Anda di halaman 1dari 12

Pengendalian Vektor dan

Binatang Pembawa Penyakit


Kelompok 5

Dosen Pengampu : Agus Sutopo, ST.,MTA


Nama kelompok:

Picilla chintia 2113451024

Sevia Palupi Putri 2113451025

Fayyaza Nuraliqa 2113451026

Wildan Zikri Aryawan 2113451028

Iqba Wiliansyah 2113451029


PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 50 TAHUN 2017

TENTANG

STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERSYARATAN

KESEHATAN UNTUK VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT

SERTA PENGENDALIANNYA

bahwa penyakit tular vektor dan binatang pembawa

penyakit masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,

baik secara endemis maupun sebagai penyakit baru yang

berpotensi menimbulkan wabah


Penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit adalah upaya untuk
mencegah dan menegndalikan populasi serangga, tikus, dan binatang
pembawa penyakit lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi media
penularan penyakit. Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan
persyaratan pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka dilakukan
upaya pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai
Apa itu vektor dan binatang?

Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan,


memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit.
Vektor ini merupakan organisme yang menularkan patogen
dan parasit dari satu manusia yang terinfeksi (atau hewan)
kepada manusia lain.

Sedangkan binatang pembawa penyakit atau pengganggu


kesehatan diartikan sebagai binatang selain artopoda yang
dapat menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi
sumber penular penyakit. Jadi, keberadaan vektor dan
binatang penggangu ini patut dikendalikan, termasuk di
fasilitas kesehatan RS.
Langkah Pengendalian di RS


bebas hama dan binatang
Untuk memastikan lingkungan RS
pengganggu, fasilitas kesehatan RS dapat melakukan
berbagai kegiatan pengendalian. Baik pemeliharaan
infrastruktur yang tepat, penyediaan penghalang fisik,
upaya pengendalian vektor dan binatang penganggu dengan
melibatkan badan atau perusahaan pengendalian vektor dan
binatang pengganggu.
Berikut ini beberapa persyaratan yang dapat menjadi langkah untuk pengendalian vektor dan
binatang pengganggu, di antaranya yaitu:

■ Rumah sakit harus melibatkan agen pengendalian hama untuk melakukan kegiatan pengendalian
hama termasuk pengobatan anti rayap untuk perabotan dan perlengkapan kayu. Catatan
keterlibatan agen tersebut dan kegiatan pengendalian hama perlu dipelihara.

■ Dinding batas rumah sakit harus utuh (minimal 2,5 meter) dan perangkap ternak dipasang di
semua pintu masuk dan keluar rumah sakit untuk membatasi masuknya hewan liar.

■ Staf rumah sakit harus mengikuti dan mematuhi praktik terbaik tata graha, pembersihan, dan
disinfeksi.

■ Jendela dan pintu fasilitas harus dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi atau mencegah
masuknya hama terbang.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 7 TAHUN 2019

TENTANG

KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,



kualitas kesehatan

bahwa untuk mewujudkan


lingkungan rumah sakit perlu ditetapkan standar baku

mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan;

untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu

kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan serta

melindungi petugas kesehatan, pasien, pengunjung

termasuk masyarakat di sekitar rumah sakit dari

berbagai macam penyakit dan/atau gangguan kesehatan

yang timbul akibat faktor resiko lingkungan perlu

diselenggarakan kesehatan lingkungan rumah sakit


Upaya penanganan vektor dan binatang pembawa penyakit

limbah padat domestik dirumah sakit

a) Bila kepadatan lalat di sekitar tempat/wadah atau kereta

angkutan limbah padat rumah tangga melebihi 8 ekor/fly grill

(100 X 100 cm) dalam pengukuran 30 menit, perlu

dilakukan pengendalian lalat.

b) Bila di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) kepadatan

lalat melebihi 8 ekor/fly grill (100 X 100 cm) dalam

pengukuran 30 menitatau angka kepadatan kecoa (Indeks

kecoa) yang diukur maksimal 2 ekor/plate dalam

pengukuran 24 jam atau tikus terlihat pada siang hari,

harus dilakukan pengendalian.


c) Pengendalian lalat dan kecoa di tempat/wadah dan kereta

angkut serta tempat penyimpanan sementara limbah padat

domestik dilaksanakan dengan prioritas pada upaya

sebagai berikut:

• Upaya kebersihan lingkungan dan kebersihan fisik

termasuk desinfeksi tempat/wadah, kereta angkut dan

TPS.

• Melaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan.

• Pengendalian mekanik dan pengendalian perangkap

(fly trap).

• Menyediakan bahan pestisida ramah lingkungan dan

alat semprot bertekanan serta dilakukan

penyemprotan bila kepadatan lalat memenuhi

ketentuan sebagai upaya pengendalian terakhir.


d) Pengendalian binatang penganggu seperti kucing dan
anjing

di TPS dilakukan dengan memasang fasilitas proteksi


TPSberupa pagar dengan kisi rapat dan menutup rapat bak

atau wadah sampah yang ada dalam TPS.


Sekian terimakasih.
Ada yang ingin bertanya?

Anda mungkin juga menyukai