45-50 45
Yopi Rikmasari
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang
Jl. Ariodillah III No. 22A Ilir Timur I Palembang, Sumatera Selatan
e-mail : mpie030178@gmail.com
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) paru sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi bukan hanya di Indonesia tetapi juga
di dunia. Keberhasilan terapi sangat tergantung dari faktor – faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya rasionalitas pengobatan dan kepatuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara rasionalitas pengobatan dengan ke1berhasilan terapi dan hubungan
antara kepatuhan pasien dengan keberhasilan terapi.
Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain cross sectional korelasional
analitik dengan uji statistik chi square. Data diperoleh dari sumber data primer dan data sekunder.
Populasi pada penelitian ini merupakan populasi sampel (sampling population), yaitu keseluruhan
individu akan menjadi unit penelitian jika memenuhi kriteria inklusi. Rasionalitas pengobatan
dinilai melalui analisa kesesuaian paduan terapi, dosis dan lama pengobatan dengan standar
pengobatan TB di donesia. Kepatuhan pasien dinilai dengan kuesioner MMAS – 8. Terapi
dinyatakan berhasil jika pasien yang dinyatakan sembuh pada saat pemeriksaan terakhir.
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, sebanyak 20 (66,7%) dinyatakan sembuh dan
10 (33,3%) gagal. Pengobatan yang rasional sebanyak 16 (53,3%) dan tidak rasional 14 (46,7%)
serta tingkat kepatuhan tinggi 15 (50%) dan rendah – sedang (50%). Terdapat hubungan antara
rasionalitas pengobatan dengan keberhasilan terapi (p = 0,013). Pasien yang mendapatkan
pengobatan rasional berpeluang 9 kali sembuh dibandingkan dengan pengobatan yang tidak rasional
(OR=9) dan terdapat hubungan antara kepatuhan pasien dengan keberhasilan terapi (p = 0,007).
Pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi berpeluang 21 kali sembuh dibandingkan dengan tingkat
kepatuhan rendah-sedang (OR = 21).
Kata Kunci : TB Paru, Rasionalitas, Kepatuhan, Keberhasilan Terapi.
Yopi Rikmasari
46 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(2), hal. 45-50
dari kasus baru TB dan ada 12% kasus TB- dengan TB harus menjadi prioritas, yang
RO dari TB dengan pengobatan ulang membutuhkan komitmen dan kolaborasi yang
(Permenkes, 2016). kuat di antara organisasi kesehatan dan
Salah satu penyebab utama meningkatnya kepatuhan yang lebih besar terhadap pedoman
beban TB adalah belum memadainya tata pengobatan TB oleh penyedia layanan dan
laksana TB terutama di fasyankes yang belum pasien.
menerapkan layanan TB sesuai dengan Pelayanan kefarmasian di fasilitas
standar pedoman nasional dan ISTC pelayanan kesehatan primer sudah selayaknya
(International Standards for TB Care) seperti memberikan kontribusi penting terhadap
penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, penanggulangan TB terutama dalam hal
paduan obat yang tidak baku, tidak dilakukan penggunaan obat (ketepatan paduan obat,
pemantauan pengobatan, tidak dilakukan jenis, jumlah obat dan lama pengobatan,
pencatatan dan pelaporan yang baku. kepatuhan pasien dalam pengobatan, interaksi
Meningkatnya TB Resisten Obat merupakan obat dan memastikan ketersediaan obat).
masalah yang serius dalam masalah Berdasarkan hal tersebut diatas dapat kita
penanggulangan obat TB. Mycobacterium ketahui bahwa banyaknya kasus TB di
tuberculosis dikatakan resistan terhadap OAT, Indonesia, adanya kejadian TB resisten,
jika bakteri tersebut kebal terhadap OAT. ketidaktepatan pengobatan dan
Berdasarkan uji kepekaan OAT, terdapat 5 ketidakpatuhan pasien maka perlu dilakukan
kelompok TB resisten obat, yaitu penelitian tentang rasionalitas pengobatan dan
monoresistan (TB MR), polyresistan (TB kepatuhan pasien terhadap keberhasilan terapi
PR), Multi Drug Resistan (TB MDR), pada pasien tuberculosis di Puskesmas X
Extensive drug resistan (TB XDR dan Sumatera Selatan
Resistan Rifampisin (TB RR). Faktor utama
yang menyebabkan kejadian tersebut adalah METODE DAN PENELITIAN
penatalaksanaan pasien TB yang tidak
Desain Penelitian
adekuat yang disebabkan karena diagnosis
tidak tepat, pengobatan tidak menggunakan
paduan yang tepat, jenis, jumlah obat dan Penelitian ini merupakan study
jangka waktu pengobatan tidak adekuat, observasional dengan desain cross sectional
pasien tidak mematuhi anjuran dokter/tenaga korelasional analitik menggunakan uji
kesehatan, tidak teratur menelan paduan statistik chi square, jika memenuhi syarat.
OAT, menghentikan pengobatan secara Data diperoleh dari sumber data primer dan
sepihak sebelum waktunya dan gangguan data sekunder. Rasionalitas pengobatan dinilai
penyerapan obat. Selain itu faktor persediaan melalui analisa kesesuaian paduan terapi,
OAT yang kurang dan kualitas OAT yang dosis dan lama pengobatan dengan standar
disediakan rendah juga menjadi faktor lain pengobatan TB di donesia. Kepatuhan pasien
yang menjadi penyebab terjadinya resistensi dinilai dengan kuesioner MMAS – 8
(Permenkes, 2016) (Oliveira-Filho, 2014) yang diisi responden
Penelitian Pameswari dkk (2016) pada kontrol terakhir pengobatan dengan
menunjukkan bahwa 55,56 % pasien patuh, kategori tingkat kepatuhan tinggi dan
33,33 % cukup patuh dan 11,11 % pasien keptuhan rendah – sedang. Keberhasilan
tidak patuh dalam penggunaan obat TB di terapi dinilai sesuai dengan kriteria
Rumah Sakit Mayjen H.A Thalib Kerinci. keberhasilan terapi pada pasien TB yaitu bagi
Penelitian Liang dkk (2012) menyimpulkan pasien yang dinyatakan sembuh. Penelitian
bahwa pengobatan yang tidak tepat ini merupakan populasi sampel (sampling
merupakan faktor yang mempengaruhi paling population), yaitu keseluruhan individu akan
penting dari MDR-TB. Meningkatkan menjadi unit penelitian jika memenuhi kriteria
kesadaran masyarakat tentang TB, deteksi inklusi yaitu usia > 18 tahun, dalam masa
dini dan pengobatan yang tepat untuk pasien pengobatan fase intensif atau fase lanjutan
Yopi Rikmasari
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(2), hal. 45-50 47
Yopi Rikmasari
48 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(2), hal. 45-50
Pada penelitian ini jumlah responden pemberian (2 bulan) dan fase lanjutan untuk
yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 30 48 kali pemberian 3 x seminggu (4 bulan).
orang dengan sebagian besar berjenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan terapi pada
laki – laki (60%). Usia responden sebagian semua pasien sesuai indikasi dan sesuai obat.
besar berada pada rentang 16 – 55 tahun Namun belum semua pasien memenuhi
(70%). kriteria sesuai dosis. Terdapat pasien yang
Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis diberikan jumlah obat satu kali minum tidak
(OAT) merupakan komponen terpenting sesuai dengan berat badan dan jumlah obat
dalam pengobatan TB. Paduan OAT untuk yang tidak memenuhi lama pemberian baik
TB Kategori I adalah 2RHZE/4(HR)3. pada fase intensif maupun fase lanjutan.
Responden yang menggunakan obat dalam Secara keseluruhan ketidaksesuaian dosis
bentuk Kombinasi Dosis Tetap (KDT) dari terjadi pada 14 orang pasien (46,67%).
awal sampai dengan akhir pengobatan selama Salah satu tujuan dari penelitian ini
6 bulan sebanyak 2 orang (6,7%), bentuk adalah untuk mengetahui hubungan antara
lepasan 12 orang (40%) dan KDT + bentuk rasionalitas penggunaan obat dengan
lepasan 16 orang (54,3 %). Tingginya keberhasilan terapi. Dari 16 orang pasien
penggunaan OAT bentuk lepasan dan KDT + dengan pengobatan yang rasional terdapat 14
bentuk lepasan terjadi karena faktor orang pasien sembuh dan 2 orang pasien yang
ketersediaan obat. Penggunaan OAT dalam gagal dan dari dari 14 orang dengan
bentuk lepasan dapat menimbulkan beberapa pengobatan yang tidak rasional terdapat 6
resiko yang mempengaruhi keberhasilan orang yang sembuh dan 8 orang yang gagal.
terapi pada pasien TB, sehingga ke depan Hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 0,013 <
perlu ditingkatkan pengendalian persediaan 0,05, yang menunjukkan H0 ditolak dan H1
OAT di Puskesmas X. Obat anti Tuberkulosis diterima yaitu terdapat hubungan yang
yang dalam bentuk KDT, memiliki beberapa signifikan antara rasionalitas penggunaan obat
keuntungan, yaitu mencegah penggunaan obat dengan keberhasilan terapi. Nilai odds Ratio
tunggal sehinga menurunkan risiko terjadinya (OR) 9, menunjukkan pasien dengan
resistensi obat ganda dan mengurangi pengobatan yang rasional berpeluang 9 kali
kesalahan penulisan resep, dosis obat dapat sembuh dibandingkan dengan pengobatan
disesuaikan dengan berat badan sehingga yang tidak rasional.
menjamin efektifitas obat dan mengurangi Pengendalian atau penanggulangan TB
efek samping dan jumlah tablet yang ditelan yang paling baik adalah dengan cara
jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat mencegah agar tidak terjadi penularan dengan
menjadi sederhana dan meningkatkan berbagai cara, terutama dengan memberikan
kepatuhan pasien (Permenkes, 2016). OAT yang benar dan cukup, serta dipakai
Pada penelitian ini pengobatan dikatakan dengan patuh sesuai ketentuan penggunaan
rasional jika memenuhi unsur ketepatan obat (Depkes, 2005). Dengan demikian maka
indikasi, ketepatan obat dan ketepatan dosis. pengobatan pada pasien TB tidak cukup
Ketepatan indikasi dinilai berdasarkan hanya rasional, namun juga pasien harus
kesesuaian obat yang diberikan untuk patuh terhadap terapi.
diagnosa TB Paru atau bukan dan ketepatan Tujuan kedua dari penelitian ini untuk
obat dinilai dari kesesuaian paduan OAT mengetahui hubungan antara kepatuhan
untuk kategori 1 . Ketepatan dosis dinilai dari pasien terhadap keberhasilan terapi. Hasil
kesesuaian jumlah obat untuk 1 kali minum penelitian menunjukkan dari 15 orang dengan
berdasarkan aturan pakai dibandingkan tingkat kepatuhan tinggi – sedang, terdapat 14
dengan ketentuan dosis berdasarkan berat orang yang sembuh (93,3 %) dan 1 (6,7%)
badan dan lama pemberian obat yang dilihat orang yang gagal dan dari 15 orang dengan
dari jumlah obat yang diberikan. Jumlah obat tingkat kepatuhan rendah terdapat 6 (40%)
yang diberikan mengacu pada sediaan orang sembuh dan 6 orang gagal (60%). Nilai
kombipak, yaitu fase intensif untuk 56 kali odds Ratio (OR) 21, menunjukkan pasien
Yopi Rikmasari
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(2), hal. 45-50 49
Yopi Rikmasari
50 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2018, III(2), hal. 45-50
Pameswari p., Halim A., Yustika L. 2016. Prayogo, A.H.E. 2013. Faktor – factor yang
Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat
Pada Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Antituberkulosis Pada Pasien
Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci., Tuberkulosis Paru di Puskesmas
Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. Ikatan Pamulang Tanggerang Selatan Provinsi
Apoteker Indonesia Sumatera Barat Banten Periode Januari 2012 – Januari
2013
Yopi Rikmasari