Anda di halaman 1dari 3

Apa itu endoscopy ?

Endoscopy merupakan suatu pemeriksaan dengan menggunakan alat khusus yang kemudian
dimaksukkan dalam rongga tubuh manusia untuk memeriksa atau mendiagnosis kelainan-kelainan yang
terjadi pada saluran cerna atas dan saluran cerna bawah secara langsung.

Istilah endoscopy merupakan istilah umum yang digunakan. Secara spesifik endoscopy dibedakan pada
bagian dalam tubuh yang diperiksa seperti saluran cerna atas (esophagus, lambung dan usis halus)
disebut dengan gastrocopy, salauran cerna bawah (usus besar) colonoscopy, rongga perut atau rongga
yang ada diluar usus yaitu laparoscopy, dan saluran empedu serta pangkreas yaitu retrograde cholangio
pancreaticography.

Sejarah endoskopi : Periode 1

Yaitu periode endoskop yang masih kaku,diawali oleh sarjana BOZZINI dalam t
ahun 1795. Pada waktu ini untuk memeriksa rektum dan uterus. Sarjana tersebut membuat suatu alat
dari logam dengan diberi penyinaran lilin. Pada tahun 1868 KUSSMAUL pertama kali membuat
gastroskop dari logam. Karena alat tersebut masih kaku dan yang dilengkapi dengan lampu dan kaca
yang memantulkan cahaya, maka disebut straight rigid gastroskop . Kemudian
gastroskop tersebut diperbaiki/disempurnakan oleh MIKULICZ pada tahun 1881, dengan membuat
lekukan di ujungnya sebesar 30 derajat, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa isi lambung lebih
sempurna dan disebut rigid elbowed gastroscope.Perkembangan tidak hanya mengenai bentuk
endoskop saja,tapi juga penyinarannya. Bila tadinya hanya memakai penyinaran dengan lilin maka sejak
tahun 1906 dipakai penyinaran listrik. Dan ini dipelopori oleh ROSENHEIM yang
pertama kali mempergunakan lampu listrik untuk iluminasi di gastroskop.
Alat endoskop lainnya, misalnya esofagoskop dipelopori oleh BEVAN pada tahun 1868, yang digunakan
pertama kali untuk mengambil benda-benda asing dan untuk melihat kelainan di esofagus.
Alat endoskop yang digunakan untuk memeriksa rektum dan
sigmoid pertama kali dikembangkan oleh TUTTLE pada tahun 1902, Dan peritoneoskopi pertama kali
dikembangkan oleh OTT pada tahun 1901, dan disebutnya celioskopi,
Ia mempergunakan spekulum vagina ke dalam rongga perut melalui insisi. Cara memeriksa isi rongga
perut ini diikuti oleh KELLING pada tahun yang sama dengan menggunakan cystoskop

Periode 2

Periode II :

Yaitu periode semiflexible tube endoscope antara tahun 1932 – 1958.


Oleh karena alat-alat endoskop sebelum tahun 1932 masih kaku dan masih banyak kesukaran
dan bahayanya, maka RUDOLF SCHINDLER WOLF membuat semiflexible gastroscope yang pertama kali
pada tahun 1932. Oleh karena itu RUDOLF SCHINDLER diakui oleh kalangan gastroenterolog di dunia
sebagai seorang pionir dalam flexible endoskopi, Alat tersebut mempunyai lensa ganda dengan jarak
sangat pendek. Kemudian alat tersebut mengalami berbagai macam modifikasi, di antaranya HEN-NING
pada tahun 1939 membuat modifikasi lensanya, dan bagian yang kaku dibuat lebih kecil, sehingga
memudahkan pemeriksaan. Pada tahun 1941 EDER PALMER membuat gastroskop dengan diameter 9
mm, diameter ini lebih kecil dari pada yang dibuat oleh SCHINDLER Pada tahun 1948 oleh BENEDICT
dibuat gastroskop yang dilengkapi dengan alat biopsi.
Yang melakukan pemotretan pertama kali ialah HENNING dengan memakai Schindler gastroskop, film
yang dipakai hitam putih Kemudian tahun 1948 dilakukan pemotretan dengan film berwarna oleh
HENNING, KEILHACK, SEGAL, dan WATKINS.
Tahun 1950 oleh UJI dibuat gastrokamera dengan mempergunakan mikrofilm yang dapat dimasukkan ke
dalam gastroskop.

Periode 3 :

Yaitu periode fiberoptic endoskop, yang dimulai sejak tahun 1958. Periode ini dipelopori oleh
HIRSCHOWITZ dengan mendemonstrasikan untuk pertama kalinya gastroduodenal fiberskop buatan
ACMI. Berkas-berkas cahaya yang terdapat di dalam alat-alat tersebut dipantulkan oleh fiberglass
dengan diameter 0,0006 inch atau +/- 14 u.
Di dalam satu bundel dengan diameter ± 0,25 inch terdapat 150.000 fiberglass. Dengan ditemukannya
gastroduodenal fiberskop HIRSCHOWITZ ini, mulai terlihat kemajuan di
bidang endoskopi, karena pemakaiannya tebih mudah dan lebih aman. Kemudian Olympus Co. dari
Jepang membuat gastrokamera yang dikombinir dalam fiberskop, yang disebut GFT(1962),
dan kemudian mengalami perbaikan dan disebut GFTA(1965).
Sejak tahun 1970 di Jepang telah dapat dilakukan pemeriksaan endoskopi di TV (Television endos-
kopy), maksudnya untuk memudahkan pendidikan. Sedang untuk pemeriksaan di kolon, yang tadinya
dipakai rektosigmoidoskop bentuk kaku, dengan ditemukannya fiberoptic endoskop, sejak tahun 1963
telah dibuat oleh ACMI fiber-sigmoidoskop yang panjangnya 50-60 cm. Kemudian oleh Olympus Co.
dibuat fiber-kolonoskop yang panjangnya 105 cm dapat untuk memeriksa sampai kolon transversum,
dan fiber-kolonoskop yang panjangnya185cm dapat untuk memeriksa sampai daerah coecum. Alat ini
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1968.
Demikian juga peritoneoskop mengalami banyak perubahan setelah ditemukannya fiberoptic endoskop.
Bahkan pada Waktu 5th Asian Pacific Congress of Gastroenterology di Singapura pada akhir Mei 1976
telah dilaporkan dan di- pamerkan laparoskop kecil buatan Olympus, yang dapat
digunakan untuk memeriksa penderita di bangsal.

Perkembangan endoskopi di Indonesia juga diawali


dengan penggunaan endoskop kaku yang kemungkinan sudah dimulai sejaksebelum Perang Dunia II
yaitu dengan alat rektosigmoidoskopi,sedangkan gastroskop kaku belum pernah dilaporkan
penggunaannya di. Indonesia. Pada tahun 1958 Pang mempelopori pengunaan Laparoskopitanpa kamera.
Pada tahun 1967 gastroskop setengah lentur pertama kalidigunakan di Indonesia oleh Sumadibrata, baru
selanjutnya gastroskoplentur (Olympus GTFA) dipakai oleh Supardiman di RSUD Dr. HasanSadikin
Bandung (1971) dan oleh Simadibrata di RSCM Jakarta.Selanjutnya, berdirilah perhimpunan Endoskopi
GastrointestinalIndonesia (PEGI) pada tahun 1974 yang diketuai oleh Pang.Kolonoskop lentur pertama
kali dipakai di Indonesia oleh Hilmydkk (1973) dan selanjutnya dilaporkan polipektomi
endoscopikdilaporkan endoskopik pada polip kolon. Skleroterapi endoscopikdilaporkan pertama kali oleh
di Indonesia oleh Hilmy dkk (1984)dengan penyuntikan ethoxy sclerol.Pada tahun 1984, Rani dkk
melakukan kauterisasi endoskopikterhadap 3 penderita striktur esofagus. Bila kita ikuti
sejarah perkembangan endskopi di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan pemakaian e
ndoskop di indonesia menyerupai penggunaan endoskop di Luar
Negeri.Dan sejak tahun ini pula perkembangan baik endoskopimaupun gastroenterologi terasa sekali
sangat pesatnya

Anda mungkin juga menyukai