Sifat
Keperiodikan
Unsur
Kelas X
Kimia
SMA/MA
Sistem Periodik Unsur
Setelah banyak unsur yang ditemukan oleh para ahli dari masa ke masa, para ahli
memikirkan cara bagaimana agar unsur-unsur tersebut mudah untuk dipelajari, sehingga para
ahli berusaha untuk membuat pengelompokan unsur-unsur sehingga bisa tertata rapi dan
mudah untuk dipelajari. Perkembangan pengelompokan unsur terjadi dari masa ke masa yang
dikemukakan oleh para ahli dan akhirnya diperoleh pengelompokan yang sesuai yang saat ini
kita kenal dengan nama “Sistem Periodik Unsur”.
Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur
Setelah banyak unsur yang ditemukan, para ahli berusaha untuk mengelompokkan
unsur-unsur tersebut sesuai dengan sifat-sifatnya agar mudah untuk dipelajari, namun terjadi
berbagai perubahan dalam pengelompokan unsur, karena pengelompokan terdahulu dirasa
masih kurang sesuai dan sangat sederhana. Sehingga terjadi perkembangan pengelompokan
unsur dari masa ke masa sampai diperoleh pengelompokan yang sesuai dan kompleks
sehingga unsur-unsur dapat tertata rapi dan mudah untuk dipelajari sesuai dengan sifat-sifat
unsur tersebut. Berikut ini merupakan perkembangan sistem periodik unsur dari masa ke
masa sampai dengan sistem periodik unsur seperti yang kita kenal saat ini.
a. Pengelompokan Logam dan Non Logam
Pengelompokkan Logam dan non logam dikemukakan oleh Antoine Lavoisier,
seorang ilmuwan Perancis pada tahun 1789. Pengelompokan unsur oleh Lavoisier didasarkan
atas dasar sifat fisik unsur, seperti kekerasan, kelenturan dan mengkilap atau tidak. Dia
mengelompokkan unsur menjadi dua kelompok, yaitu sebagai logam dan non logam. Unsur
pengelompokan logam pertama yang dia diklasifikasikan adalah natrium (Na) dan timah (Sn).
b. Triade Dobereiner
Dikemukakan oleh Johann Wolfgang Dobereiner, seorang ilmuwan Jerman pada
tahun 1829. Dobereiner mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat dan
kenaikan massa atom relatifnya. Ketika ada 3 unsur disusun berdasarkan urutan kenaikan
massa atomnya, maka massa rata-rata atom unsur kedua merupakan massa rata-rata dari
unsur pertama dan ketiga. Ketiga unsur yang demikian oleh Dobereiner disebut sebagai
“triade”.
1
Tabel 1 Contoh Pengelompokan Sifat Unsur
Lithium 7
7+39
Natrium 23 Massa rata-rata Na = 2
=23
Kalium 39
Kalsium 40
40+137
Stronsium 88 Massa rata-rata Sr = 2
= 88,5
Barium 137
2
Tabel 2 Pengelompokan Sifat Unsur Hukum Oktaf
3
e. Sistem Periodik Modern
Sistem periodik modern dikemukakan oleh Henry Moseley, seorang fisikawan Inggris
Pada tahun 1913. Sistem periodik modern disusun berdasarkan kemiripan sifat dan kenaikan
nomor atom (jumlah proton). Tabel Periodik Modern memiliki 18 kolom vertikal yang
dikenal sebagai golongan dan 7 baris horizontal yang dikenal sebagai periode. Sistem
periodik modern disebut juga sistem periodik bentuk panjang.
4
Tabel 4 Nama-Nama Golongan pada Sistem Periodik Modern.
IA Alkali 1
IIIA Boron 3
IVA Karbon 4
VA Nitrogen 5
VIA Oksigen 6
VIIA Halogen 7
5
netral memiliki jumlah kulit yang lebih banyak daripada ion positif. Contoh jari-jari ion
positif adalah 20Ca2+ yang jari-jarinya lebih besar daripada 20Ca.
■ Ca2+ = 2 8 8 (memiliki 3 kulit)
20
■ Ca = 2 8 8 2 (memiliki 4 kulit)
20
Sedangkan pada ion negatif atau anion, jari-jari ion negatif lebih besar daripada
jari-jari atomnya. Pada ion negatif jumlah kulit atom sama banyak, gaya tarik inti sama
kuat, tetapi pada ion negatif jumlah elektron pada kulit paling luar lebih banyak sehingga
gaya tolak elektron lebih kuat sehingga akan menjauh dari inti atom dan menyebabkan
jari-jari ion negatif lebih besar. Contoh jari-jari ion negatif:
Jari-jari ion 16S2- > 16S
S2- = 2 8 8 (memiliki 3 kulit)
16
S = 2 8 6 (memiliki 3 kulit)
16
Catatan :
■ Jari-jari atom paling besar berada di sebelah kiri paling bawah dalam sistem
periodik (golongan IA paling bawah).
■ Jari-jari ion positif selalu lebih kecil dari jari-jari atom netralnya.
■ Jari-jari ion negatif selalu lebih besar dari jari-jari atom netralnya.
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi merupakan energi yang diperlukan oleh atom atau ion fase gas
untuk melepas 1 elektron paling luar. Energi ionisasi ini dinyatakan dalam satuan
kJ.mol-1.
Keperiodikan energi ionisasi sebagai berikut :
■ Golongan : dari atas ke bawah semakin kecil, karena jari-jari atom semakin besar
sehingga gaya tarik elektron terhadap inti makin lemah, sehingga mengakibatkan
energi ionisasi makin lemah.
■ Periode : dari kiri ke kanan semakin besar, karena jari-jari atom semakin kecil,
muatan intinya semakin besar sehingga gaya tarik inti makin kuat. Akibatnya
elektron makin sulit lepas, mengakibatkan energi ionisasi semakin besar.
Ada beberapa penyimpangan yang perlu diperhatikan pada keperiodikan energi
ionisasi. Golongan IIA, VA, dan VIIIA ternyata mempunyai energi ionisasi yang
sangat besar, bahkan lebih besar daripada energi ionisasi unsur di sebelah kanannya,
yaitu IIIA dan VIA. Hal ini terjadi karena unsur-unsur golongan IIA, VA, dan VIIIA
6
mempunyai konfigurasi elektron yang relatif stabil, sehingga energi yang dibutuhkan
untuk melepas elektron cukup besar, sehingga elektron sukar dilepaskan.
- Golongan IIA dan IIIA
Mg : 1s2 2s2 2p6 3s2 → (lebih stabil)
12
Catatan :
■ Energi ionisasi paling besar berada di sebelah kanan paling atas dalam sistem
periodik (golongan VIIIA/gas mulia paling atas).
■ Dalam penulisan reaksi ionisasi, atom atau ion harus dalam fase gas.
■ Semua reaksi ionisasi termasuk reaksi endoterm (membutuhkan energi).
3. Afinitas Elektron
Afinitas elektron merupakan energi yang diperlukan atau dilepas oleh atom atau
ion fase gas untuk menerima 1 elektron. Afinitas elektron juga dinyatakan dalam kJ
mol-1. Unsur yang memiliki afinitas elektron bertanda negatif, berarti mempunyai
kecenderungan lebih besar dalam menyerap elektron daripada unsur yang afinitas
elektronnya bertanda positif. Makin negatif nilai afinitas elektron, maka makin besar
kecenderungan unsur tersebut dalam menyerap elektron (kecenderungan membentuk ion
negatif). Dari sifat ini dapat disimpulkan bahwa:
■ Dalam satu golongan, dari atas ke bawah semakin kecil, karena jari-jari atom
semakin besar sehingga gaya tarik elektron terhadap inti terhadap elektron yang
diikat semakin lemah.
■ Dalam satu periode, dari kiri ke kanan semakin besar, karena jari-jari atom
semakin kecil, muatan intinya semakin besar sehingga gaya tarik inti terhadap
elektron yang diikat semakin kuat.
Catatan :
■ Afinitas elektron paling besar berada di sebelah kanan atas (golongan VIIA).
■ Umumnya afinitas elektron terjadi pelepasan energi (afinitas bernilai negatif)
tetapi ada pengecualian pada golongan IIA (alkali tanah) dan VIIIA (gas mulia)
dimana afinitas elektron terjadi penyerapan energi (afinitas bernilai positif)
dikarenakan konfigurasi elektron sudah stabil sehingga sulit menerima elektron.
7
■ Semakin negatif nilai afinitas elektronnya maka makin mudah membentuk ion
negatif.
■ Afinitas elektron dapat berupa reaksi eksoterm atau endoterm.
4. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah suatu bilangan yang menyatakan tendensi atau
kecenderungan suatu atom untuk menarik elektron ke pihaknya dalam suatu ikatan
kimia. Keperiodikan Keelektronegatifan sebagai berikut :
■ Golongan : dari atas ke bawah semakin kecil, karena jari-jari atom semakin
besar, gaya tarik inti semakin lemah maka akan semakin mudah melepas elektron
(ion positif).
■ Periode : dari kiri ke kanan semakin besar, karena jari-jari atom semakin kecil,
gaya tarik inti semakin kuat maka akan semakin mudah menangkap elektron (ion
negatif).
Contoh keelektronegatifan :
Sebuah senyawa kovalen HCl terbentuk dari atom H (keelektronegatifan = 2,1) dan atom
Cl (keelektronegatifan = 3.0), manakah atom yang menarik elektron lebih kuat ?
Pembahasan :
Karena keelektronegatifan atom Cl lebih besar dibanding atom H, maka atom Cl lebih
kuat menarik elektron ke pihaknya akibatnya Cl akan bermuatan negatif dan atom H
bermuatan positif.
Catatan :
■ Keelektronegatifan paling besar berada di sebelah kanan atas (golongan
VIIA/halogen).
■ Keelektronegatifan bukan berupa energi tapi hanya berupa bilangan saja.
8
6. Kereaktifan
Kereaktifan adalah kemudahan suatu unsur untuk bereaksi. Unsur logam akan
semakin reaktif jika semakin mudah melepas elektron, sedangkan unsur non logam
akan semakin reaktif jika semakin mudah menangkap elektron.
Keperiodikan kereaktifan sebagai berikut :
■ Unsur logam semakin reaktif terletak pada golongan IA paling bawah, karena
semakin panjang jari-jari maka semakin mudah melepas elektron.
■ Unsur non logam makin reaktif terletak pada golongan VIIA paling atas, karena
semakin kecil jari-jari maka semakin mudah menangkap elektron.
(sumber: www.urip.info)
9
Beberapa Golongan Unsur dalam Sistem Periodik
1. Golongan VIII A (Gas Mulia)
Unsur-unsur nya terdiri dari: helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr),
Xenon (Xe), dan radon (Ra). Supaya lebih mudah diingat disingkat: Heboh (He) Negara
(Ne) Arab (Ar) Karena (Kr) Xerangan (Xe) Ranjau (Rn). Disebut gas mulia karena unsur
nya berupa gas yang stabil dan sangat sukar bereaksi dengan unsur lain. Unsur gas mulia
di alam ditemukan sebagai gas monoatomik (atom-atomnya berdiri sendiri). Ini
disebabkan kulit terluarnya sudah terisi penuh. Kulit terluar yang terisi penuh
menjadikan unsur tidak reaktif. Namun demikian, kripton, xenon, dan radon dipaksa
bereaksi dengan beberapa unsur. Gas mulia memiliki titik leleh dan titik didih yang
sangat rendah, titik didihnya hanya beberapa derajat di atas titik lelehnya.
Unsur-unsur golongan VII A ialah kelompok unsur nonlogam yang sangat reaktif.
Setiap unsur halogen bereaksi dengan tipe yang sama, walaupun kereaktifannya berbeda.
Terdiri dari Fluorida (F), Klorida (Cl), Bromida (Br), Iodida (I), At. Disingkat: Fuji (F)
Colour (Cl) Berlian (Br) Intan (I) Permata (At). Halogen dengan logam membentuk
garam. Contohnya NaF, NaCl, NaBr, dan NaI. Oleh sebab itu, unsur golongan VII A
disebut halogen yang memiliki arti pembentuk garam. Kereaktifan unsur halogen dari F
ke I berkurang. Semua unsur halogen berupa molekul diatomik (F2, Cl2, Br2, I2),
bewarna, bersifat racun. F berwarna kuning muda, Cl hijau muda, Br merah, dan uap
iodin ungu (iodin padat hitam).
Unsur-unsur golongan alkali kecuali hidrogen disebut logam alkali. Karena unsur
tersebut dapat membentuk basa yang larut dalam air. Semua logam alkali tergolong
logam yang lunak (kira-kira sekeras karet penghapus, dapat diiris dengan pisau), ringan (
massa jenis Li, Na, dan K kurang dari 1 g/cm3). Logam alkali memiliki 1 elektron valensi
yang mudah lepas sehingga merupakan kelompok logam yang paling aktif, dapat
terbakar di udara, dan bereaksi hebat dengan air. Kereaktifan logam alkali bertambah dari
litium ke fransium.
10
4. Golongan II A (Logam Alkali Tanah)
6. Golongan IV A (Karbon)
Golongan IV A terdiri dari Karbon (C), Silikon (Si), Germanium (Ge), Timah
(Sn), Plumbum (Pb). Disingkat: Cah (C) Sing (Si) Gendut (Ge) Seneng (Sn) Plembungan
(Pb).
7. Golongan V A (Nitrogen)
Golongan V A terdiri dari Nitrogen (N), Fosfor (P), Arsen (As), Antimonium
(Sb), Bismut (Bi). Disingkat: Nana (N) Pulang (P) Asar (As) Sebab (Sb) Bingung (Bi).
8. Golongan VI A (Oksigen)
11
12
2. Perhatikan pernyataan berikut:
1) dari atas kebawah dalam satu golongan energi ionisasi makin kecil
2) dari kiri kekanan dalam satu periode afinitas elektron makin besar
3) dari atas kebawah dalam satu golongan jari-jari atom makin besar
4) dari kiri kekanan dalam satu periode keelektronegatifan makin besar
5) dari kiri kekanan dalam satu periode titik didih makin besar
Pernyataan yang benar sesuai kecenderungan sifat periodik unsur dalam tabel periodik adalah
... .
a. 1)
b. 2)
c. 3)
d. 4)
e. 5)
4. Jika jari-jari atom unsur Li, Na, K, Be dan B secara acak (tidak berurutan) dalam Angstrom
adalah : 2,01 1,57 1,23 0,80 dan 0,89 maka jari-jari atom Li sama dengan ....
a. 2,03
b. 1,57
13
c. 1,23
d. 0,89
e. 0,80
5. Umumnya energi ionisasi tingkat pertama lebih kecil dari pada energi ionisasi tingkat
kedua, ketiga dan seterusnya. Alasan yang paling sesuai tentang fakta ini adalah .. .
a. elektron yang dilepas makin dekat dengan inti atom
b. elektron yang dilepas makin jauh dengan inti atom
c. elektron yang dilepas makin banyak
d. elektron yang dilepas makin tinggi derajat ionisasinya
e. elektron yang ditangkap makin sedikit
Kunci Jawaban
1. A
2. C
3. D
4. C
5. A
14
Referensi
Devi, P. K., Kalsum, S., Masmiani, & Syahrul, H. (2009). Kimia 1: Kelas X SMA dan MA.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Harmanto, A. (2009). Kimia 2 untuk SMA/ MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Irvan, P. (2009). Memahami Kimia 2 : SMA/MA Untuk Kelas XI, Semester 1 dan 2. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Pratana, C.F., (2009). Mari Belajar Kimia 2 Untuk SMA/MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Supardi, K. I., & Luhbandjono, G. (2019). Kimia Dasar I. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
15