Anda di halaman 1dari 1

KH Bisri Syansuri ini bisa dikatakan 

soulmate KH Wahab Hasbullah Tambak Beras,


sebab banyak kisah tentang kedua tokoh besar ini. KH Bisri Syansuri dalam perjalanan
intelektualnya lebih dikenal sebagai pakar fiqh, sehingga tidaklah mengherankan jika
beliau dijuluki oleh cucunya sendiri, KH Abdurrahman Wahid sebagai Pecinta Fiqh
Sepanjang Hayat.

KH. Bisri Syansuri lahir 18 September 1886 M di desa Tayu, dari pasangan Syansuri
dan Mariah, sebuah desa yang terletak lebih kurang 100 kilometer arah timur Laut
Semarang, dalam kawasan pesisir pantai Utara Jawa yang memiliki budaya-sosial
keagamaannya sendiri. Masyarakat daerah ini memiliki tingkat kehidupan yang rendah
bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di pulau Jawa.

Ada sebuah kisah, KH. Bisri berbeda pendapat dengan iparnya, yakni KH. Wahab
Hasbullah saat berada dalam forum bahtsul masail, sehingga tanpa disadari forum itu
seakan-akan milik KH. Bisri dan KH. Wahab saja. Konon, KH. Bisri Syansuri
menggebrak meja dalam mempertahankan pendapatnya. Marah dan bencikah beliau
terhadap KH. Wahab yang tidak sependapat dengannya hingga menggebrak meja?

Tatkala acara bahtsul masail telah usai, KH. Bisri Syansuri dan KH. Wahab Hasbullah
makan bersama. Perlu diketahui bahwa beliau berdua penggemar sambal, lalu tanpa
basa-basi KH. Wahab Hasbullah membuatkan sambal dan menyodorkannya kepada
KH. Bisri Syansuri. KH. Bisri pun menyantap sambal buatan KH. Wahab Hasbullah,
namun tiba-tiba KH. Bisri berkata:”enak sambelanmu, Kang”, puji KH. Bisri pada KH.
Wahab, “tapi pendapatku tetap lho yo, ora berubah meski sambelanmu iki enak” imbuh
KH. Bisri. Tak ayal KH. Wahab Hasbullah pun tertawa.

Hikmah dari kisah ini adalah sebuah perbedaan haruslah tetap mengedepankan titik
persamaan, tetap saling menghormati dan jangan sampai mengakibatkan
persaudaraan terputus. Hindari pola pikir yang menjustifikasi perbedaaan
pendapat/pilihan/selera otomatis menjadi musuh bebuyutan,

Anda mungkin juga menyukai