Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS ISU INSTANSI

LAMANYA WAKTU TUNGGU HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


DIAGNOSIS DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RS BHAYANGKARA TK I RADEN SAID SUKANTO

Oleh:
dr. Delavemia Rostiani
199511082022022002
LAMANYA WAKTU TUNGGU HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RS BHAYANGKARA TK 1 RADEN SAID SUKANTO

I. LATAR BELAKANG
Berdasarkan kemampuan dan fasilitas yang dimiliki rumah sakit, rumah
sakit memiliki kapasitas tempat tidur dalam jumlah tertentu. Berdasarkan bidang
dan jenis penyakitnya, rumah sakit di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum
dan rumah sakit khusus. Tipe rumah sakit di Indonesia dibagi menjadi 5 yaitu,
RS tipe A memberikan pelayanan kesehatan rujukan tertinggi atau biasa disebut
RS pusat. Lalu, RS tipe B yang merupakan pengampu RS Kabupaten yang
memberikan pelayanan kedokteran medis spesialis luas dan subspesialis terbatas.
Ketiga, RS tipe C atau faskes tingkat dua ini memberikan pelayanan hanya
kedokteran subspesialis, namun sifatnya juga terbatas, misalnya saja pelayanan
penyakit dalam, bedah, kesehatan anak, bidan dan kandungan. Keempat adalah
RS tipe D yang hanya sebagai rumah sakit sementara atau transisi dan yang
terakhir adalah RS tipe E pada rumah sakit dikhususkan hanya memberikan satu
pelayanan kesehatan saja, misal khusus jantung, paru, ibu dan anak, kanker dan
sebagainya
Pendukung kesehatan POLRI yang berada di bawah Pusdokkes Mabes
Polri salah satunya adalah RS Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto. RS
Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto merupakan rumah sakit tingkat 1 di
instansi Kepolisian Negara. Tugas pokok rumah sakit Polri diatur dalam
Peraturan Kapolri No. 11 Tahun 2011 tanggal 30 Juni tahun 2011 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian
Negara Republik Indonesia yaitu menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kedokteran kepolisian untuk mendukung tugas operasional Polri dan pelayanan
kesehatan kepolisian bagi pegawai negeri pada Polri dan keluarganya serta
masyarakat umum secara prima. RS Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto
merupakan rumah sakit tipe A satu-satunya yang dimilik oleh Jakarta Timur.
Rumah Sakit ini juga menjadi pengampu rujukan hampir di seluruh Rumah Sakit
di Jakarta Timur.
Penegakkan diagnosis dilakukan oleh seorang dokter berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hampir 90%
penyakit dapat di tegakkan hanya dengan anamnesis saja, namun pemeriksaan
penunjang juga dibutuhkan untuk mendukung dan meyakinkan sebuah diagnosa.
Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan di IGD adalah pemeriksaan
laboratorium melalui cairan tubuh pasien seperti sampel darah dan urin.
Pemeriksaan sampel darah dapat berupa pemeriksaan darah rutin maupun darah
lengkap, kimiawi darah, maupun AGD. Waktu yang dibutuhkan untuk
mengetahui hasil dari pemeriksaan sampel darah yaitu umumnya sekitar 65-80
menit. Semakin cepat hasil pemeriksaan penunjang maka akan semakin cepat dan
tepat pula dalam penegakkan diagnosis di IGD, sehingga pasien dapat langsung
diberikan terapi tambahan oleh dokter spesialis dan pasien dapat segera
berpindah ke ruang rawat inap.

II. IDENTIFIKASI ISU/PERMASALAHAN


Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sehari-hari dalam hal ini sebagai
satu-satunya rumah sakit rujukan tipe A di Jakarta Timur terdapat beberapa isu
yang terjadi di RS Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto diantaranya :
1. Waktu tunggu hasil pemeriksaan penunjang diagnosis yang memakan waktu
lama sehingga menghambat pelayanan dan dapat menyebabkan penundaan
pemberian terapi dan diagnosis.
2. Alur sistem Triage yang kurang sistematis di RS Bhayangkara Tk. I Raden
Said sehingga mengakibatkan penumpukan pasien.
3. Peralatan medis yang dibutuhkan di IGD kurang memadai, yang dapat
mengganggu pelayanan di IGD.
III. TEKNIS ANALISIS ISU
Dari beberapa isu/ permasalahan yang ada, selanjutnya dilakukan analisis
menggunakan teknik USG (Urgency, Seriousness, Growth).

ISU/MASALAH Urgency Seriousness Growth SKOR


Waktu tunggu hasil pemeriksaan 5 5 5 15
penunjang diagnosis yang memakan
waktu lama
Sistem triage kurang sistematis di Unit 4 5 4 13
Gawat Darurat
Peralatan medis yang kurang memadai 3 4 4 11
Tabel 1. Teknik Analisis Isu di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto

Berdasarkan Analisa isu menggunakan metode USG diatas dapat


disimpulkan bahwa isu Waktu tunggu hasil pemeriksaan penunjang diagnosis
yang memakan waktu lama mendapatkan jumlah terbesar sehingga menjadi
prioritas utama yang akan dipecahkan permasalahannya.

IV. PENCARIAN PENYEBAB MASALAH


Analisis isu terkait penyebab masalah dari isu waktu tunggu hasil
pemeriksaan penunjang diagnosis yang memakan waktu lama dapat dilihat pada
diagram Fishbone (Gambar. 1). Penyebab masalah waktu tunggu hasil
pemeriksaan penunjang yang memakan waktu lama dipengaruhi oleh beberapa
hal antara lain:
a. Man (manusia)
1. Kurangnya tenaga kesehatan yang melakukan pengambilan sampel di
IGD.
2. Kurangnya tenaga laboratorium dalam melakukan pemeriksaan sampel.
b. Metodh (metode)
1. Pengambilan sampel diambil oleh perawat yang sedang bertugas,
sehingga terjadi keterlambatan dalam pengambilan karena tupoksi kerja
yang bertumpuk.
2. Petugas pengantar hasil lab yang kurang, sehingga petugas terbiasa
untuk menumpuk hasil terlebih dahulu dan baru mengantarkan.
c. Material (sarana)
1. Sistem permohonan pemeriksaan penunjang tidak dilakukan secara
elektronik yang tersingkronisasi.
2. Hasil laboratorium masih bersifat konvensional yaitu masih dalam
bentuk hardcopy, tidak menggunakan rekam medis elektronik yang
tersingkronisasi.
3. Mesin pemeriksaan laboratorium di IGD banyak yang rusak dan tidak
dapat berfungsi, sehingga sampel harus dikirim ke laboratorium rawat
inap.
d. Environment (lingkungan)
1. Banyaknya kunjungan pasien di IGD RS Bhayangkara Tk I R. Said
Sukanto merupakan rujukan dari rumah sakit se Jakarta Timur
2. Kasus- kasus penyakit yang ditemukan cukup advance, karena RS
Bhayangkara Tk I R. Said Sukanto merupakan RS Tipe A

V. ANALISIS SWOT
Dalam penanganan analisis SWOT dapat digunakan untuk menganalisis
dan mengevaluasi masalah/isu yang terjadi, antara lain:
a. Strength (Kekuatan)
1. Mesin dan alat laboratorium maupun pemeriksaan radiologi secara
khusus sudah dimiliki oleh IGD dan sudah dilengkapi dengan alat yang
canggih dan cukup lengkap
2. Dukungan dari pimpinan & stakeholder dalam memberikan kontribusi
dalam pelayanan Unit Gawat Darurat.
b. Weakness (Kelemahan)
1. Kurangnya Sumber Daya Manusia untuk mengambil sampel
pemeriksaan.
2. Alat pemeriksaan laboratorium di IGD banyak yang rusak dan tidak
berfungsi sehingga menghambat pelayanan.
c. Opportunity (Peluang)
1. Mesin dan alat laboratorium yang rusak segera diperbaiki.
2. Pengambilan sampel dapat dilakukan secara bersamaan dengan
tindakan pemasangan infus maupun pemberian obat kepada pasien.
3. Tidak menumpuk hasil pemeriksaan penunjang yang sudah selesai
dikerjakan, segera antarkan hasil penunjang jika sudah selesai di
periksa.
d. Threat (Ancaman)
1. Lonjakan kunjungan pasien yang tak terkendali serta tidak diimbangi
dengan sumber daya manusia yang tersedia, menyebabkan penumpukan
dan penundaan pelayanan.

VI. DAMPAK YANG TERJADI JIKA ISU TIDAK TERATASI


Waktu tunggu hasil pemeriksaan penunjang diagnosis yang memakan
waktu lama membuat dampak bagi pelayanan Unit Gawat Darurat sebagai
berikut:
1. Keterlambatan dalam penegakkan diagnosis dan pemberian terapi kepada
pasien yang datang untuk berobat di IGD.
2. Penundaan dalam proses konsultasi kepada dokter spesialis terkait karena
tidak dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang yang menunjang diagnosis,
sehingga terjadi keterlambatan dalam pemberian terapi.
3. Tertundanya perpindahan pasien yang akan di rawat inap ke ruang
perawatan, yang mengakibatkan penumpukan pasien di IGD.
4. Tenaga medis yang kelelahan akibat beban kerja yang banyak dapat
menyebabkan human error di IGD karena jumlah kunjungan pasien yang
banyak.

VII. REKOMENDASI STRATEGIS


Waktu tunggu hasil pemeriksaan penunjang diagnosis yang memakan
waktu lama menyebabkan masalah-masalah yang muncul, beberapa rekomendasi
strategis yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memperbaiki serta melengkapi mesin pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan.
2. Menyediakan SDM khusus untuk pengambilan sampel, seperti seorang
laboran.
3. Menggunakan rekam medis elektronik yang tersingkronisasi untuk
permohonan pemeriksaan penunjang.
4. Menggunakan rekam medis elektronik yang tersingkronisasi untuk melihat
hasil pemeriksaan penunjang yang sudah selesai dikerjakan, sehingga hasil
pemeriksaan tidak perlu menunggu untuk dicetak dalam bentuk hardcopy.
5. Menyediakan alat pneumatic tube agar pengiriman hasil berbentuk hardcopy
dapat lebih cepat dan tidak bergantung pada petugas pengantar.

Anda mungkin juga menyukai