Anda di halaman 1dari 23

SEJARAH PERKEMBANGAN

DI BIDANG ENDOSKOPI
3 PERIODE
I : endoskopi kaku (straight rigid tubes) 1795-1932
II : semiflexible tube 1932-1958
III : flexible endoscopy, diawali pd tahun 1958.
PERIODE STRAIGHT RIGID ENDOSCOPY

Bozzini, tahun 1805


 lichtleiter (light conductor)
 Untuk memeriksa uretra,
kandung kemih dan vagina
 Alat dari logam dengan
penerangan lilin yang
direfleksikan melalui cermin.

Segalas, tahun 1826


Bozzini’s lichtleiter
Fisher, tahun 1827
PERIODE STRAIGHT RIGID ENDOSCOPY
Desormeaux, tahun 1855
 Masih tidak dapat dipakai untuk
memeriksa saluran cerna
 Alat dari logam dengan penerangan
lilin diganti dgn lampu alkohol dan
turpentine (“gazogene”)

Desormeaux’s endoscope,
PERIODE STRAIGHT RIGID ENDOSCOPY
Kussmaul, 1868
 Gastroskop dari logam, lurus dan
kaku
 Dilengkapi lampu kaca yang
memantulkan cahaya

Kussmaul’s gastroscope
PERIODE STRAIGHT RIGID ENDOSCOPY
Leiter, 1886
•Membuat sistoskop dg
pencahayaan elektrik

Mikulicz, 1881 :
 Membuat lekukan 30o (rigid
elbowed gastroscope/
esofagoskop)

Eder-Hufford, 1949 :
Esofagoskop kaku - THT

Eder-Hufford esophagoscope,
PERIODE STRAIGHT RIGID ENDOSCOPY
Elsner, 1911 : gastroskop kaku,
ujungnya lebih fleksibel dan
pandang samping sehingga
komplikasi perforasi berkurang

Di Indonesia, Pang, 1958:


mempelopori penggunaan
laparoskop kaku
Elsner’s gastroscope,
PERIODE SEMIFLEXIBLE ENDOSCOPE
KEMAMPUAN ANGULASI DARI UJUNG ALAT LEBIH KURANG 34 DERAJAT

Schlinder W 1932
 Semiflexible gastroskop
 Lensa ganda, sangat pendek

Henning 1939 : modifikasi lensa,


pemotretan
Eder Palmer 1941 : gastroskop
diameter lebih kecil
Wolf-Schindler “flexible” gastroscope
PERIODE SEMIFLEXIBLE ENDOSCOPE
KEMAMPUAN ANGULASI DARI UJUNG ALAT LEBIH KURANG 34 DERAJAT

Benedict 1948 :
menambahkan alat biopsy
Segal dan Watkins 1950 :
mikrofilm dalam gastroskop

Benedict operating gastroscope.


PERIODE FLEXIBLE SCOPE
Lamm, 1930 : ditemukannya
teknik awal serat optik
Hirschowitz 1958 :
demonstrasi gastroduodenal
fiberscope
 Berkas cahaya dipantulkan oleh
fiberglass diameter sangat kecil
 Terdapat 150.000 fiberglass dalam
satu bundelan kecil fiberglass.

Hirschowitz examining the stomach of an outpatient


PERIODE FLEXIBLE SCOPE
ACMI 1962 : sigmoidosopi
serat optik

ACMI fiberscope
PERIODE FLEXIBLE SCOPE
LoPresti, 1964 : memodifikasi
ujung serat optic yg memungkinkan
pandang depan sehingga dapat
melihat seluruh bagian lambung.

LoPresti forward-viewing esophagogastroscope


PERIODE FLEXIBLE SCOPE
Tasaka & Ashizawa 1958 : film berwarna
Olympus Jepang 1962 : kombinasi skop dengan
gastrokamera – GTF
Jepang 1970 : television endoscopy
Olympus Co : kolonoskopi p. 105 cm sampai k.
transversum
Olympus Co 1968 : kolonoskopi p. 185 cm yg dapat
mencapai sekum
1984 : video endoskopi
TERAPEUTIK ENDOSKOPI
Jackson 1937 : ekstraksi benda asing
Grafoord & Fenchner 1939 : sklerosis varises esofagus, berdasarkan
pengalaman pada hemoroid
Dawyer dkk 1975 : koagulasi laser argon
Wolff & Shinya 1973 : kolonoskopi polipektomi
PERKEMBANGAN DI INDONESIA
Simadibrata 1967 : semifleksibel gastroskopi
Supandiman (Bandung) & Simadibrata (Jakarta) 1971 : penggunaan
endoskopi feksibel buatan Olympus Co.
Pembentukan Perhimpunan Endoskopi Intestinal Indonesia (PEGI) 1974
diketuai oleh Pang
Hilmy dkk 1984 : skleroterapi dgn ethoxysclerol.
Rani dkk 1984 : kauterisasi endoskopik pada penderita striktur
ETIKA DAN ASPEK MEDIKOLEGAL
DALAM BIDANG ENDOSKOPI
DEFINISI ETIKA
ETIKA : Ilmu tentang moralitas. Maknanya adl. ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam kaitannya dengan nilai baik dan buruk
terhadap orang lain, masyarakat, dan lingkungan hidup (alam)
ETIKA KEDOKTERAN : berlangsung dengan perilaku dokter terhadap
pasien, masyarakt termasuk disini pimpinan RS, staf RS (perawat dan
tenaga kesehatan lain).
ETIKA DALAM BIDANG ENDOSKOPI : terikat pada teori etika umum,
etika kedokteran ditambah dengan etika yang bersangkutan dengan
penggunaan instrument yaitu endoskopi.
DASAR PERILAKU DOKTER
A. ETIKA DAN PERUNDANG-UNDANGAN :
KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia) dan UU dalam bidang kesehatan, yaitu :
1. UU Kesehatan
2. UU Praktik Kedokteran dan Kedokteran Gigi
3. UU RS
4. UU Keperawatan
5. UU Tenaga Kesehatan

B. PROFESIONALISME
C. WAWASAN KESELAMATAN PASEIN DAN KEPUASAN PASIEN SERTA
KELUARGANYA
KAIDAH DASAR ETIKA BIOMEDIK
TERMASUK ETIKA KEDOKTERAN
Prima facie of the Bioethics :
1. Azas manfaat (beneficence)
2. Azas jangan merugikan (nonmaleficence, do not harm)
3. Azas keadilan (justice)
4. Azas otonomi (hak pasien mengambil keputusan)
ASPEK PERUNDANG-UNDANGAN
1. Bahwa pasien berhak mengadu kpd pengelola kesehatan & pemerintah
bahkan menuntut ke pengadilan perdata maupun pidana, bila merasa
dirugikan/pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan yg seharusnya.
2. Bahwa dokter harus memenuhi hak-hak pasien yang tertulis dalam UU. –
kewajiban dokter menjelaskan dgn lengkap ttg penyakit yang diderita
dan keadaan pasien; semua tindakan kedokteran yg berpotensi
mengakibatkan kerusakan jaringan harus mdpt persetujuan pasien; semua
penjelasan ttg keadaan pasien thdp keluarga harus tercatat pada RM.
3. Pasien wajib memberi keterangan dgn jujur ttg keadaan sakit serta wajib
membayar biaya yang telah dikeluarkan untuk pelayanan kepadanya.
4. Apabila terdapat tuntutan dana karena adanya kerugian pada pasien
akibat yankes menjadi tanggung jawab pimpinan rumah sakit.
ETIKA KHUSUS BIDANG ENDOSKOPI
1. Pem. endoskopi - tindakan medik invasive  wajib mendapat
persetujuan medik dari pasien/keluarganya secara tertulis.
2. Surat persetujuan medik dibuat setelah pasien mendapatkan
penjelasan sesuai UU.
3. Pem. endoskopi berpotensi menimbulkan risiko dan komplikasi 
harus memenuhi protokol keselamatan pasien, memiliki obat2
pertolongan darurat.
4. Alat endoskopi berpotensi menularkan bakteri  proses pembersihan
dan sterilisasi harus seksama.
5. Alat endoskopi , suatu alat yang mahal  wajib menjaga, merawat
endoskop secara seksama.
SIMPULAN
Pada saat ini profesi kedokteran termasuk bidang endoskopi terikat
etika dan perundang-undangan. Agar dokter dapat terhindar dari
tuntutan hukum :
1. Harus memperhatikan kaidah dasar etika kedokteran , yaitu
beneficence, nonmaleficence, justice dan otonomi.
2. Setiap tindakan endoskopi harus dijelaskan bahwa tindakan
kedokteran bisa berisiko dan bisa menimbulkan komplikasi,
3. Harus ada surat persetujuan dari pasien sebelum endoskopi
dilaksanakan sebagai pelaksanaan prinsip otonomi pasien.

Anda mungkin juga menyukai