Anda di halaman 1dari 14

PERTUNJUKAN ANGARU’ PADA UPACARA PERKAWINAN

DI KABUPATEN GOWA

Siti Hijriyani
1382041047
Jurusan pendidikan SENDRATASIK
Fakultas Seni Dan Desain
Universitas Negeri Makassar
Rhya.riyaniii@gmail.com

ABSTAR

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan kedudukan pertunjukan angaru’ pada upacara
perkawinan di Kabupaten Gowa. (2) untuk mengetahui keterkaitan pertunjukan Angaru’ dengan
upacara perkawinan di Kabupaten Gowa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
penelitian deskriptif dan jenis penelitian kualitatif yang berlangsung. Subjek penelitian ini adalah
masyarakat Biring Balang Desa Julukanayya, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Provinsi
Sulawesi Selatan, yang dilaksanakan pada bulan Februari s/d Maret 2018. Teknik pengumpulan data
diperoleh dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil yang
diperoleh dari analisis penelitian ini adalah yaitu: (1) Kedudukan tradisi angaru’ pada upacara
perkawinan di Kabupaten Gowa yaitu pappasang atau pesan dari leluhur kita yang mengharuskan
adanya angaru’ pada upacara perkawinan untuk memberikan do’a restu kepada kedua mempelai dalam
membina bahtera rumah tangga mereka, dari segi budaya posisi angaru’ pada upacara perkawinan
tidaklah penting dikarenakan aru’ merupakan janji atau ikrar dari abdi ke rajanya sedangkan kedua
mempelai bukanlah raja yang diangkat oleh rakyatnya melainkan raja sehari yang tidak memiliki
kekuasaan, (2) Keterkaitan tradisi angaru’ dengan upacara perkawinan di Kabupaten Gowa yaitu tidak
saling berkaitan satu sama lain karena angaru’ dapat disajikan tanpa adanya pesta perkawinan begitu
pula dengan upacara perkawinan, upacara perkawinan dapat dilaksanakan tanpa angaru’ akan tetapi
angaru’ disajikan pada upacara perkawinan diyakini memberikan energi positif kepada mempelai yang
menjadikan mereka dapat membangun rumah tangga yang diharapkan.
Kata Kunci: Pertunjukan Angaru’, Upacara Perkawinan.

1. PENDAHULUAN Makassar, suku Bugis dan Makassar lebih dominan


1.1 Latar Belakang kuantitasnya jika dibandingkan dengan beberapa
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari suku lainnya.
banyak pulau, di mana setiap pulau memiliki suku Setiap suku bangsa tentu memiliki tradisi dan
bangsa yang berbeda-beda. Hal tersebut membuat kebudayaannya masing-masing, baik dalam bentuk
Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka norma adat maupun kebiasaan yang terdapat pada
ragam. Keanekaragaman budaya tersebut salah masyarakat Indonesia secara umun. Salah satu
satunya yaitu keanekaragaman tradisi. Tradisi tradisi unik yang hingga saat ini masih dilestarikan
tersebut umumnya dimiliki oleh setiap daerah yang oleh suatu masyarakat adalah tradisi angaru’ yang
tentunya memiliki nilai ritualitas serta sakralitas ada di Kabupaten Gowa. Tradisi yang menjadi
yang masih sangat terasa keberadaannya di kebiasaan masyarakat tersebut awalnya hanya
lingkungan masyarakat. boleh dilakukan oleh para prajurit ketika ingin
Konteks keberagaman suku dan budaya di berperang. Hal tersebut dilakukan berfungsi
Indonesia, setiap wilayah provinsi di Indonesia sebagai bentuk setia ataupun sumpah janji mereka
tentunya memiliki ciri khas suku dan kebudayaan kepada rajanya. Akan tetapi, kebiasaan yang sering
masing-masing. Salah satunya adalah Sulawesi- dipraktekkan mereka kini mengalami pergeseran
Selatan yang merupakan sebuah provinsi di budaya.
Indonesia yang terletak dibagian selatan pulau Angaru’ merupakan tradisi sakral bagi
Sulawesi, dengan kota Makassar sebagai Ibu Kota. masyarakat Sulawesi-Selatan. Sakral karena
Secara umum terdapat 4 suku bangsa di Provinsi menjadi bagian dari acara adat dan terkait ritual.
Sulawesi Selatan ini yakni; Suku Bugis, Makassar, Dalam angaru’, si Pangaru pada prosesi tertentu
Mandar dan Toraja, dimana dalam lingkup kota menampilkan diri secara heroik mengikuti
ketepatan ketukan gendang sambil badik (senjata juga oleh masyarakat yang hendak melangsungkan
pusaka) diangkat atau ditusukan ke tanah. Angaru’ pernikahan, yang kemudian tradisi tersebut bisa
juga menjadi salah satu rangkaian acara dilaksanakan oleh hampir semua lapisan
Pa’bunting (pesta pernikahan adat Bugis masyarakat yang ada di Kabupaten Gowa, atau
Makassar) yang dilaksanakan saat acara yang memiliki tingkat ekonomi yang cukup.
dikenal dengan naik kalenna/simorong’ (saat Hal tersebut menunjukkan adanya pergeseran
pengantin laki-laki dan perlengkapannya diarak ke nilai-nilai budaya serta tradisi dalam masyarakat
rumah pengantin perempuan). Kabupaten Gowa. Kecenderungan, kebenaran atau
Angaru’ berasal dari kata aru yang memiliki keberlangsungan globalisasi dan arus informasi
makna sumpah sedangkan makna angaru” berarti mendorong identitas suatu suku bangsa dalam
ikrar atau ungkapan sumpah setia yang sering tradisi angngaru sehingga mengalami pergeseran.
disampaikan oleh orang-orang di masa silam, Oleh karena itu, adanya pergeseran budaya yang
biasanya diucapkan oleh bawahan kepada terjadi pada tradisi angaru’ dilatar belakangi oleh
atasannya abdi kerajaan kepada rajanya, prajurit masyarakat yang ingin melestarikan budaya
kepada komandannya, masyarakat kepada mereka hingga saat ini atau tradisi dari
pemerintahnya. Bahkan juga dapat diucapkan masayarakat Kabupaten Gowa tetap ada, dengan
seorang raja (pemerintah) kepada rakyatnya, cara tetap melaksanakan tradisi angaru’ walaupun
bahwa apa yang telah diungkapkan dalam aru itu dengan nuansa yang berbeda dari
akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh baik sebelumnya.Latar b
itu untuk kepentingan pemerintah dimasa damai elakang tradisi angaru’ yang dilakukan oleh
maupun di masa perang. masyarakat Kabupaten Gowa serta pergeseran nilai
Pelaku angaru’ yaitu seseorang yang budaya tersebut yang mendorong peneliti
ditunjuk/orang tertentu sebagai pemegang bendera melakukan penelitian terhadap Tradisi Angaru’
atau panji peperangan, ketika dalam peristiwa Pada Upacara Perkawinan di Kabupaten Gowa
pasukan terdesak oleh lawan, maka Pangaru’ dengan judul penelitian “Pertunjukan Angaru’
melakukan Bate’ atau bekas kaki yang diperjelas, Pada Upacara Perkawinan di Kabupaten Gowa”.
lalu menancapkan bendera di atas Bate tersebut,
sambil tangannya mencabut Badi’ atau Kawali 1.2 Rumusan Masalah
(senjata khas Sulawesi Selatan) diiringan sumpah
Berdasarkan ruang lingkup permasalahan
setia kepada pasukan dengan teriakan yang
tersebut maka yang menjadi rumusan masalah
menggelegar untuk didengar oleh lawan, kawan
dalam penelitian inisebagai berikut:
ataupun Botinglangi (penghuni langit) dengan
1. Bagaimana kedudukan pertunjukan Angaru’
tekad dan janji bahwa dirinya tak akan mundur dari
pada upacara perkawinan di Kabupaten
Bate atau batas kaki yang telah menjadi penanda
Gowa?
meski nyawa harus melayang.
2. Bagaimana keterkaitan pertunjukan Angaru’
Sewaktu raja diangkat dan dipercayakan
dengan upacara perkawinan di Kabupaten
untuk memimpin rakyatnya, maka dari itu abdi
Gowa?
kerajaan melakukan sebuah tradisi Angaru’ yang
merupakan janji atau sumpah dengan tujuan untuk
1.3 Tujuan Penelitian
memberikan peringatan kepada Raja ketika
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan Berdasarkan rumusan masalah yang
norma-norma yang berlaku maka abdi kerajaan itu dipaparkan di atas maka tujuan penelitian dalam
siap untuk memberontak. Adapun bahasa yang penelitian ini yaitu :
digunakan yaitu bahasa Makassar asli, isi dari janji 1. Untuk mendeskripsikan kedudukan
atau ikrar yang diucapkan oleh abdi kerajaan itu pertunjukan Angaru’ pada upacara
berisi tentang peringatan kepada raja apabila raja perkawinan di Kabupaten Gowa.
berlaku tidak adil dan pengabdian kepada raja 2. Untuk mengetahui keterkaitan pertunjukan
apabila raja berlaku adil. Angaru’ dengan upacara perkawinan di
Seiring pergerasan zaman pelaku angaru’ Kabupaten Gowa.
merupakan orang yang dipercayakan untuk
melakukan tradisi ini, dengan melakukan peranan 1.4 Manfaat Penelitian
menghunus Badik (Pusaka Bugis-Makassar) ke
tanah dan mengucapkan kalimat yang memberikan Berdasarkan tujuan di atas, maka penulis
do’a restu kepada kedua mempelai pada saat mengemukakan manfaat dari penulisan ini adalah
mempelai memasuki Baruga (tempat perkawinan). diharapkan :
Salah satu pergeseran budaya yang paling tampak 1. Manfaat teoritis: Sebagai bahan acuan bagi
dalam tradisi tersebut adalah berubahnya penelitian lanjutan, sebagai bahan referensi
kebiasaan angaru’ yang dahulu hanya boleh bagi mahasiswa Universitas Negeri
dilakukan oleh para prajurit ketika hendak Makassar.
berperang, justru kini tradisi angaru’ dilaksanakan 2. Manfaat praktis: untuk mengetahui apa latar
belakang dari tradisi Angaru’ pada upacara
perkawinan yang ada di Kabupaten Gowa, keterkaitan tradisi angaru’ pada upacara
Mengetahui kesakralan Angaru’ pada perkawina di Kabupaten Gowa
upacara perkawinan di Kabupaten Gowa.
2. Pengertian Konsep
2. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir a. Tradisi
Tradisi adalah sesuatu yang
2.1. Tinjaun Pustaka diwariskan tidak berarti harus di terima,
1. Kajian Terdahulu Angaru’ dihargai, diasmilasi atau disimpan sampai
mati. Tradisi merupakan suatu gambaran
Kajian terdahulu ini berasal dari sikap dan perilaku manusia yang telah
penelitian Skripsi Muhammad Ansar Pada berproses dalam waktu lama dan
tahun 2018 yang berjudul “Tradisi Angngaru dilakukan secara turun-temurun dimulai
dalam Upacara Pernikahan Bija Karaeng”. dari nenek moyang. Menurut kamus besar
Dalam penelitiannya menyatakan bahwa aru Bahasa Indonesia (KBBI) tradisi adalah
atau angaru’ merupakan sumpah setia, yaitu
kebiasaan turun-temurun dari nenek
suatu ungkapan kata yang puitus dan
mengandung nilai sastera yang diucapkan moyang yang masih dijalankan dalam
dalam bahasa Makassar. Kalimat sumpah masyrakat, penilaian atau angapan bahwa
setia penuh keberanian ini diucapkan dengan cara-cara yang telah ada merupakan yang
lantang oleh salah seorang tubarani (lasykar) paling baik dan benar.
atau wakil salah seorang gallarang di hadapan Koentjaraningrat dalam (Daud,
raja. Susunan kalimat ringkas namun Arifin , & D, 2018), kata tradisi berasal
mengandung makna loyalitas masyarakat dari bahasa latin traditium yang berarti di
terhadap raja yang diwakili oleh tubaraninya teruskan dalam pengertian yang
(pembawa aru itu). sederhana, tradisi diartikan sebagai
Selanjutnya menurut Mabbaco dari sesuatu yang telah di inginkan untuk sejak
buku yang berjudul “Kearifan Budaya Lokal” lama dan menjadi bagian dari kehidupan
pada tahun 2009, Dalam bukunya suatu kelompok masyrakat. Dalam
menjelaskan bawha angaru’ adalah pengertian tradisi ini, hal yang paling
seseorang yang ditunjuk/orang tertentu mendasar dari tradisi adalah adanya
sebagai pemegang bendera atau panji informasi yang diteruskan dari generasi
peperangan, ketika dalam peristiwa pasukan ke generasi baik tertulis maupun lisan
terdesak oleh lawan. Sedangkan orang yang oleh karena tanpa adanya ini suatu tradisi
melakukan angaru’ biasanya disebut sebagai dapat penuh. selain itu tradisi juga dapat
pangaru’.
diartikan sebagai kebiasaan bersama
Pangaru’ melakukan bate’ atau bekas
kaki yang diperjelas, lalu menancapkan dalam masyarakat manusia, yang secara
bendera di atas bate tersebut, sambil otomatis akan mempengaruhi aksi dan
tangannya mencabut badi’ atau kawali reaksi dalam kehidupan sehari-hari para
(senjata khas Sulawesi Selatan) diiringan angota masyarakat itu.
sumpah setia kepada pasukan dengan teriakan b. Upacara Tradisi
yang menggelegar untuk didengar oleh Upacara umum adalah suatu
lawan, kawan ataupun botinglangi (penghuni kegiatan yang dilakukan oleh banyak
langit) dengan tekad dan janji bahwa dirinya orang di instansi kantor pemerintah untuk
tak akan mundur dari Bate atau batas kaki memperingati sesuatu atau karena
yang telah menjadi penanda meski nyawa diadakan acara tertentu. Upacara khusus
harus melayang. adalah upacara yang dilaksanakan secara
Pembacaan aru biasanya dilaksankan khusus tanpa membutukan kehadiran
pada upacara adat yang berhubungan dengan penjabat dan memiliki tata urutan upacara
upacara kerajaan, penjemputan tamu yang tidak harus lengkap. Upacara pada
pembesar, saat akan berangkat perang dan dasarnya merupakan bentuk perilaku
sebagai bentuk pernyataan kesetiaan tubarani masyarakat yang menunjukan kesadaran
(pemberani) kepada rajanya. Dewasa ini aru terhadap masa lalunya. Masyarakat
dibacakan dalam prosesi pernikahan menjelaskan masa lalunya melalui
khususnya pada keturunan raja.
upacara. Melalui upacara kita dapat
Berdasarkan 2 hasil penelitian tersebut
yang membahas mengenai makna dan nilai- melacak tentang asal usul baik itu tempat,
nilai social yang terkandung dalam tradisi tokoh, suatu benda atau kejadian alam dan
angaru’ bagi masyarakat Kabupaten Gowa. lain-lain. (Daud, Arifin , & D, 2018)
Adapun perbededaan penelitian ini dengan Upacara tradisi adalah sarana
kedua penelitian tersebut, yaitu penelitian pengokohan nilai-nilai budaya dari suatu
membahas tentang kedudukan dan kebudayaan masyarakat penduduknya,
berfungsi sebagai sarana kegiatan
melestarikan norma-norma, serta nilai- diayunkan di hadapan raja, pembawa aru
nilai budaya yang berlaku dalam menyampaikan arunya dengan
masyarakat secara turun-temurun. mempermainkan badiknya sesuai dengan
Norma-norma serta nilai-nilai budaya isi aru yang di bawakanya.
tersebut, menjadi pegangan masyarakat Dalam prosesi aru ini bagi
dalam kehidupan sosialnya agar tetap tomanurung (sebagai awal dinasti di
dipatuhi dan ditaati oleh para Sulawesi-Selatan) terlaksana atau
pendukungnya. (Ningrum, 2018) dilakukan untuk berbagai kepentingan
c. Angaru’ misalnya pengangkatan raja atau
Aru atau angngaru merupakan pemimpin, pernyataan setia sebelum
sumpah setia, yaitu suatu ungkapan kata berangkat perang atau ikrar juga harapan
yan puitus dan mengandung nilai sastera akan sesuatu hal misalnya menyampaikan
yang diucapkan dalam bahasa Makassar. keluh kesah atau juga memohon
Kalimat sumpah setia penuh keberanian kesembuhan pada kerajaan langit (bahasa
ini diucapka dengan lantang oleh salah bugis botinglangi), dengan bahasa yang
seorang tubarani (lasykar) atau wakil hanya mereka atau bissu (lelaki feminim)
salah seorang gallarang di hadapan raja. bisa mengerti. Kandungan aru
Susunan kalimat ringkas namun mengngambarkan sikap loyalitas dan
mengandung makna loyalitas masyarakat kesetiaan rakyat Gowa terhadap
terhadap raja yang diwakili oleh pimpinannya, sehingga rela melakukan
tubaraninya (pembawa aru itu. (Ilham apa saja yang baik demi kepentingan
2013) orang banyak atas perintah pimpinannya.
Angaru’ merupakan tradisi sakral (Ansar, 2018)
bagi masyarakat Sulawesi-Selatan. Sakral d. Pertunjukan
karena menjadi bagian dari acara adat dan Pertunjukan memiliki 2 arti.
terkait ritual. Dalam angaru’, si Pertunjukan berasal dari kata
“pangaru” pada prosesi tertentu dasar tunjuk. Pertunjukan adalah
menampilkan diri secara heroik mengikuti sebuah homonim karena artinya memiliki
ketepatan ketukan gendang sambil badik ejaan dan pelafalan yang sama tetapi
(senjata pusaka) diangkat atau ditusukan maknanya berbeda. Pertunjukan memiliki
ke tanah. arti dalam kelas nomina atau kata benda
Angaru’ berasal dari kata aru yang sehingga pertunjukan dapat menyatakan
memiliki makna sumpah sedangkan nama dari seseorang, tempat, atau semua
makna angaru” berarti ikrar atau benda dan segala yang dibendakan.
ungkapan sumpah setia yang sering Selain itu, Kata pertunjukan
disampaikan oleh orang-orang dimasa diartikan sebagai “sesuatu yang
silam, biasanya diucapkan oleh bawahan dipertunjukan; tontonan (bioskop,
kepada atasannya, abdi kerajaan kepada wayang, dsb); pameran (barang-barang)”
rajanya, prajurit kepada komandannya, seperti dinyatakan dalam kamus besar
masyarakat kepada pemerintahnya. bahasa Indonesia. Pada arti kata ini
Bahkan juga dapat diucapkan seorang raja terkandung tiga hal, yaitu: (1) Adanya
(pemerintah) kepada rakyatnya, bahwa pelaku kegiatan yang disebut penyaji, (2)
apa yang telah diungkapkan dalam aru itu adanya kegiatan yang dilakukan oleh
akan dilaksanakan dengan sungguh- penyaji dan kemudian disebut
sungguh baik itu untuk kepentingan pertunjukan, dan (3) adanya orang
pemerintah dimasa damai maupun dimasa (khalayak) yang menjadi sasaran suatu
perang. pertunjukan (pendengan atau audiens).
Orang yang terpilih menyampaikan Berdasarkan makna itu, pertunjukan dapat
aru pada umumnya mempunyai vocal diartikan sebagai kegiatan menyajikan
yang lantang dengan wajah yang seram sesuatu dihadapan orang lain.
dan berani menentang wajah sang raja. Sedangkan seni pertunjukan
Terpilih membawakan aru merupakan merupakan suatu bentuk sajian pentas
suatu kehormatan berhadapan dengan raja seni yang diperlihatkan atau
dan pembesar lainnya dan mendapat dipertunjukan kepada khalayak umum
tempat terhormat di tengah-tengah atau orang banyak oleh pelaku seni
masyarakat. Orang yang membawakan (seniman) dengan tujuan untuk
aru ketika tampil di hadapan sang raja memberikan hiburan yang dapat
mampu menampakkan wajah loyalitas dinikmati oleh para penontonnya.
dan dekiasi yang tinggi. Dengan badan Hiburan selalu bersifat menyenangkan,
yang tegap sambil membawa badik yang karena hiburan bersifat menghibur
seseorang setelah melakukan aktifitas bersangkutan tidak dapat memenuhi
atau rutinitasnya sehari-hari agar bisa persyaratan tersebut, ia tidak akan
menghilangkan penat dan lelah selama mendapat kedudukan yang diinginkan.
bekerja. (Bahri, 2015) 3) Assigned status, merupakan kedudukan
yang diberikan kepada seseorang.
3. Kedudukan Kedudukan ini mempunyai hubungan
Kedudukan atau status sosial yang erat dengan achieved status.
merupakan posisi seseorang secara umum Artinya, suatu kelompok atau golongan
memberikan kedudukan yang lebih
dalam masyarakat dalam hubungannya
tinggi kepada seseorang yang berjasa
dengan dengan orang lain. Posisi orang yang telah memperjuangkan sesuatu
menyangkut ruang lingkup pergaulannya, untuk memenuhi kebutuhan dan
prestige, hak-hak dan kewajibannya. Secara kepentingan masyaarakat.
abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang
dalam pola tertentu. Bahkan, seseorang bisa 4. Keterkaitan
mempunyai beberapa kedudukan karena Keterkaitan adalah suatu kegiatan
tertentu yang membawa akibat kepada
memiliki beberapa pola kehidupan, (Anen
kegiatan yang lain. Selain itu arti kata
2016: 18) hubungan dapat juga dikatakan sebagai suatu
Kedudukan diartikan sebagai tempat proses, cara atau arahan yang menentukan
atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau menggambarkan suatu obyek tertentu
sosial, sedangkan kedudukan sosial adalah yang membawa dampak atau pengaruh
tempat seseorang dalam lingkungan terhadap obyek lainnya.
pergaulannya, serta hak-hak dan Selain itu, dalam (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) Keterkaitan adalah sebuah
kewajibannya. Kedua istilah tersebut
homonim karena arti-artinya memiliki ejaan
memiliki arti yang sama dan digambarkan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya
dengan kedudukan (status) saja. Secara berbeda. Keterkaitan memiliki arti dalam
abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang kelas nomina atau kata benda
dalam suatu tempat tertentu. Kedudukan sehingga keterkaitan dapat menyatakan nama
dapat juga diartikan sebagai posisi jabatan dari seseorang, tempat, atau semua benda dan
segala yang dibendakan.
seseorang dalam memiliki kekuasaan.
Berdasarkan definisi di atas maka yang
Dimana orang yang memiliki kekuasaan dimaksud dengan keterkaitan dalam
dapat mempengaruhi kedudukan atau penelitian ini adalah suatu keadaan saling
statusnya di tempat seseorang tersebut berhubungan, saling mempengaruhi dan
tinggal. saling ketergantungan antara angaru’ dengan
Masyarakat pada umumnya upacara perkawinan di Kabupaten Gowa.
mengembangkan tiga macam kedudukan, Angaru’ disajikan pada upacra
perkawinan dengan tujuan untuk
yaitu sebagai berikut
memberikan do’a restu kepada kedua
1) Ascribed status, yaitu kedudukan mempelai, angaru’ pun sering kita jumpai
seseorang dalam masyarakat tanpa disajikan pada acara adat misalnya
memperhatikan perbedaan rohaniah dan penyambutan orang-orang penting atau tamu
kemampuan. Kedudukan tersebut kehormatan.
diperoleh karena kelahiran, misalnya
kedudukan anak seorang bangsawan 5. Pengertian Perkawinan
adalah bangsawan pula. Pada umumnya a. Perkawinan menurut Hukum Adat
ascribed-status dijumpai pada Perkawinan menurut hukum adat
masyarakat dengan sistem lapisan tidak semata-mata berarti suatu ikatan
tertutup, misalnya masyarakat feodal, antara seorang pria dengan wanita
atau masyarakat tempat sistem lapisan sebagai suami isteris untuk maksud
bergantung pada perbedaan rasial. mendapatkan keturunan dan
2) Achieved status, yaitu kedudukan yang membangun serta membina kehidupan
dicapai oleh seseorang dengan usaha- rumah tangga, tetapi juga suatu
usaha yang disengaja. Misalnya, setiap hubungan hokum yang menyangkut
orang dapat menjadi seorang dokter para anggota kerabat dari pihak isteri
asalkan memenuhi persyaratan tertentu dan para anggota kerabat dari pihak
persyaratan tersebut bergantung pada suami. Terjadinya perkawinan, berarti
yang bersangkutan bisa atau tidak berlakunya ikatan kekerabatan untuk
menjalaninya. Apabila yang
dapat saling membantu dan menunjang Hasanuddin Tumenangan ri
hubungan kekerabatan yang rukun dan Balla’pangkana. Pada masa itu kerajaan
damai. Gowa memegang hegemoni dan
b. Upacara Perkawinan di Kabupaten supremasi di daerah Sulawesi-Selatan,
Gowa bahkan di daerah Indonesia bagian
Menurut Dendy Sugono Dalam timur. Luas daerah ini adalah 1.883.33
KKBI (1988: 1533) Upacara adalah km persegi yang terdiri dari 16
rangkaian tindakan atau perbuatan yang kecamatan yaitu: Somba Opu, Palangga
terikat pada aturan tertentu menurut adat Lempangan, Bajeng, Bontonompo,
atau Agama. Menurut Undang-Undang Tinggimoncong, Bontomarannu,
Pasal 1 Nomor 1 Tahun 1974 Tompobulu, Porangloe, Biring Bulu,
menyatakan bahwa perkawinan adalah Bonto, Bungaya, Tombolo Pao,
ikatan lahir batin antara seorang pria Manuju, Pattalassang, Barombong dan
dengan wanita sebagai suami istri Bontonompo. Dinas Kebudayaan dan
dengan tujuan untuk membentuk Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan
keluarga (rumah tangga) yang bahagia (2006-2008: 9).
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Rosdalina (2016: 16) 2.2. Kerangka Pikir
Ahmad Azhar mengemukakan
Berdasarkan pertimbangan dari uraian
bahwa perkawinan dalam islam disebut
di atas angaru’ merupakan tradisi sakral bagi
dengan istilah Nikah yang berarti bahwa
masyarakat Sulawesi-Selatan. Sakral karena
melakukan suatu aqad atau perjanjian
menjadi bagian dari acara adat dan terkait
untuk mengikatkan diri antara seorang
ritual. Dalam angaru’, si pangaru pada
laki-laki dan seorang wanita untuk
prosesi tertentu menampilkan diri secara
menghalalkan hubungan kelamin antara
heroi mengikuti ketepatan ketukan gendang
kedua belah pihak, dengan dasar
sambil badik (senjata pusaka) diangkat atau
sukarela dan keridhoan kedua belah
ditusukan ke tanah merupakan salah satu
pihak untuk mewujudkan suatu
tradisi yang ada sejak jaman dahulu pada saat
kebahagiaan hidup berkeluarga yang
masih adanya Kerajaan di Sulawesi-Selatan
diliputi rasa kasih sayang dan
terutama pada Kabupaten Gowa, yang mana
ketentraman dengan cara-cara yang
di antaranya sering digunakan prajurit yang
diridhoi oleh Allah. Sedang
hendak berperang pada kerajaan dan acara
Perkawinan dalam bahasa Arab
tahunan dalam menyambut tamu kehormatan.
disebut “nikah” yang mempunyai 2
Seiring berjalannya waktu berubahnya
arti yaitu arti yang sebenarnya dan arti
kebiasaan Angaru’ yang awalnya hanya boleh
kiasan. Nikah dalam arti yang
dilakukan oleh para prajurit ketika hendak
sebenarnya adalah “dham” yang
berperang, justru kini tradisi angaru’
artinya menghimpit, menindih, atau
dilaksanakan juga oleh masyarakat yang
berkumpul sedangkan nikah dalam
hendak melangsungkan perkawinan, yang
arti kiasan sama dengan “wathaa”
kemudian tradisi tersebut bisa dilaksanakan
yang artinya bersetubuh. Dengan kata
oleh hampir semua lapisan masyarakat yang
lain perkawinan adalah aqad antara
ada di Kabupaten Gowa, atau memiliki
calon laki-laki dan calon isteri untuk
tingkat ekonomi yang cukup.
memenuhi hajat jenisnya menurut
Tradisi Angaru’ mempunyai kedudukan
yang diatur oleh syariat.
dan keterkaitan terhadap perkawinan
Kabupaten Gowa terletak di
terutama pada masyarakat Kabupaten Gowa,
sebelah selatan Kota Makassar. Ibukota
dimana perkawinan adalah ikatan lahir batin
Kabupaten Gowa adalah Sungguminasa
antara seorang pria dengan wanita sebagai
terletak kurang lebih 11 (sebelas)
suami istri dengan tujuan untuk membentuk
kilometer di sebelah selatan pusat kota
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
Makassar yang dahulunya bernama
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Kotamadya Ujung Pandang. Daerah ini
Esa.
berbatasan dengan daerah kota
Angaru’ pada upacara perkawinan di
Makassar. Kabupaten Gowa merupakan
Kabupaten Gowa perlu mendapat perhatian
daerah atau wilayah Kerajaan Gowa.
lebih agar bisa di ketahui oleh masyarakat
Seperti kita ketahui di dalam sejarah,
umum betapa pentingnya dan sakralnya
pada abad XVII Kerajaan Gowa
tradisi ini. Oleh karena itu, penulis
mencapai puncak kejayaannya di bawah
menjadikan Tradisi Angaru’ pada upacara
pemerintahan Sultan Muhammad Said
perkawinan sebagai objek penelitian dengan
Tumenanga ri Papambatuna dan Sultan
mengambil kerangka berfikir sebagai berikut:
Setiap penelitian yang diadakan oleh
seorang peneliti selalu berhadapan dengan
Upacara Perkawinan sasaran penelitian, di mana populasi
sebagai objek untuk memperoleh
sejumlah data yang diperlukan dan tujuan
memperoleh kejelasan langkah dalam
mengumpulkan data.
Tradisi Angaru’ 2. Sumber Informan
Adapun yang menjadi informan
adalah Syarifuddin (Daeng Tutu) sebagai
pemangku adat yang ada di Kabupaten
Gowa dan Buruanuddin (Daeng
Ngawing) sebagai orang yang pernah atau
sedang melakukan Angaru’ pada upacara
Kedudukan Keterkaitan perkawinan.
Angaru’ pada Angaru’ pada
Upacara Upacara
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Perkawinan Perkawinan Tujuan utama dalam penelitian ini
adalah mendapatkan data, untuk itu
3. METODOLOGI PENELITIAN
diperlukan teknik pengumpulan data. Dalam
3.1. Jenis Penelitian
penelitian ini, pengumpulan data dilakukan
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. oleh peneliti yaitu dengan teknik:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1. Observasi
profil Tradisi Angaru Pada Upacara Observasi meliputi melakukan
Perkawinan Di Kabupaten Gowa. Pendekatan pencatatan secara sistematik kejadian-
kualitatif digunakan dengan alasan ingin kejadian, perilaku, obyek-obyek yang
mengkaji lebih dalam tentang Tradisi dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan
Angaru’ Pada Upacara Perkawinan Di dalam mendukung penelitian yang sedang
Kabupaten Gowa. dilakukan (Sarwono, 2006). Kegiatan
yang dilakukan peneliti diantaranya
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian terlibat dalam obrolan-obrolan informal
Penelitian ini dilakukan di Biring pada pemangku adat masyarakat
Balang Desa Julukanayya, Kecamatan Kabupaten Gowa serta mengamati secara
Pallangga, Kabupaten Gowa, Provinsi langsung dalam proses tradisi angaru’
Sulawesi Selatan, dan dilaksanakan pada pada upacara perkawinan di Kabupaten
bulan Februari s/d Maret 2018.
Gowa.
3.3. Definisi Operasional Variabel Peneliti berada di lokasi berbaur
Untuk memperjelas mengenai variabel dengan masyarakat pada upacara
yang akan diteliti maka akan di uraikan perkawinan di Kabupaten Gowa.
tentang maksud dari variabel pada penelitian Observasi yang dilakukan menghasilkan
ini antara lain sebagai berikut: catatan-catatan yang kemudian menjadi
1. Kedudukan pertunjukan Angaru’ pada arsip dan dokumen tertulis serta menjadi
upacara perkawinan di Kabupaten Gowa sumber data yang cukup penting.
adalah posisi Angaru’ pada upacara 2. Wawancara
perkawinan di Kabupaten Gowa. Wawancara adalah proses
2. Keterkaitan pertunjukan Angaru’ dengan memperoleh keterangan untuk tujuan
upacara perkawinan di Kabupaten Gowa penelitian dengan cara tanya jawab sambil
adalah hubungan antara tradisi Angaru’ bertatap muka antara si penanya atau
dan upacara perkawinan di Kabupaten pewawancara dengan si penjawab atau
Gowa. responden dengan menggunakan alat
yang dinamakan panduan wawancara.
3.4. Sasaran dan Informasi Wawancara dilakukan dengan pemangku
1. Sasaran Penelitian adat maupun masyarakat sekitar yang
Adapun yang menjadi sasaran dalam hadir dipesta perkawinan.
penelitian ini adalah penyajian tradisi Pada proses wawancara peneliti
Angaru’ pada upacara perkawinan di memberikan pertanyaan sekitaran tradisi
Kabupaten Gowa, yang meliputi angaru’ dengan cara tanya jawab dan
kedudukan tradisi Angaru’ pada upacara bertatap muka dengan informan yang
perkawinan di Kabupaten Gowa dan bernama Syarifuddin (Daeng Tutu) dan
keterkaitan tradisi Angaru’ dengan
Buruanuddin (Daeng Ngawing). Kedua
upacara perkawinan di Kabupaten Gowa.
tokoh tersebut merupakan pemangku adat
masyarakat Kabupaten Gowa yang Tahap penyajian data yang dilakukan
mengetahui seluk beluk tradisi angaru’ dalam penelitian ini meliputi:
yang biasa diselenggarakan pada upacara a. Menyajikan hasil dokumentasi yang
perkawinan di Kabupaten Gowa, alasan telah dipilih video pada saat tradisi
peneliti mewawancarai informan tersebut angaru’ berlangsung di upacara
dikarenakan informan tersebut dapat perkawinan.
memberikan informasi akurat yang ingin b. Menyajikan hasil wawancara yang
diketahui. telah direkam.
3. Dokumentasi Dari hasil penyajian data yang
Dokumentasi merupakan catatan berupa dokumentasi dan hasil wawancara
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dilakukan analisis, kemudian disimpulkan
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau yang berupa data temuan sehingga
karya-karya monumental dari seorang mampu menjawab permasalahan dalam
(Sugiyono, 2013). Perolehan data-data penelitian ini.
pelengkap dengan teknik dokumentasi 3. Penarikan Kesimpulan
dalam penelitian ini dengan cara Penarikan kesimpulan ini dilakukan
memanfaatkan alat-alat bantu secara induktif, kesimpulan yang diambil
diantaranya, camera digunakan sebagai kemudian diverivikasi dengan jalan
alat bantu untuk memotret gambar yang meninjau ulang catatan-catatan lapangan
diperlukan dan handphone yang dan mendiskusikannya guna
digunakan untuk mengambilan video. mendapatkan kesepakatan inter subyektif,
Data yang dapat diperoleh adalah proses Sehingga dapat diperoleh kesimpulan
terlaksananya tradisi angaru’ pada yang kokoh.
upacara perkawinan yang
diselenggarakan di Kabupaten Gowa. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian
3.6. Teknik Alanisis Data 1. Kedudukan Pertunjukan Angaru’ pada
Analisis data bertujuan untuk Upacara Perkawinan di Kabupaten Gowa
menyusun data yang diperoleh secara Hiburan selalu bersifat menyenangkan,
sistematis dengan cara yang bermakna
karena hiburan bersifat menghibur seseorang
sehingga mudah dipahami baik oleh peneliti
maupun orang lain. Analisis data dilakukan setelah melakukan aktifitas atau rutinitasnya
sebagai barikut: sehari-hari agar bisa menghilangkan penat
1. Reduksi Data dan lelah selama bekerja. Berkaitan dengan
Proses reduksi data bertujuan untuk pertunjukan, peneliti membahas tentang
menghindari penumpukan data atau pertunjukan angaru’ pada upacara
informasi yang didapat dari hasil perkawinan di Kabupaten Gowa. Angaru’
pengumpulan data. Adapun tahap reduksi merupakan tradisi sakral bagi masyarakat
data yang dilakukan dalam penelitian ini Sulawesi-Selatan. Sakral karena menjadi
meliputi: bagian dari acara adat dan terkait ritual.
a. Memeriksa dan memilih hasil Dalam angaru’, si “pangaru” pada prosesi
dokumentasi berupa foto pada saat tertentu menampilkan diri secara heroik
tradisi angaru’ berlangsung di upacara mengikuti ketepatan ketukan gendang sambil
perkawinan. badik (senjata pusaka) diangkat atau
b. Melakukan wawancara dengan
ditusukan ke tanah. Selain itu, masyarakat
beberapa narasumber dan hasil
wawancara tersebut disederhanakan mengartikan bahwa tradisi angaru’ adalah
menjadi susunan bahasa yang baik dan suatu sumpah kesetiaan kepada rajanya,
rapi. menurut Syarifuddin (Daeng Tutu)
c. Memeriksa hasil rekaman video pada mengatakan:
saat tradisi angaru’ berlangsung di Angaru’ anjo termasuk ikrar janji,
upacara perkawinan, kemudian sumpah kesetiaan, anjo angaru’ a mange
disusun menjadi bahasa yang baik dan
ripakkalabbiranna. Angaru’ riolo ruangrupai
rapi.
2. Penyajian Data angaru’ adat seagang angaru’ pa’buntingang.
Pada tahap ini, peneliti menuliskan (Angaru’ adalah pengucapan ikrar atau
kumpulan data yang terorganisir yang sumpah kesetiaan terhadap pimpinan yaitu
biasanya dalam bentuk narasi atau dapat raja/karaeng, dahulu Angaru’ terbagi menjadi
juga berupa grafik dan bentuk lainnta.
dua bagian yaitu Angaru’ adat dan Angaru’ ketika kedua mempelai itu tiba di
pernikahan (Terjemahan Peneliti)). baruga (tempat upacara perkawina)
Aru atau angaru’ berarti sumpah setia, kemudian menghunus badiknya (pusaka
khas Sulawesi Selatan) ke tanah.
yaitu suatu ungkapan kata yang sangat puitis
Tradisi angaru’ sesungguhnya
dan mengandung nilai sastra yang di ucapkan memiliki makna yang erat kaitannya
dalam bahasa Makassar. Kalimat sumpah dengan kepercayaan yaitu pappasang,
setia yang penuh dengan keberanian ini yang hingga kini masih dianut dan
diucapkan dengan lantang oleh salah seorang ditampilkan terutama di Kabupaten
tubarani (lasykar) yang biasa diucapkan pada Gowa. Mengenai hal ini informan
pesta perkawinan. Syarifuddin (Daeng Tutu) mengatakan
bahwa pengantin merupakan simbol raja
Adapun kedudukan pertunjukan
sehari mulai dari itulah pengantin di
angaru’ pada upacara perkawanian sebagai pangaru’ang, apalagi jika keturunan
berikut: bangsawan yang maksud sebenarnya
a. Pelaku Angaru’ adalah mengingatkan kita semua, baik
Seseorang yang dipilih sebagia keluarga, maupun masyarakat. Bahwa
kita harus konsekwen dalam kehidupan
pelaku angaru’ atau orang yang
sehari-hari untuk menghargai hukum
menyampaikan aru pada umumnya dan kebenaran. Informasi yang
mempunyai vocal yang lantang dengan diperoleh dari informan tersebut di atas,
wajah yang seram. Terpilih dapat dipahami bahwa tradisi angaru’
membawakan aru merupakan suatu merupakan suatu ajaran atau nasihat
kehormatan berhadapan langsung yang sejak turun-temurun diajarkan
dengan keluarga calon pengantin pada sesuai dengan pappasang diatas.
Pappasang adalah bahasa
saat penyambutan.
Makassar yang maknanya sama dengan
Seorang pelaku angaru’ pada kata nasihat atau wasiat. Pappasang
upacara perkawinan di Kabupaten sinonim dengan kata pangngajarak
Gowa tepatnya di Biring Balang Desa yang bermakna pelajaran. Pappasang
Julukanayya, Kecamatan Pallangga. atau pangngajarak adalah sesuatu yang
Pelaku angaru’ tersebut terlihat sedang dinasihatkan karena di anggap terpuji,
mulia, baik, benar dan semacamnya.
duduk dengan posisi kaki kanan
Pertunjukan angaru’ yang
kedepan dan badan yang tegap dengan dilaksanakan pada upacara perkawinan
membawa badik yang diayunkan di Kabupaten Gowa tepatnya di Biring
dihadapan pengantin pria yang dianggap Balang Desa Julukanayya, Kecamatan
raja pada hari itu. Pallangga. Dimana terlihat seorang
Orang yang membawakan aru pelaku angaru’ sedang menusukkan
ketika tampil di hadapan keluarga calon badiknya ditanah dihadapan pengantin
pengantin mampu menampakkan wajah pria. Pentunjukan tersebut dilakukan
loyalitas dan dekiasi yang tinggi. sebelum pengantin pria dan
Dengan badan yang tegap sambil romnbongannya memasuki halaman
membawa badik yang diayunkan di rumah pengantin wanita.
hadapan raja, pembawa aru Adapun tutur Syarifuddin (Daeng
menyampaikan arunya dengan Tutu) mengatakan bahwa angaru’ saat
mempermainkan badiknya sesuai ini sering kita jumpai pada upacara
dengan isi aru yang di bawakannya. perkawinan dikarenakan keluarga dari
b. Waktu Angaru’ pihak mempelai ingin memberikan do’a
Waktu pertujukan angaru’ atau restu kepada pengantin agar kelak sesuai
pembacaan aru biasanya dilaksankan dengan harapan yang diinginkan.
pada upacara adat yang berhubungan Dahulu sebelum masuknya era modern
dengan penjemputan tamu-tamu besar, hanya pihak-pihak tertentu yang
baik penjemputan tamu keturunan raja, memiliki strata sosial tinggi yang dapat
pejabat tinggi, maupun penjemputan menyajikan tradisi ini. Sekarang saat era
keluarga calon pengantin di Kabupaten modern masuk maka siapapun dapat
Gowa. Angaru’ pada upacara menyajikan tradisi ini karena kita dapat
perkawinan yaitu seorang pangaru’ membayar pelaku angaru’ itu,
(orang yang melaksanakan angaru’) (Wawancara dengan Syarifuddin 20
berada di hadapan kedua mempelai Maret 2018 di Kabupaten Gowa).
Ditahtamu Yang Agung
c. Ungkapan Teks Aru Disisi Kebesaranmu
Adapun ungkapan dan makna tesk Akulah Karaeng
aru yang dikutip langsung dalam Satria Dari Tanah Gowa
penelitian (Ansar, 2018), sebagai Akan Memecahkan Kelak
berikut: Hulu Keris Di Arena
Ata.......... Karaeng Akan Mematahkan Kelak
Tabe’ Kpammooranga Mama’ Gagang Tombak Ditengah
Ridallekang Labbiritta Gelanggang
Riempoang Matinggita Barang Siapa Jua
Risa’ri Karatuanta Yang Tak Membenaarkan Kebenaran
Inakke Minne, Karaeng Yang Menantang Adat Budaya
Lambara Tatassa’la’na Gowa Kuhancurkan Tempatnya Berpijak
Nakarappekangi Sallng, Karaeng Kululuhkan Ruang Geraknya
Panggulu Ribarugaya Aku Ibarat Parang Yang Dihantamkan
Nanatepokangi Sallang Kapak Yang Diayungkan
Pasorang Attangnga Parang Engkau Ibarat Anging Karaeng
Inai-Inainnamo Sallang,Karaeng Aku Ibarat Daun Kayu
Tamappattojengi Tojenga Berhembuslah Angin
Tamappiadaki Adaka Ku Rela Gugur Bersamammu
Kusalagai Sirinna Hanya Yang Kuning Gugurkan
Kuisara Parallakkenna Engkau Ibarat Air Kareng
Berangja Kunipatebba Aku Ibarat Batang Kayu
Pangkulu Kunisoeyang Mengalirlah Air
Ikatte Anging, Karaeng Ku Rela Hanyut Bersamamu
Naikambe Leko Kayu Di Air Pasang Kami Hanyut
Ammti’ko Anging Engkau Jarum Karaeng
Namarunang Lekokkayu Aku Ibarat Benang Jahit
Iya Sani Madidiyaji Narunang Menembuslah Jarum
Ikatte Je’ne,Karaeng Aku Akan Ikut Bekas Jejakmu
Naikambe Batang Mamanyu’ Hanya Mengikuti Kebenaran
Assolongko Je’ne Bersabdalah Karaeng
Namammanyu Batang Kayu Aku Akan Berbuat
Iya Sani Sompo Bonangpi Kianyu Bertitahlah Karaeng
Ikatte Jarung,Karaeng Aku Akan Berbakti
Naikambe Bannang Panjai Bila Nanti Janji Tidak Kutepati
Ta’leko Jarung Sebagaimana Ikrarku Di Depanmu
Namamminawang Bannang Panjai Pasak Suaraku
Iya Sani Lambusuppi Nakontu Tojeng Coret Namaku Dalam Sejarah
Makkanamamaki Mae, Karaeng Sampaikan Pada Generasi
Naikambe Mappa’jari Pesankan Pada Anak Cucu
Mannyabbu Mamaki Mae Apabila Hanya Mampu Berikrar
Karaeng Karaeng
Naikambe Mappa’rupa Tapi Tidak Mampu Membuktikan
Punna Sallang Takammaya Ikrarnya
Aruku Ri Dallekanta Demikian Ikrarku Dihadapanmu
Pangkai Jerakku Semoga Tuhan Mengabulkannya
Tinra’ Bate Onjokku Amiiinn......
Pauwang Ana’ Ri Boko
Pasang Ana’tanjari
Tumakkanayya, Karaeng 2. Keterkaitan Pertunjukan Angaru’ Dengan
Natanarupai Janjinna Upacara Perkawinan Di Kabupaten Gowa
Sikammajinne Aruku Ri Dallekanta Pada upacara perkawinan di Kabupaten
Dasi Nadasi Natarima Pangngaruku Gowa ada beberapa tahap di antaranya: Pra
Nasaba’ Alla Ta’ Ala Nikah, Akad Nikah, dan Setelah Akad Nikah.
Salama’........ Angaru’ dipertunjukan pada acara Pra Nikah
Artinya: (menyambut pengantin yang datang),
Sunguh....... Karaeng angaru’ dipertunjukan dengan cara heroik
Maafkan Aku dengan tujuan memberikan amanah dan
Diharibaanmu Yang Mulia nasehat kepada kedua mempelai.
Kalimat tersebut diucapkan oleh keterkaitan antara angaru’ dan upacara
pangaru dengan suara lantang dengan tujuan perkawinan, angaru’ memberikan do’a
untuk memberikan do’a restu kepada kedua kepada mempelai dalam menjalankan
mempelai, setelah mengucapkan kalimat kehidupan rumah tangganya, namun
tersebut maka si pangaru’ memasukkan sebenarnya kaitannya tidak akan tetapi orang
kembali badiknya ke dalam sarungnya dan meletakkan angaru’ sebagai ajang penghibur
mempersilahkan kedua mempelai untuk dan do’a restu. Seiring berjalannya waktu
masuk ke dalam baruga. masyarakat di Kabupaten Gowa menjadikan
Menurut Buruanuddin (Daeng angaru’ sebagai adat istiadat.
Ngawing), Angaru’ merupakan tradisi sakral Walaupun angaru’ tidak saling
bagi masyarakat Sulawesi-Selatan. Sakral berkaitan dengan upacara perkawinan,
karena menjadi bagian dari acara adat dan namun terdapat nilai-nilai yang terkandung
terkait ritual. Dalam angaru’, si pangaru dalam tradisi tersebut yang tetap dilestarikan
pada prosesi tertentu menampilkan diri secara oleh generasi selanjutnya, walaupun dalam
heroik mengikuti ketepatan ketukan gendang perkembangan zaman terjadi perubahan
sambil badik (senjata pusaka) diangkat atau sosial, sehingga nilai-nilai tradisi ini
ditusukan ke tanah. Angaru’ juga menjadi mengalami pergeseran, akan tetapi ada juga
salah satu rangkaian acara pa’bunting (pesta nilai yang masih bertahan sampai saat ini.
pernikahan adat Bugis Makassar) yang
dilaksanakan saat acara yang di kenal dengan 4.2. Pembahasan
naik kalenna/simorong’ (saat pengantin laki- Penelitian ini membahas tentang
laki dan perlengkapannya diarak ke rumah pertunjukan angaru’ pada upacara
pengantin perempuan). perkawinan di Kabupaten Gowa tepatnya
Syarifuddin (Daeng Tutu) Menuturkan didaerah Biring Balang Desa Julukanayya,
bahwa angaru’ dan upacara perkawinan tidak Kecamatan Pallangga yang dilaksanakan
saling berkaitan satu sama lain karena pada bulan Februari s/d Maret 2018. Pada
angaru’ dapat disajikan tanpa adanya pesta daerah tersebut pengambilan data dilakukan
perkawinan begitu pula dengan upacara pada saat pertunjukan angaru’ pada upacara
perkawinan, upacara perkawinan dapat perkawinan sedang berlangsung, adapun
dilaksanakan tanpa angaru’ akan tetapi teknik pengumpulan data yang lakukan pada
angaru’ disajikan pada upacara perkawinan penelitian ini yaitu observasi, wawancara,
diyakini memberikan energi positif kepada dan dokumentasi. Selanjutnya data yang
mempelai yang menjadikan mereka dapat diperoleh akan dianalisis dengan beberapa
membangun rumah tangga yang diharapkan langkah-langkah diantaranya reduksi data,
(Wawancara dengan Syarifuddinn di Biring penyajian data, dan penerikan kesimpulan.
Balang Desa Julukanayya, Kecamatan Pada saat pengambilan data
Pallangga pada tanggal 20 Maret 2018). berlangsung, peneliti tetap fokus pada pokok
Angaru’ pada hakikatnya dilaksanakan pada permasalahan penitilian ini. Adapun pokok
saat ingin berperang maupun pengangkatan permasalahan pada penelitian yaitu untuk
Raja (Pemilik Kekuasaan), ketika orang mengetahui kedudukan pertunjukan angaru’
menyajikan angaru’ pada upacara pada upacara perkawinan dan keterkaitan
perkawinan itu sebagian dari keangkuhan pertunjukan angaru’ dengan upacara
setiap manusia karena mereka beranggapan perkawinan. Pada pengambilan data, ada
bahwa pengantin adalah Raja sehari akan narasumber yang terlibat dalam penelitian ini
tetapi letak kekuasaannya yang tidak ada. yaitu Syarifuddin Daeng Tutu sekalu tokoh
Bukannya salah menyajikan angaru’ pada masyarakat pada lokasi penelitian tersebut
upacara perkawinan akan tetapi alangkah dan beliau biasa berperan sebagai pelaku
baiknya jika kita menyajikan item kegiatan angaru’ atau biasa sebut dengan pangaru’.
lain, lebih tepatnya akkio bunting yang Menurut beliau angaru’ menrupakan suatu
hampir menyerupai angaru’ akan tetapi pengucapan ikrar atau sumpah kesetiaan
berbeda. Karena di dalam penyajian akkio terhadap pimpinan yaitu raja/karaeng, dahulu
bunting tidaklah menggunakan senjata tajam, angaru’ terbagi menjadi dua bagian yaitu
melainkan hanya bersuara lantang di hadapan angaru’ adat dan angaru’ pernikahan.
pengantin. Selain itu, Syarifuddin Daeng Tutu juga
Menurut Buruanuddin Daeng Ngawing, mengatakan bahwa kedudukan angaru’ pada
ketika kita berbicara tentang angaru’ tidak pest perkawinan merupakan suatu ajaran atau
terlepas tentang janji, menerangkan janji abdi nasihat yang sejak turun-temurun diajarkan
kepada rajanya. Sedangkan saat ini sering sesuai dengan pappasang diatas. Pappasang
kita jumpai angaru’ pada upacara adalah bahasa Makassar yang maknanya
perkawinan, membahas mengenai sama dengan kata nasihat atau wasiat.
Pappasang adalah sesuatu yang dinasihatkan Selanjutnya narasumber kedua atas
karena di anggap terpuji, mulia, baik, benar nama Buruanuddin Daeng Ngawing, beliau
dan semacamnya. Adapun tambahan merupakan tokoh masyakat yang berperan
informasi dari Syarifuddin Daeng Tutu pada sebagai pemangku adat di Kabupaten gowa
saat wawancara terakhir, belaiu berkata tepatnya didaerah Biring Balang Desa
bahwa angaru’ saat ini sering kita jumpai Julukanayya, Kecamatan Pallangga.
pada upacara perkawinan dikarenakan Buruanuddin Daeng Ngawing berpendapat
keluarga dari pihak mempelai ingin bahwa angaru’ merupakan tradisi sakral bagi
memberikan do’a restu kepada pengantin masyarakat Sulawesi-Selatan. Sakral karena
agar kelak sesuai dengan harapan yang menjadi bagian dari acara adat dan terkait
diinginkan. Dahulu sebelum masuknya era ritual dengan menampilkan diri secara heroik
modern hanya pihak-pihak tertentu yang mengikuti ketepatan ketukan gendang sambil
memiliki strata sosial tinggi yang dapat badik (senjata pusaka) diangkat atau
menyajikan tradisi ini. Sekarang saat era ditusukan ke tanah.
modern masuk maka siapapun dapat Buruanuddin Daeng Ngawing juga
menyajikan tradisi ini karena kita dapat menambahkan bahwa angaru’ juga menjadi
membayar pelaku angaru’ itu. salah satu rangkaian acara pa’bunting (pesta
Dari data tersebut yang telah diperoleh pernikahan adat Bugis Makassar) yang
dapat dismpulkan bahwa kedudukan angaru’ dilaksanakan saat acara yang di kenal dengan
pada upacara perkawinan dimasa moderen ini naik kalenna/simorong’ (saat pengantin laki-
adalah merupakana suatu pappasang atau laki dan perlengkapannya diarak ke rumah
nasihat dari leluhur yang dilaksanakan secara pengantin perempuan), namun upacara
turun-temurun. Selain dari pappasang, perkawinan tidak saling berkaitan satu sama
angaru’ juga dianggap sebagai bagian do’a lain karena angaru’ dapat disajikan tanpa
dari keluarga pihak mempelai kepada adanya pesta perkawinan begitu pula dengan
pengantin agar kelak sesuai dengan harapan upacara perkawinan, upacara perkawinan
yang diinginkan. Sedangkan kedudukan dapat dilaksanakan tanpa angaru’ akan tetapi
angaru’ dimasa lampau sebagai ikrar atau angaru’ disajikan pada upacara perkawinan
ungkapan sumpah setia yang sering diyakini memberikan energi positif kepada
disampaikan oleh orang-orang dimasa silam, mempelai yang menjadikan mereka dapat
biasanya diucapkan oleh bawahan kepada membangun rumah tangga yang diharapkan.
atasannya, abdi kerajaan kepada rajanya, Data tersebut diperolah dari narasumber
prajurit kepada komandannya, masyarakat untuk mejawab permasalahan dalam
kepada pemerintahnya. Bahkan juga dapat penelitian ini mengenai keterkaitan
diucapkan seorang raja (pemerintah) kepada pertunjukan angaru’ dengan upacara
rakyatnya, bahwa apa yang telah perkawinan di Kabupaten Gowa. Dari data
diungkapkan dalam aru itu akan dilaksanakan tersebut dapat disimpulkan bahwa angaru’
dengan sungguh-sungguh baik itu untuk merupakan suatu pertujuntukan yang
kepentingan pemerintah dimasa damai biasanya dilaksanakan dalam rangkaina
maupun dimasa perang di Kerajaan Gowa. upacara perkawinan pada saat menyambut
Dalam kedudukan tradisi angaru’ pengantin laki-laki sebelum memasuki rumah
terdapat beberapa unsur-unsur didalamnya, arau kediaman pengantin perempuan, aka
diantaranya pelaku angaru’, waktu angaru’, tetapi angaru’ itu sendiri bukan termasuk
ungkapan dan makna tesk aru itu sendiri. bagian rangkaian acara perkawinan yang
Menjadi seorang pelaku angaru’ atau wajib/harus dilaksanakan pada saat proses
biasanya disebut pangaru’ umumnya pesta perkawinan sedang berlangsung karena
seseorang yang mempunyai vocal yang keduanya tidak saling bekaitan antar satu
lantang dengan wajah yang seram dan sama lain. Oleh karena itu, pertunjukan
layaknya berani menentang wajah sang raja. angaru’ dapat dilaksanakan tanpa adanya
Sedangkan waktu angaru’ itu sendiri yang pesta perkawinan. Begitupun sebaliknya,
dulunya dilakukan sebelum menuju kemedan pesta perkawinan dapat dilaksanakan tanpa
perang kini mengalami pergeseran dimana adanya pertujukan angaru’.
tradisi ini dipelihara dan dilaksanakan tidak Walaupun keduanya tidak saling
lagi dalam konteks perang tetapi pada prosesi berkaitan atau pertunjukan angaru’ tiak harus
pernikahan. Selain itu, angaru’ mempunyai diadakan pada pesta perkawinan, masyarakat
ungkapan aru dengan menggunakan bahasa didaerah Biring Balang Desa Julukanayya
Makassar yang penuh dengan makna masih sering mengadakan pertunjukan
diucapkan oleh pangaru’ dengan suara yang angaru’ pada upacara perkawinan karena
lantang. menganggap dengan megadakan pertunjukan
angaru’ pada pesta perkawinan dapat
memberikan do’a kepada kedua mempelai pengembangan kesenian dan budaya
dalam menjalankan kehidupan rumah masyarakat Gowa yang dapat dijadikan
tangganya sekaligus menjadi suatu hiburan sumber pemasukan daerah sebagai daya
dalam upacara perkawinan. tarik bagi wisatawan.
Sehingga seiring berjalannya waktu 2. Diperlukan pengembangan baik teori
masyarakat di Biring Balang Desa maupun pengalaman yang mendukung
Julukanayya, Kecamatan Pallangga, bagi generasi muda untuk
Kabupaten Gowa menjadikan pertujunkan mengembangkan Angaru’ sebagai sarana
angaru’ pada upacara perkawinan sebagai hiburan.
adat istiadat atau kebiasaan yang dilakukan 3. Kepada generasi muda di Kabupaten
secara turun temurun. Karena walaupun Gowa kiranya agar tetap mempertahankan
angaru’ tidak saling berkaitan dengan warisan budaya yang telah ada, serta
upacara perkawinan, namun terdapat meningkatkan kemampuan diri dan
beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat mengenai budaya, tradisi
tradisi tersebut diantaranya nilai yang ada di daerah Gowa khususnya
spiritual/agama, nilai rutual, dan nilai Angaru’.
jejujuran yang dimana para terdahulu 4. Sebagai bahan masukan dan bacaan
mengharapkan tetap dilestarikan oleh kepada Program Studi Pendidikan
generasi selanjutnya. Sendratasik dalam meningkatkan
pengetahuan terhadap salah satu
5. Kesimpulan dan Saran kebudayaan masyarakat yang ada di
5.1. Kesimpulan Kabupaten Gowa dan kiranya dapat
Berdasarkan hasil penelitian dan meneliti kembali tentang Angaru’ yang
pembahasan di atas melalui wawancara, dan terdapat di Kabupaten Gowa.
dokumentasi yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa: DAFTAR PUSTAKA
1. Kedudukan tradisi angaru’ pada upacara
perkawinan di Kabupaten Gowa yaitu A. Sumber Tercetak
pappasan atau pesan dari leluhur kita yang Anen (2016). Status Sosial. Luci Huki: Jakarta
mengharuskan adanya angaru’ pada timur.
upacara perkawinan untuk memberikan Bahri, A. S. (2015). Pertunjukan Kesenian Ebeg
do’a restu kepada kedua mempelai dalam Grup Muncul Jaya Pada Acara Khitanan
membina bahtera rumah tangga mereka, Di Kabupaten. Bandung: Universitas
dari segi budaya posisi angaru’ pada Pendidikan Indonesia.
upacara perkawinan tidaklah penting
dikarenakan aru’ merupakan janji atau
Daud, W., Arifin, S., & D, D. (2018). Analisis
ikrar dari abdi ke rajanya sedangkan
Tuturan Tradisi Upacara Ladung Bio’
kedua mempelai bukanlah raja yang
Suku Dayak Kenyah Lepo’ Tau Di Desa
diangkat oleh rakyatnya melainkan raja
Nawang Baru Kecamatan Kayan Hulu
sehari yang tidak memiliki kekuasaan.
Kabupaten Malinau: Kajian Folklor.
2. Keterkaitan tradisi angaru’ dengan
Jurnal Ilmu Budaya.
upacara perkawinan di Kabupaten Gowa
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
yaitu tidak saling berkaitan satu sama lain
Sulawesi Selatan (2011). Adat dan
karena angaru’ dapat disajikan tanpa
Upacara Perkawinan Daerah Sulawesi
adanya pesta perkawinan begitu pula
Selatan. Dinas Kebudayaan dan
dengan upacara perkawinan, upacara
Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan:
perkawinan dapat dilaksanakan tanpa
Sulawesi Selatan: Jakarta
angaru’ akan tetapi angaru’ disajikan
Elvira, R. (2014). Ingkar Janji Atas Kesepakatan
pada upacara perkawinan diyakini
Uang Belanja (Uang Panai’) Dalam
memberikan energi positif kepada
Perkawinan Suku Bugis Makassar.
mempelai yang menjadikan mereka dapat
Makassar: Unversitas Hasanuddin
membangun rumah tangga yang
Makassar
diharapkan.
Ihsyah (2012). Tradisi Angngaru. Indonesia
Press Jakarta: Kota Jakarta
5.2. Saran Ilham, Muh (2013). Budaya Local Dalam
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
Ungkapan Makassar Dengan
peneliti menyarankan beberapa hal yang
Relevansinya Dengan Sarak (Suatu
perlu diperhatikan:
Tinjauan Pemikiran Islam. Cet. I.
1. Kepada Pemerintah daerah Kabupaten
Makassar: Alauddin University Press.
Gowa agar kiranya lebih meningkatkan
perhatian terhadap pelestarian dan
Mabbaco, Kaimuddin (2009). Kearifan Budaya
Lokal. Indonesia Press Jakarta: Kota
Jakarta
Nazir, Moh (2016). Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia: Jakarta Timur
Ningrum, K. (2018). Upacara Gaukang Tu
Bajeng Kabupaten Gowa 1945-2017.
Makassar: Fakultas Ilmu Sosial,
Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Negeri Makassar.
Nana Syaodah Sukma dinata. (2013) Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Rosdalina. (2016). Perkawinan Masyarakat
Bugis. Istana Publishing: Kota Gede-
Yogyakarta.
Sarwono.J (2006) “Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif”. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiarto, Eko. (2015). Menyusun Proposal
Penelitian Kualitatif Skripsi Dan Tesis.
Sukamedia: Yogyakarta
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.CV

B. SumbertakTercetak

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Gowa
). 27 November 2017
(https://id.wikipedia.org/wiki/limbung, Gowa).
27 November 2017
(http://blogeulum.blogspot.co.id/2015/11/proper
ti-.html). 27 November 2017
(http://sritatabusana.blogspot.co.id/2012/11/pen
gertian-tata-rias-dan-busana.html). 27
November 2017

Anda mungkin juga menyukai