Jepretan Layar 2022-09-29 Pada 13.57.25
Jepretan Layar 2022-09-29 Pada 13.57.25
iBAHAN AJARi
R O B OT I K A
(MD316512)
Menyetujui,
Mengetahui / Menyetujui
Pembantu Direktur I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga bahan ajar dari Mata Kuliah Robotika ini dapat kami
selesaikan. Mata Kuliah ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Sistem Kontrol
dan disajikan pada Semester V pada Program Studi D4 Teknik Manufaktur
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Ucapan terima kasih kami sampaikan pada segenap pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan bahan ajar ini. Semoga bahan ajar ini dapat
memberikan manfaat yang besar khususnya bagi penulis sendiri dan mahasiswa
Program Studi D4 Teknik Manufaktur.
Penyusun,
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1.1. Pengantar
Kata robot berasal dari bahasa Czech, yakni robota, yang berarti pekerja.
Dilihat dari struktur dan fungsi fisiknya, robot terdiri dari dua bagian yakni mobile
robot dan non mobile robot. Kombinasi dari keduanya dapat menghasilkan
kelompok kombinasi konvensional (mobile dan non mobile) dan kelompok non
konvensional. Pada kelompok pertama diberikan nama kelompok konvensional
karena nama yang digunakan dalam konteks penelitan adalah nama-nama yang
dianggap sudah umum seperti mobile manipulator, climbing robot, dan walking
robot. Sedangkan robot non konvensional dapat berupa robot humanoid,
animanoid, extra ordinary atau segala bentuk penyerupaan yang biasa dilakukan.
Kelompok robot industri yang paling sering disebut sebagai keluarga robot
berlengan dinamai robot manipulator atau robot arm. Sementara yang lebih
dikenali sebagai mesin cerdas yang tidak selalu tampak memiliki lengan (arm),
lebih lazim disebut dengan nama khusus sesuai dengan fungsinya. Mereka
biasanya memiliki nama tersendiri sesuai dengan fungsinya, misalnya mesin
bubut otomatis, milling otomatis digolongkan dengan nama CNC Machine, ada
juga mesin jenis lain yang dinamakan EDM (Electric Discharge Machine).
I-1
Robotika Otomasi dan Robotika Industri
Dua tema dalam judul yang terkait erat ini adalah otomasi dan robot
industri yang dapat dijabarkan dimana Otomasi dapat didefenisikan sebagai
teknologi yang berlandaskna pada aplikasi system mekanik, elektronik dan
computer, sedangkan Robot Industri adalah komponen utama dalam teknologi
otomasi yang dapat berfungsi sebagai layaknya buruh/pekerja manusia dalam
pabrik namun memiliki kemampuan bekerja yang terus meneus tanpa lelah. Robot
industri dapat diciptakan untuk menggantikan posisi-posisi pekerja dalam bagian
produksi, seperti buruh dengan keahlian rendah hingga teknis professional dengan
keahlian tertentu.
1.1.1. Otomasi
Secara umum otomasi dapat dibedakan dalam 4 kategori, yaitu otomasi tetap,
otomasi semi tetap, otomasi fleksibel.
Otomasi semi tetap ialah mesin yang dibuat untuk memproduksi atau
menangani satu macam produk atau tugas, namun dalam beberapa parameter
(ukuran, bentuk dan bagian produk) dapat diatur secara terbatas. Investasi awal
termasuk cukup tinggi, karena mesin masih sersifat khusus. Robot yang mandiri
termasuk dalam kategori ini.
I-2
Robotika Otomasi dan Robotika Industri
Dalam foto di atas sebuah robot tangan yang dapat deprogram untuk
mengambil barang dan mengangkatnya dari meja tetap di sebelah kiri kemudian
meletakkannya ke atas ban berjalan (konveyor). Program dapat dengan mudah
diubah melalui komputer konsol di sebelah kanannya.
Robot industri yang diilustrasikan ini adalah robot tangan yang memiliki
dua lengan (dilihat dari persendian), dan pergelangan. Di ujung pergelangan dapat
diinstal berbagai tool sesuai dengan fungsi yang diharapkan. Jika dipandang dari
sudut pergerakan maka terdiri dari tiga pergerakan utama, yaitu badan robot yang
dapat berputar ke kiri dan kanan, lengan yang masing-masing dapat bergerak
rotasi ke arah atas dan bawah, dan gerak pergelangan sesuai dengan sifat tool.
I-3
Robotika Otomasi dan Robotika Industri
Manipulator
Sensor
Aktuator, dan
Kontroler
I-4
Robotika Otomasi dan Robotika Industri
I-5
Robotika Otomasi dan Robotika Industri
secara mekanik sangat kokoh. Kemampuan jangkauan ke atas dan bawah kurang
bagus karena badan tidak mengangkat lengan secara vertical, namun memiliki
gerakan yang khas yaitu mampu memanipulasi ruang kerja yang berbentuk bola
dengan algorithma gerak yang paling sederhana disbanding tipe konfigurasi yang
lain.
I-6
Robotika Otomasi dan Robotika Industri
I-7
Robotika Otomasi dan Robotika Industri
I-8
Robotika Otomasi dan Robotika Industri
Gambar diatas adalah foto robot ABB yang memiliki konfigurasi sendi-
lengan. Pada ujung lengan kedua dipasang wrist (pergelangan) yang dapat
berputar kiri-kanan. Robot yang secara keseluruhan berbobot mati sekitar 300 kg
ini mampu mengangkat beban hingga 5 kg dan dapat dioperasikan pada
temperature yang relatif panas seperti ruang pengecatan bodi mobil, pengelasan,
dan membantu proses machining.
Sturktur robot ini juga popular dalam dunia penelitian. Banyak kajian
kinematik dan dinamik robot mengambil contoh struktur sendi-lengan. Kajian
dinamiknya menadi lebih rumit karena unsur gravitasi bumi sangat berperan.
Konfigurasi sendi-lengan dapat dimodifikasi sedemikian hingga faktor gravitasi
dapat diabaikan dalam analisa dinamiknya.
I-9
Robotika Otomasi dan Robotika Industri
I-10
Robotika Otomasi dan Robotika Industri
I-11
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
2.1. Pendahuluan
Bab ini tidak akan membahas fungsi atau manfaat robot seperti yang
dipertanyakan di atas. Bahasan lebih ditujukan untuk menjawab: bagaimana
menguasai teknik disain robotik secara cepat, efisien, bermanfaat dan mudah
dipahami. Fungsi komersial pada gilirannya akan mudah dideskripsikan jika
mahasiswa atau disainer sudah mulai ahli dalam mencipta robot. Gambar 2.1
berikut ini mengilustrasikan tentang sebuah diagram sistem robotik yang
berhubungan dengan “dunia nyata” (real world).
II-1
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
Sistem Kontroler
Mekanik Robot
Mekanik Robot adalah sistem mekanik yang dapat terdiri dari setidak-
tidaknya sebuah fungsi gerak. Jumlah fungsi gerak disebut sebagai derajat
kebebasan atau degree of freedom (DOF). Sebuah sendi yang diwakili oleh
sebuah gerak aktuator disebut sebagai satu DOF. Sedangkan derajat kebebasan
II-2
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
pada struktur roda dan kaki diukur berdasarkan fungsi holonomic atau non-
holonomic
Sensor
Aktuator
Sistem roda
II-3
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
Sistem kaki
Sistem tangan
System tangan adalah bagian atau anggota badan robot selain sistem roda
atau kaki. Dalam konteks mobile robot, bagian tangan ini dikenal sebagai
manipulator yaitu sistem gerak yang berfungsi untuk memanipulasi (memegang,
mengambil, mengangkat, memindah atau mengolah) obyek. Pada robot industri
fungsi mengolah ini dapat berupa perputaran (memasang mur-baut,
mengebor/drilling, milling, dll.), tracking (mengelas, membubut, dsb.) ataupun
mengaduk (kontrol proses). Untuk robot tangan, disain sendi-lengan diukur
berdasarkan DOF. Lengan dapat dibuat kaku/tegar (rigid) ataupun fleksibel
(flexible manipulator). Sistem tangan memiliki bagian khusus yang disebut
sebagai gripper atau grasper (pemegang). Untuk grasper yang didisain seperti jari
tangan manusia, derajat kebebasannya dapat terdiri lebih dari 16 DOF (3 DOF
untuk jari kelingking, manis, tengah, telunjuk, dan 4 DOF untuk jari jempol),
tidak termasuk gerakan polar pada sendi pergelangan.
II-4
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
Real World
II-5
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
II-6
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
1. Input On/Off
Input kategori ini bekerja dalam dua keadaan yaitu ON atau OFF (1/0)
berdasarkan level tegangan TTL (Transistor Transistor LOgic) 5V untuk logika 1,
dan 0V untuk logika 0. Dalam rangkaian yang sebernarnya, tegangan logika
terukur tidak selalu ekstrim 5V atau 0V. Untuk sistem dengan rangkaian
dilengkapi Vcc +5V dengan semua komponen IC berorientasi CMOS (
COmplementary Metal Oxyde Semiconductor) logika 1 memiliki jangkauan 3,5 -
5V dan logika 0 besarnya 0-0,7 V.
2. Input Analog
4.Output ON/OFF
II-7
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
5.Output Ananlog
6. User Interface
untuk rancangan kontroller yang mudah diakses oleh operator sistem perlu
dilengkapi dengan perangkat user interface. User interface dapat dibedakan dalam
2 macam yaitu perangkat untuk mengakses kontroler / entry data dan perangkat
visual untuk mengetahui kerja kontroller
II-8
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
2.4. Mekanik
Mekanik adalah ilmu yang mempelajari gaya yang bekerja pada sebuah
benda.
Roda gigi merupakan komponen penting ketika kita akan membuat robot.
Penggunaan roda gigi dalam robot sangat berpengaruh terhadap 2 parameter
penting yaitu torsi dan kecepatan.
2.4.2.1.Torsi
II-9
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
2.4.2.2.Torsi vs Kecepatan
Kecepatan dan torsi adalah 2 parameter yang menjadi ukuran bagi suatu
motor. dua hal tersebut dapat kita temui pada datasheet dai motor tersebut tetapi
seringkali torsi atau kecepatan yang dihasilkan oleh motor yang dijual di pasar
tidak memenuhi aktuator robot yang akan dibuat. Di sinilah peran roda gigi untuk
mengkonversi torsi dan kecepatan agar sesuai dengan keinginan.
Salah satu keuntungan dari pemakaian roda gigi adalah kita dapat
mengubah kecepatan tinggi menjadi torsi tinggi.
Sebagai contoh, jika motor anda mempunyai parameter output sesuai data
sheet, torsi sebesar 3 Nm dan kecepatan sebesar 2000 rps (round per second)
dengan kecepatan minimum sebesar 1000 rps sedangkan anda menginginkan torsi
sebesar 20 Nm, sesuai perhitungan kecepatan yang akan kita dapatkan adalah 300
rps.dapat kita amati dari contoh tersebut bahwa untuk mendapatkan torsi yang
ideal (lebih besar) maka harus mengorbankan kecepatan.
Pada gambar, N1 adalah jumlah gigi pada gear poros motor, N2 adalah
jumlah gigi pada poros output,τ1 ialah torsi pada poros motor dan τ2 ialah torsi
pada poros output.
II-10
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
τ2 = N2/N1 + τ1
II-11
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
genap maka putaran roda gigi terakhir akan berlawanan arah dengan roda gigi
pertama. Sedangkan apabila jumlah gigi ganjil maka putaran roda gigi terakhir
akan selalu searah dengan roda gigi pertama.
2.4.3.1.Spur Gear
II-12
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
2.4.3.3.Bevel Gear
II-13
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
2.4.3.5.Worm Gear
Efisiensi kombinasi roda gigi ini cukup rendah, sekitar 70%. Kombinasi
ini mempunyai rasio cukup tinggi. Keuntungan lainnya tidak bisa back-driveable
sehingga yang bisa memutar roda gigi adalah worm yang terpasang pada motor
sehingga hal seperti gravitasi atau gaya lainnya tidak bisa memutar pada roda gigi.
Keuntungan ini hamper mirip motor servo yang biasa digunakan untuk menahan
beban pada robot tangan.
II-14
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
2.4.3.6.Planetary Gear
Kombinasi roda gigi mempunyai rasio roda gigi yang sangat tinggi dan
mempunyai efisiensi sekitar 80%.
2.4.3.7.Roda Pulley
Roda pulley berbentuk roda gigi tetapi tidak mempunyai gerigi dengan
rongga di sisi luarnya. Fungsinya adalah untuk mentransmisikan gaya pada jarak
jauh dan jika diameter antara 2 buah pulleyberbeda maka fungsinya sama dengan
rantai roda gigi. Dua buah pulley terhubung satu sama lain dengan menggunakan
belt drive yang elastis. Belt drive dapat terpasang terbalik dan dapat digunakan
untuk menghubungkan puli yang mempunyai sudut rotasi berbeda sesuai posisi
poros. Kelemahannya adalah putusnya puli karena beban terlalu berat ataukah slip
karena jarak antarpuli besar.
II-15
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
2.4.4.1.Fungsi Aktuator
2.4.4.2.Motor DC Brushless
II-16
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
3. Efisiensi tinggi
Konstuksi sederhana dari motor terdiri dari medan magnet yang tetap yang
berada pada rotor yang dikelilingi oleh tiga medan magnet gulungan pada stator.
Stator
Rotor
Rotor pada motor DC Brushless terdiri dari magnet yang berjumlah ganjil.
Jumlah kutub magnet di rotor juga mempengaruhi pergerakan dan torsi yang
dihasilkan oleh motor. semakin banyak kutub maka pergerakan motor akan
semakin halus dan riple torsinya kecil.
II-17
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
Dalam mekanik ini sangat erat kaitannya dengan pelajaran matematika dan
fisika karena untuk menjadi seorang mekanik kita harus pandai berhitung karena
untuk membuat sesuatu/ dalam kata lain berkarya, pasti banyak yang akan
diperhitungkan dalam proses pembuatannya.
II-18
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
2.6. Sensor
Dari sudut pandang robot, sensor dapat diklasifikasikan dalam dua kategori,
yaitu sensor lokal (on-board) yang dipasang di tubuh robot,dan sensor global,
yaitu sensor yang diinstal diluar robot tapi masih dalam
lingkungannya(environment) dan data sensor global ini dikirim balik robot
melalui nirkabel. Dalam skala besar contoh sensor global ini adalah kamera yang
terpasang pada satelit GPS yang mampu menangkap citra di lingkungan robot
jauh dari atas.
Dari segi tipe output dan aplikasi sensor dapat diklasifikasikan seperti
pada tabel berikut.
II-19
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
Lokal Global
Internal Pasif : sensor batere,
temperatur, enkoder
poros, akselerometer,
giroskop, inklinometer,
kompas Aktif
External Pasif : kamera on-board Pasif : kamera overhead,
Aktif : sensor sonar, satelit GPS Aktif : sonar
inframerah, pemindai GPS
laser
Besaran fisik yang diindra oleh sensor bisa berasal dari lingkungan di luar
robot (sensor eksternal) ataupun keadaan dari robot itu sendiri (sensor internal).
Sensor internal biasanya digunakan untuk memonitor posisi dan/atau kecepatan
serta torsi pada sendi robot.
Sensor biner menghasilkan output 1 atau 0 saja. Setiap perangkat sensor pada
dasarnya dapat dioperasikan secara biner dengan menggunakan sistem threshold
atau komparasi pada outputnya. Contoh paling dasar adalah limit swith yang
II-20
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
dioperasikan sebagai sensor tabrak yang biasa dipasang di bumper robot. Gambar
dibawah adalah contoh rangkaian limit switch yang berfungsi sebagai sensor
sentuh/tabrak.
2.6.3.1.Potensiometer
Komponen ini adalah sensor analog yang paling sederhana namun sangat
berguna untuk mendeteksi posisi putaran, misalnya kedudukan sudut poros
aktuator berdasarkan nilai resistansi pada putaran porosnya. Gambar berikut ini
II-21
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
adalah sebuah potensiometer presisi yang dipasang pada poros sendi lengan robot
tangan.
II-22
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
Rotary encoder tersusun dari suatu piringan tipis yang memiliki lubang-
lubang pada bagian lingkaran piringan. LED ditempatkan pada salah satu sisi
piringan sehingga cahaya akan menuju ke piringan. Di sisi yang lain suatu photo-
transistor diletakkan sehingga photo-transistor ini dapat mendeteksi cahaya dari
LED yang berseberangan. Piringan tipis tadi dikopel dengan poros motor, atau
divais berputar lainnya yang ingin kita ketahui posisinya, sehingga ketika motor
berputar piringan juga akan ikut berputar. Apabila posisi piringan mengakibatkan
cahaya dari LED dapat mencapai photo-transistor melalui lubang-lubang yang
ada, maka photo-transistor akan mengalami saturasi dan akan menghasilkan suatu
pulsa gelombang persegi. Gambar II-16 menunjukkan bagan skematik sederhana
dari rotary encoder. Semakin banyak deretan pulsa yang dihasilkan pada satu
putaran menentukan akurasi rotary encoder tersebut, akibatnya semakin banyak
jumlah lubang yang dapat dibuat pada piringan menentukan akurasi rotary
encoder tersebut.
II-23
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
60
II-24
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
Gambar II-17. Contoh susunan pola 16 cincin konsentris pada absolute encoder
II-25
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
Gambar II-18. Contoh piringan dengan 10 cincin dan 10 LED photo transistor
untuk membentuk sistem biner 10 bit.
Gambar II-19. Contoh diagram keluaran absolute encoder 4-bit type gray kode
II-26
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
atau kode gray tertentu. Tabel 1 menyatakan posisi dan output biner yang
bersesuaian untuk absolut encoder 4-bit. Dengan membaca output biner yang
dihasilkan maka posisi dari poros yang kita ukur dapat kita ketahui untuk
diteruskan ke rangkaian pengendali. Semakin banyak bit yang kita pakai maka
posisi yang dapat kita peroleh akan semakin banyak.
Gambar II-20. Contoh diagram keluaran absolut encoder 4-bit tipe binary code
Incremental encoder terdiri dari dua track atau single track dan dua sensor
yang disebut channel A dan B (Gambar II-22). Ketika poros berputar, deretan
pulsa akan muncul di masing-masing channel pada frekuensi yang proporsional
dengan kecepatan putar sedangkan hubungan fasa antara channel A dan B
menghasilkan arah putaran. Dengan menghitung jumlah pulsa yang terjadi
terhadap resolusi piringan maka putaran dapat diukur. Untuk mengetahui arah
putaran, dengan mengetahui channel mana yang leading terhadap channel satunya
dapat kita tentukan arah putaran yang terjadi karena kedua channel tersebut akan
selalu berbeda fasa seperempat putaran (quadrature signal). Seringkali terdapat
output channel ketiga, disebut INDEX, yang menghasilkan satu pulsa per putaran
berguna untuk menghitung jumlah putaran yang terjadi.
II-27
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
II-28
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
Gambar II-23. output dan arah putaran pada resolusi yang berbeda-beda
Kelemahan yang muncul pada cara ini adalah pada setiap periode sudut αf
yang didapat merupakan kelipatan integer dari α. Ini akan dapat menghasilkan
quantification error pada kecepatan yang ingin diukur.
II-29
Robotika Teknik Desain dan Pemodelan Robot
Cara yang lain adalah dengan menggunakan periodimeter. Dengan cara ini
kita akan mengukur kecepatan tidak lagi dengan menghitung jumlah pulsa
encoder tetapi dengan menghitung clock frekuensi tinggi (HF Clock) untuk
sebuah pulsa dari encoder yaitu mengukur periode pulsa dari encoder (Gambar
11). Apabila αp adalah sudut dari pulsa encoder, t adalah periode dari HF clock,
dan n adalah jumlah pulsa HF yang terhitung pada counter. Maka waktu untuk
sebuah pulsa encoder, Tp, adalah:
Tp=nt
Sehingga kecepatan yang akan kita ukur dapat kita peroleh dengan:
II-30
Robotika Sistem Kendali Robot
3.1. Pengantar
Kontrol adalah bagian yang amat penting dalam robotic. System robotic
tanpa kontrol hanya akan menjadi benda mekanik yang mati. Dalam system
control robotic terdapat dua bagian, yaitu perangkat keras elektronik dalam
perangkat lunak berisi prigram kemudi dan algoritma kontrol.
Secara garis besar, suatu system robot terdiri dari 3 bagian seperti
ditunjukkan pada gambar berikut:
Dalam gambar diatas, kontrol adalah bagian yang tak terpisahkan dalam
sistem robotik. Dalam hal ini, sistem kontrol bertugas mengkolaborasikan sistem
elektronik dan mekanik dengan baik agar mencapai fungsi yang dikehendaki.
Pertemuan ketiga bagian tersebut adalah posisi atau bagian dimana terjadi
interaksi antara ketiga bagian tersebut. Sebagai contoh poros motor dan sendi
pada mekanik berhubungan denga rangkaian kontroler dan rangkaian
interface/drive ke motor, dan bagian program kontroler yang melakukan penulisan
data ke alamat motor. Atau sendi
III-1
Robotika Sistem Kendali Robot
Tiga prosedur utama, yaitu baca sensor, proses data sensor, dan mengirim
sinyal aktuasi ke aktuator adalah tugas utama kontroler. Ilustrasi ini
mengisyaratkan bahwa sebenarnya tugas kontroler adalah sederhana. Dengan
membaginya menjadi tiga bagian maka seorang enginer akan lebih mudah dalam
melakukan analisa tentang bagaimana kontroler yang didisainnya bekerja. Meski
dalam program kemudi robot secara lengkap nampak kompleks namun
sebenarnya tetap dapat dibagi kedalam tiga bagian besar itu.
Dalam aplikasi, prosedur “baca sensor” dapat terdiri dari berbagai teknik
yang masing-masing membawa dampak kerumitan dalam pemrograman. Setidak-
tidaknya ada dua macam teknik yang digunakan kontroler dalam menghubungi
sensor, yaitu polling dan interrupt. Teknik polling adalah prosedur membaca data
berdasarkan pengalamatan langsung yang dapat dilakukan kapan saja kontroler
menghendaki. Sedang pada teknik interrupt, kontroler melakukan pembacaan jika
sistem sensor melakukan interupsi, yaitu dengan memberikan sinyal interrupt ke
III-2
Robotika Sistem Kendali Robot
Bagian yang berfungsi untuk memproses data sensor adalah bagian yang
paling penting dalam program kontroler. Di sinilah para peneliti dan enginer dapat
dengan leluasa mengembangkan berbagai ide, teori dan teknik bagaimana
membuat robot dapoat bekerja sesuai harapan. Berbagai algoritma kontrol mulai
dari teknik klasik dapat diterapkan. Jika dikehendaki kontrol yang lebih pintar dan
dapat beradaptasi dapat memasukkan berbagai algorithma kontrol adaptive hingga
teknik artificial intelligent.
Bagian ketiga, yaitu prosedur “tulis data” adalah bagian yang berisi
pengalamatan ke aktuator untuk proses penulisan data. Dalam konteks rangkaian
elektronik, data ini adalah sinyal aktuasi ke kontroler seperti berapa besar
tegangan dan arus yang masuk ke motor, dsb.
3.2. Mikrokontroler
III-3
Robotika Sistem Kendali Robot
Otomotif : Engine Control Unit, Air Bag, fuel control, Antilock Braking
System, sistem pengaman alarm, transmisi automatik, hiburan,
pengkondisi udara, speedometer dan odometer, navigasi, suspensi aktif
III-4
Robotika Sistem Kendali Robot
robotika.
Dapat memenuhi kebutuhan secara efektif & efisien. Hal ini menyangkut
kecepatan, kemasan/packaging, konsumsi daya, jumlah RAM dan ROM,
jumlah I/O dan timer, harga per unit
III-5
Robotika Sistem Kendali Robot
III-6
Robotika Sistem Kendali Robot
III-7
Robotika Sistem Kendali Robot
r e u y
Kp Motor
sebagai contoh, kita akan mengontrol kecepatan putar sebuah motor DC dengan
menggunakan kontrol P, ilustrasinya adalah sebagai berikut.
III-8
Robotika Sistem Kendali Robot
U(t) = Kp.( ( )− ( ))
Jika kecepatan aktual sama dengan kecepatan refrensi maka sinyal output
akan menjadi nol karena error nol, dari sei rangkaian, sinyal output ini akan
menyebabkan motor tidak mendapat sinyal aktuasi lagi. Akibatnya poros motor
akan berhenti berputar. Begitu putaran poros mulai berkurang maka sensor akan
mendeteksi bahwa kecepatan output tidak lagi sama dengan kecepatan refrensi.
Kecepatan aktual akan lebih kecil dari kecepatan refrensi. Artinya error tidak lagi
nol. Akibatnya, kontroler akan mulai lagi mengirim sinyal aktuasi u(t) positif
sehingga motor kembali menambah kecepatannya.
Demikian hai ini berulang seterusnya sehingga error pada kontrol P ini
tidak dapat mempertahankan error selalu nol atau dengan kata lain dalam kondisi
tetap (steady state), error pada kontrol P tidak bisa nol. Hal ini dikenal sebagai
steady state error (ess).
Fungsi dasar dari kontrol I adalah menurunkan stedy state error. Kontrol I
jarang digunakan sendiran dalam aplikasi. Biasanya selalu dikombinasikan
dengan kontrol P untuk memperbaiki respon guna mencapai error minimum.
III-9
Robotika Sistem Kendali Robot
= . ( )− ( ) + ( ( )− ( ))
III-10
Robotika Sistem Kendali Robot
Dengan kata lain, seolah olah kontrol D mampu memprediksi error yang akan
terjadi sebagai efek dari kecepatan error yang dihitung sebelumnya.
( ( )− ( ))
( ) = . ( )− ( ) + .
III-11
Robotika Sistem Kendali Robot
( ) = . ( )− ( )
( ( )− ( ))
+ ( )− ( ) + .
III-12
Robotika Sistem Kendali Robot
Dengan kata lain, mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang
mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis
dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca
dan menulis data. Sekedar contoh, bayangkan diri Anda saat mulai belajar
membaca dan menulis, ketika Anda sudah bisa melakukan hal itu Anda bisa
membaca tulisan apapun baik buku, cerpen, artikel dan sebagainya, dan Andapun
bisa pula menulis hal-hal sebaliknya. Begitu pula jika Anda sudah mahir
membaca dan menulis data maka Anda dapat membuat program untuk membuat
suatu sistem pengaturan otomatik menggunakan mikrokontroler sesuai keinginan
Anda. Mikrokontroler merupakan komputer didalam chip yang digunakan untuk
mengontrol peralatan elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya.
Secara harfiahnya bisa disebut “pengendali kecil” dimana sebuah sistem
elektronik yang sebelumnya banyak memerlukan komponen-komponen
pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat direduksi/diperkecil dan akhirnya
terpusat serta dikendalikan oleh mikrokontroler ini.
III-13
Robotika Sistem Kendali Robot
kecepatan tinggi atau sekedar menambah jumlah saluran masukan dan keluaran
(I/O). Dengan kata lain, mikrokontroler adalah versi mini atau mikro dari sebuah
komputer karena mikrokontroler sudah mengandung beberapa periferal yang
langsung bisa dimanfaatkan, misalnya port paralel, port serial, komparator,
konversi digital ke analog (DAC), konversi analog ke digital dan sebagainya
hanya menggunakan sistem minimum yang tidak rumit atau kompleks.
III-14
Robotika Sistem Kendali Robot
III-15
Robotika Sistem Kendali Robot
1. Keluarga MCS51
III-16
Robotika Sistem Kendali Robot
2. AVR
III-17
Robotika Sistem Kendali Robot
3. PIC
III-18
Robotika Sistem Kendali Robot
PIC cukup popular digunakan oleh para developer dan para penghobi
ngoprek karena biayanya yang rendah, ktersediaan dan penggunaan yang luas,
database aplikasi yang besar, serta pemrograman (dan pemrograman ulang)
melalui hubungan serial pada komputer.
III-19
Robotika Kinematika Robot
Kinematika Maju
Ruang Sudut/Sendi Ruang Kartesian
(r,θ) P (x,y,z)
Kinematika Inversi
IV-1
Robotika Kinematika Robot
Pada Gambar 4.2, simbol ref menyatakan refrensi input (bisa berupa
posisi, kecepatan, dan akselerasi), simbol G(s) ialah persamaan matematik
kontroler, sedangkan H(s) adalah persamaan system robot secara fisik yang terdiri
dari elektronika dan actuator. Komponen e ialah error dan u ialah output dari
komputer tersebut, dengan output y sebagai fungsi gerak robot yang diharapkan
selalu sama dengan refrensi gerak yang didefenisikan pada input ref. Pada
praktiknya input merupakan fungsi dari suatu koordinat vektor posisi dan
orientasi P(x,y,z) dan output berupa θ( , ,… ) dengan n mempresentasikan
jumlah sendi atau DOF.
Penjabaran lebih detail dari system robotika di atas ditampilkan pada Gambar IV-
3
IV-2
Robotika Kinematika Robot
Transformasi
koordinat θ ke P
(Kinematik
Pada Gambar IV-3 terlihat bahwa output yang diukur dari gerakan robot
berupa domain sudut dari sendi, atau sudut dari perputaran roda jika robot berupa
robot mobil. Kombinasi transformasi koordinat P ke θ dengan kontroler G(s)
disebut sebagai kontrol kinematik. Dengan input berupa sinyal eror P, ep dan
output sinyal kemudi u untuk actuator (bisa berupa sinyal analog DAC untuk
actuator). Untuk mengontrol system dapat digunakan Fuzzy atau Adaptive Neuro
Fuzzy yang digunakan secara luas saat ini.
IV-3
Robotika Kinematika Robot
x = l.cos( ) dan
y = l.sin ( )
= tan-1
x = l1 + cos 1 + l2 cos( 1 + 2)
y = l1 + sin 1 + l2 sin( 1 + 2)
IV-4
Robotika Kinematika Robot
Dari dua persamaan terakhir dengan mengunakan analisis kinematik inversi maka
kita akan mendapatkan:
(4.10)
2 = cos-1
tan( ) − tan( )
tan ( + ) =
1 + sin ( ) sin ( )
Didapat:
( + cos ) − . sin )
tan =
( + cos )+ sin )
Sehingga :
( + cos ) − . sin )
= tan
( + cos ) + sin )
IV-5
Robotika Kinematika Robot
IV-6
Robotika Kinematika Robot
titik pada koordinat sumbu j menjadi suatu titik yang sama pada koordinat sumbu
k.
Nama Transformasi
Translasi koordinat k 1 0 0 Trans (a,b,c)
pada sumbu x sejauh a, 0 1 0
pada sumbu y sejauh b, 0 0 1
pada sumbu z sejauh c. 0 0 0 1
IV-7
Robotika Kinematika Robot
1 00 1 cos − sin 0 0 1 00 2
= 0 10 0 • sin cos 0 0 • 0 1 0 0
0 01 0 0 0 1 0 0 01 0
0 00 1 0 0 0 1 0 00 1
cos − sin 0 L2cos + 1
= sin cos 0 2 sin
0 0 1 0
0 0 0 1
Sebagai contoh, berdasarkan gambar di atas, jika sebesar 900 dan titik
asal koordinat gripper (xg,yg,zg) adalah (0,0,0) maka titik asal tersebut bila
direpresentasikan dalam koordinat (xw,yw,zw) adalah:
IV-8
Robotika Kinematika Robot
0 −1 0 1 0 1
1 0 0 2 • 0 = 2
0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 1 1
(i – 1)
=
IV-9
Robotika Kinematika Robot
Untuk link dengan konfigurasi sendi putaran, matriks A pada sendi ke-n adalah:
IV-10
Robotika Kinematika Robot
D-H parameter
Joint, i
1 /2 0
2 0 0
3 0 0
IV-11
Robotika Dinamika Robot
Robot secara fisik adalah suatu benda yang memiliki struktur tertentu
dengan massa tertentu yang dalam pergerakannya, tunduk kepada hukum-hukum
alam yang berkaitan dengan gravitasi dan atau massa/kelembaman. Jika robot
berada di permukaan bumi maka kedua efek, grafitasi dan massa ini, akan
mempengaruhi kualitas gerakan. Sedangkan bila robot berada di luar angkasa
yang bebas gravitasi maka massa saja yang dapat menimbulkan efek
inersia/kelembaman. Dalam konteks inilah dikatakan bahwa model dinamik dari
suatu robot berhubungan dengan struktur dan massa. Setiap struktur dan massa
yang berbeda akan menberikan efek inersia yang berbeda pula, sehingga
penanganan dalam pemberian torsi pada tiap sendi (dengan kata lain: sinyal
pengemudian actuator/motor tiap sendi) seharusnya berbeda pula.
= .
V-1
Robotika Dinamika Robot
kontroler, dan Ktn adalah konstanta motor. Karena torsi pada sendi akan
menghasilkan gerakan maka output (dinamik) robot dapat dinyatakan memiliki 3
komponen yang menyatu dalam fenomena gerak rotasi tiap lengan sendi, yaitu
sudut , kecepatan sudut ̇ ,dan percepatan sudut ̈ , Gambar berikut
memperlihatkna skema control robotic beroperasi dinamik dengan penggambaran
detil tentang torsi yang dihasilkan oleh aktuator.
Jika output sistem , . , ..(1,2,…,n) dinyatakan sebagai q maka torsi yang diberikan
kepada sendi sendi robot adalah :
= ( )
-1
q= ( )
V-2
Robotika Dinamika Robot
5.2.Analisa Dinamik
Dalam skema di atas, input yang diperlukan adalah referensi torsi τ ref.
Outputnya diukur dalam bentuk percepatan ̈ , sehingga model dinamik yang
didefenisikan adalah dinamik invers karena merubah torsi menjadi percepatan.
Sedangkan untuk umpan balik diperlukan transformasi dinamik maju karena error
dihitung dalam torsi.
V-3
Robotika Dinamika Robot
5.3.Komponen Dinamik
Torsi yang diberikan oleh aktuator pada dasarnya harus seimbang dengan
torsi (lawan) yang dihasilkan oleh komponen-komponen dinamik struktur robot
dalam pergerakan, yaitu torsi yang dihasilkan dari pergerakan (torsi vs percepatan
angular), torsi yang diukur karena benda/struktur memiliki tenaga kinetik dan
tenaga potensial, efek gaya sentrifugal, efek gaya Coriolis, dan inersia yang
disebabkan faktor pembebanan dan grafitasi bumi.
Selain itu torsi pada aktuator seharusnya juga mampu mengatasi torsi
lawan yang dihasilkan oleh gangguan Q selama operasi, misalnya gangguan friksi
pada sendi, efek backlash pada gearbox (jika digunakan), efek gaya interaksi
kopel (coupling interaction) antar struktur lengan sendi atau antar lengan dengan
tubuh, efek beban yang dinamik (seperti pada robot pengelas), dan sebagainya.
Sesuai dengan hukum Newton kedua, torsi yang dihasilkan pada gerakan rotasi
dapat ditulis,
= ∙ ̈ = ̈
̈ percepatan angular
massa (kg)
Tenaga Kinetik
V-4
Robotika Dinamika Robot
1
= =
2 2g
dengan m massa, kg
1
= ̇
2
1 1
= + ̇
2 2
Tenaga kinetik ini biasa dinyatakan dalam Joules, J (sistem SI). Satu J setara
dengan 1N.m.
Tenaga Potensial
Gaya Sentrifugal
Gaya sentrifugal untuk suatu lengan padat dengan massa m dapat ditulis,
(2 )
= = =
V-5
Robotika Dinamika Robot
Gaya Coriolis
Seperti telah dijelaskan di muka, bahwa kontrol dinamik tidak bisa bekerja
sendirian dalam kontrol robotik tanpa bantuan kontrol kinematik. Sedangkan
kontrol kinematik dapat diterapkan langsung tanpa memasukkan unsur kontrol
dinamik. Hal ini karena pada dasarnya pengertian umum tentang kontrol robot
adalah bagaimana cara mengontrol gerakan robot. Jadi, apapun yang kita disain
tentang skema kontrol, dan memberinya nama, akhirnya yang harus dilakukan
dalam implementasi riil adalah bagaimana membuat robot dapat bergerak sesuai
dengan yang kita inginkan melalui pemrograman. Ketika kita berbicara masalah
kontrol gerak (motion control) maka yang lebih utama adalah bagaimana
membuat kontrol kinematk yang tepat yang mampu menyelesaikan permasalahan-
permasalahan trajektori yang kita inginkan, daripada mendahulukan kontrol
V-6
Robotika Dinamika Robot
5.5.Metoda Newton-Euler
Metoda Newton-Euler (NE) ini berdasar kepada hukum Newton kedua untuk
komponen translasi, dan digabung dengan sistem sudut Euler untuk komponen
rotasi, yaitu
V-7
Robotika Dinamika Robot
= ∙ ,
= ∙ ̈,
V-8
Robotika Dinamika Robot
Struktur lengan ini dianggap kaku dengan panjang l dan massa m. Dengan
menggunakan = ∙ ̈ torsi yang terjadi dapat dinyatakan sebagai
= ̈
Sesuai dengan sifat fisik bahan kaku, inersia momen putar pada salah satu ujung
terhadap ujung lain sebagai sumbu putar, , adalah,
1
=
3
Maka
1
= ̈
3
V-9
Robotika Dinamika Robot
3
̈ =
5.6.Metoda Lagrange-Euler
− = = 1,2, … ,
̇
= −
− = = 1,2, … ,
̇
Sebagai contoh, persamaan dinamik robot seperti dalam Gambar V-5. Konfigurasi
robot satu sendiakan kita peroleh melalui metoda LE. Koordinat P(x, y) memiliki
sifat translasi (keliling) dan rotasi (pada sumbu putar), maka tenaga kinetiknya,
V-10
Robotika Dinamika Robot
1 1
= + ̇
2 2
1 1
= ; = ̇ ; =
12 2
Maka
1 1 1 1
= ̇ + ̇ = ̇
2 2 2 12 6
Tenaga potensial EP dalam robot ini adalah nol karena P(x, y) tidak
melakukan gerakan berputar menuju ke arah atau menjauhi sumbu, maka
= − = −0 =
dengan menggunakan ̇
− = = 1,2, … , dapat dihitung,
− = atau = −
̇ ̇
̇ 1
= = = ̇
̇ ̇ ̇ 3
̇ ̇ 1
= − = ̈
̇ 3
1
= ̈
3
V-11
Robotika Dinamika Robot
1 1 1 1
= + ̇ ; = + ̇
2 2 2 2
dengan = atau =
V-12
Robotika Dinamika Robot
= +2 ̇ + ̇ ̇ cos + ̇ + ̇ ̇ + ̇
= − g sin
= − g sin − g sin ( + )
Berdasarkan persamaan
= − dan = −
̇
= ̈ + ̈ − ℎ ̇ − 2ℎ ̇ ̇ +
= ̈ + ̈ +ℎ ̇ +
dengan
= + + ( + +2 cos )+
= = cos + +
= +
ℎ = sin
= g cos ( + )
V-13
Robotika Dinamika Robot
( ) = ( ) ̈( ) + ( ), ̇ ( ) + ( ) +
dengan
( ) = ( ( ), ( ), … , ( ) ) , = 1, 2, 3, … . ,
( ) vektor matriks torsi (n x 1) efek gaya Coriolis dan gerak sentrifugal pada
sendi i,
( , ̇ ) = (ℎ , ℎ , … . , ℎ ) , = 1, 2, 3, … . ,
ℎ = ℎ ̇ ̇ , , , = 1, 2, 3, … . ,
( ) = (g , g , … . , g ) , = 1, 2, 3, … . ,
Dari persamaan
= ̈ + ̈ − ℎ ̇ − 2ℎ ̇ ̇ +
= ̈ + ̈ +ℎ ̇ +
dengan
= + + ( + +2 cos )+
V-14
Robotika Dinamika Robot
= = cos + +
= +
ℎ = sin
= g cos ( + )
= + + ( + +2 cos )+
= = cos + +
= +
0
=
sin
Untuk sistem robot tangan planar dua sendi maka efek G dapat diabaikan,
sehingga
V-15
Robotika Dinamika Robot
( ) = ( ) ̈( ) + ( ), ̇ ( ) + ( ) +
menjadi,
( ) = ( ) ̈( ) + ( ), ̇ ( ) + 0 + atau
( ) = ( ) ̈( ) + ( ), ̇ ( ) +
= ̈ + ̈ − ℎ ̇ − 2ℎ ̇ ̇
= ̈ + ̈ +ℎ ̇
V-16
Robotika Teknik Pemrograman
6.1.Dasar Pemrograman
VI-1
Robotika Teknik Pemrograman
Contoh:
jumlah
jumlah (penggunaan huruf besar diawal kata, berbeda dengan jumlah pada
contoh sebelumnya)
nilai2
total_perhitungan_output
nilai_akhir$
karakter garis bawah biasa dipakai untuk memudahkan pembacaan terhadap suatu
pengenal. Misalnya, total_perhitungan_output akan lebih mudah dibaca daripada
ditulis totalperhitunganoutput. Untuk menghindari kesalahan, pengenal tidak
boleh menggunakan nama yang tergolong sebagai kata kunci (sepertimain, int,
unsigned, dan sebagainya). Berikut adalah daftar kata kunci yang tidak boleh
digunakan untuk pengenal.
VI-2
Robotika Teknik Pemrograman
VI-3
Robotika Teknik Pemrograman
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa tipe char sama dengan signed char,
sedangkan signed int, short int, signed short int, dan int sebenarnya sama.
Perbedaan signed dan unsigned terletak pada perlakuan bit tertinggi. Jika
dinyatakan dengan signed, bit tertinggi digunakan untuk menyattakan bilangan,
termasuk positif dan negatif.
6.1.3. Variabel
Variael digunakan dalam program untuk menyimpan suatu nilai dan nilai
yang ada padanya dapat diubah-ubah selama eksekusi program berlangsung.
tipe daftar-variabel
int jumlah;
VI-4
Robotika Teknik Pemrograman
variabel=nilai;
jumlah=10;
keluaran=15,3;
nilai_total=jumlah*keluaran;
6.1.4. Konstanta
VI-5
Robotika Teknik Pemrograman
Konstanta tak bertanda ditulis dengan diakhiri dengan tanda U atau u. Jika
nilai melebihi 65535, secara otomatis akan diperlakukan sebagai unsigned long
int.
Contoh:
Selain dalam bentuk desimal (sistem bilangan dengan basis 10), konstanta
integer dapat disajikan dalam bentuk sistem oktal, biner, maupun heksadesimal.
Sistem biner hanya berlaku pada C untuk mikrokontroler yang menggunakan
compiler jenis khusus, seperti Raisonance RIDE. Sistem biner tidak berlaku untuk
Turbo C. Untuk sistem oktal kisaran angka adalah 0 sampai 7, penulisan diawali
dengan 0 (nol). Sedangkan biner hanya membuat angka 0 dan 1. Untuk sistem
bilangan heksadesimal, digit yang dapat dipakai berupa salah satu antara 16
simbol berikut.
0123456789ABCDEF
Contoh:
VI-6
Robotika Teknik Pemrograman
Konstanta string dengan sebuah karakter berbeda dengan konstanta karakter sebab
konstanta karakter diawali dan diakhiri tanda petik-tunggal, sedangkan string
diawali dan diakhiri tanda petik –ganda jadi, “a” tidak sama dengan ‘a’.
Contoh:
“\xDB”
Merupakan konstanta yang terdiri atas sebuah karakter ber-ASCII DBh (219
desimal).
#define LAMPU P1
VI-7
Robotika Teknik Pemrograman
6.1.5. Operator
Contoh:
a+b
Contoh lain:
-c
VI-8
Robotika Teknik Pemrograman
+ Penjumlahan
- Pengurangan
* Perkalian
/ Pembagian
% Sisa Bagi (Modulus)
6.1.6. Perulangan
VI-9
Robotika Teknik Pemrograman
Pada C,terdapat tiga buah struktur loop. Pernyataan yang dipakai berupa for,
while,dan do-while.
for (ungkapan1;ungkapan2;ungkapan3)
pernyataan
.........
Berikut kegunaan masing-masing ungkapan pada pernyataan for
Ketiga ungkapan dalam for tersebut harus dipisahkan dengan tanda titik koma (;)
Contoh penggunaan:
For (i=1;i<=20;i++)
{
Pernyataan1;
Pernyataan2;
}
Pernyataan1 dan pernyataan2 dalam contoh di atas akan diulang sebanyak
20kali.
VI-10
Robotika Teknik Pemrograman
Contoh diatas dapatpula ditulis dalam urutan turun dan akan menghasilkan
hasil yang identik.
While(kondisi)
Pernyataan
..........
Pernyataan dapat berupa pernyataan tunggal, pernyataan majemuk,
maupun pernyataan kosong. Proses pengulangan terhadap pernyataan dijelaskan
pada gambar berikut:
SALAH
Kondisi
BENAR
Pernyataan
VI-11
Robotika Teknik Pemrograman
Do
Pernyataan
.........
While(kondisi)
Pernyataan
BENAR
Kondisi
SALAH
Gambar VI-2. Diagram alir do-while
VI-12
Robotika Teknik Pemrograman
6.1.7. Percabangan
if(<expression>)<statement>;
if(<expression>)<statement1;
else<statement2>;
jika hasil testing expression memberikan hasil tidak nol statement1 akan
dilaksanakan. Pada keadaan sebaliknya statement2 yang akan dilakukan.
Sebaiknya pemanfaatan perintah if untuk beberapa kondisi dilakukan dengan
menggunakan blok-blok
switch(variable)
default : statement;
VI-13
Robotika Teknik Pemrograman
6.2.Pengenalan CodeVisionAVR
Ada beberapa program yang dapat digunakan sebagai editor dan compiler
untuk mikrokontroler AVR, salah satnya yaitu CodeVision. CodeVisionAVR
adalah salah satu alat bantu pemrograman (programing tool) yang bekerja dalam
lingkungan pengembangan perangkat lunak yang terintegrasi (intsgrated
Development Environment, IDE) seperti aplikasi IDE lainnya, CodeVisionAVR
dilengkapi dengan source code editor, compiler, linker, dan dapat memanggil
Atmel AVR Studio untuk debuggernya. CodeVisionAVR versi evaluasi dapat di-
download pada www.hpinfotech.ro. CodeVision AVR versi evaluasi dapat kita
pakai secara gratis, dengan kapasitas program maksimum 2 kilobyte. Versi standar
yang komersil dapat memanfaatkan seluruh kapasitas memori mikrokontroler
yang ada.
VI-14
Robotika Teknik Pemrograman
VI-15
Robotika Perancangan Mobile Robot
Robot Mobil atau Mobile Robot adalah konstruksi robot yang ciri khasnya
adalah mempunyai aktuator berupa roda untuk menggerakkan keseluruhan badan
robot tersebut, sehingga robot tersebut dapat melakukan perpindahan posisi dari
satu titik ke titik yang lain.
Robot mobil ini sangat disukai bagi orang yang mulai mempelajari robot. Hal
ini karena membuat robot mobil tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Untuk
dapat membuat sebuah robot mobile minimal diperlukan pengetahuan tentang
mikrokontroler dan sensor-sensor elektronik.
Base robot mobil dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan plywood
/triplek, akrilik sampai menggunakan logam ( aluminium ). Robot mobil dapat
dibuat sebagai pengikut garis ( Line Follower ) atau pengikut dinding ( Wall
Follower ) ataupun pengikut cahaya.
VII-1
Robotika Perancangan Mobile Robot
VII-2
Robotika Perancangan Mobile Robot
Jika Robot mobil menggunakan gear maka supaya robot bergerak maju
maka mobil kiri dan mobil kanan harus berputar berlawanan arah jarum jam
(CCW). Supaya robot mobil bergerak mundur, maka motor kiri dan motor kanan
berputar searah jarum jam (CW). Berikut ini gerakan-gerakan dasar pada mobil
robot.
VII-3
Robotika Perancangan Mobile Robot
VII-4
Robotika Perancangan Mobile Robot
Gerakan Maju
Motor kiri maju, dan motor kanan maju:
PORTB.0=1;PORTB.1=0;PORTB.2=1;PORTB.3=0;
Gerakan Mundur
Motor kiri mundur, dan motor kanan mundur:
PORTB.0=0;PORTB.1=1;PORTB.2=0;PORTB.3=1;
VII-5
Robotika Perancangan Mobile Robot
Gerakan Berhenti
Motor kiri stop, dan motor kanan stop:
PORTB.0=1;PORTB.1=1;PORTB.2=1;PORTB.3=1;
7.2.Robot Line Follower
Robot line follower adalah robot yang dapat bergerak mengikuti garis
secara OTOMATIS. Dengan menggunakan white board dan garis warna hitam,
maka robot ini akan berjalan mengkuti garis. Namun ada beberapa hal yang harus
diperhatikan disini. Yaitu terdapatnya garis bercabang, perempatan, pertigaan atau
bahkan tikungan yang tajam. Maka untuk menjalankan robot tersebut sesuai
dengan yang diinginkan tentunya ada beberapa progam yang harus dikerjakan
dengan bantuan beberapa sensor infra red dan photo diode sebagai sensor garis.
Mikrokontroler sebagai otak dari kerja robot ini. Pemprogaman mikrokontroler
AVR ATMega8535 mengunakan bahasa C.
VII-6
Robotika Perancangan Mobile Robot
Sifat dari photodioda adalah jika semakin banyak cahaya yang diterima,
maka nilai resistansi diodanya semakin kecil. Dengan melakukan sedikit
modifikasi, maka besaran resistansi tersebut dapat diubah menjadi tegangan.
Sehingga jika sensor berada diatas garis hitam, maka tegangan keluaran sensor
akan kecil, demikian pula sebaliknya. Berikut adalah gambar rangkaian sensor
proximity yang digunakan pada robot ini :
VII-7
Robotika Perancangan Mobile Robot
VII-8
Robotika Perancangan Mobile Robot
robot dapat membaca jalur yang akan dilaluinya. Dan peletakan komponen-
komponen lain akan di sesuaikan bentuk mekanik robot yang akan dibuat.
VII-9
Robotika Perancangan Mobile Robot
Pada Gambar a diatas kedua buah sensor proximity berada diatas garis
hitam, maka mikrokontroler akan memerintahkan robot untuk bergerak lurus.
Namun jika posisi sensor seperti pada Gambar b, maka robot harus belok ke
kanan. Dan jika posisi Sensor seperti pada Gambar c, maka robot harus belok ke
kiri. Dengan demikian robot akan tetap bergerak mengikuti garis hitam.
VII-10
Robotika Perancangan Mobile Robot
untuk PWM (Pulse Width Modulation). Untuk mengatur kecepatan motor, pada
input PWM inilah akan diberikan lebar pulsa yang bervariasi dari mikrokontroler.
VII-11
DAFTAR PUSTAKA
Endra Pitowarno. 2006. Robotika, desain, control dan kecerdasan buatan. Andi
Yogyakarta.
Fernando Briz, et al. Speed measurement Using Rotary Encoder for Hight
Performance ac Drivers. IEEE Trans.
Groover, et.al., 1986. Industrial Robotic. McGraw Hill Book Coy., New York.
K.S. Fu, R.C. Gonzalis, G.S.G. Lee. 1987. Robotic, Control, Sensing, Vision and
Intelligence. Mc. Graw Hill.
MicRo-TC CMCS Team, 2012. Training Centre CMCS, Make a Robot Line
Follower 1 st Edition, Makassar.
Yusep Nur Jatmika. 2011. CaraMudah Merakit Robot Untuk Pemula. FlashBooks
Jogjakarta.
VII-1