
Sitokin
Kemokin
Growth factor
Biologi molekuler dan selular sel mast
Fotoimunologi
Imunosupresan dan imunomodulator
h. Pengetahuan dasar Tumor dan Bedah Kulit
Onkologi dasar
Prosedur diagnostik tumor kulit
Klasifikasi tumor kulit
Dasar-dasar bedah kulit
i. Pengetahuan dasar Venereologi
Pemeriksaan laboratoris, serologis, dan interpretasi hasil
j. Pengetahuan dasar Dermatologi Kosmetik
Kosmetik dan perawatan kulit pada dermatologi
Pigmentasi kulit normal

k. Pengetahuan dasar infeksi kulit.

l. Pengetahuan dasar kegawatdaruratan kulit

Daftar rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology in
general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Elder DE, Elenitas R, Johnson BL, Murphy GF. Lever’s Histopathology of the skin. Edisi ke-9.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Weedon D. Weedon’s skin pathology. Edisi ke-3. Edinburgh: Churcill Livingstone Elsevier;
2010.

18 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


4. Harper J, Oranje A, Prose N. Textbook of pediatric dermatology. Vol I & II. Edisi ke-3.
Massachusetts: Blackwell Publishing; 2011 .
5. Holmes KK, Sparling PF, Mardh PA, Lemon SM, Stamm WE, Piot P, et al. Sexually transmitted
diseases. Edisi ke-3. New York: McGraw Hill; 1999.
6. Baran R, Maibach HI. Textbook of cosmetic dermatology. Edisi ke-3. London: Taylor and
Francis; 2005.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 19


A.2. Substansi Kajian Dermatologi Infeksi

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Dermatologi Infeksi


Kode mata ajaran :
Diberikan pada : magang dan mandiri
Jenis kegiatan : - Diskusi simulasi
- Presentasi kasus
- Kerja poli
- Kerja bangsal
- Tugas baca
- Tutorial (mis: diskusi jurnal/presentasi
kasus sebelum diajukan)
Masa pendidikan : 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain : Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan THT-KL, Ilmu
Kesehatan Mata, Ilmu Kesehatan Syaraf, Ilmu Kesehatan
Anak, Ilmu Bedah, Ilmu Kebidanan, Rehabilitasi Medik,
Mikrobiologi, Parasitologi, Patologi Anatomi, Patologi
Klinik

Deskripsi mata ajar:


1. Infeksi Bakteri
a. Infeksi Gram positif terkait produksi toksin
b. Infeksi non-nekrosis pada dermis dan subkutan
c. Infeksi nekrosis
d. Infeksi basil dan Gram negatif
e. Manifestasi kulit pada endokarditis, sepsis, syok sepsis, disseminated intra vascular
coagulation (DIC)
f. Bakteri lain dengan manifestasi kulit
g. Bartonelosis
h. Tuberkulosis dan tuberkulosis atipik
i. Spirokhaeta
j. Morbus Hansen dengan penyulit

2. Infeksi Jamur
a. Infeksi jamur superfisial dengan penyulit
b. Infeksi jamur subkutan
c. Infeksi jamur sistemik dengan manifestasi kulit

3. Infeksi virus
a. Eksanthema virus
b. Varisela dan herpes zoster dengan penyulit
c. Infeksi poxvirus
d. Infeksi virus human immunodeficiency

20 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


4. Infestasi parasit dan cacing
a. Parasitik protozoa
b. Filariasis
c. Bites and stings of terrestial aquatic life
d. Skabies Norwegian

Daftar rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Dermatomikosis superfisialis: pedoman untuk dokter dan mahasiswa kedokteran. Edisi ke-2.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas indonesia; 2013.
3. Rippon Medical mycology. Edisi ke-3.; Philadephia: WB Saunders Co; 1998
4. Brycesson A, Pfalzgraff RE. Leprosy. Edisi ke-3. Edinburgh: Churchill Livingstone; 1973.
5. Kar HK, Kumar B. IAL Textbook of leprosy. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers;
2010.
6. Srinivasan H. Prevention of disabilities in patients with leprosy. Geneva: WHO; 1993.
7. Paller AS, Mancini AJ. Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology, A textbook of skin disorders of
childhood and adolescence. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 21


A.3. Substansi Kajian Dermatologi Non-Infeksi

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Dermatologi Non Infeksi


Kode mata ajaran :
Diberikan pada tahapan : magang dan mandiri
Jenis kegiatan : - Diskusi simulasi
- Presentasi kasus
- Kerja poli
- Kerja bangsal
- Tugas baca
- Tutorial (mis: diskusi jurnal/presentasi
kasus sebelum diajukan)
Masa pendidikan : 6 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain : Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan THT-KL, Ilmu
Kesehatan Anak, Ilmu Bedah, Ilmu Kebidanan, Ilmu
Kedokteran Komunitas, Patologi Anatomi, Patologi Klinik

Deskripsi mata ajar:


1. SKDI 2012 sistem integument
2. Kelainan inflamasi reaktivitas dan disregulasi sel T
a. Dermatitis numularis dengan penyulit
b. Liken simpleks kronikus dengan penyulit
c. Prurigo nodularis dengan penyulit
d. Vesicular palmoplantar eczema
e. Dermatitis autosensitisasi
f. Erupsi pustular telapak tangan dan kaki
g. Dermatitis seboroik dengan penyulit
h. Dermatitis eksfoliativa
i. Pitiriasis rubra pilaris
j. Parapsoriasis dan pitiriasis likenoides
k. Liken planus
l. Liken nitidus
3. Kelainan inflamasi neutrofil dan eosinofil
a. Dermatosis neutrofilik febris akut (sindrom Sweet)
b. Pioderma gangrenosum
c. Granuloma fasiale
d. Dermatosis subkorneal pustular (Penyakit Sneddon Wilkinson)
4. Kelainan inflamasi reaktivitas abnormal humoral dan kelainan inflamasi lain
a. Pitiriasis rosea
b. Eritema anulare sentrifugum dan eritema figuratum lain
c. Granuloma anulare
5. Kelainan diferensiasi dan keratinisasi epidermis
a. Darier
b. Porokeratosis
c. Keratosis pilaris
6. Kelainan melanosit

22 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


a. Vitiligo
7. Kelainan kelenjar sebum
a. Dermatitis perioral
8. Kelainan kelenjar ekrin dan apokrin
a. Hiperhidrosis lokalisata
b. Bromhidrosis
c. Kromhidrosis
d. Fox Fordyce
e. Miliaria
9. Kelainan kulit akibat faktor kimia, fisik dan radiasi
a. Trauma dingin
b. Trauma panas
c. Akibat radiasi
10. Kelainan neurokutaneus dan psikokutaneus
a. Penyakit kulit psikokutan
b. Manifestasi kulit penyalahgunaan obat
11. Kelainan kulit pada kehamilan
a. Herpes gestasiones
b. Polymorphic eruption of pregnancy (PEP)
c. Atopic eruption of pregnancy (AEP)
12. Kelainan kulit akibat nutrisi metabolik dan herediter
a. Porfiria
b. Amiloidosis
13. Kelainan kulit pada kelainan sistem organ dalam
a. Sarkoidosis
b. Kelainan kulit pada DM
14. Kelainan kulit pada peradangan vaskular
a. Eritema elevatum diutinum
b. Adamantiades-Behcet disease
c. Penyakit Kawasaki
d. Pigmented purpuric dermatoses
e. Cutaneous changes in peripheral arterial vascular disease
f. Cutaneous changes in peripheral venous and lymphatic insufficiency
15. Genodermatosis
a. Penurunan genetik dan konseling
b. Iktiosis non sindromik yang diturunkan
c. Keratoderma palmo-plantar
d. Epidermolisis bulosa yang diturunkan
e. Sindrom neurokutan
f. Inkontinensia pigmenti
16. Dermatologi neonatal, anak dan adolesen
a. Perawatan kulit pada bayi dan anak
b. Transient neonatal dermatoses
c. Cutaneous changes in nutritional disease
d. Displasia ektodermal
e. Histiosis sel Langerhans
f. Biologi sel Mast dan sindrom mastositosis
g. Dermatoterapi pada anak

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 23


h. Erupsi eksematosa pada bayi dan anak
i. Erupsi papulo-eritroskuamosa pada bayi dan anak
j. Kelainan kulit akibat kurang kalori protein (KKP)/malnutrisi
k. Infeksi dan infestasi
l. Mastositosis-Histiositosis
m. Kelainan kulit pada bayi baru lahir yang didapat saat kehamilan atau persalinan ibu
17. Penyakit degeneratif
a. Pruritus (senilis, neuropati, kelainaan metabolik, kelainan endokrin, keganasan, dll)
b. Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada geriatri

Daftar rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology in
general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Elder DE, Elenitas R, Johnson BL, Murphy GF. Lever’s Histopathology of the skin. Edisi ke-9.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Paller AS, Mancini AJ. Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology, A textbook of skin disorders of
childhood and adolescence. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006
4. Harper J, Oranje A, Prose N. Textbook of pediatric dermatology. Vol I & II. Edisi ke-3.
Massachusetts: Blackwell Publishing; 2011
5. Danarti R, Boediardja SA, Sugito TL, Muhandari A, Diana IA, et al. Atlas Genodermatoses
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset; 2013.
6. Farage MA, Miller KW, Maibach HI. Text book of aging skin. New York: Springer; 2010.
7. Gilchrest BA, Krutmann J. Text book of skin aging. New York: Springer; 2010.

24 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


A.4. Substansi Kajian Dermatologi Kosmetik.

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Dermatologi Kosmetik


Kode mata ajaran :
Diberikan pada semester : magang dan mandiri
Jenis kegiatan : - Diskusi simulasi
- Presentasi kasus
- Kerja poli
- Kerja bangsal
- Tugas baca
- Tutorial (mis: diskusi jurnal/presentasi
kasus sebelum diajukan)
Masa pendidikan : 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain : Ilmu Bedah Plastik, Farmakologi Klinik, Imunologi, Ilmu
Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Bedah Kulit, Tumor
Kulit, Patologi Anatomi, Patologi Klinik

Deskripsi mata ajar:


1. Dasar-dasar dermatologi kosmetik
a. Tabir surya
b. Bahan depigmentasi
c. Retinoid topical dan sistemik
2. Pengetahuan klinis
a. Kelainan kelenjar sebasea
b. Kelainan kelenjar ekrin dan apokrin
c. Kelainan rambut
d. Kelainan kuku
e. Kelainan melanosit
f. Photoaging
g. Body art
h. Kelainan dermis dan jaringan subkutan

Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Baran R, Maibach HI. Textbook of cosmetic dermatology. Edisi ke-3. London: Taylor &
Francis; 2005.
3. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s Textbook of dermatology Volume 4. Edisi
ke-8. West Sussex: Blackwell Publishing Ltd; 2010.
4. Obagi ZE. Obagi Skin Health restoration and rejuvenation. New York: Springer-Verlag Inc;
2000.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 25


A.5. Substansi Kajian Venereologi

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Venereologi


Kode mata ajaran :
Tahapan : magang dan mandiri
Jenis kegiatan : a. Kerja poliklinik
b. Tindakan laboratorium
c. Presentasi kasus
d. Tugas baca
e. Diskusi pendalaman materi
Masa pendidikan : 3 bulan
Mata ajar lain terintegrasi : Mikrobiologi Klinik, Farmakologi Klinik, Parasitologi Klinik,
Patologi Klinik, Patologi Anatomik, Imunologi, Ilmu Penyakit
Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Obstetri Ginekologi, Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Ilmu Penyakit Saraf, Ilmu Penyakit
Mata.
Deskripsi mata ajar :

1. Penyebab bakteri
a. Gonore dengan penyulit
b. Infeksi genital non spesifik (C. trachomatis, U. urealyticum, mikoplasma)
c. Sifilis
d. Ulkus mole
e. Vaginosis bacterial (IMS/ISR)
f. Limfogranuloma venereum
g. Granuloma inguinale
2. Penyebab virus
a. Herpes genital
b. Kondiloma akuminatum (kutil kelamin)
c. IMS pada HIV/AIDS
d. Moluskum kontagiosum
3. Penyebab parasit/jamur
a. Trikomoniasis
b. Kandidosis vulvovaginalis
c. Skabies
d. Pedikulosis pubis

26 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


4. Lain-lain
a. Pada kelompok khusus (LSL & Waria)
b. Konseling IMS dan HIV/AIDS
c. PITC (Provider intiated testing and counseling)

Daftar rujukan:
1. Gross G, Tyring SK. Sexually transmitted infections and sexually transmitted diseases. Berlin:
Springer-verlag; 2011
2. Holmes KK, Sparling PF, Mardh PA, Lemon SM, Stamm WE, Piot P, et al. Sexually transmitted
diseases. Edisi ke-3. New York: McGraw Hill; 1999
3. Daili SF, Makes WI, Zubier F, Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi ke-3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2005
4. Pedoman penatalaksanaan (Guidelines), oleh:
a. WHO (2003),
b. CDC Atlanta (2006),
c. Dep. Kesehatan RI (2006)

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 27


A.6. Substansi Kajian Tumor dan Bedah Kulit.

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Dermatologi Tumor.


Kode mata ajaran :
Diberikan pada semester : magang dan mandiri
Jenis kegiatan : - Diskusi simulasi
- Presentasi kasus
- Kerja poli
- Kerja bangsal dan ruang tindakan
- Pengkajian spesimen histopatologik
- Tugas baca
- Tutorial (mis: diskusi jurnal/presentasi
kasus sebelum diajukan)
Masa pendidikan : 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain : Ilmu Bedah, Patologi Klinik, Patologi Anatomi,
Mikrobiologi, Imunologi, Radiologi, Ilmu Penyakit Dalam,
Ilmu Kesehatan Anak.

Deskripsi mata ajar:


1. Karsinogenesis/Onkologi dasar
2. Tumor jinak
a. Tumor jinak epidermis dan kista epidermis
b. Tumor jinak adneksa
c. Tumor jinak sel melanosit dan sel nevus
d. Tumor jinak jaringan ikat
e. Tumor jinak jaringan lemak dan kelainan metabolism lemak
f. Tumor jinak karena virus
g. Neoplasma, hiperplasia dan malformasi vaskular
3. Tumor jinak lainnya
4. Prakanker
a. Keratosis aktinik
b. Penyakit Bowen
c. Leukoplakia
5. Tumor ganas
a. Tumor ganas epidermis dan adneksa
b. Tumor ganas sel melanosit
c. Tumor ganas vaskular
d. Limfoma kulit dan leukemia kutis
e. Tumor ganas jaringan ikat
f. Tumor ganas lainnya

28 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


Daftar Rujukan:

1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology in
general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Elder DE, Elenitas R, Johnson BL, Murphy GF. Lever’s Histopathology of the skin. Edisi ke-9.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Rigel DS, Robinson JK, Ron M, Friedmann RJ, Cockereel CJ, Lim HW. Cancer of the skin. New
York: Elsevier Saunders; 2011.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 29


A. 7. Dermato Alergo-Imunologi

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Dermato Alergo-Imunologi


Kode mata ajaran :
Diberikan pada tahapan : magang dan mandiri
Jenis kegiatan : - Diskusi simulasi
- Presentasi kasus
- Kerja poli
- Kerja bangsal
- Uji kulit
- Tugas baca
- Tutorial (mis: diskusi jurnal/presentasi
kasus sebelum diajukan)
Masa pendidikan : 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain : Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan THT-KL, Ilmu
Kesehatan Anak, Ilmu Kesehatan Mata, Patologi Antomi,
Patologi Klinik
Deskripsi mata ajar:
1. Kelainan inflamasi akibat reaktivitas dan disregulasi sel T
a. Dermatitis kontak alergi
b. Dermatitis atopik
c. Psoriasis

2. Kelainan inflamasi akibat reaktivitas abnormal humoral dan kelainan inflamasi lain
a. Urtikaria dan angioedema
b. Eritema multiforme
c. Nekrolisis epidermal
d. Cutaneous reactions to drugs

3. Gangguan diferensiasi epidermis dan keratinisasi


a. Dermatitis kontak iritan

4. Gangguan adhesi epidermal dan dermoepidermal


a. Pemfigus
b. Pemfigoid bulosa
c. Dermatosis IgA linear dan CBDC
d. Dermatitis herpetiformis

5. Gangguan jaringan ikat dermis


a. Morfea

6. Kulit pada gangguan vaskular, jaringan ikat dermis dan autoimun lain
a. Lupus eritematosus
b. Dermatomiositis
c. Skleroderma

30 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


7. Kelainan kulit pada peradangan vaskular
a. Cutaneous necrotizing venulitis

8. Penyakit kulit akibat kerja (PKAK)


a. PKAK akibat iritan dan alergen

Daftar rujukan:

1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s
Dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Lachapelle JM, Maibach HI. Patch Testing and Prick Testing a practical guide. Edisi ke-2.
Berlin: Springer-Verlag; 2009.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 31


A. 8. Substansi Kajian Dermatopatologi

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Dermatopatologi


Kode mata ajaran :
Diberikan pada semester : Pengayaan, magang dan mandiri
Jenis kegiatan : - Diskusi simulasi
- Presentasi kasus
- Kerja poli
- Kerja bangsal dan ruang tindakan
- Pengkajian spesimen histopatologik
- Tugas baca
- Tutorial (mis: diskusi jurnal/presentasi
kasus sebelum diajukan)
Masa pendidikan : Terintegrasi dengan substansi kajian yang lain
Integrasi dengan mata ajar lain : Ilmu Bedah, Patologi Klinik, Patologi Anatomi,
Mikrobiologi, Imunologi, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu
Kesehatan Anak.

Deskripsi mata ajar:


1. Dermatitis
2. Penyakit golongan papuloloeritroskuamo non-infeksiosa
3. Vesikobulosa kronika
4. Penyakit jaringan ikat
5. Penyakit infeksi bakteri
6. Penyakit jamur
7. Penyakit virus
8. Erupsi obat
9. Genodermatosis
10. Lipoidosis
11. Granuloma non-infeksi
12. Tumor dan kista epidermal
13. Tumor jaringan adneksa
14. Tumor jaringan lemak
15. Tumor pembuluh darah dan pembuluh getah bening
16. Tumor jaringan ikat, tumor jaringan saraf
17. Tumor melanosistik
18. Kelainan pigmentasi
19. Penyakit pembuluh darah
20. Keganasan kulit

32 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


Daftar Rujukan:

1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: MCGraw-Hill; 2012.
2. Weedon D. Weedon’s Skin pathology. Edisi ke-3. Edinburgh: Churcill Livingstone Elsevier;
2010.
3. Elder DE. Lever’s Histopathology of the skin. Edisi ke-10. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins; 2009.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 33


B. Keterampilan Klinis Dermatologi dan Venereologi
B.1. Pemeriksaan Dasar

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Pemeriksaan dasar.


Kode mata ajaran :
Diberikan pada semester : magang dan mandiri
Masa pendidikan : Terintegrasi dengan masing-masing mata ajaran.

Deskripsi mata ajar:

1. Mendata perjalanan penyakit


2. Pemeriksaan fisis

Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s
Dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Dll sesuai dengan mata ajaran (buku yang terkait)

34 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


B.2. Pemeriksaan Penunjang

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Pemeriksaan penunjang.


Kode mata ajaran :
Diberikan pada semester : magang dan mandiri
Masa pendidikan : Terintegrasi dengan masing-masing mata ajaran.

Deskripsi mata ajar:


1. Sediaan apus
2. Sediaan basah
3. Mendeteksi parasit
4. Acetowhite
5. Fluoresens
6. Pemeriksaan klinis khusus
7. Uji kulit
8. Dermatopatologi
9. Dermoskopi

Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s
Dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Dll sesuai dengan mata ajaran (buku yang terkait).

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 35


B.3. Dermatologi Intervensi
B.3.1. Dermatologi kosmetik

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Prosedur Intervensi Dermatologi kosmetik


Kode mata ajaran :
Diberikan pada semester : magang dan mandiri
Masa pendidikan : Terintegrasi dengan Dermatologi Kosmetik

Deskripsi mata ajar:


1. Ekstraksi komedo
2. Injeksi kortikosteroid intralesi untuk nodul akne
3. Bedah kimia (superfisial, medium, dalam)
4. Injeksi toksin botulinum
5. Skleroterapi
6. Dermabrasi dan mikrodermabrasi
7. Penanganan sikatriks akne
8. Skin needling
9. Augmentasi jaringan lunak termasuk fat transfer

Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Baran R, Maibach HI. Textbook of cosmetic dermatology. Edisi ke-3. London: Taylor &
Francis; 2005.
3. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s Textbook of dermatology. Volume 4. Edisi
ke-8. West Sussex: Blackwell Publishing Ltd; 2010.
4. Obagi ZE. Obagi Skin Health restoration and rejuvenation. New York: Springer-Verlag Inc;
2000.

36 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


B.3.2. Laser serta alat berbasis cahaya dan energi

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Laser serta alat berbasis cahaya dan energi


Kode mata ajaran :
Diberikan pada semester : Pengayaan, magang dan mandiri
Masa pendidikan : Terintegrasi dengan Dermatologi Kosmetik

Deskripsi mata ajar:


1. Laser CO2 konvensional
2. Laser pigmen
3. Laser vaskular
4. Laser rejuvenation non- ablative
5. Laser rejuvenation ablative fractional
6. Laser hair removal
7. Laser serta alat berbasis cahaya dan energi untuk indikasi lain

Daftar Rujukan:
1. Nouri K. Laser in dermatology medicine. New York: Springer; 2011
2. Goldman MP. Cutaneous laser surgery. Boca Raton: Taylor and Francis Company; 2005

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 37


B.3.3. Fototerapi dan fotodinamik

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Fototerapi dan fotodinamik


Kode mata ajaran :
Diberikan pada semester : Pengayaan, magang dan mandiri
Masa pendidikan : 3 bulan
Prasyarat : Lulus tahap 1

Deskripsi mata ajar:


1. UVB
2. UVA
3. Fotodinamik

Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: MCGraw-Hill; 2012.
2. Morison WL. Phototerapy and photochemotherapy of skin disease. Edisi ke-3. Boca Raton:
Taylor & Francis Group; 2005.

38 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


B.3.4. Bedah Kulit

MATRIKS PEMBELAJARAN

Mata ajaran : Bedah kulit


Kode mata ajaran :
Diberikan pada semester : Pengayaan, magang dan mandiri
Masa pendidikan : Terintegrasi dengan tumor
Prasyarat : Lulus tahap 1

Deskripsi mata ajar:

1. Pengenalan anatomi kulit terkait bedah skalpel


2. Teknik aseptik dan antiseptik
3. Anestesi lokal, blok terbatas, tumesen
4. Pengenalan instrumen: benang, jarum, dan penutup luka
5. Keterampilan dasar bedah kulit (teknik jahitan, evaluasi pra dan pasca bedah)/ BSS aplikasi,
indikasi dan kontraindikasi
6. Pengetahuan dan teknik operasi
7. Kedaruratan medik bedah kulit
8. Perawatan luka (tindakan bedah kulit)
9. Komplikasi bedah kulit
10. Suction blister/punch grafting vitiligo
11. Blefaroplasti
12. Facelift
13. Microannular tumescent liposuction/suction curretage

Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Robinson JK, Hanke CW, Siegel DM, Frasila A. Surgery of the skin, procedural dermatology.
Edinburgh: Mosby-Elsevier; 2010.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 39


Lampiran 2

Daftar Masalah Dermatologi dan Venereologi

Untuk memulai kajian kesehatan dermatologi dan venereologi maka harus dikenal
masalah yang ada di lapangan. Masalah ini biasanya diungkapkan pasien sebagai keluhan
utama. Dengan mengenal masalah yang dihadapi maka DR. Sp.DV mampu menyusun
anamnesis, pemeriksaan fisik holistik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
sehingga terbentuk diagnosis dan diagnosis banding yang menjadi dasar penatalaksanaan.

Daftar masalah dermatologi dan venereologi

1 Kulit gatal 18 Ketombe


2 Kulit nyeri 19 Rambut rontok
3 Kulit mati rasa 20 Kebotakan
4 Kulit berubah warna (menjadi 21 Ruam kulit
putih, hitam, merah, atau kuning) 22 Duh tubuh
5 Kulit kering 23 Ulkus atau luka genital di
anus/kelamin
6 Kulit berminyak 24 Benjolan di genital
7 Kulit menebal 25 Nyeri pada kelamin
8 Kulit menipis 26 Gatal pada kelamin
9 Kulit bersisik 27 Berbau pada kelamin
10 Kulit lecet, luka, tukak 28 Ruam kelamin
11 Kulit bernanah 29 Nyeri pada buang air kecil
12 Kulit melepuh 30 Nyeri pada saat berhubungan seks
13 Benjolan kulit 31 Konseling pramarital
14 Luka gores, tusuk, sayat 32 Keringat berbau
15 Luka bakar 33 Keringat berlebihan
16 Kuku nyeri 34 Keringat berwarna
17 Kuku berubah warna atau bentuk

Sumber: SKDI 2012 dengan beberapa tambahan

40 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


Lampiran 3

Standar Kompetensi
Dermatologi dan Venereologi

Tabel 4. Standar Kompetensi Penyakit Dermatologi dan Venereologi

KODE JUDUL JENIS PENYAKIT TINGKAT


KOMPETENSI
1. Infeksi 1) Infeksi Bakteri
a. Infeksi Gram positif terkait produksi toksin
Staphylococcal scalded skin syndrome 3
Toxic shock syndrome 3
Recalcitrant erythematous 3
desquamating disorder
Demam Scarlet 3
Demam rheuma 3
Limfangitis 3
b. Infeksi non-nekrosis pada dermis dan
subkutan
Selulitis 4
Erisipelas 4
c. Infeksi nekrosis
Fasilitis nekrotikans 3
Selulitis gangrenosa 3
Mionekrosis 3
d. Infeksi basil dan Gram negatif
Meningkoksemia 3
Cat scratch disease 3
Infeksi Pseudomonas aeroginosa 3
e. Manifestasi kulit pada endokarditis,
sepsis, syok sepsis, DIC
Bakteremia dan septikemia dengan 3
keterlibatan kulit
Syok sepsis 3
Disseminated intravascular coagulation 3
(DIC)
f. Bakteri lain, dengan manifestasi kulit
Tularemia 3
Antraks 3
Difteria 3
g. Bartonelosis 1
h. Tuberkulosis dan tuberkulosis atipik 4

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 41


i. Spirokhaeta
Lyme disease 3
Frambusia/Pinta 3
j. Morbus Hansen dengan penyulit 4
Reaksi MH, pencegahan kecacatan, MH
pada keadaan khusus, regimen lain
pengobatan MH, relaps dan resistensi
2) Infeksi Jamur
a. Infeksi jamur superfisial dengan penyulit
Dermatofitosis 4
Kandidosis termasuk kandidosis 4
muko kutan kronik (KMKK)
Malasseziosis 4
Dermatofitosis profunda 4
Granuloma kandida 4
Onikomikosis 4
b. Infeksi jamur subkutan
Sporotrikosis 4
Kromoblastomikosis 4
Eumisetoma 4
Aktinomisetoma 4
Aktinomikosis 4
Nokardiosis 4
Mukormikosis subkutan 4
Mikosis subkutan dengan penyulit 3
c. Infeksi jamur sistemik dengan manifestasi
kulit
Kriptokokosis 3
Histoplasmosis 3
Penisiliosis 3
Kandidosis sistemik 3
Aktinomikosis 3
Nokardiosis 3
Pada pasien imunokompromais 3
(mukormikosis, mikosis oportunistik
lain)
3) Infeksi Virus
a. Eksanthema virus
Rubeola 3
Rubela 3
Erythema infectiosum dan parvovirus 3
Virus Epstein Barr (HHV 4) 3
Penyakit kuku dan mulut 3
HHV6 (Eksantema subitum/roseola 3
infantum)

42 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


HHV 7 (Pitiriasis rosea) 3
HHV 5 (Human CMV) 3
b. Varisela dan herpes zoster dengan 3
penyulit
c. Infeksi Poxvirus 4
d. Infeksi virus human immunodeficiency
- Papular pruritic eruption (PPE) 3
- Folikulitis eosinofilik 3
4) Infestasi parasit dan cacing
a. Parasitik protozoa: leishmaniasis, 3
amubiasis kutis
b. Filariasis 3
c. Bites and stings of terrestial and aquatic 3
life
d. Skabies Norwegian 4
2. Non-infeksi 1) SKDI 2012 sistem integument Sesuai SKDI
2012
2) Kelainan inflamasi reaktivitas dan disregulasi
sel T
a. Dermatitis numularis dengan penyulit 4
b. Liken simpleks kronikus dengan penyulit 4
c. Prurigo nodularis dengan penyulit 4
d. Vesicular palmoplantar eczema 4
e. Dermatitis autosensitisasi 4
f. Erupsi pustular telapak tangan dan kaki 4
g. Dermatitis seboroik dengan penyulit 4
h. Dermatitis eksfoliativa 4
i. Pitiriasis rubra pilaris 4
j. Parapsoriasis dan pitiriasis likenoides 4
k. Liken planus 4
l. Liken nitidus 4
3) Kelainan inflamasi neutrofil dan eosinofil
a. Dermatosis neutrofilik febris akut (sweet 4
syndrome)
b. Pioderma gangrenosum 4
c. Granuloma fasiale 4
d. Dermatosis subkorneal pustular (Penyakit 4
Sneddon Wilkinson)
4) Kelainan inflamasi reaktivitas abnormal
humoral dan kelainan inflamasi lain
a. Pitiriasis rosea 4
b. Eritema anulare sentrifugum dan eritema 4
figuratum lain
c. Granuloma anulare 4

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 43


5) Kelainan diferensiasi dan keratinisasi
epidermis
a. Darier 4
b. Porokeratosis 4
c. Keratosis pilaris 4
6) Kelainan Melanosit
a. Vitiligo 4
7) Kelainan kelenjar sebum
a. Dermatitis perioral 4
8) Kelainan kelenjar ekrin dan apokrin
a. Hiperhidrosis lokalisata 4
b. Bromhidrosis 4
c. Kromhidrosis 4
d. Fox Fordyce 4
e. Miliaria 4
9) Kelainan kulit akibat faktor kimia fisik, dan
radiasi
a. Trauma dingin 4
b. Trauma panas 4
- Luka bakar derajat 1 dan 2
- Eritema ab igne
c. Akibat radiasi 4
10) Kelainan neuro-kutaneus dan psikokutaneus
a. Penyakit kulit psikokutan 4
b. Manifestasi kulit penyalahgunaan obat 4
11) Kelainan kulit pada kehamilan
a. Herpes gestasiones 4
b. Polymorphic eruption of pregnancy (PEP) 4
c. Atopic eruption of pregnancy (AEP) 4
12) Kelainan kulit akibat nutrisi metabolik dan
herediter
a. Porfiria 3
b. Amiloidosis 4
13) Kelainan kulit pada kelainan sistem organ
dalam
a. Sarkoidosis 3
b. Kelainan kulit pada DM 3
14) Kelainan kulit pada peradangan vaskular
a. Eritema elevatum diutinum 3
b. Adamantiades-Behcet disease 3
c. Penyakit Kawasaki 3
d. Pigmented purpuric dermatoses 3
e. Cutaneous changes in peripheral arterial 3
vascular disease
f. Cutaneous changes in peripheral venous 3
and lymphatic Insuficiency

44 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


15) Genodermatosis
a. Penurunan genetik dan konseling 3
b. Iktiosis non sindromik yang diturunkan 4
c. Keratoderma palmo-plantar 3
d. Epidermolisis bulosa yang diturunkan 4
e. Sindrom Neurokutan
Tuberousklerosis kompleks, 4
Neurofibromatosis, 4
f. Inkontinensia pigmenti 4
16) Dermatologi neonatal, anak dan adolesen
a. Perawatan kulit pada bayi dan anak 4
b. Transient neonatal dermatoses 4
c. Cutaneous changes in nutritional disease 4
d. Displasia ektodermal 3
e. Histiosis sel Langerhans 4
f. Biologi sel Mast dan sindrom 4
mastositosis
g. Dermatoterapi pada anak 4
h. Erupsi eksematosa pada bayi dan anak 4
i. Erupsi papulo-eritroskuamosa pada bayi 4
dan anak
j. Kelainan kulit akibat kurang kalori 4
protein (KKP)/ malnutrisi
k. Infeksi dan infestasi 4
l. Mastositosis-Histiositosis 4
m. Kelainan kulit pada bayi baru lahir yang 3
didapat saat kehamilan atau persalinan
ibu
17) Penyakit degeneratif
a. Pruritus
- Pruritus senilis 4
- Pruritus akibat neuropati 4
- Pruritus akibat kelainan metabolik 4
- Pruritus akibat kelainan endokrin 4
- Pruritus akibat keganasan 4
b. Penyakit-penyakit yang sering terjadi
pada geriatri
- Xerosis senilis 4
c. Dermatologi 1) Dasar-dasar dermatologi kosmetik
Kosmetik a. Retinoid topical dan sistemik 4
b. Tabir surya 4
c. Bahan depigmentasi 4
2) Pengetahuan Klinik
a. Kelainan kelenjar sebasea 4
1. Acne vulgaris 4
2. Erupsi akneiformis 4

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 45


3. Rosasea 4
4. Perioral dermatitis 4
b. Kelainan kelenjar ekrin dan apokrin
1. Kelainan kelenjar ekrin
- Hiperhidrosis 4
2. Kelainan kelenjar apokrin
- Bromhidrosis apokrin 4
- Kromhidrosis apokrin 3
c. Kelainan rambut
1. Alopesia adrogenetik 4
2. Telogen efluvium 4
3. Anagen efluvium 4
4. Alopesia areata 4
5. Alopesia sikatrisial 4
6. Kelainan batang rambut 4
7. Hirsutisme dan hipertrikosis 3
d. Kelainan kuku
1. Kelainan kuku estetika 4
e. Kelainan melanosit
1. Vitiligo 4
2. Hipomelanosis 4
3. Hipermelanosis 4
f. Photoaging 4
g. Body art
1. Tatto 4
h. Kelainan dermis dan jaringan
subkutan
1. Selulit 2
2. Striae 4
5 Venereologi 1. Penyebab bakteri
a. Gonore dengan penyulit 4
b. Infeksi genital non spesifik (C. 4
trachomatis, U. urealyticum,
mikoplasma)
c. Sifilis 4
d. Ulkus mole 4
e. Vaginosis bacterial (IMS/ISR) dengan 4
penyulit
f. Limfogranuloma venereum 4
g. Granuloma inguinale 2

2. Penyebab virus
a. Herpes genital 4
b. Kondiloma akuminatum (kutil kelamin) 4

46 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


c. IMS pada HIV/AIDS 4
d. Moluskum kontagiosum 4
3. Penyebab jamur
a. Trikomoniasis 4
b. Kandidosis vulvovaginalis 4
c. Skabies 4
d. Pedikulosis pubis 4
4. Lain-lain
a. Pada kelompok khusus (LSL & Waria) 3
b. Konseling IMS dan HIV/AIDS 3
c. PITC (Provider intiated testing and 3
counseling)
6 Dermatologi 1) Karsinogenesis / Onkologi dasar 2
Tumor 2) Tumor jinak
a. Tumor jinak epidermis dan kista 4
epidermis
a. Tumor jinak adneksa 4
b. Tumor jinak sel melanosit dan sel nevus 4
c. Tumor jinak jaringan ikat 4
d. Tumor jinak jaringan lemak dan kelainan 4
metabolism lemak
e. Tumor jinak karena virus 4
f. Neoplasma, hiperplasia dan malformasi 4
vascular
3) Tumor jinak lainnya 4
4) Prakanker
a. Keratosis aktinik 4
b. Penyakit Bowen 4
c. Leukoplakia 4
5) Tumor ganas
a. Tumor ganas epidermis dan adneksa
1. Karsinoma sel basal T2N0M0 4
2. Karsinoma sel skuamosa T1N0M0 4
b. Tumor ganas sel melanosit 3
c. Tumor ganas vaskular 3
d. Limfoma kulit dan leukemia kutis
1. Mikosis fungoides T1-4N0M0 4
2. Sindrom Sezary 4
e. Tumor ganas jaringan ikat 3
f. Tumor ganas lainnya 3
7. Dermato Alergo- 1) Kelainan inflamasi akibat reaktivitas dan
Imunologi disregulasi sel T
a. Dermatitis kontak alergi 4
b. Dermatitis atopik 4
c. Psoriasis 4

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 47


2) Kelainan inflamasi akibat reaktivitas
abnormal humoral dan kelainan inflamasi
lain
a. Urtikaria dan angioedema 4
1. Urtikaria akut
b. Eritema multiforme 4
c. Nekrolisis epidermal, (SJS dan TEN) 4
d. Cutaneous reactions to drugs 4
3) Gangguan diferensiasi epidermis dan
keratinisasi
a. Dermatitis kontak iritan 4
4) Gangguan adesi epidermal dan dermo-
epidermal
a. Pemfigus 4
b. Pemfigoid bulosa 4
c. Dermatosis IgA linear dan CBDC 4
d. Dermatitis herpetiformis 4
5) Gangguan jaringan ikat dermis
a. Morfea 4
6) Kulit pada ganguan vaskular, jaringan ikat
dan autoimun lain
a. Lupus eritematosus
1. Lokal 4
2. Sistemik 3
b. Dermatomiositis 3
c. Skleroderma 3
7) Kelainan kulit pada peradangan vaskular
g. Cutaneous necrotizing venulitis 3
8) Penyakit kulit akibat kerja (PKAK)
1. PKAK akibat iritan dan alergen 4
8. Dermatopatologi a. Dermatitis 3
b. Penyakit golongan papuloeritroskuamo non- 3
infeksiosa
c. Vesikobulosa kronika 3
d. Penyakit jaringan ikat 3
e. Penyakit infeksi bakteri 3
f. Penyakit infeksi jamur 3
g. Penyakit infeksi virus 3
h. Erupsi obat 3
i. Genodermatosis 3
j. Lipoidosis 3
k. Granuloma non infeksi 3
l. Tumor dan kista epidermal 3
m. Tumor Jaringan adneksa 3
n. Tumor jaringan lemak 3

48 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


o. Tumor pembuluh darah dan pembuluh getah 3
bening
p. Tumor jaringan ikat, tumor jaringan saraf 3
q. Tumor melanosistik 3
r. Kelainan pigmentasi 3
s. Penyakit pembuluh darah 3
t. Keganasan kulit 3

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 49


Lampiran 4

Standar Kompetensi Keterampilan Klinik Dermatologi dan Venereologi

1. Pemeriksaan Dasar

Tabel 5. Standar Kompetensi Keterampilan Klinik: Pemeriksaan Dasar

NO JUDUL KETERAMPILAN KLINIK TINGKAT


KOMPETENSI
1 Mendata perjalanan Anamnesis 4
penyakit
2. Pemeriksaan fisik Menetapkan jenis efloresensi dermatologi dan 4
venereologi

2. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 6. Standar Kompetensi Keterampilan Klinik: Pemeriksaan Penunjang

NO JUDUL KETERAMPILAN KLINIK TINGKAT


KOMPETENSI
1 Sediaan apus a. Gram, KOH, Ziehl Nielsen 4
b. Tzanck test 4
2 Sediaan basah NaCl 0.9% 4
3 Mendeteksi parasit Scrapping
4 Acetowhite Asam asetat 4
5 Fluoresens Lampu Wood 4
6 Pemeriksaan klinis Prevention of Disability/POD (termasuk tes 4
khusus sensibilitas)
7 Uji Kulit a. uji tusuk 4
b. uji tempel 4
c. uji intradermal 4
d. uji provokasi oral 4
8. Dermatopatologi a. Mendiagnosis penyakit kulit melalui 3
pemeriksaan mikroskopik
b. Imunofluoresensi pada penyakit 3
vesikobulosa
9 Dermoskopi a. Pengenalan prinsip dasar (sejarah, aspek 3
fisis, alat-alat)
b. Pengenalan kriteria dermoskopi (warna dan 3
struktur)
c. Pengenalan bermacam-macam metode 3
pemeriksaan

50 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


d. Dermoskopi pada lesi berpigmen termasuk 3
tumor ganas
e. Dermoskopi pada tumor jinak dan ganas 3
yang tidak berpigmen
f. Dermoskopi pada kelainan kulit lainnya 3

3. Dermatologi Intervensi

Tabel 7. Standar Kompetensi Keterampilan Klinik: Dermatologi Intervensi

NO JUDUL KETERAMPILAN KLINIK TINGKAT


KOMPETENSI
1. Dermatologi a. Ekstraksi komedo 4
Kosmetik b. Injeksi kortikosteroid intralesi untuk 4
nodul akne
c. Bedah kimia (superfisial, medium, dalam) 4
d. Injeksi toksin botulinum 4
e. Skleroterapi 3
f. Dermabrasi dan mikrodermabrasi 4
g. Penanganan sikatriks akne 4
h. Skin needling 4
i. Augmentasi jaringan lunak, termasuk fat 4
transfer
2. Laser serta alat a. Laser CO2 konvensional 4
berbasis cahaya b. Laser pigmen 4
dan energi c. Laser vaskular 3
d. Laser rejuvenation non ablative 4
e. Laser rejuvenation ablative fractional 3
f. Laser hair removal 4
g. Laser serta alat berbasis cahaya dan 3
energi untuk indikasi lain
3 Fototerapi dan a. UVB 4
Fotodinamik b. UVA 4
c. Fotodinamik 2
4 Bedah kulit a. Pengenalan anatomi kulit terkait bedah 4
skalpel
b. Teknik aseptik dan antiseptik: 4
Prinsip kewaspadaan standar (terdapat
dalam BSS)
c. Anestesi lokal, blok terbatas, tumesen 4
(terdapat dalam BSS)
d. Pengenalan instrumen: benang, jarum 4
dan penutup luka (terdapat dalam BSS)

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 51


e. Keterampilan dasar bedah kulit:
1) Teknik jahitan: aplikasi, indikasi dan 4
kontraindikasi (terdapat dalam BSS)
2) Evaluasi pra dan pasca bedah 4
f. Pengetahuan dan teknik operasi 4
1) Bedah pisau (plong-SKDI 2012-, 4
eksisi & flap dan graft sederhana)
2) Tindakan menghentikan 4
perdarahan
3) Bedah beku 4
4) Bedah listrik 4
5) Bedah Mohs modifikasi (fresh 2
tissue technique)
6) Revisi jaringan parut 4
g. Kedaruratan medik bedah kulit 4
h. Perawatan luka (tindakan bedah kulit) 4
i. Komplikasi bedah kulit 4
j. Suction blister/punch grafting vitiligo 3
k. Blefaroplasti 3
l. Facelift 3
m. Microannular tumescent liposuction/ 3
suction curretage

52 Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi


Kontributor

Tim POKJA buku standar dan kurikulum Kolegium Dermatologi dan Venereologi
13 IPDS Dermatologi dan Venereologi
12 Kelompok Studi Perhimpunan Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi 53

Anda mungkin juga menyukai