Anda di halaman 1dari 2

Prinsip Kerja TOSS-Biodrying

Supriadi Legino

Proses olah cara biologi sebenarnya sudah biasa dilakukan dengan cara tradisional yang di
kalangan masyarakat umumnya untuk membuat makanan. Misalnya di Jawa Barat dikenal cara
membuat tape yang disebut peuyeum dengan peragian dan pemeuyeuman juga dilakukan untuk
pemeraman buah-buahan agar cepat matang. Cara yang mirip juga dilakukan oleh masyarakat di
Flores menyebutnya “Rubu”. Dalam bidang akademis, proses tersebut disebut biodrying yaitu
dengan cara memanfaatkan aktivitas mikroba secara aerobik guna melakukan penguraian bahan
organik yang akan melepaskan panas yang dapat mengurangi kandungan air dengan tetap
menjaga nilai kalori bahan1. Banyak sekali jenis bakteri di alam ini termasuk yang terdapat di
dalam tumpukan sampah baik dari jenis yang memberikan dampak yang baik maupun yang
buruk bagi alam. Kedua jenis bakteri tersebut akan membuat degradasi di dalam tumpukan
sampah, tetapi degradasi oleh bakteri buruk akan menyebabkan gangguan pada kesehatan dan
lingkungan sehingga prosesnya perlu dikendalikan agar peranan bakteri baik menjadi dominan.

Proses biodrying memanfaatkan bakteri atau jasad renik yang berperan aktif pada proses ini
antara lain bakteri Bacillus sp, Lactobacillus Sp., Azotobac, dan ragi dari semacam jamur bersel
tunggal. Makhluk sel tunggal atau mikroba dapat hidup di atmosfir sampai ketinggian puluhan
km dan juga di semua tempat sampai dengan lebih dari 10 km di kulit bumi. Makhluk super
mini ini dapat hidup pada berbagai kondisi lingkungan dengan berbagai tingkat keasaman pH
dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi (ph = 14). Makhluk ini juga bisa bertahan
pada suhu sangat rendah sampai sangat tinggi dan juga dapat bertahan di udara yang sangat
minim oksigen. Bakteri yang hidup sebelum manusia, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan ini
akan menjadi sumber energi terbarukan masa depan. Jasad renik ini dapat mengubah formasi air
dan tanah karena kemampuannya untuk membentuk unsur-unsur kimia seperti karbon (C),
oksigen (O), Natrium ( N) , Posphor (P), dan Kalium (K).
Proses biodrying pada metoda TOSS juga memanfaatkan kumpulan mikroorganisma tersebut
yang dikemas dalam bentuk cairan bioaktivator seperti eco-enzyme. Berdasarkan pengalaman uji
coba yang kami lakukan, TOSS menggunakan cairan bioaktivator dengan perbandingan 1 liter
bioaktivator berbanding dengan 20-40 liter air tergantung kondisi sampah, dan bisa digunakan
untuk 1 box sampah sekitar 1 m3. Pelet hasi biodrying sampah yang semula hanya memiliki
kalori di sekitar 1000 kCal/kg bisa meningkat mendekati 3.000 kCal/kg seperti terlihat pada tabel
1.1.
Proses biologi pada TOSS dilakukan secara aerobic digesting dengan menggunakan cairan
bioaktivator berisi bakteri yang berperan untuk mempercepat proses dekomposisi dari
karbohidrat . Pada proses ini terjadi kenaikan suhu sampai sekitar 60 derajat Celcius sehingga
1
Toma, A.P., Haridas, A. , Pawels, R. (2016). Biodrying Process Efficiency: -Significance of Reactor Matrix Height.
Procedia Technology 25, 130 – 137.
bisa mengurangi kadar air dan peningkatan nilai kalori karena adanya percepatan proses
dekomposisi dari materi non-organik menjadi organic phospate melalu transfer energi elektron.
Proses yang dilakukan dengan cara TOSS ini menghasilkan produk bahan bakar dengan kalori
yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses pengeringan untuk menurunkan kadar air semata-
mata. Dalam salah satu uji coba, dilaporkan bahwa pelet TOSS dengan kalori di bawah 3.000
kCal/kg, bisa membuat air mendidih lebih cepat dibandingkan dengan batu bara dengan kalori
lebih tinggi dari 3.000 kCal/kg.
Tabel 1.1: Perbandingan karakteristik berbagai biomasa
Karakteristik Batu bara Pelet kayu Pele arang Charcoa Kayu SRF PELET
l TOSS
Kandungan air (% 10-15 7-10 1-5 1-5 <1 1-5
berat)
Nilai kalor (kcal/kg) 5.500- 3.600- 4.800- 7000.- 4.300- 2.400-
6.200 3.800 5.800 7.600 5.200 3.600
Volatile matter (% db) 15-30 70-75 55-65 10-12 70-80 24-27
Fix carbon (% db) 50-55 20-25 28-35 85-87 17-23 42-44
Abu (%db) 5-10 4-8 20-30
Kerapatan energi (g/m3) 18,4-23,8 7,5-10,4 15-18,7 6-6,4 Variasi> Variasi>

Pengolahan sampah dengan TOSS pada prinsipnya merupakan proses biologi dengan
menggunakan jasad renik (micro organism) yang dipadukan dengan proses mekanik berupa
pencacahan, serta pemadatan menjadi bentuk pelet atau briket. Pada proses tersebut terjadi
pengeringan (biodrying) yang tidak menyebabkan bau dan tidak menghasilkan lindi (leachate).
Proses pencacahan bertujuan untuk mengecilkan ukuran material sekaligus juga berfungsi untuk
meningkatkan berat jenis sampah. Selain itu panas yang timbul dalam proses pencacahan dapat
membantu pengurangan kandungan air di dalam biomassa. Proses pembuatan pelet bertujuan
untuk meningkatkan kepadatan biomasa dan juga membantu penurunan kadar air karena panas
yang dihasilkan selama proses pemeletan berlangsung.

Jenis sampah yang bisa diolah dengan TOSS antara lain: Sampah rumah tangga dan limbah
biomassa termasuk sisa makanan, sampah pasar, sampah buah-buahan, sampah taman dan
kebun termasuk tanaman liar, sampah pertanian, serta limbah perkayuan. Hasil cacahan setelah
proses biodrying memiliki kadar air sekitar 30-40%, dengan berat jenis sekitar 0,30-0,40 ton/m 3,
dan setelah menjadi pelet, kadar airnya turun sekitar 10-15%, berat jenis sekitar 0,40-0,50
ton/m3, dengan nilai kalor sekitar 3000 ± 10% kkal/kg. Berat pelet yang dihasilkan dari 1 ton
sampah adalah sekitar 300-350 kg. atau 30-35% dari berat sampah awal.

Anda mungkin juga menyukai