Naskah Taskap Heribertus Purwanto 59188
Naskah Taskap Heribertus Purwanto 59188
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui
Kadep Sostek Seskoad, Perwira Pembimbing,
PERNYATAAN ORISINALITAS
Heribertus Purwanto
Nosis. 59188
v
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Heribertus Purwanto
Nosis. 59188
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Umum ……………………………………………………………..... 1
a. Latar Belakang ……………………………………………. 1
b. Pokok – pokok Permasalahan ………………………..…. 6
c. Kondisi Ideal dan Kondisi Sebenarnya ..……………….. 7
d. Pentingnya Penulisan ……………………………………. 9
2. Perumusan Masalah ……………………………………………..... 10
3. Maksud dan Tujuan .……………………………………………..... 10
4. Ruang Lingkup dan Tata Urut …………………………………..... 11
5. Pendekatan dan Metode …….…………………………………..... 12
BAB V PENUTUP
18. Kesimpulan …………….…………………………………………. 104
19. Saran ………….……….………………………………….……..... 106
JUDUL
1. Umum.
Gambar 1.1
Infografis Kekalahan ISIS1
1https://www.matain.id/s/r/read.html?cnm=news&cid=10014&selected=/2019/0328/detail/
&fid=2984983&sid=10002
4
Gambar 1.2
Teror ISIS di ASEAN2
2
https://www.validnews.id/INfografis-Teror-Terkain-ISIS-di-Asean--7j
6
akhir. Adapun tata urut dari penulisan Taskap ini antara lain sebagai
berikut:
1) Pendahuluan
2) Landasan Pemikiran
3) Gambaran Obyek Penelitian
4) Analisis dan Pembahasan
5) Penutup
6
M. Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 27
13
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, 1990. Hal. 24
8
Krippendrof Klaus, “Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, terj Farid Wajidi”,.
Jakarta: Citra Niaga Rajawali Press, 1993. Hal.15.
14
1) Menentukan permasalahan.
2) Menyusun kerangka pemikiran.
3) Menyusun perangkat metodologi yang terdiri dari
rangkaian metode metode yang mencakup:
a) Menentukan metode pengukuran atau prosedur
operasionalisasi konsep.
b) Menentukan universe atau populasi yang akan
diteliti serta bagaimana pengambilan sampelnya.
c) Menentukan metode pengumpulan data dengan
membuat cooding sheet.
d) Menentukan metode analisis.
4) Analisis data.
5) Interpretasi data.9
9
Bungin Burhan. Metodologi penelitian kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam
Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004. Hal. 139-142
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
15
16
7. Landasan Normatif.
13 Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Pasal 1 ayat (2)
19
Issues Using SWOT Analysis,” Nonprofit Management and Leadership , New York: Henry
HoltUniversity, 1992
21
21
Heru Puji Winarso. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pustaka.
22Mobus, G.E. & Kalton, M.C. (2015). Principles of Systems Science, Chapter 8:
Emergence, Springer, New York
24
23Doyle Paul Johnson, “Teori Sosiologi Klasik dan Modern”. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Hlm : 181
25
24 Soedijati, “Solidaritas dan Masalah Sosial”, Bandung: UPPM STIE Bandung. Hlm 25
26
25George Ritzer, “Teori Sosioogi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir
Post Modern, Yogyakarta : Pelajar Pustaka. Hlm : 145
27
26 Zulfi Mubarak, Fenomena Terorisme di Indonesia: Kajian Aspek Teologi, Ideologi dan
Gerakan, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Diakses melalui
: http://repository.uin-malang.ac.id/6034/1/6034.pdf
28
27The data do reflect that the estimate for the United Kingdom was updated for the
version of ICSR’s dataset published in the 2015 Munich Security Report, released
January 2015.
30
atau ANF . Oleh karena itu, negara anggota PBB termasuk Indonesia
perlu pengaplikasian atau penyesuaian aturan-aturan domestiknya
dengan Resolusi 1373 dan 2178 terkait perekrutan teroris/FTF.
Suatu negara harus bekerja sama dalam mencegah
radikalisasi yang mengarah pada terorisme dan rekrutmen FTF,
termasuk rekrutmen anak-anak. Dengan tetap mengacu kepada
ketetapan HAM Internasional, Hukum Pengungsi Internasional, dan
Hukum Humaniter Internasional, Negara harus mencegah dan
menekan rekrutmen anggota teroris di wilayah yurisdiksinya serta
menghentikan mobilisasi mereka. Rekrutmen anggota teroris
umumnya melibatkan pihak-pihak yang melakukan
pengorganisasian, memfasilitasi, menyediakan transport, atau
menyediakan perlengkapan bagi individu yang ingin bergabung
dengan kelompok teroris dan melakukan perjalanan ke negara lain
dengan tujuan untuk bergabung, merencanakan, mempersiapkan,
atau terlibat dalam aksi terorisme, atau menyediakan atau menerima
pelatihan teroris. FTF terkait dengan profil individual teroris yang
terlibat dalam politik dengan prinsip –prinsip moral:
1) Siap untuk menyerahkan hidupnya sendiri untuk suatu
tujuan yang mempunyai nilai transenden.
2) Memiliki dan memenuhi unsur kenabian dan elemen
tetapi untuk merusak diri.
3) Orang – orang yang tidak mempunyai perhitungan
matang.
4) Muda dengan latar belakang keluarga kelas
menengah, biasanya laki-laki yang mempunyai kondisi
ekonomi marjinal.
5) Menggambarkan tugasnya sebagai suatu pengabdian
cenderung melakukan pembunuhan yang sistematis – bukan
pembunuhan biasa.
6) Teroris tidak membedakan berbagai kekerasan.
32
Gambar 2.1.
Model Kerangka Pemikiran
KEPULANGAN FTF
ASAL INDONESIA
METODE
LANDASAN
RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
PEMIKIRAN
KUALITATIF
PENGUMPULAN DATA
STUDI LITERATUR
PROSES
ANALISA
S O M
30 Harahap, Syahrin. 2017, Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan Terorisme. Siraja:
Depok.
36
37
11. Data dan Fakta. Di tahun 2017 sebuah lembaga penelitian bernama
The Soufan Center menjelaskan bahwa ada sekitar 600 WNI yang
bergabung dengan kelompok teroris ISIS di Suriah, yang terdiri dari 113
perempuan, 100 anak-anak dan sisanya pria dewasa.31
Tabel 3.1
Daftar FTF dari berbagai negara yang di deportasi32
31 Richard Barrett, 2017, Beyond The Caliphate: Foreign Fighter and the Threat of
Returnees. The Soufan Center. Diakses melalui : https://thesoufancenter.org/wp-
content/uploads/2017/11/Beyond-the-Caliphate-Foreign-Fighters-and-the-Threat-of-
Returnees-TSC-Report-October-2017-v3.pdf
32 Ibid.
38
pendukung ISIS di Suriah dan sekitarnya saat ini adalah 600 orang cukup
realistis. Dari jumlah 600 WNI pendukung ISIS di Suriah tersebut sebagian
besar diperkirakan adalah anak-anak dan perempuan yang menjadi
pengungsi. Untuk pria dewasanya menjadi tahanan di otoritas setempat
karena kasus terorisme. Tidak semua dari 600 WNI tersebut adalah FTF,
ada juga yang hanya simpatisan karena mengikuti suami atau
keluarganya.33
Mengenai permasalahan di atas, Komisioner Komnas HAM Chairul
Anam memberikan pernyataan untuk mendesak pemerintah agar
memulangkan seluruh WNI eks ISIS. Pemerintah tidak mempunyai alasan
secara hukum untuk tidak memulangkan warga negara yang disebut
terpapar paham radikal itu.34 Akan tetapi, rencana pemulangan Warga
Negara Indonesia (WNI) yang terasosiasi dengan konflik di Suriah dan Irak
telah memicu perdebatan di kalangan publik dan pengambil kebijakan. Di
satu sisi, terdapat kekhawatiran bahwa pemulangan para WNI yang
sebagian besar adalah simpatisan ISIS dapat menghadirkan ancaman
keamanan.35 Mereka yang pernah terlibat sebagai kombatan mungkin telah
menguasai kemampuan dan keterampilan yang suatu saat dapat
digunakan dalam aksi teror di dalam negeri. Potensi penyebaran ideologi
radikal yang dianut oleh para simpatisan ISIS menjadi sumber kekhawatiran
yang lain. Di sisi lain, pemulangan WNI simpatisan ISIS dirasa perlu
dilakukan atas nama kemanusiaan. Sebagian besar perempuan dan anak-
anak yang terkait dengan ISIS saat ini berada di tengah kondisi yang
memprihatinkan di kamp-kamp pengungsian di Suriah. Selain itu, dorongan
untuk pemerintah Indonesia memfasilitasi pemulangan WNI simpatisan
33 Adi Briantika, 2019, Potensi Terorisme di Indonesia Tetap Ada meski al-Baghdadi
Tewas, Tirto.id, diakses melalui : https://tirto.id/potensi-terorisme-di-Indonesia-tetap-ada-
meski-al-baghdadi-tewas-ekxs
34 Erlangga Pratama, Penyelesaian Masalah 660 WNI Eks ISIS, Jurnal Intelijen, diakses
melalui : https://jurnalintelijen.net/2020/02/10/penyelesaian-masalah-660-wni-eks-isis/
35 Tim Peneliti The Habibie Center, Tantangan dan Solusi Pemulangan Simpatisan ISIS.
ISIS juga dilihat sebagai bentuk tanggung jawab negara untuk melindungi
warga negaranya. Kekhawatiran yang dipicu oleh potensi arus balik FTF
tidak hanya dialami oleh Indonesia. Salah satu ciri khas konflik di Suriah
yang tidak ditemukan pada konflik-konflik bernuansa terorisme sebelumya
adalah besarnya jumlah warga negara asing yang datang ke Suriah untuk
bergabung dengan kelompok-kelompok bersenjata di wilayah tersebut.
Sebagian dari warga negara asing ini datang ke Suriah bukan untuk
berperang, melainkan sekedar untuk mewujudkan keinginannya tinggal di
wilayah yang menerapkan hukum Islam secara tegas sebagaimana
propaganda ISIS. Arus balik para simpatisan radikal ini ke negara-negara
asalnya ataupun relokasi ke negara ketiga telah menjadi kekhawatiran
global. Pengalaman dan pilihan kebijakan negara-negara lain ini dapat
menjadi bahan perbandingan dalam pengambilan kebijakan di Indonesia.
Menentukan apakah WNI simpatisan ISIS yang berada di Suriah
harus diterima kepulangannya atau tidak sudah barang tentu bukan pilihan
yang mudah bagi pemerintah Indonesia. Selain potensi ancaman
keamanan, pemerintah juga harus menghitung ketersediaan sumber daya
dan kesiapan infrastruktur legal dan institusional untuk menangani proses
pemulangan. Selain itu, pemerintah juga dihadapkan pada tantangan
kompleksitas politik di Suriah pasca kekalahan ISIS dimana sejumlah
otoritas berebut kekuasaan dan legitimasi di tengah persaingan geopolitik
negara-negara besar.
Sementara itu, kondisi kerja sama antarlembaga yang berwenang di
bidang Penanggulangan Aksi Terorisme dalam menghadapi kepulangan
para FTF ISIS saat ini masih belum optimal dari pencapaian yang
diharapkan. Selain itu juga, terdapat beberapa masalah yang masih
ditemukan antara lain, belum adanya sinkronisasi data yang dimiliki oleh
masing–masing lembaga terkait dalam upaya pencegahan dan penindakan
ancaman terorisme secara optimal, belum ada payung hukum yang jelas
dalam menaungi kegiatan penanggulangan teror yang bersifat kolaboratif
khususnya dalam upaya pencegahan sehingga petugas yang berada di
40
37 Suci Utami,dkk., Making National Security Grand Strategy for Indonesia National
39 Siddiq, taufiq. 16 Mei 2018. Polri Libatkan Kopassus Buru Jaringan Teroris.
https://nasional.tempo. co/read/1089641/Polri-libatkan-kopassus-buru-jaringan-teroris,
pada tanggal 30 Agustus 2020.
46
40https://nasional.kompas.com/read/2019/04/02/14333601/pimpinan-jaringan-teroris-
bandung-diduga-terlibat-kasus-bom-surabaya-dan-polres-surakarta. (diunduh pada 9
Agustus 2019)
48
41https://www.cnnIndonesia.com/nasional/20160608202757-12-136789/rp192-triliun-
anggaran-tambahan-Polri-untuk-densus-88,( diunduh pada 28 Juni 2019).
42https://nasional.tempo.co/read/1095871/marak-terorisme-Polri-akan-tambah-jumlah-
densus-88-di-daerah/full&view=ok, (diunduh pada 29 Juni 2019).
49
43 https://indopos.co.id/read/2018/05/17/138353/polri-bin-dan-bnpt-dinilai-kurang-
1) Peluang.
a) Perkembangan infrastruktur Indonesia. Salah
satu faktor yang membuat kelompok teroris berhasil
merekrut anggotanya adalah kemiskinan,
pengangguran dan krisis ekonomi serta sosial. Dalam
hal ini kelompok teroris tak segan-segan menawarkan
uang dan gaji bulanan kepada mereka yang bersedia
bergabung. “Yayasan amal” juga menjadi sarana
kelompok teroris internasional untuk memperluas
aktivitasnya dan merekrut para pemuda agar dapat
bergabung menjadi FTF. Oleh karena itu, sekitar dua
dekade terakhir, negara-negara yang dilanda
kekerasan dan radikalisme berusaha mencegah
penyalahgunaan kemiskinan oleh kelompok teroris dan
radikal memajukan ambisinya dengan menerapkan
kebijakan pembangunan dan memulihkan kondisi
ekonomi mereka. Indonesia juga tidak ketinggalan
dalam hal ini. Indonesia menerapkan berbagai
kebijakan dalam koridor pembangunan nasional untuk
memberantas kemiskinan, menciptakan lapangan
pekerjaan dan meningkatkan pendapatan rakyat
khususnya di kawasan terpencil, desa dan daerah
perbatasan.44
Indonesia memiliki berbagai aspek potensial
yang dapat menjadi peluang berupa ‘senjata ampuh’
bila mampu mentransformasikannya menjadi suatu
45 Aji Amin, Hamidi. 2020, Wajah Baru Terorisme. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Hal: 95
53
46 Ibid.
54
2) Kendala.
a) Kualitas SDM Indonesia. Saat ini populasi
penduduk Indonesia mengalami laju pertumbuhan
kurang lebih 2,5% per tahun menjadikan Indonesia
sebagai salah satu negara yang akan diuntungkan
dengan adanya bonus demografi. Namun di sisi lain,
apabila pemerintah gagal dalam mengelola
keunggulan sumber daya manusia Indonesia, maka
bonus demografi tersebut berpotensi untuk menjadi
beban permasalahan bagi kondisi ekonomi dan
keamanan negara, baik pada tataran pemerintahan
pusat maupun daerah. Lebih lanjut, mengutip
pemaparan dari Mantan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol
Suhardi Alius, bahwa bonus demografi yang dimiliki
Indonesia pada tahun 2020-2030 bisa saja menjadi
suatu masalah, terutama penyebaran paham radikal
apabila pemerintah tidak menyiapkan wadah
penyaluran Sumber Daya Manusia (SDM) yang
mumpuni.47 Dalam bonus demografi, diprediksi bahwa
mayoritas penduduk Indonesia didominasi oleh
angkatan kerja produktif. Apabila SDM usia produktif
tersebut sulit mendapatkan pekerjaan, mereka akan
47 Antara News, 2018, BNPT Sebut Bonus Demografi Terancam Paham Radikal. Diakses
melalui:https://www.antaranews.com/berita/684828/bnpt-sebut-bonus-demografi-
terancam-paham-radikal
55
48Djari, Marten Luther. 2013 ; 128-129. Terorisme dan TNI. Jakarta. CMB Press.
49https://www.kompasiana.com/silonews/57983cf15797739326535877/tni-dan-polri-
dalam-ruu-terorisme
56
52 Lihat Thomas Hegghammer and Petter Nesser, “Assessing the Islamic State’s
58
59
53 Freddy Rangkuti 2008.Analisis SWOT Teknik Membedakan Kasus Bisnis. Jakarta : PT.
54 Jahroni, Jajang. 2016. Memahami Terorisme: Sejarah, Konsep, dan Model. Pusat
Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta. Hal: xx
62
55 Amin, Hamidin Aji, 2020. Wajah Baru Terorisme. Gramedia Pustaka : Jakarta. Hlm: 73
64
56 Kelompok peretas Anonymous ini sebenarnya telah melancarkan cyber war atau perang
dunia maya dengan kelompok cyber yang dimiliki ISIS semenjak kelompok teroris tersebut
menyerang Kota Paris. Dalam aksinya mengklaim berhasil menutup 149 website, 101.000
akun Twitter dan menghapus 5.900 video propaganda milik ISIS dan mereka terus
berusaha untuk menghilangkan semua akun media sosial yang berhubungan dengan ISIS.
57 “Sebelum Teror Sarina Polisi Dapat Ancaman Konser dari ISIS”,
http://news.liputan6.com/read/2411824/ sebelum-teror-sarinah-polisi-dapat-ancaman-
konser-dariisis, diakses tanggal 15 September 2020.
65
58 “Eks Pejabat BIN ada 100 WNI Siap jadi Pembom Bunuh Diri”,
https://m.tempo.co/read/news/2015/03/22/078651978/ eks-pejabat-bin-ada-100-wni-siap-
jadi-pembom-bunuh-diri, diakses tanggal 15 September 2020.
66
bom dan sebagainya sementara akibat dari non fisik (psikis) bisa
dilakukan dengan penyebaran isu, ancaman, dan sebagainya.
Akibat tindakan teror ini setiap orang atau kelompok orang yang
menjadi korban teror menjadi merasa tidak aman dan dalam kondisi
rasa takut (traumatis). Bahkan dapat berakibat lebih luas yaitu dapat
mempengaruhi kehidupan ekonomi, politik dan kedaulatan negara.
Oleh sebab itu, tindakan terorisme harus mendapat solusi baik dalam
pencegahan maupun penanggulangannya dari pemerintah maupun
masyarakat.59 Menurut Loudewijk F. Paulus, ada 4(empat) tipe
karakteristik terorisme yaitu:
Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
RI, 2008, h. 6-7. Diakses melalui: Sanur, Debora., 2016. Upaya Penanggulangan
Terorisme ISIS di Indonesia Dalam Melindungi Keamanan Nasional
67
Diakses
69
melalui:https://parstoday.com/id/radio/Indonesiai43792pembangunan_solusi_Indonesia_k
ontrol_radikalisme_dan_terorisme
70
Gambar 4.1
Diagram Analisis SWOT
Tabel 4.2
Tabel SWOT terhadap Faktor Internal dan Eskternal
STRENGTHS WEAKNESSES
OPPORTUNITIES THREATS
Tabel 4.3
Tabel Analisis SWOT Peran Masing-Masing Lembaga Terkait Dalam Mengatasi Isu Terorisme Di Indonesia
STRENGTHS WEAKNESS
INTERNAL
- Cita-cita Nasional. - Belum adanya aturan mengenai integrasi antar lembaga.
EKSTERNAL - Kemampuan masing-masing lembaga. - Alokasi anggaran yang belum proporsional.
- Kemajuan ilmu pengetahuan dan - Merumuskan suatu kebijakan keamanan yang bersifat - Mewujudkan dasar hukum yang sinergis dalam
teknologi. situasional, yaitu kebijakan yang mendukung pelaksanaan tugas Operasi Intelijen dan Penegakan
- Tingginya kepercayaan penyelenggaraan keamanan nasional sesuai situasi yang Hukum antarlembaga.
masyarakat terhadap lembaga tepat. - Merumuskan mekanisme kerjasama antar lembaga yang
74
terkait. - Mengoptimalkan kinerja tiap lembaga agar dapat meminimalisir overlaping anggaran.
bekerjasama dalam mengatasi terorisme di Indonesia
THREATS STRATEGI S-T STRATEGI W-T
- Kualitas SDM Indonesia yang - Merumuskan strategi komprehensif dalam penanggulangan - Menciptakan sistem penganggaran yang transparan dan
belum memadai. terorisme yang mengkombinasikan hard dan soft approach. akuntabel khusunya dalam penanganan terorisme.
- Persepsi negatif terhadap - Meningkatkan kemampuan masing-masing lembaga dalam - Melaksanakan pelatihan di lembaga masing-masing terkait
beberapa lembaga terkait. suatu wadah yang berisi mekanisme hubungan kerja efektif prosedur penanganan FTF.
antar lembaga terkait penanganan isu kepulangan FTF ke
Indonesia dengan tetap mengutamakan nilai-nilai HAM.
75
12 The Habibie Center, 2019. Kajian Kontra Terorisme dan Kebijakan. Hlm : 9.
81
13
Heru Puji Winarso. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pustaka.
14Mobus, G.E. & Kalton, M.C. (2015). Principles of Systems Science, Chapter 8:
Emergence, Springer, New York
83
Tabel 4.4
Tabel Analisis SWOT Mekanisme Hubungan Kerja Antar Lembaga Terkait Penanganan Isu Kepulangan FTF.
STRENGTHS WEAKNESSES
INTERNAL
- Kemampuan masing-masing lembaga - Belum ada organisasi terintegrasi.
- Komitmen Pemerintah RI - Belum adanya aturan mengenai integrasi
EKSTERNAL
antar lembaga.
- Perkembangan infrastruktur - Menyusun suatu kebijakan keamanan yang bersifat situasional, yaitu - Merumuskan suatu aturan mengenai
Indonesia kebijakan yang mendukung penyelenggaraan keamanan nasional sesuai integrasi antar lembaga
- Kemajuan ilmu pengetahuan dan situasi yang tepat dan efisien. - Membentuk suatu badan ad-hoc khusus
84
teknologi - Merumuskan suatu aplikasi berbasis platform android atau IOS yang untuk menangani permasalahan FTF
memiliki fungsi sebagai efisiensi kerjasama antar lembaga dalam
melakukan pendataan terrorism early warning.
- Kualitas SDM Indonesia yang - Mewujudkan suatu prosedur operasi tetap berdasarkan konsepi sinergitas - Merumuskan suatu aturan hukum yang jelas
belum memadai yang berlaku bagi satuan intelijen dan satuan penindak yang terlibat mengenai penanganan FTF dengan tetap
- Isu HAM sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya masing – masing terkait mengedepankan HAM
penanganan isu kepulangan FTF ke Indonesia. - Mengoptimalkan pengembangan kualitas
- Meningkatkan kemampuan masing-masing lembaga dalam suatu wadah SDM Indonesia dengan mengikuti
yang berisi mekanisme hubungan kerja antar lembaga terkait penanganan perkembangan teknologi dan informasi.
isu kepulangan FTF ke Indonesia dengan tetap mengutamakan nilai-nilai
Hak Asasi Manusia.
85
Maka dari itu, harus dibuat suatu Instrumen dan Dasar Hukum
penanganan isu kepulangan FTF yang bisa digunakan antar
lembaga agar kondisi ideal yang diharapkan dapat terwujud berupa
mekanisme kerjasama yang lebih efektif dan bersinergi. Sehingga,
tumpang tindih regulasi serta fungsi dari masing-masing lembaga
dapat teratasi.
Selanjutnya, dalam menganalisa mengenai instrumen dan
dasar hukum yang tepat dalam penanaganan isu kepulangan FTF
yang dapat digunakan antar lembaga, maka kemudian penulis akan
menggunakan konsep Foreign Terrorist Fighter dan juga konsep
pertahanan negara yang kemudian akan dikaitkan dengan regulasi
atau dasar hukum yang telah ada sebelumnya terkati penanganan
terorisme. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa Pemerintah
memutuskan untuk menolak memulangkan ratusan WNI mantan
ISIS kembali ke Indonesia. Sejumlah alasan dijadikan dasar. Salah
satunya, dikhawatirkan akan menjadi virus baru apabila eks
kombatan ISIS tersebut pulang. Akan tetapi, tetap saja ada yang
berhasil kembali ke tanah air dengan jalur ilegal dan berpotensi
membuat kekacauan di indonesia dengan membawa ideologi
radikalnya. Maka dari itu, berdasarkan konsep Foreign Terrorist
Fighter, menurut Resolusi Dewan Keamanan Pbb 2178 dijelaskan
bahwa FTF adalah individu yang melakukan perjalanan ke negara
lain dengan tujuan untuk melakukan, merencanakan, menyiapkan,
atau berpartisipasi dalam tindakan terorisme atau menyediakan,
menjalani pelatihan teroris, terutama yang berkaitan dengan konflik
bersenjata.
Saat ini sebuah jaringan internasional telah dibentuk oleh
para teroris di negara asal, negara transit, dan negara tujuan. FTF
diyakini dapat meningkatkan intensitas, durasi, dan
keberlangsungan konflik; serta dapat menimbulkan ancaman serius
bagi negara asalnya, negara transit, negara tujuan, serta negara
91
yang bertetangga dengan zona perang dimana FTF ikut terlibat. FTF
juga dapat mengancam seluruh wilayah serta negara anggota,
bahkan wilayah yang jauh dari zona konflik. Selain itu muncul
kekhawatiran FTF akan menggunakan ideologi ekstrim yang mereka
percayai untuk mempromosikan terorisme. Inti dari konsep ini tetap
berujung pada tindakan terorisme, yang akan berkaitan dengan
konsep pertahanan negara sebagai respon dari tindakan terorisme.
Dalam konsep pertahanan negara dijelaskan dalam Permenhan,
bahwa Pertahanan negara adalah segala usaha untuk menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa. Usaha pertahanan
negara tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan adanya
dinamika bentuk ancaman yang dihadapi. Perkembangan
lingkungan strategis senantiasa membawa perubahan terhadap
kompleksitas ancaman, baik ancaman militer maupun ancaman
nonmiliter. Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan
mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan. Pertahanan negara
diselenggarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini
dengan sistem pertahanan negara melalui membangun dan
membina kemampuan dan daya tangkal negara dan bangsa serta
menanggulangi setiap ancaman.
Tabel 4.5
Tabel Analisis SWOT Instrumen dan Dasar Hukum Penanganan Isu Kepulangan FTF Yang Bisa Digunakan Antar
Lembaga.
STRENGTHS WEAKNESSES
INTERNAL
- Komitmen Pemerintah RI - Belum adanya organisasi terintegrasi
EKSTERNAL - Kemampuan masing-masing lembaga - Belum adanya aturan mengenai integrasi antar lembaga
- Kemajuan ilmu pengetahuan dan - Memanfaatkan kemajuan teknologi dalam melakukan - Mewujudkan dasar hukum yang sinergis dalam
teknologi tracking terhadap FTF yang sudah masuk ke Indonesia. pelaksanaan tugas Operasi Intelijen dan Penegakan
95
- Tingginya kepercayaan - Memanfaatkan media sosial dan internet untuk Hukum antar lembaga.
masyarakat terhadap lembaga mensosialisasikan bahaya terorisme dan upaya yang - Melalui pembentukan budaya organisasi yang
terkait telah dilakukan oleh pemerintah dalam penanganannya. kolaboratif, menempatkan unsur pimpinan dan Laison
Officer masing-masing lembaga terkait
THREATS STRATEGI S-T STRATEGI W-T
- Persepsi negatif terhadap - Mengomptimalkan implementasi kebijakan penanganan - Mengoptimalkan implementasi dari aturan-aturan
beberapa lembaga terkait isu kepulangan FTF ke Indonesia sehingga penanganan terorisme yang telah ada sebelumnya.
- Isu HAM mendapatkan kepercayaan masyarakat. - Melaksanakan rapat koordinasi secara berkala antar
- Mensosialisasikan bahaya FTF kepada masyarakat dan lembaga dalam merumuskan suatu aturan pelibatan
keinginan pemerintah untuk menjaga keamanan lembaga-lembaga terkait dengan memperhatikan
masyarakat, bangsa dan negara. aturan yang ada dalam HAM.
96
104
105
FTF asal Indonesia ke tanah air yang telah disusun oleh BNPT di
bawah supervisi Kemenkopolhukam.
19. Saran. Dilihat dari hasil penelitian dan kesimpulan maka dapat
disampaikan beberapa saran sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Amin, Hamidin Aji, 2020, Wajah Baru Terorisme. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Bungin Burhan. 2004. Metodologi penelitian kualitatif, Aktualisasi
Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Darmodiharjo, D. 1991. Santiaji Pancasila: Tinjauan filosofis, historis dan
yuridiskonstitusional. Surabaya: Usaha Nasional.
Doyle Paul Johnson, “Teori Sosiologi Klasik dan Modern”. Jakarta :
Gramedia Pustaka.
Erlangga Pratama, Penyelesaian Masalah 660 WNI Eks ISIS, Jurnal
Intelijen, diakses melalui :
https://jurnalintelijen.net/2020/02/10/penyelesaian-masalah-660-
wni-eks-isis/
Hartanto, F.M. 1996. Kepemimpinan Sinergistik: Membangun Keunggulan
Melalui Kerjasama dan Aliansi Strategik. Studio Manajemen Jurusan
Teknik Industri Institut Teknologi Bandung. Bandung.
George Ritzer, “Teori Sosioogi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan
Terakhir Post Modern, Yogyakarta : Pelajar Pustaka.
Harahap, Syahrin. 2017, Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme dan
Terorisme. Siraja: Depok.
Heru Puji Winarso. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Jogiyanto. 2005. Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif ,
Yogyakarta : Andi Offset
Jahroni, Jajang. Dkk. 2016. Memahami Terorisme : Sejarah, Konsep, dan
Model. Tangerang Selatan : UIN Syarif Hidayatullah.
110
Jurnal :
Kearns, Kevin P. 1992. “From Comparative Advantage to Damage Control:
Clarifying Strategic Issues Using SWOT Analysis,” Nonprofit
Management and Leadership , New York: Henry HoltUniversity.
Krippendrof Klaus, “Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, terj Farid
Wajidi”,. Jakarta: Citra Niaga Rajawali Press, 1993.
Richard Barrett, 2017, Beyond The Caliphate: Foreign Fighter and the
Threat of Returnees. The Soufan Center. Diakses melalui :
https://thesoufancenter.org/wp-content/uploads/2017/11/Beyond-
the-Caliphate-Foreign-Fighters-and-the-Threat-of-Returnees-TSC-
Report-October-2017-v3.pdf
Zulfi Mubarak, Fenomena Terorisme di Indonesia: Kajian Aspek Teologi,
Ideologi dan Gerakan, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang. Diakses melalui : http://repository.uin-
malang.ac.id/6034/1/6034.pdf
Internet :
Adi Briantika, 2019, Potensi Terorisme di Indonesia Tetap Ada meski al-
Baghdadi Tewas, Tirto.id, diakses melalui : https://tirto.id/potensi-
terorisme-di-Indonesia-tetap-ada-meski-al-baghdadi-tewas-ekxs
MENTERI PERTAHANAN, KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN
KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA, diakses melalui:
https://www.kemhan.go.id/ppid/wp-
content/uploads/sites/2/2016/10/Permenhan-Nomor-16-Tahun-
2012-Lampiran.pdf
Mobus, G.E. & Kalton, M.C. (2015). Principles of Systems Science, Chapter
8: Emergence, Springer, New York.
Salusu. Pengambilan Keputusan Stratejik, Edisi 7. Jakarta: Grasindo. 2004.
111
DAFTAR LAMPIRAN
1. ALUR PIKIR
2. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
3. DAFTAR TABEL
4. DAFTAR GAMBAR
5. DAFTAR SINGKATAN
6. PENGERTIAN-PENGERTIAN
112
LAMPIRAN 1
ALUR PIKIR
OPTIMALISASI KERJA SAMA ANTAR LEMBAGA DALAM MENGATASI KEPULANGAN
FOREIGN TERRORIST FIGHTER ASAL INDONESIA GUNA MEMPERTAHANKAN STABILITAS NASIONAL
112
113
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN 4
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN 5
DAFTAR SINGKATAN
AD : Angkatan Darat
AL : Angkatan Laut
APG-ML : Asia Pacific Group on Money Laundering
AU : Angkatan Udara
BIN : Badan Intelijen Negara
BNPT : Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
FIU : Financial Intelligence Unit
FTF : Foreign Terrorist Fighter
HAM : Hak Asasi Manusia
ICRG : International Cooperation Review Group
IMPACT : International Multilateral Partnership Against Cyber
Threats
IS : Islamic State
ISIS : Islamic State of Iraq and Syria
ITU : International Telecomunication Union
JAD : Jama’ah Ansharut Daulah
JKS : Jaring Komunikasi Sandi
Kemenkopolhukam : Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Ham
Kopassus : Komando Pasukan Khusus
KUHP : Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
MoU : Memorandum of Understanding
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
OMP : Operasi Militer Perang
OMSP : Operasi Militer Selain Perang
Perkasad : Perarturan Kepala Staf Angkatan Darat
Polri : Kepolisian Republik Indonesia
PP : Peraturan Pusat
117
LAMPIRAN 6
PENGERTIAN – PENGERTIAN
a. Radikalisme adalah berasal dari Bahasa latin yaitu radix yang berarti
akar, sehingga radikal pada dasarnya mengakar atau hingga ke akar-
akarnya. Radikalisme dilabelkan bagi mereka yang memegang teguh pada
keyakinan atau ideologi yang dianutnya secara kaku sehingga
konsekuensinya semua yang lain dan tidak sama dengannya adalah salah
dan keliru.