Standar Kompetensi Kolegium DV 2011-2014
Standar Kompetensi Kolegium DV 2011-2014
DOKTER SPESIALIS
DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI
INDONESIA
Halaman
I. Pendahuluan................................................................................................. 1
Lampiran 1. Substansi Kajian dengan Matriks Pembelajaran dan Deskripsi Mata Ajar . 17
Kontributor...................................................................................................................... 54
Tabel 1. Tujuh Area Kompetensi Lulusan Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi
yang Harus Diraih .................................................................................................... 5
Tabel 2. Jumlah Kegiatan Utama Minimal yang Wajib untuk Para Peserta PPDS Dermatologi
dan Venereologi ............................................................................................................... 15
Tabel 3. Jumlah Kegiatan Pendukung Minimal yang Wajib ........................................................... 15
Tabel 4. Standar Kompetensi Penyakit Dermatologi dan Venereologi ......................................... 41
Tabel 5. Standar Kompetensi Keterampilan Klinik: Pemeriksaan Dasar........................................ 50
Tabel 6. Standar Kompetensi Keterampilan Klinik: Pemeriksaan Penunjang................................ 50
Tabel 7. Standar Kompetensi Keterampilan Klinik: Dermatologi Intervensi ................................. 51
1. Institut Pendidikan Dokter Spesialis (IPDS) adalah Pusat Pendidikan di Institut atau
Fakultas/Universitas penyelenggara pendidikan.
2. Pendidikan Akademik adalah pendidikan sarjana dan pascasarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan seni.
3. Pendidikan Profesi adalah pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik
mencapai kemampuan profesi yang dilandasi oleh kemampuan akademik yang
terukur, etika profesi, moral-hukum, dan tanggung jawab serta mempersiapkan
peserta didik memiliki pekerjaan dengan keahlian yang khusus.
4. Jenjang Pendidikan Profesi Kedokteran terdiri atas jenjang profesi Dokter (1st
Professional degree) setelah peserta didik mencapai kualifikasi Sarjana Kedokteran,
jenjang profesi Dokter Spesialis-I (2nd Professional degree), dan jenjang profesi
Dokter Spesialis-II (3rd Professional degree) atau disebut Konsultan.
5. Dokter mempunyai kemampuan dan kewenangan melakukan layanan primer bagi
individu, keluarga, dan masyarakat.
6. Dokter Spesialis-I mempunyai kemampuan dan kewenangan melakukan layanan
sekunder bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
7. Dokter Spesialis-II (Konsultan) mempunyai kemampuan dan kewenangan
melakukan layanan tersier bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
8. Program Studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan
pendidikan akademik dan/atau profesi yang diselenggarakan atas dasar suatu
kurikulum serta ditujukan agar peserta didik dapat menguasai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang sesuai dengan sasaran dan tujuan kurikulum.
9. Kegiatan akademik adalah kegiatan yang meliputi pendidikan, penelitian, dan
pengabdian/pelayanan kepada masyarakat.
10. Sistem Kredit Semester adalah sistem penyelenggaraan pendidikan dengan
menggunakan satuan kredit semester (SKS) untuk menyatakan beban studi
mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan
program.
11. Semester adalah satuan waktu kegiatan yang terdiri atas 14—16 minggu kuliah atau
kegiatan terjadwal lainnya, berikut iringannya, termasuk 2-3 pekan kegiatan
penilaian.
12. Satuan kredit semester adalah takaran penghargaan terhadap pengalaman belajar
yang diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal per pekan
sebanyak 1 jam tatap muka (kuliah), atau 2 jam praktikum, atau 4 jam kerja
lapangan, yang masing-masing diiringi oleh sekitar 1-2 jam kegiatan terstruktur dan
sekitar 1-2 jam kegiatan mandiri.
13. Masa Studi adalah waktu untuk penyelesaian studi dalam proses pendidikan pada
suatu program studi.
Standar Kompetensi ini berisi parameter keterampilan minimal yang harus dikuasai oleh
para lulusan untuk menjalankan fungsinya dalam pelayanan kesehatan masyarakat luas.
Kompetensi yang diminta disetarakan untuk seluruh lulusan dokter spesialis program
studi dermatologi dan venereologi Indonesia. Standar ini diperlukan untuk menjamin
mutu layanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga harus dituliskan
dalam sebuah buku standar kompetensi yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI). Keterampilan ini diperlukan sebagai prasyarat memperoleh Sertifikat Kompetensi
yang secara resmi diterbitkan oleh masing-masing Kolegium terkait. Standar Kompetensi
menjadi prasyarat setiap dokter untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR) dari KKI,
surat ini diperlukan dalam proses pembuatan Surat Ijin Praktek (SIP) yang diterbitkan oleh
Dinas Kesehatan.
Agar para lulusan semua Institut Pendidikan Dokter Spesialis (IPDS) memiliki kompetensi
yang sama, dalam penyusunan kurikulum di fakultas atau modul harus mengacu kepada
Standar Kompetensi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis. Di dalam Standar
Kompetensi tersebut sudah tercantum standar kompetensi dokter, kompetensi
pendidikan dokter spesialis dermatologi dan venereologi, pencapaian kompetensi
berdasarkan tahap pendidikan profesi dokter spesialis dermatologi dan venereologi,
tingkat kompetensi keterampilan yang dicapai, dan jumlah kegiatan wajib pendidikan
dokter spesialis dermatologi dan venereologi.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, suatu program
studi harus memiliki standar pendidikan dan kompetensi yang di dalamnya berisi panduan
pembelajaran dan target yang diharapkan oleh pemangku kepentingan (Kolegium dan
Perhimpunan). Panduan ini dipakai oleh seluruh IPDS yang terkait di berbagai Fakultas
Kedokteran Nasional untuk menyusun kurikulum lokal yang mempunyai kekhususan
wilayah, tetapi tetap pada rambu dan target yang ditetapkan oleh buku standar
pendidikan dan kompetensi.
A. Area Kompetensi
1. Profesionalisme yang luhur
2. Mawas diri dan pengembangan diri
3. Komunikasi efektif
4. Pengelolaan informasi
5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
6. Keterampilan klinis
7. Pengelolaan masalah kesehatan
B. Komponen Kompetensi
Untuk menjamin mutu pencapaian kompetensi, maka peserta didik harus memenuhi
kriteria yang tercantum di dalam peraturan akademik, menjalani proses pendidikan yang
diselenggarakan dengan mengunakan metode yang menjamin tercapainya kompetensi
yang ditetapkan dan sumber belajar yang tepat. Lulusan Dokter Spesialis Dermatologi dan
Venereologi (dr.Sp.DV) harus memiliki kemampuan akademik-profesional, berjiwa
Pancasila dan berwawasan global.
Area Kompetensi
Berdasarkan acuan buku Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang diterbitkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2012, maka ditetapkan Standar Kompetensi Dokter
Spesialis Dermatologi dan Venereologi. Dalam teknik pelaksanaan selanjutnya, pedoman
tujuh area kompetensi ini akan dijabarkan dalam Buku Kurikulum Pendidikan Dokter
Spesialis Dermatologi dan Venereologi di setiap IPDS.
Tabel 1. Tujuh area kompetensi lulusan Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi
yang harus diraih
Pada tahap II kompetensi dan kewenangan masih di bawah supervisi staf pengajar.
Pada tahap mandiri kompetensi dr.Sp.DV telah dicapai 100%, namun tahap mandiri
kewenangan masih di bawah supervisi staf pengajar.
Tahap pengayaan, magang dan mandiri ini terintegrasi dalam tiap Matriks Pembelajaran.
Pada tahap pengayaan diberikan substansi kajian dermatologi dasar. Tahap magang dibagi
atas tahap magang I dan tahap magang II untuk kepentingan peserta tugas belajar. Tahap
magang 1 terdiri atas substansi kajian dermatologi infeksi, dermatologi non-infeksi kecuali
dermatologi anak dan geriatri, dermato alergo-imunologi termasuk kegawatdaruratan,
dan venereologi. Tahap magang II terdiri atas dermatologi non-infeksi termasuk
dermatologi anak dan geriatri, dermatologi kosmetik, serta tumor dan bedah kulit.
Sesuai dengan proses pendidikan dr.Sp.DV baik jenjang maupun tahap, pencapaian
kompetensi (area, inti, komponen, dan level of achievement) dilaksanakan dengan
menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, terintegrasi, dan metode yang menjamin
pembelajaran sepanjang hayat.
A. Substansi Kajian
A.1. Dermatologi dasar
A.2. Dermatologi infeksi
A.3. Dermatologi non-infeksi (termasuk dermatologi anak dan geriatri)
A.4. Dermatologi kosmetik
A.5. Venereologi
A.6. Tumor dan bedah kulit
A.7. Dermato alergo-imunologi (termasuk kegawatdaruratan kulit)
A.8. Dermatopatologi terintegrasi pada setiap modul
B. Keterampilan klinis
B.1. Pemeriksaan Dasar
B.2. Pemeriksaan Penunjang
B.3. Dermatologi Intervensi
Dalam buku ini dilampirkan substansi kajian (lampiran 1), yang dilanjutkan dengan daftar
masalah (lampiran 2), daftar kompetensi penyakit (lampiran 3) dan daftar keterampilan
klinis (lampiran 4) untuk mengatasi gangguan kesehatan dermatologi dan venereologi.
Substansi kajian tersebut akan diterjemahkan dalam bentuk modul sehingga layak sebagai
pedoman pengajaran.
Modul adalah penjabaran kurikulum yang dituangkan dalam suatu bentuk upaya/kegiatan
guna menjamin tercapainya suatu kompetensi. Materi modul dapat berupa pokok atau
subpokok bahasan dari substansi kajian dermatologi dan venereologi. Modul dibuat
bersama-sama Kolegium dan Institut Pusat Studi penyelenggara pendidikan Dokter
Spesialis Dermatologi dan Venereologi mengacu pada panduan pembuatan modul MKKI,
Standar Kompetensi, dan Standar Pendidikan dr.Sp.DV.
Dalam proses pendidikan dr.Sp.DV peserta didik harus mencapai level of competence dan
sebagai bukti direkam dalam portofolio dan atau buku log.
Dalam mencapai kompetensi satu keterampilan seorang dokter dapat melalui tahapan:
1. Mengetahui ilmu yang mendasari penyakit atau masalah kesehatan yang dihadapi
(knows)
2. Mengetahui ilmu yang mendasari penyakit atau masalah kesehatan yang dihadapi
dan mengetahui cara pemecahan masalah secara teoritis (knows how)
3. Mampu mempertunjukkan cara menyelesaikan masalah yang dihadapi (show)
4. Dapat melakukan penyelesaian masalah yang dihadapi dan mampu mengatasi
akibat buruk yang mungkin terjadi (does)
Dalam aplikasi yang digunakan untuk menilai pencapaian tingkat kompetensi lulusan
Sp.DV di seluruh Indonesia adalah sebagai berikut:
Dengan demikian di dalam daftar penyakit ini tingkat kompetensi tertinggi adalah 4.
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, tidak hanya jenis masalah, penyakit atau
pun jenis keterampilan yang perlu distandarkan, melainkan juga jumlah kegiatan dalam
pendidikan spesialis tersebut.
Kegiatan dibagi atas kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Kegiatan utama adalah
pembelajaran modul klinik, presentasi/laporan kasus, publikasi ilmiah di majalah
ilmiah/jurnal sebagai penulis utama, publikasi ilmiah di majalah ilmiah/jurnal sebagai co-
author, tugas rawat jalan, tugas rawat inap dan kegawatdaruratan, pembelajaran modul
tugas baca jurnal, tinjauan pustaka, dan penelitian untuk tesis/tesis. Kegiatan pendukung
adalah membimbing kegiatan ilmiah mahasiswa FK dan pengabdian pada masyarakat.
Tercantum di bawah ini jumlah kegiatan minimum yang perlu dilakukan para calon
dr.Sp.DV agar dapat meraih tingkat kompetensi yang diharapkan.
A. Substansi Kajian
A. 1. Substansi Kajian Dermatologi Dasar
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran : Dermatologi Dasar
Kode mata ajaran : ...........
Diberikan pada : Pengayaan
Jenis kegiatan : Diskusi simulasi
Masa pendidikan : 6 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain : Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan THT-KL, Ilmu
Kesehatan Anak, Ilmu Bedah, Obstetri Ginekologi, Ilmu
Kedokteran Komunitas, Mikrobiologi Klinik, Patologi
Klinik, Patologi Anatomi
Deskripsi mata ajar:
1. Pengetahuan dasar umum Dermatologi dan Venereologi:
a. Struktur dan fungsi kulit (termasuk kuku dan rambut), mukosa dan genitalia normal serta
perkembangannya.
b. Morfologi, terminologi, histologi dan histopatologi
c. Perubahan fisiologis pada kulit sepanjang usia (termasuk kehamilan): neonatus sampai
dengan geriatri
Kelainan dan penyakit kulit pada neonatus yang bersifat sementara: cutis
marmorata, perubahan warna Harlequin, akrosianosis, deskuamasi, milia dan akne
neonatorum, sklerema neonatorum, nekrosis lemak subkutan, eritema toksikum
neonatorum, transient neonatal pustular melanosis, ikterus neonatorum transien,
birth mark.
Perubahan kulit pada masa kehamilan.
Kelainan kulit akibat photoaging: elastosis solaris, purpura senilis, lentigo senilis.
d. Imunologi dasar : Introduksi sistem imun, komplemen, antibodi, reaksi hipersensitivitas
tipe I, reaksi hipersensitivitas tipe II & III, reaksi hipersensitivitas tipe IV, imunodefisiensi,
toleransi imunologik dan autoimunitas.
e. Proses penyembuhan luka.
f. Pemeliharaan kulit dan genitalia (neonatus hingga geriatri).
g. Dermatoterapi sistemik (antihistamin, kortikosteroid, antimikroba) dan topikal.
h. Mekanisme pruritus.
2. Pengetahuan dasar khusus Dermatologi dan Venereologi
a. Dasar-dasar fotobiologi
b. Dasar-dasar tindakan medik non invasif dan invasif (lihat materi bedah kulit)
c. Biopsi kulit: teknik biopsi, menentukan dan mengambil spesimen yang representatif, cara
pengiriman spesimen.
Daftar rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology in
general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Elder DE, Elenitas R, Johnson BL, Murphy GF. Lever’s Histopathology of the skin. Edisi ke-9.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Weedon D. Weedon’s skin pathology. Edisi ke-3. Edinburgh: Churcill Livingstone Elsevier;
2010.
MATRIKS PEMBELAJARAN
2. Infeksi Jamur
a. Infeksi jamur superfisial dengan penyulit
b. Infeksi jamur subkutan
c. Infeksi jamur sistemik dengan manifestasi kulit
3. Infeksi virus
a. Eksanthema virus
b. Varisela dan herpes zoster dengan penyulit
c. Infeksi poxvirus
d. Infeksi virus human immunodeficiency
Daftar rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Dermatomikosis superfisialis: pedoman untuk dokter dan mahasiswa kedokteran. Edisi ke-2.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas indonesia; 2013.
3. Rippon Medical mycology. Edisi ke-3.; Philadephia: WB Saunders Co; 1998
4. Brycesson A, Pfalzgraff RE. Leprosy. Edisi ke-3. Edinburgh: Churchill Livingstone; 1973.
5. Kar HK, Kumar B. IAL Textbook of leprosy. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers;
2010.
6. Srinivasan H. Prevention of disabilities in patients with leprosy. Geneva: WHO; 1993.
7. Paller AS, Mancini AJ. Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology, A textbook of skin disorders of
childhood and adolescence. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006.
MATRIKS PEMBELAJARAN
Daftar rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology in
general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Elder DE, Elenitas R, Johnson BL, Murphy GF. Lever’s Histopathology of the skin. Edisi ke-9.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Paller AS, Mancini AJ. Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology, A textbook of skin disorders of
childhood and adolescence. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006
4. Harper J, Oranje A, Prose N. Textbook of pediatric dermatology. Vol I & II. Edisi ke-3.
Massachusetts: Blackwell Publishing; 2011
5. Danarti R, Boediardja SA, Sugito TL, Muhandari A, Diana IA, et al. Atlas Genodermatoses
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset; 2013.
6. Farage MA, Miller KW, Maibach HI. Text book of aging skin. New York: Springer; 2010.
7. Gilchrest BA, Krutmann J. Text book of skin aging. New York: Springer; 2010.
MATRIKS PEMBELAJARAN
Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Baran R, Maibach HI. Textbook of cosmetic dermatology. Edisi ke-3. London: Taylor &
Francis; 2005.
3. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s Textbook of dermatology Volume 4. Edisi
ke-8. West Sussex: Blackwell Publishing Ltd; 2010.
4. Obagi ZE. Obagi Skin Health restoration and rejuvenation. New York: Springer-Verlag Inc;
2000.
MATRIKS PEMBELAJARAN
1. Penyebab bakteri
a. Gonore dengan penyulit
b. Infeksi genital non spesifik (C. trachomatis, U. urealyticum, mikoplasma)
c. Sifilis
d. Ulkus mole
e. Vaginosis bacterial (IMS/ISR)
f. Limfogranuloma venereum
g. Granuloma inguinale
2. Penyebab virus
a. Herpes genital
b. Kondiloma akuminatum (kutil kelamin)
c. IMS pada HIV/AIDS
d. Moluskum kontagiosum
3. Penyebab parasit/jamur
a. Trikomoniasis
b. Kandidosis vulvovaginalis
c. Skabies
d. Pedikulosis pubis
Daftar rujukan:
1. Gross G, Tyring SK. Sexually transmitted infections and sexually transmitted diseases. Berlin:
Springer-verlag; 2011
2. Holmes KK, Sparling PF, Mardh PA, Lemon SM, Stamm WE, Piot P, et al. Sexually transmitted
diseases. Edisi ke-3. New York: McGraw Hill; 1999
3. Daili SF, Makes WI, Zubier F, Judanarso J. Infeksi menular seksual. Edisi ke-3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2005
4. Pedoman penatalaksanaan (Guidelines), oleh:
a. WHO (2003),
b. CDC Atlanta (2006),
c. Dep. Kesehatan RI (2006)
MATRIKS PEMBELAJARAN
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology in
general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Elder DE, Elenitas R, Johnson BL, Murphy GF. Lever’s Histopathology of the skin. Edisi ke-9.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
3. Rigel DS, Robinson JK, Ron M, Friedmann RJ, Cockereel CJ, Lim HW. Cancer of the skin. New
York: Elsevier Saunders; 2011.
MATRIKS PEMBELAJARAN
2. Kelainan inflamasi akibat reaktivitas abnormal humoral dan kelainan inflamasi lain
a. Urtikaria dan angioedema
b. Eritema multiforme
c. Nekrolisis epidermal
d. Cutaneous reactions to drugs
6. Kulit pada gangguan vaskular, jaringan ikat dermis dan autoimun lain
a. Lupus eritematosus
b. Dermatomiositis
c. Skleroderma
Daftar rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s
Dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Lachapelle JM, Maibach HI. Patch Testing and Prick Testing a practical guide. Edisi ke-2.
Berlin: Springer-Verlag; 2009.
MATRIKS PEMBELAJARAN
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: MCGraw-Hill; 2012.
2. Weedon D. Weedon’s Skin pathology. Edisi ke-3. Edinburgh: Churcill Livingstone Elsevier;
2010.
3. Elder DE. Lever’s Histopathology of the skin. Edisi ke-10. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins; 2009.
MATRIKS PEMBELAJARAN
Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s
Dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Dll sesuai dengan mata ajaran (buku yang terkait)
MATRIKS PEMBELAJARAN
Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s
Dermatology in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Dll sesuai dengan mata ajaran (buku yang terkait).
MATRIKS PEMBELAJARAN
Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Baran R, Maibach HI. Textbook of cosmetic dermatology. Edisi ke-3. London: Taylor &
Francis; 2005.
3. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s Textbook of dermatology. Volume 4. Edisi
ke-8. West Sussex: Blackwell Publishing Ltd; 2010.
4. Obagi ZE. Obagi Skin Health restoration and rejuvenation. New York: Springer-Verlag Inc;
2000.
MATRIKS PEMBELAJARAN
Daftar Rujukan:
1. Nouri K. Laser in dermatology medicine. New York: Springer; 2011
2. Goldman MP. Cutaneous laser surgery. Boca Raton: Taylor and Francis Company; 2005
MATRIKS PEMBELAJARAN
Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: MCGraw-Hill; 2012.
2. Morison WL. Phototerapy and photochemotherapy of skin disease. Edisi ke-3. Boca Raton:
Taylor & Francis Group; 2005.
MATRIKS PEMBELAJARAN
Daftar Rujukan:
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gillchrest BA, Paller AS, LeffelI DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology
in general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012.
2. Robinson JK, Hanke CW, Siegel DM, Frasila A. Surgery of the skin, procedural dermatology.
Edinburgh: Mosby-Elsevier; 2010.
Untuk memulai kajian kesehatan dermatologi dan venereologi maka harus dikenal
masalah yang ada di lapangan. Masalah ini biasanya diungkapkan pasien sebagai keluhan
utama. Dengan mengenal masalah yang dihadapi maka DR. Sp.DV mampu menyusun
anamnesis, pemeriksaan fisik holistik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
sehingga terbentuk diagnosis dan diagnosis banding yang menjadi dasar penatalaksanaan.
Standar Kompetensi
Dermatologi dan Venereologi
2. Penyebab virus
a. Herpes genital 4
b. Kondiloma akuminatum (kutil kelamin) 4
1. Pemeriksaan Dasar
2. Pemeriksaan Penunjang
3. Dermatologi Intervensi
Tim POKJA buku standar dan kurikulum Kolegium Dermatologi dan Venereologi
13 IPDS Dermatologi dan Venereologi
12 Kelompok Studi Perhimpunan Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi