Panduan Sasaran Keslamtan Dan Form
Panduan Sasaran Keslamtan Dan Form
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH
SINDUADI
NOMOR : XXXXXXXXXX
TENTANG PEDOMAN
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
A. LATAR BELAKANG
Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi risiko.
Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah
pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang
potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Artinya
kesalahan medis didefinisikan sebagai suatu kegagalan tindakan medis
yang direncanakan untuk diselesaikan tetapi tidak seperti yang diharapkan
(kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu
tujuan (kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian
Tidak Diharapkan/KTD).
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostik seperti
kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan
yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai
atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi. Kesalahan
pada tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan,
pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat dan keterlambatan merespon
hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak. Kesalahan pada tahap
preventive seperti tidak memberikan terapi profilaktik serta monitor dan
follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti
kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.
Agar hal tersebut tidak terjadi maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) telah membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKP-RS) pada tanggal 1 Juni 2005. Selanjutnya Gerakan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit ini kemudian dicanangkan oleh Menteri
Kesehatan pada Seminar Nasional PERSI pada tanggal 21 Agustus 2005,
di Jakarta Convention Center.
Dalam usaha peningkatan mutu pelayanan yang mengutamakan
keselamatan pasien maka Rumah Sakit sinduadi membentuk Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit khusus Bedah Sinduadi dan membuat
buku . Panduan Keselamatan Pasien Rumah sakit khusus bedah sinduadi
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Sasaran Keselamatan Pasien.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit khusus
Bedah Sinduadi dalam mendukung program peningkatkan mutu
dan keselamatan pasien rumah sakit.
2. Tujuan khusus
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah sakit
Khusus Bedah Sinduadi
b. Terlaksananya sistem pelaporan insiden keselamatan pasien di
Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi
c. Terlaksanakannya program pencegahan sehingga KNC ,
KTD, Sentinel tidak terulang.
d. Membuat FMEA dan RCA dalam pengurangan Insiden
Keselamatan Pasien
C. Ruang Lingkup
Semua unit di Rumah Sakit Khusus Sinduadi yang berhubungan dengan
pelayanan pasien.
D. Batasan operasional
1. Keselamatan pasien
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Sistem tersebut meliputi assessmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
2. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
Adalah setiap kejadian / situasi yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan harm/cedera (penyakit, cedera, cacad,
kematian, dll ) yang tidak seharusnya terjadi
3. Laporan Insiden Keselamatan Pasien
Adalah laporan tertulis atau suatu sistem untuk mendokumentasikan
insiden yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
Sistem ini juga mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak
konsisten dengan operasional rutin rumah sakit atau asuhan pasien.
4. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi atau situasi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden, contoh alat defibrilator di IGD ditemukan rusak, walau alat
tersebut belum diperlukan.
5. Kejadian tidak Cedera (KTC) adalah suatu insiden yang sudah
terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan cedera, contoh : darah
tranfusi yang sudah dialirkan pada pasien yang salah tetapi tidak
timbul gejala inkompatibilitas
6. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ) ( Near Miss )
Adalah suatu insiden yang belum sampai terpapar / terkena pasien,
contoh diketahui kesalahan kantong darah sebelum diberikan ke
pasien
7. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) ( Adverse Event )
Adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak
diharapkanpada pasien karena suatu tindakan (“commission”) atau
karena tidak bertindak (“omission”), bukan karena “underlying
disease” atau kondisi pasien, contoh :
a. semua reaksi tranfusi yang terjadi di RS.
b. semua kejadian kesalahan obat.
c. kejadian tidak diharapkan ( KTD ) atau pola kejadian yang tidak
diharapkan dalam keadaan sedasi atau selama dilakukan anastesi
d. kejadian lain, seperti ledakan infeksi mendadak ( infeksi outbreak)
8. Kejadian Sentinel (sentinel event)
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian / cedera yang
serius, biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan /
tidak dapat diterima, contoh :
a. Kematian yang tidak diduga dan tidak terkait dengan perjalanan
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang yang
bukan orang tuanya
10. FMEA /Failure Made and Effect Analysis adalah metode perbaikan
kinerja yang dilakukan secara proaktif dengan melakukan identifikasi
dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi yang bertujuan
untuk meningkatkan keselamatan pasien.
E. LANDASAN UMUM
1. UU RI No.36/2009 tentang Kesehatan
2. UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit
3. UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 11 tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
F. KEBIJAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. Identifikasi pasien
a. Identitas pasien yang tertera pada stiker dan gelang identitas
mencakup 3 hal, yaitu :
i. Nama pasien, tidak boleh disingkat,sesuai dengan
KTP/SIM/Pasport/Akte Kelahiran
ii. Tanggal lahir pasien(tanggal-bulan-tahun)
iii. Nomor Rekam Medis .
Proses identifikasi pasien menggunakan minmal dua
identitas pasien yaitu nama dan tanggal lahir
b. Rumah Sakit menetapkan bahwa pasien rawat inap dan pasien
rawat jalan ( untuk pasien yang mendapatkan tindakan sedasi dan
intravena line pada pasien Hemodialisa, Endoskopi, kamar bedah,
kamar bersalin , One Day Care ) harus menggunakan gelang
identitas .
c. Rumah Sakit menetapkan bahwa petugas yang memasang gelang
identitas pada pasien rawat jalan yaitu perawat rawat jalan. Untuk
pasien rawat inap oleh perawat IGD.
d. Identifikasi dilakukan dengan menanyakan nama dan tanggal lahir
harus dilakukan oleh petugas Rumah Sakit pada saat pertama kali
kontak sambil mencocokan dengan gelang identitas. Untuk kontak
selanjutnya identifikasi cukup mencocokan gelang identitas pasien
dengan stiker identitas yang tercantum
e. Untuk pasien dalam kondisi tidak sadar dan tanpa keluarga , tidak
ada tanda pengenal. Pasien diberi nama Tn X atau Ny.Y , difoto
lalu foto dilampirkan di berkas rekam medik, sampai pasien dapat
teridentifikasi dengan benar
f. Sedangkan identifikasi pasien tidak sadar/ disfagia/ tidak bisa
mengidentifikasi dirinya sendiri tapi ada keluarga, dilakukan
dengan menanyakan kepada keluarga / pengantar sambil
mencocokan identitas
g. Pasien laki-laki memakai gelang biru,perempuan memakai gelang
merah muda,sedangkan gelang merah sebagai penanda alergi,
gelang kuning penanda risiko jatuh dan gelang ungu penanda
DNR .
h. Pada pasien ibu melahirkan dipasang dua gelang identitas(gelang
identitas ibu dan gelang identitas bayi yang warna dan nomor
serinya sama.
i. Gelang identitas bayi baru lahir berisi nama Ibu,tanggal lahir dan
nomor seri yang sama pada gelang ibu.Dipasang pada lengan dan
segera dimana bayi tersebut lahir.Hanya boleh dilepas oleh
perawat kamar bayi saat bayi pulang sambil mencocokkan pada
gelang ibu yang bernomor seri sama tersebut.
Gelang identitas dipasang pada ekstremitas atas
(pergelangan tangan), jika tidak dapat,maka dipakaikan di
ekstremitas bawah(pergelangan kaki).Pada situasi dimana
tidak dapat.
j. Prosedur identifikasi pasein dilakukan pada saat:
Pemberian obat.
Pemberian darah atau produk darah .
Pengambilan darah atau sampel lain untuk pemeriksaan
klinis
Memberikan pengobatan dan tindakan atau prosedur.
Pemberian makanan kepada pasien
k. Gelang identitas hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari
rumah sakit oleh perawat yang memberikan pesanan pulang .
l. Pasien Rawat Inap dengan nama sama harus diberi stempel
‘HATI-HATI PASIEN DENGAN NAMA SAMA’ pada rekam
medis, unit dose dan semua formulir permintaan penunjang. Pada
pasien dengan nama yang sama dilakukan verifikasi dengan
nomor rekam medis pasien.
2. Komunikasi yang efektif
a. Rumah Sakit menetapkan Komunikasi yang efektif dalam
pelaporan secara lisan / telepon dilakukan dengan tehnik SBAR
( Situation – Background – Assesment – Recommendation )
b. Rumah Sakit menetapkan komunikasi yang efektif saat menerima
instruksi secara lisan / telepon dilakukan dengan teknik CABAK
yaitu mencatat instruksi, membacakan kembali instruksi dan
mengkonfirmasikan semua instruksi pada pemberi perintah.
c. Rumah Sakit menetapkan bahwa bukti konfirmasi berupa tanda
tangan dari pemberi,penerima dan pelaksana instruksi pada
stemple
d. Dokumentasi perintah tersebut dikonfirmasi oleh individu yang
memberi perintah dalam 1x24 jam.
e. Komunikasi yang efektif saat operan shift jaga dan transfer pasien
antar petugas, didokumentasikan dengan tehnik SOAP (Subjek-
Objek-Assesment-Planning)
3. Obat yang perlu diwaspadai (HIGH ALERT MEDICATIONS)
a. Rumah Sakit Sinduadi melakukan identifikasi terhadap obat yang
perlu diwaspada ( High Alert Medications ) dengan diberi label
tanda segitiga merah bertuliskan “ High Alert” . Label tidak boleh
menutupi nama obat.
b. Obat “High Alert” hanya tersedia di Instalasi Farmasi dan unit
khusus : ICU, IGD, Kamar Bedah disimpan dalam troli yang
memiliki kunci yang pengawasannya dilakukan oleh instalasi
farmasi.
c. Obat “High Alert” harus disimpan di lemari bertuliskan “Obat
High Alert”dan terpisah dari obat-obatan lain.Khusus untuk
elektrolit konsentrat disimpan pada area yang dibatasi.
d. Pemberian obat “High Alert” harus dilakukan dengan cara Double
Check oleh 2 petugas kesehatan.
e. Lakukan proses identifikasi pasien sebelum pemberian Obat
“High Alert”
f. Tempat penyimpanan obat NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan
Mirip)/LASA=Look Alike Sound Alike) tidak boleh diletakkan
berdekatan dan obat-obatan tersebut diberi stiker hijau oval
dengan tulisan LASA berwarna hitam.
g. Lakukan prosedur 7 benar sebelum obat diberikan.
h. Infuse narkose / opiat, termasuk infuse narkose epidural:
i. Penyimpanan obat narkotika di farmasi harus pada
lemari yang terkunci berpintu ganda di farmasi dan di
ICU harus dalam lemari berkunci.
ii. Kapanpun memungkinkan, instruksi yang dicetak
(print) sebaiknya tersedia dalam meresepkan obat.
iii. Berikan label ‘high alert’ untuk obat psikotropika
injeksi yang didistribusikan ke ICU, NICU, PICU, dan
kamar bedah.
iv. Konsentrasi tinggi (berikan label ‘konsentrasi tinggi’):
Morfin: 5mg/ml
Hidromorfin: 1mg/ml (lima kali lebih poten
dibandingkan morfin)
Fentanil (Penggunaan ICU): 50 mcg/ml
v. Konsentrasi standar
Morfin: 1mg/ml
Meperidin: 10mg/ml
Hidromorfin: 0.2 mg/ml (lima kali lebih poten
dibandingkan morfin)
Fentanil (penggunaan ICU): 10 mcg/ml
vi. Instruksikan penggunaan narkose harus mengikuti
kebijakan titrasi
vii. Pastikan tersedia nalokson atau sejenisnya disemua
area yang terdapat kemungkinan menggunakan morfin.
viii. Tanyakan kepada pasien yang menerima opiate
mengenai riwayat alergi.
ix. Hanya menggunakan nama generik
x. Jalur pemberian epidural :
Semua pemberian infus narkose/opiate harus
diberikan dengan menggunakan pompa infuse
yang terprogram dan diberikan label pada alat
pompa.
Gunakan tabungan infus yang spesifik (misal:
warna kuning bergaris) tanpa portal injeksi.
Berikan label pada ujung distal selang infus
epidural dan selang infus IV untuk
membedakan.
xi. Jika diperlukan perubahan dosis, hubungi dokter yang
bertanggung jawab.
xii. Lakukan pengecekan ganda.
4. Kepastian tepat – lokasi , tepat – prosedur , tepat – pasien operasi
a. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan harus
dilakkan proses asesmen pra bedah dan verifikasi keselamatan
pembedahan dengan menggunakan ceklist keselamatan
pembedahan.
b. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada organ yang e\memiliki
2 sisi kanan dan kiri, multiple struktur atau multiple level.
c. Penandaan lokasi operasi dilakukan oleh operator melibatkan
pasien dan keluarga pasien.
d. Penandaan lokasi operasi di lakukan di ruang perawatan atau
ruang penerimaan pasien di kamar operasi dan dilakukan
verifikasi ulang pada fase Sign In dan Time Out di kamar operasi .
e. Penandaan lokasi operasi dilakukan dengan memberikan tanda
“─“ pada area yang akan dilakukan insisi.
f. Memberikan tanda “─“ pada daerah operasi dengan menggunakan
spidol permanen warna hitam.
g. Spidol merah digunakan pada kulit berwarna hitam
h. Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan :
Kasus intervensi seperti kateter jantung.
Kasus organ tunggal ( operasi jantung , operasi Casear )
Kasus yang melibatkan gigi.
Prosedur yang melibatkan bayi premature dimana
penandaan akan menyebabkan tato permanen .
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
a. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan di lakukan
dengan pelaksanaan kebersihan tangan.
b. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan 2 cara , yaitu:
i. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
ii. Mencuci tangan dengan menggunakan handrub berbasis
alkohol
c. Adapun 5 saat harus mencuci tangan ( Five Moment ) yaitu :
i. Sebelum kontak dengan pasien
ii. Sebelum tindakan asepsis
iii. Sesudah kontak dengan pasien
iv. Sesudah terkena cairan tubuh pasien
v. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
a. Rumah Sakit menetapkan pasien rawat jalan dan pengunjung
dilakukan asesmen risiko jatuh menggunakan metode Time Up
and Go oleh doorman.
b. Rumah Sakit menetapkan pasien rawat inap dilakukan asesmen
awal risiko jatuh oleh perawat berdasarkan :
i. Humpty Dumpty untuk pasien anak- anak ( < 14 tahun )
ii. scoring Morse untuk pasien dewasa ( ≥ 14 tahun )
iii. Ontario modified untuk pasien geriatri (≥ 60 tahun)
c. Perawat memasang gelang kuning bila nilai scoring untuk Humpty
dumpty ≥12 , Morse ≥ 25 dan Ontario modified ≥ 6 dan
menjelaskan kegunaan gelang tersebut.
d. Psaien neonatus dikategorikan pasien berisiko tinggi jatuh dan
tidak perlu dipakaikan gelang kuning.
e. Perawat setiap shift melakukan pengkajian ulang dilakukan dan
langkah pencegahan jatuh sesuai hasil penilaian risiko jatuh pasien
dan jika terjadi perubahan kondisi pasien atau pengobatan .
f. Setiap perpindahan unit , maka unit tersebut masing – masing
melakukan penilaian dan melaporkan jika terjadi perubahan nilai
menjadi risiko jatuh.
g. Gelang kuning dilepaskan jika dua kali penilaian menjadi risiko
rendah , perawat harus mencatat nama perawat, tanggal dan jam
pelepasan gelang.
7. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien :
a. Pimpinan Rumah Sakit menetapkan harus dibuat RCA jika
didapatkan matriks grading risiko berwarna kuning, merah dan
kejadian sentinel.
b. Pimpinan Rumah Sakit menetapkan proses untuk melakukan
identifikasi dan analisis KNC.
c. Pimpinan Rumah Sakit menetapkan tindakan yang harus
dilakukan bila didapatkan Kejadian yang tidak diharapkan seperti
reaksi transfusi,reaksi obat, medical error,ketidak cocokan
diagnosis pre dan post operasi, KTD selama sedasi moderat/
anestesi
d. Pimpinan Rumah Sakit menetapkan program manajemen risiko
yang digunakan untuk mengurangi risiko terhadap keselamatan
pasien .
e. Pimpinan Rumah Sakit menetapkan FMEA pada risiko yang
tertinggi.
BAB II
KETENAGAAN
A. STRUKTUR
Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Khusus Bedah
Sinduadi, terdiri dari :
Sekretaris
Anggota
B. KUALIFIKASI
1. Ketua Sub Komite Keselamatan Pasien.
Pengertian
Seseorang yang diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk
memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan KPRS dan
bertanggung jawab pada Direktur
Uraian Tugas :
a. Memimpin kegiatan pengembangan program keselamatan pasien
di Rumah Sakit.
b. Memimpin dan menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait
dengan program keselamatan pasien Rumah Sakit
c. Memimpin dan menjalankan peran dan melakukan motivator,
edukator, konsultasi, monitoring dan evaluasi implementasi
program Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
d. Bersama-sama dengan bagian diklat rumah sakit melakukan
pelatihan Internal Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan pencatatan dan pelaporan serta
analisa masalah terkait dengan Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD), Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ), Kejadian Tidak Cedera (
KTC ), Kejadian Potensial Cedera ( KPC ), dan Kejadian Sentinel
( KS )
f. Mengkoordinasikan hasil laporan Insiden Keselamatan Pasien
( External ) ke komite KPRS.
g. Melaporkan hasil kegiatan kepada Direktur
2. Sekretaris sub Komite Keselamatan Pasien
Pengertian :
Seseorang yang diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk
membantu kinerja dari komite KPRS dan bertangung jawab pada
ketua Sub Komite Keselamatan Pasien
Uraian Tugas :
a. Membantu kinerja Ketua KPRS dalam hal kegiatan
pengembangan program keselamatan pasien di Rumah Sakit.
b. Membantu penyusunan kebijakan dan prosedur yang terkait
dengan program keselamatan pasien Rumah Sakit.
c. Bersama-sama dengan bagian diklat rumah sakit melakukan
pelatihan Internal Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
d. Mendokumentasikan dengan baik dan melakukan monitoring
pelaksanaan pencatatan dan pelaporan serta analisa masalah
terkait dengan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ), Kejadian
Nyaris Cedera ( KNC ), Kejadian Tidak Cedera ( KTC ), Kejadian
Potensial Cedera ( KPC ), dan Kejadian Sentinel ( KS
e. Mendokumentasikan hasil laporan Insiden Keselamatan Pasien
(External ) ke komite KPRS.
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
3. Anggota Komite Keselamatan pasien
Pengertian :
Seseorang yang diberi tugas dan wewenang untuk membantu Ketua
Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit di unit kerja masing-
masing dan bertanggung jawab pada ketua sub komite keselamatan
pasien
Uraian Tugas :
a. Memonitor dan mengembalikan pelaksanaan layanan kepada
pasien di unit kerja sesuai dengan standart prosedur operasional
yang ditetapkan
b. Memonitor dan menilai pelaksanaan sistem informasi dan
komunikasi di unit kerjanya untuk menjaga keselamatan pasien
c. Melaporkan kasus-kasus Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ),
Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ), Cedera ( KTD )Kejadian Tidak
Cedera ( KTD ), Kejadian Potensial Cedera ( KPC ), dan Kejadian
Sentinel ( KS ) kepada KPRS.
d. Menampung masukan-masukan dari pengguna jasa rumah sakit
dan karyawan RS dalam rangka mengantisipasi risiko keselamatan
pasien di Unit kerjanya.
BAB III
Standar keselamatan pasien rumah sakit merupakan acuan bagi rumah sakit
untuk melaksanakan kegiatannya. Wajib diterapkan dan penilaiannya dilakukan
dengan menggunakan instrument Akreditasi Rumah Sakit
Standar keselamatan pasien rumah sakit terdiri dari :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
Uraian tujuh standar tersebut adalah sebagai berikut :
Standar I , Hak Pasien
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan, termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan
Kriteria :
1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan
Standar II, Mendidik Pasien Dan Keluarga
Standar :
Rumah Sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban
dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria : Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat
ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan mitra dalam
proses pelayanan. Oleh karena itu, di Rumah sakit harus ada system dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7. Memenuhi kewajiban financial yang disepakati
Standar III, Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar :
Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan
Kriteria :
1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit
2. Terdapat koordinasi pelayanan yang di sesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga
pada seluruh tahapan pelayan transisi antar unit pelayanan dapat
berjalan baik dan lancar
3. Tedapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan social, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya
4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman
dan efektif
Standar IV, Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamtan pasien
Standar :
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kenerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan
perubahan untuk meningkatan kinerja secara keselamatan pasien.
Kriteria :
1. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan ( design )
yang baik, mengacu pada visi, misi dan tujuan rumah sakit, kebutuhan
pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik
klinis yang sehat dan factor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi
pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit “
2. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan
3. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus risiko tinggi
4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukan perubahan sitem yang diperlukan,
agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin
Standar V, Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan “ Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit “
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau
mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta
meningkatkan keselamatan pasien
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamtan
dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-
jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “
Kejadian Nyaris Cedera “ ( Near miss ) sampai dengan “
Kejadian Tidak Diharapkan “ ( Adverse event )
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin semua komponen
dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien
4. Tersedia prosedur “ cepat-tanggap “ terhadap
insiden,termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi
yang benar dan jelas untuk keperluan analisis
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang
benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah ( RCA ) “
Kejadian Nyaris Cedera “ ( Near miss ) dan “ Kejadian
Sentinel “ pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani “ Kejadian Sentinel “ ( Sentinel Event )
atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan“
Kejadian Sentinel “
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit
dengan pendekatan antar disiplin
8. Tersedia sumber daya dan system informasi yang dibutuhkan
dalam kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupan sumber daya tersebut
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan criteria objek untuk mengevaluasi efektifitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien
termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
Standar VI, Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar :
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas
2. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien
Kriteria :
1. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topic keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing
2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topic keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden
3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan kerjasama
kelompok ( teamwork) guna mendukung pendekantan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien
Standar VII, Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
Standar :
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
Kriteria :
1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada
BAB IV
TUJUH LANGKAH KESELAMATAN PASIEN
BAB V
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
BAB VI
TATA LAKSANA
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. RUMAH SAKIT
1. Rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insien yang
meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera dan
kejadian sentinel.
2. Pencatatan dan pelaporan insiden (KTD, KNC dan Sentinel)
mengacu kepada Buku Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien (IKP) yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah
3. Pelaporan insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu mekanisme/alur pelaporan KPRS di
internal rumah sakit.
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari rumah sakit ke
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Pelaporan eksternal
wajib dilakukan oleh rumah sakit sesuai ketentuan dalam
instrumen akreditasi rumah sakit yaitu pada Instrumen Akreditasi
Administrasi dan Manajemen.
4. Unit kerja Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan pencatatan
kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada
Direktur Rumah sakit secara berkala.
5. System pelaporan anonym
B. KOMITE KESELAMATAN PASIEN
1. Merekapitulasi laporan insiden dari rumah sakit dan menjaga
kerahasiaan.
2. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan kajian dan
analisis dari laporan insiden rumah sakit serta melakukan sosialisasi
hasil analisis dan solusi masalah ke rumah sakit-rumah sakit
3. KKPRS membuat laporan tahunan kegiatan yang telah dilaksanakan
ke Kementerian Kesehatan
4. Melakukan pengembangan dan pengelolaan sistem pelaporan
insiden untuk pembelajaran di RS.
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analasis kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu
insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a. Dampak (Consequnces)
Penilaian dampak /akibat suatu insiden dalah seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai dari tidak
ada cedera sampai meninggal (tabel 1)
b. Probabilitas/Frekuensi/Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas/frekuensi risiko adalah seberapa sering insiden tersebut terjadi (tabel 2).
Tabel 1
Tabel 2
1. Skor Risiko
Potencial Concequences
Sering terjadi
Mungkin terjadi
Jarang terjadi
2. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biri, Hijau, Kuning,
dan Merah. Warna bands akan menentukan investigasi yang akan dilakukan.
Tinggi Risiko tinggi dilakukan RCA paling lama 45 menit, kaji dengan detail dan
perlu
Penyebab insiden dapat diketahui setelah melakukan investigasi dan analisisbaik investigasi sederhana
(simple investigation) maupun investigasi komprehensif (Root Cause Analysis). Penyebab insiden
terbagi menjadi 2 yaitu :
Penyebab insiden dapat digolongkan berdasarkan penggolongan factor contributor yaitu Fktor yang
melatarbelakangi terjadinya insiden. Penggolongan factor contributor dapat dilihat pada table berikut:
Table 5
b. Pengawasan
c. Kontrak Service
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan Diklat
i. Manajemen Risiko
j. Manajemen K3
k. Quality Improvement
SDM a. Ketersediaan
b. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan
staf
yang berbeda
b. Penilaian Ergonomik
c. Fungsionalitas
Lingkungan a. Housekeeping
b. Ketidak Tersediaan
c. Manajemen Pemeliharaan
d. Fungsionalitas
e. Desai,
Penggunaan
dan
Maintanance
Peralatan
b. Cepat tanggap
b. Ketersediaan SOP
c. Kualitas Informasi
d. Prosedur Investigasi
b. Kalibrasi
Personal a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga
pengobatan
Riwayat a. Riwayat Medis
b. Riwayat Kepribadian
c. Riwayat Emosi
Tanggal : .................................................................................................................................
2. KPC :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Pasien
Pengunjung
............................................................................................................................... (sebutkan)
............................................................................................................................... (sebutkan)
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Dokter
Perawat
Ya
Tidak
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit Kerja tersebut Untuk mencegah
terulangnya kejadian yang sama ?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Pembuat : Pembuat :
Paraf : Paraf :
……………………… ………………………
………….. …………..
……………………… ………………………
………….. …………..
FORMULIR 2
I. DATA PASIEN
Nama :.........................................................
..........................................
No MR :..................................
Ruangan :.................................................
> 65 tahun
Tanggal : ...........................................................................................................................
2. Insiden : ............................................................................................................................
3. Kronologis Insiden :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
Pasien
Pengunjung
Lain-lain (sebutkan)
Pasien
Lain-lain
.......................................................................................................................... (sebutkan)
Lain-lain (sebutkan)
8. Tempat Insiden
Kematian
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
Dokter
Perawat
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?* Ya Tidak
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit Kerja tersebut untuk mencegah
terulangnya kejadian yang sama ?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Paraf : Paraf :
……………………… ………………………
………. ……….
Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan bersifat
anonym, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian, analisa penyebab dan
rekomendasi .
Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan pasien
(IKP), bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan pemahaman yang ada.
Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap, jangan dikosongkan
agar data dapat dianalisa.
Segera kirimkan laporan ini langsung ke KOMITE Nasional Keselamatan Pasien (KKNP)
Pemerintah
TNI / POLRI
Privat
RS Umum
RS Khusus
o RS Paru
o RS Mata
o RS Orthopedi
o RS Jantung
o RS Jiwa
o RS Kusta
o RS Khusus lainnya
…………………………………………………………
B B
C C
> 65 tahun
ASKES Pemerintah
JAMKESMAS Jaminan Kesehatan Daerah
Tanggal : ...................................................................................................................
2.
Insiden : ...........................................................................................................................
Kronologis Insiden :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
3. Jenis Insiden* :
Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
Pasien
Pengunjung
Lain-lain (sebutkan)
Pasien
Lain-lain
.......................................................................................................................... (sebutkan)
Pasien UGD
Lain-lain (sebutkan)
7. Tempat Insiden
Kematian
Cedera Ringan
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
Dokter
Perawat
13. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?* Ya Tidak
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit Kerja tersebut untuk mencegah
terulangnya kejadian yang sama ?
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
IV. TIPE INSIDEN
Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab masalah dapat mengunakan faktor contributor
(bisa pilih lebih dari 1)
d. Faktor Tim
f. Faktor Tugas
g. Faktor Pasien
h. Faktor Komunikasi
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Rekomendasi / Solusi
1.
2.
3.
4.
5.
Laporan
Insiden kejadian 2x24
jam
Grading
Blue Yellow
Green Red
Analisa/Regrading
RCA
Rekomendasi
Pembelajaran/
Report Report
Feddback rekomendasi
CONTOH DAFTAR IDENTIFIKASI INSIDEN KESELAMATAN PASIEN YANG HARUS
DILAPORKAN SETIAP INSTALASI RUAH SAKIT
A. Pengertian
1. Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang
tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang
dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah inden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya yang belum sampai terpapar ke pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
timbul cedera.
5. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden.
6. Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.
1 Instalasi Gawat Darurat Insiden kesalahan identifikasi kegawat daruratan KTC /KTD
yang benar
pengambilan sample
Insiden KTD
ketidak tepatanteknik pengambilan
sample darah
Insiden KTD
kesalahan
persiapan
pemeriksaan
penunjang
pemeriksaan
pemeriksaan
rawat jalan
rawat inap
Obat KPC
NORUM
yang
tidak
disimpan
pada
tempatnya
resep
Persediaan obat yang tidak lengkap KPC
pemeriksaan
pemeriksaan
9 Instalasi Rekam Medis Tulisan tangan yang tidak terbaca pada rekam KPC
medis
jumlah pasien
dengan benar
fungsinya
untuk dipakai
1. Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah penyakit
atau kondisi yang mendasari penyakit
2. Kehilangan fungsi utama (mayor) secara permanen yang tidak terkait dengan
perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya
4. Penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan orang
tuanya
Halaman x dari xx
Jl. Wijaya Kusuma Kusuma No.310,Sinduadi, Mlati, Sleman Yogyakarta Indonesia 55284
Telp: 0274-624 088 Fax: 0274-623 603 Whatsapp: 0882 1641 2177
rskbsinduadi@yahoo.com