I. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indicator penting dari derajat kesehatan
masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas ( 42 hari setelah melahirkan). Angka kematian ibu sudah
mengalami penurunan namun masih jauh dari target MDGs (Millenium Development Goals)
tahun 2015 meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami
peningkatan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Faktor yang berkontribusi
terhadap kematian ibu secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang
berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan,
preeklampsi/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung
kematian ibu adalah faktor – faktor yang memperberat ibu hamil seperti EMPAT TERLALU
(terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran) menurut
SDKI 202 sebanyak 22,5 %, maupun yang mempersulit proses penanganan kegawatdaruratan
kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda
bahaya mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam
penanganan kegawatdaruratan). Faktor lain yang berpengaruh adalah ibu hamil yang
menderita penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS, tuberkolosis, sifilis, penyakit penyakit
tidak menular seperti hipertensi, diabetes melitus, jantung, gangguan jiwa maupun kekurangan
gizi.
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1990 ada 450 ibu
meninggal pada setiap 100 ribu kelahiran di Indonesia. Angka tersebut turun perlahan hingga
228 pada 2007, meningkat signifikan menjadi 359 pada 2012 dan kembali menurun sampai
305 kematian pada 2015. Laporan evaluasi Milennium Development Goals (MDGs) tahun
2015, memberi Indonesia rapor merah karena angka itu jauh dari target MDGs, menurunkan
rasio hingga sekitar 110 kematian ibu per 100 ribu kelahiran. Akan tetapi kenyataannya tiap
tahun sekitar 20 ribu perempuan Indonesia meninggal akibat komplikasi dalam persalinan.
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya dalam bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan balita
serta anak prasekolah. Program KIA dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia. Agar
pelaksanaannya berjalan dengan lancar, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA
diharapkan menjadi kegiatan prioritas ditingkat Kabupaten/Kota. Dengan diketahuinya lokasi
rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah kerja tersebut dapat lebih diperhatikan dan
dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk memantau cakupan pelayanan KIA tersebut
dikembangkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).
Salah satu prinsip pengelolaan Program KIA adalah peningkatan deteksi dini faktor
resiko dan komplikasi kebidanan oleh tenaga kesehatan. Deteksi dini kehamilan dengan faktor
resiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor
resiko dan komplikasi kebidanan. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya faktor resiko dan komplikasi serta penanganan yang adekuat
sedini mungkin merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi
yang dilahirkan.
Sebagian ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilan karena beberapa alasan.
Mereka perlu dikunjungi ke rumahnya sejak kehamilan muda terutama sejak umur
kehamilannya 34 – 36 minggu. Oleh karena itu, banyak ibu hamil resiko tinggi yang tidak
terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Ibu hamil resiko tinggi merupakan suatu masa dimana ibu
tersebut dapat mengalami berbagai resiko ketika hamil yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Pada masa kehamilan yang berhubungan dengan ibu hamil resiko tinggi tidak hanya
berdampak buruk pada sang ibu saja akan tetapi juga berdampak buruk bagi si calon bayi
yang dikandungnya. Sesuai Permenkes No.97 Tahun 2014 untuk mencegah resiko kesehatan
ibu hamil resiko tinggi maka di Program Kesehatan Ibu diadakan pemantauan ibu hamil/ ibu
nifas resiko tinggi melalui kegiatan kunjungan rumah yang dilakukan oleh bidan.
Mengetahui,
Kepala UPT PJ Kesehatan Ibu 03 Oktober 2022
Petugas :
Kasamaliah.A.Md.Keb
Drg. Ida Aprida Versa Deviana A., A.Md.Keb
NIP 197004112000032004 NIP 198608232019032005 PTTH