Asykuri
Dosen STKIP Bina Insan Mandiri, Surabaya
Abstrak
(Darma, 2004: 48-49). Ketika seorang akan tetapi sekaligus menjadi pemisah Negara
pengarang lebih menekankan sikap worldview- blok Barat dan blok Timur, sekaligus dengan
nya maka karya sastra yang dihasilkan lebih ideologinya.
menunjukkan pada pemeriannya terhadap Ideologi, secara konsepsional mengarah ke
dunia. Begitu juga, apabila pengarang lebih dalam dua cara pandang (Thompson, 2014:
menekankan pada sikap weltanschauung-nya 14), di satu sisi, ideologi dipandang dengan
maka karya yang dihasilkan menunjukkan sikap terminologi murni deskriptif: sebagai sisitem
perjuangannya terhadap dunia (kehidupan). berpikir, sistem kepecayaan, praktek-praktek
Baik dengan worldview maupun simbolik yang berhubungan dengan tindakan
weltanschauung, pengarang dapat mencakup sosial politik, yang dapat dimasukkan sebagai
persoalan kehidupan secara luas, termasuk yang konsepsi netral (neutral conception). Di lain
terkait dengan nasib, keagamaan, alam, pihak, ideologi tersebut sebagai proses
manusia, masyarakat, atau Negara. Hal ini pembenaran hubungan kekuasaan yang tidak
sebagaimana yang direfleksikan Martin simetris, perhubungan dengan proses
Jankowsky pada novelnya yang berjudul pembenaran dominasi, yang melahirkan
Rabet, Runtuhnya Jerman Timur. Dalam konsepsi kritis ideologi (critical conception of
karyanya ini Jankowsky tidak sekedar ideology). Penggunaan istilah ideologi yang
mengekspresikan worldview-nya akan tetapi ia terakhir telah menimbulkan konotasi negatif
lebih menunjukkan sikap weltanschauung-nya. yang secara historis selalu mengikat analisi
Dengan latar kehidupan sosial-politik ideologi secara kritis. Sebagaimana telah
Negara, Jerman Timur, teruatama pada saat-saat dinyatakan pula oleh Gramci (2013: 527),
seputar jatuhnya tembok Berlin, apabila dilihat bahwa dalam pertanyaan kritis tentang ideologi
dari New Historicis yakni dengan tersebut, antara lain, bagaiamana konsepsi
menyandingkan karyanya dengan kesejarahan ideologi telah melewati arti “ilmu pengetahuan
Jerman, Jankowsky telah mengambil simbol- gagasan” dan “analisis gagasan asli” untuk
simbol revolusi damai terutama dalam mengartikan “gagasan sistem” spesifik yang
penentuan ideologi Negara, sosialis atau harus dikaji ulang secara historis. Dalam istilah-
kapitalis. Ideologi yang tidak sekedar istilah logis yang murni , proses akan sangat
diletakkan sebagai sistem berpikir, akan tetapi mudah untuk dicerna dan dimengerti.
sebagai pilar dasar praktek bagi masyarakat Selanjutnya, Gramci (2013: 529)
dalam bernegara. menjelaskan bahwa konsepsi ideologi
Salah satu realitas yang menarik dalam organiknya, khusunya, telah menjelaskan yang
penetapan ideologi Negara tersebut, Martin bersifat historis yang penting untuk struktur
Jankowsky telah melandasi konsepsinya dengan yang ada, serta ideologi yang tidak beraturan
latar sejarah Negara yang amat panjang. dan rasionalistik harus dibedakan. Dengan
Dengan menengok peristiwa berakhirnya pengertian bahwa ideologi-ideologi tersebut
Perang Dunia II (Kunze dalam Jankowsky, sifatnya penting secara historis, dan mereka
2010: xii) terdapat perpecahan Negara Jerman mempunyai validitas yang bersifat psikologis;
akibat kalah perang, yakni di satu pihak, mereka mengorganisasikan masa, dan
dikuasai Negara pemenang perang, Amerika, menciptakan area sehingga manusia
Inggris, dan Perancis, dan lain pihak dikuasai mempunyai ruang gerak, dan mendapat
oleh Rusia sehingga terbentuk dua negara wewenang penuh akan posisi mereka, berjuang,
Jerman dengan ideologi yang berbeda. dan sebagainya.
Republik Federasi Jerman yang berideologi Ideologi, sebagaimana yang dikonsepsikan
barat dan kapitalis terbentuk pada tanggal 23 Althusser (Barker, 2005:74) tidak lain
Mei 1949 dan Republik Demokrasi Jerman merupakan salah satu momen atau level primer
yang berideologi timur dan sosialis terbentuk suatu formasi sosial. Sebagai level primer,
pada tanggal 7 Oktober 1949. Sejak saat itu, ideologi relatif otonom terhadap level-level
selama empat puluh tahun terjadi tembok lain, misalnya ekonomi, meskipun pada
pemisah antara Jerman Timur dan Jerman “momen-momen terakhir” justru ideologi
Barat. Tembok pemisah ini sudah barang tentu tersebut tetap dideterminasi ekonomi. Dalam
tidak sekedar sebagai pemisah kedua Negara, pemahaman lain, ideologi seringkali
Asykuri, Transaksi Ideologi Dalam Novel Rabet, Runtuhnya Jerman Timur 3
Timur yang syarat dengan representasi transaksi Kemudian didasarkan pada pengetahuan
ideologi, kekuasaan, bahkan politik Negara terhadap lingkungan sosial yang mereka hadapi.
secara mendasar. Sebuah pergolakan yang Dalam kesejarahan, sebuah slogan buku
diusung dari kalangan intelektual pemuda yang tulis merah memberikan simbol dan
peduli atas sisitem pemerintahan Jerman Timur representasi dari makna sosialis yang menyebar
yang dianggap menjadi kandang (penjara) di dunia. Soviet sebagai induk semang “buku
masyarakat. Sistem pemerintahan yang tulis merah” beranak pinak ke Vietnam,
menganut “madzab” sosialis, penguasa adalah Repulik Cina, atau Jerman Timur. Buku tulis,
kekuasaan tunggal, rakyat hanyalah penopang dalam Rabet menjadi pemaknaan sebuah
atau penyanggah-penyanggah kekuasaan. ungkapan pola-pola penanaman ideologi, dan
Tidak ubahnya pada peristiwa-pristiwa buku tulis merah dapat dimaknai sebagai
besar di negara-negara lain, sebuah tempat representasi wacana yang menyuarakan
seringkali menorehkan sejarah baru. Rabet, ideologi Jerman Timur, dan rakyat tidak sedikit
sebuah jalan di kota kecil Leipzig, Jerman pun diberi kesempatan untuk memaknai
Timur, menjadi sejarah bagi Benjamin bacaan-bacaan dengan warna ideologi lain.
Grasmann dan kawannya, termasuk kekasihnya, Kalaupun dalam konteks realitas sejarah
Gesa. Baik Ben, Gesa, dan kelompok pemuda Jerman, Rosa Luxemburg disebut-sebut sebagai
yang lain paling tidak menjadi simbol tokoh teoretika dan politika sosialis keturunan
kesegaran spirit Negara atau lebih tepatnya Yahudi-Polandia, penerus jalan menuju radikal
rakyat. Gerakan demi gerakan telah didasarkan Marxis dalam gerakan demokrasi sosial, bagi
semangat pengetahuan yang mereka miliki Ben tokoh itu tidak lain adalah semacam
dalam memandang kekuasaan yang korup, discourse ideologi, atau justru Luxemburg
kekuasaan yang berlandaskan ideologi yang tersebut oleh Ben dianggap sebagai sosok nabi
dianggap “usang.” penyelamat dengan tangan menggegam
“Setelah beberapa saat, baru aku mengerti discourse yang berbau demokrasi. Sebuah
apa yang terjadi. bahwa ada pembunuh di discourse tawaran untuk keluar dari
negeri ini, walaupun sangat jarang, itu dari kungkungan sosialis Jerman Timur.
yang aku dengar. Mereka adalah para Luxemburg, sementara itu, dalam realitanya
pesakitan, orang-orang semak belukar, tidak berarti ia mengaharuskan Jerman Timur
elemen asosial, orang yang dibutakan oleh sepenuhnya keluar dari sosialis, akan tetapi
propaganda imperialisme dari Barat. dengan ideologi yang berembel-embel
Bahwa dengan akal sehat, setiap orang demokrasi, paling tidak akan menjadikan oase
tidak berani beroposisi melawan slogan dalam otoriterianisme, serta transparansi dalam
buku tulis merah, tidak terbayangkan. segala bidang akan terwujud.
Transparansi! Kutipan Rosa Luxemburg Kesadaran Ben terhadap discourse
pada kuburan Luxemburg. Kebebasan Luxemburg, merupakan kesadaran pemaknaan
selalu merupakan kebebasan untuk berpikir “yang tertinggal” sebagaimana Nietzsche
berbeda. Rosa Luxemburg dari Berlin (Sarup, 2011:64-65) tidak mempercayai adanya
Timur yang sudah tiada (Jankowsky, kesistematisan pada metafisika, kecurigaan
hlm:58-59). pada nilai-nilai “kebenaran” dan “makna.”
Manusia, secara tradisional merupakan titik
Ungkapan tersebut tampak jelas memberi pusat dalam pembentukan pengalaman,
pemaknaan bahwa sebuah pengetahuan moralitas, pilihan, dan kehendak. Jika Ben
manusia, bisa membangkitkan jalan menuju pada perjalanan hidupnya membentuk
kekuasaan. Jika Jerman Timur, dalam kesadarannya, serta menjatuhkan pilihan pada
ideologisasi sosialisnya tidak terlepas dengan ideologi lain, semata-mata hal itu berangkat
landasan pengetahuan filosofinya bahwa atas dorongan bawah sadar yang meliputi
sosialis sebagai pilihan dalam penyelengaraan dirinya, atau moralitas yang menuntunnya.
Negara, maka demikian pula Ben, dalam Moralitas dalam diri Ben, dalam satu sisi telah
menghadapi sejarah Negaranya, juga ia representasikan moral rakyat, namun
melandaskan pada konsep kesadaran yang konstruksi-konstruksinya tidak sebagaimana
dibangun bermula dari dirinya sendiri. “moral budak” seperti yang diungkap oleh
Asykuri, Transaksi Ideologi Dalam Novel Rabet, Runtuhnya Jerman Timur 5
Nietzsche. Ben dan kawan-kawannya justru antara sosialis yang masih kokoh di Jerman
menempati pada oposisi lain, ia selalu bertindak Timur dengan demokratis yang menjadi
pada posisi “moral tuan”, moral yang tidak kebutuhan mendesak. Jika Negara mewajibkan
memerlukan topeng sebagai penutup wajah pemahaman terhadap buku tulis merah sebagai
kesadaran ideologisnya. pola yang ampuh dalam penanaman ideologi
Untuk mewujudkan pilihan ideologinya, sosialis untuk membudayakan kolektif dalam
Ben tampaknya sadar betul atas otoriterianisme konteks Negara, maka kelompok Gesa dan
pada Jerman Timur. Jika ideologi sosialis selalu kawan-kawan tidak menganggapnya demikian.
ditamankan Negara melalui buku merah Bagi kelompok Gesa, apapun yang dituangkan
menjadi discourse pembenaran terhadap Negara, termasuk ideologi melalui buku tulis
tindakan kelompok manusia sebagaimana merah tidak lain adalah hanya seolah-olah
pandangan Althusser, namun pola-pola dalam tampak kebenaran universal, yang sebenarnya
pemahaman rakyatnya selalu disertai tindakan merupakan pemahaman-pemahaman yang
represif sebagai khas tindakan Negara. Dalam secara historis bersifat spesifik, yang
mengahdapi permasalahan ideologi ini, Ben menyelubung dan melanggengkan kekuasaan.
tampaknya tidak mengambil posisi sebagai Pembacaan teks, dalam arti discourse,
oposisi binernya, yang meneguhkan anggapan buku-buku non-sosialis yang mengurai
bahwa Negara sebagai sentral, sementara ideologi-ideologi lain, bagi kelompok Gesa
dirinya yang merepresentasikan sebagai rakyat merupakan bentuk penajaman kecurigaan atas
adalah marjinal. Ben, justru berupaya kebenaran-kebenaran yang diakui secara
membangun kesadaran kolektif sebagai upaya kolektif sebagaimana yang anggap Nietszche,
menuju titik pusaran yang paling pusat. atas pembenaran ideologi yang dilakukan
Dalam upaya membentuk kesadaran Negara. Bagi Nietszche (Sarup, 2011: 140),
kolektif, Ben sangat sadar bahwa adanya kalaupun konsepsinya tidak dapat dikatakan
kesadaran diri sendiri, komunitas kecil, adalah menolak negara, mungkin lebih tepatnya ia
proses yng penting sebagai langkah menuju ke sangat skeptif terhadap Negara, karena baginya
kolektivitas besar. Diskusi “rumahan” Negara tidak lain adalah penjelmaan kekuatan
merupakan gerakan bawah tanah atas upaya yang mengintimidasi kaum laki-laki dan
mencapai kesadaran baik secara individual perempuan ke dalam komformitas. Nietszche
maupun kolektif, serta pengayaan discourse tidak hanya menetang Negara, akan tetapi ia
ideologi dengan berbagai cara, termasuk dengan juga menyerang setiap penilaian yang terlalu
pola-pola intektual yang lain, yakni pembacaan berlebihan pada politik. Pendek kata, Nietszche
teks secara konseptual menjadi kebutuhan lebih mengedepankan individu antipolitik yang
sebagai peolehan pengetahuan.. mencari kesempurnaan diri di luar dunia
“Orang yang tinggal di kamar warna-warni modern. Ia memandang manusia goethean
tanpa ventilasi itu membaca buku-buku merupakan manifestasi tipe kontemplatif besar
non-sosialis. Buku-buku itu mereka yang pada dasarnya tidak revolusioner, bahkan
peroleh dengan cara menyuruh orang lain antirevolusioner.
mencuri buku-buku tersebut dari ruang Pembacaan teks dalam bentuk buku-buku
tamu pameran buku internasional pada non-sosialis yang dipelopori Gesa, di samping
musim semi. Aku ikut-ikutan seperti Gesa, merepresentasikan perluasan discourse idelogis,
diam-diam minum teh di dapur orang asing juga menjadi bentuk konstruksi “baru”,
dan mengagumi perpustakaan hasil curian peniadaan subordinasi laki-laki dan perempuan.
dari kloset itu. Ketakutan, kesombongan, Dominasi laki-laki tidak selamanya berada pada
dan keinginan berkecamuk dalam kepalku posisi pusat dan tidak menjadi “liyan”, karena
sehingga membuat kepalaku agak panas Gesa lah dalam konteks ini justru yang menjadi
mendidih. Orang-orang itu memiliki pusat, dan lebih berperan dalam menuntun
ketenangan yang asing bagiku (Jankowski, kelompoknya, termasuk Ben.
hlm. 38). Pemahaman terhadap konsep ideologi,
sebagaimana yang dilakukan Gesa dan kawan-
Pembacaan teks dalam tataran pemahaman kawan bukan berarti tidak memerlukan konsep
ideologi secara konseptual sebagai pembanding lanjutan. Bentuk-bentuk gerakan kelompok
6 INOVASI, Volume XVIII, Nomor 1, Januari 2016
sangat diperlukan sebagai awal menuju Gereja, sebagai tempat pillihan Ben dan
pembentukan kesadaran kolektif. Ben dan kawan-kawan dalam gerakan membentuk
kawan-kawan, sangat menyadari atas perubahan ideologi Negara bukan tanpa alasan.
ketidakberdayaannya terhadap kekuatan dan Kesadaran kolektif paling tidak dapat dibangun
kekuasaan Negara. Oleh karena itu, celah-celah dari komunitas tertetu, walaupun kecil, tapi
yang paling memungkinkan adalah komunitas mengaharuskan adanya kejernihan jiwa. Para
gereja sebagai alternatif pilihan. jemaat dianggap tidak sepenuhnya
Di depan gereja, dua kendaraan polisi telah terkontaminasi politik Negara, bahkan
menunggu. Lampu biru yang berputar- kelompok gereja secara implisit memberikan
putar memantul di plester batu pipih dan pemaknaan dalam konteks realitanya, adalah
pantulan itu menjadi ratusan banyaknya, sebagai “individu” anti politik yang mencari
berputar-putar di atas batu jalanan dan kesempurnaan-diri di luar dunia modern.
membiarkan bayangan para pejalan kaki di Bahkan, kelompok yang demikian, oleh
dinding rumah menghilang. Nietszche, dianggap sebagai kelompok
Kerumunan bubar dengan cepat. goethean merupakan manifestasi tipe
Kami berdiri di pintu keluar kapel dan kontemplatif yang pada dasarnya tidak
berdiam diri menunggu, sampai Magnus revolusioner, bahkan antirevolusioner.
menutup pintu. Munculnya Ernst dalam konteks gerakan
„Lain kali beritahu aku dulu tentang aksu gereja, sekilas memang dapat memberikan
kalian.‟ Bisiknya memedihkan hati. kesan bahwa Ernest lah satu diantaranya yang
„Kalian harus hati-hati. Beberapa nama paling berperan dalam gerakan-gerakan untuk
telah disampaikan kepadaku. Antara lain mengonstruksi kesadaran kolektif atas ideologi.
nama kalian.‟ Dari sejarah realitas sosial yang ada, seakan-
„Nama siapa?‟ tanya Gesa. akan ia menjadi individu “pengukir sejarah”.
„Namamu ada,‟ kata Magnus dan dengan Pemikiran Ernest, baik secara langsung atau
kunci gereja menunjuk pada Ernst. Dan tidak, telah merepesentasikan masa lalu
pada Gesa. kesejarahan Eropa dalam konteks kapitalis
„Di telepon?‟ tanya Ernst dengan heran. gereja. Gereja, dalam konteks kesejarahan
„Sudah aku katakana, hati-hatilah. Eropa, telah menjadi bagian dari otoritas
Tanyakan dulu padaku lain kali. Aku tidak keputusan Negara.
keberatan jika kalian ingin mengadakan Kepala Pendeta Magnus, walaupun pada
kebaktian. Tapi tolong hanya bersama- akhirnya dapat dicap sebagai penghianat bagi
sama jemaat.‟ Ben dan kelompoknya, karena keperpihakan
„Kami bicara tentang penangkapan,‟ kata formalnya pada Negara, justru tidak seharusnya
Dorothee pelan. „Bukan tentang Bapa luput dari lebel “kepahlawanan sosial.”
Kami.‟ Keberhasilan kelompok, baik dari misi-misi
… yang disuarakan Ben, Gesa, maupun Ernest,
Magnus melihat kepadanya dengan justru secara tidak langsung mendapat
mengancam „Geraja akan melakukan dukungan Pendeta Magnus. Pendeta Magnus,
segala yang termasuk dalam kekuatannya dengan demikian, dapat diposisikan sebagai
untuk membantu para tahanan. Situasi individu antirevolusioner, yang lebih
sangat genting. Tapi hal itu bukanlah salah menjatuhkan pilihannya pada gerakan-gerakan
kita secara imanen.
Gerakan geraja, dalam satu sisi memang
„Anda janji?‟ tanya Gesa. tidak terlepas dengan konsep agama, walaupun
„Aku berjanji… Nah, pulanglah kalian, dalam konteks Negara sosialis tidak menjadi
orang akan memperhatkan kita.‟ bagian secara langsung. Artinya, agama
menjadi bagian personal atau invidu-individu
Dua polisi muncul dari samping menuju ke masyarakat, bahkan agama justru diibaratkan
tempat kami. Kami buru-buru berpamitan. dalam perkembangan infatil atau dalam jiwa
(Jankowski, 66-68). kekanak-kanakan.
Asykuri, Transaksi Ideologi Dalam Novel Rabet, Runtuhnya Jerman Timur 7
“Agama merupakan kesalahan waktu yang menegaskan reformasi bagi Negara kita.
menggelikan di Negara para petani dan Kami memiliki kontak dengan wakil-wakil
pekerja. Tingkat perkembangan yang kelompok yang ikut merencanakan dan
infatil, kekanak-kanakan dari revolusi mengkoordinir segala kegiatan di gereja
kesadaran diri. Suatu momok yang harus Nikolai. Semua anggota tersebut sedang
ditanggung dengan sabar, yang akan duduk di depan Anda. Kami bisa berbicara
mencair begitu sinar kemajuan secara terbuka. Seperti yang Anda lihat,
pengetahuan teknologi yang objektif kami adalah orang biasa, yang tidak
memancar, seperti mencairnya orang- bersenjata dan juga tidak agresif. Kami
orangan salju di mentari musim semi. tidak menginginkan apapun selain
Mereka yang belum berhasil dibiarkan berbicara. Sayang, sementara ini timbul
mengejar impiannya di suatu tempat permasalahan dan oleh karena itu kami
penampungan, selama mereka yang ingin meminta nasihat Anda.”
sebagai manusia aneh yang tidak
terpengaruh oleh sistem yang ada dalam “Baiklah,” kata Dr. Bergmann,
pencapaian kebahagiaan ilmiahnya. Suatu mengangguk. “Tentng apa itu?”
kekurangan, kata Tillmann…(Jankowski,
halm.83). „Baik…” kata Ernest mengambil alih. “Di
satu sisi, Kepala Pendeta Protestan Magnus
Pernyataan Tillmann tersebut, tampak jelas ingin mengambil alih kompetensi kami
bahwa agama betapapun membawa kebenaran dengan menentukan sendiri isi doa
absolut, namun dalam pandangan Tillman, kebaktian. Sementara itu, di sisi lain,
agama kadang diposisikan sebagai kebenaran institusi pemerintah berusaha melenyapkan
kontekstual. Agama, dalam konteks Negara kami.
tertentu, misalnya di Timur Tengah, menjadi …
bagian tak terpisahkan dengan Negara, bahkan “Secara teratur ada orang-orang tertentu
di antaranya justru menjadi rasionalisasi yang ditangkap setelah mengunjungi gereja
ideologi Negara itu sendiri. Nikolai. Begitu meninggalkan gereja,
Agama, dalam Negara sosialis menjadi hal borgol polisi telah menunggu mereka.”
yang di-“ironikan”, anggapan sebagai infatil, (Jankowski, hlm.92-93).
dalam satu sisi merupakan representasi
perkembangan jiwa kekanak-kanakan bagi Dari percakapan tersebut, tampaknya
masyarakat agamanya, ketidakdewasaan, serta apapun bentuknya gerakan Ernest bagi Negara
ketergantungan adalah memosisikan agama di adalah subversif, sebuah tindakan
bawah lapis intelektualitas dangkal. Namun di antikemapanan dalam konteks pemerintahan
lain sisi, agama bagi manusia yang dapat sosialis. Gerakan gereja yang tidak semata-mata
memenuhi intelktual diri, justru menjadi salah tidak ritualitas menjadi tindakan yang dianggap
satu sumber pancarian ilmiah sebagai membahayakan kelangsungan Negara. Dari
pembentuk kebahagiaan mereka. Bahkan dalam sinilah tampak mulai adanya pertarungan
pembentukan Negara yang nota bene di menuju transakasi untuk penguasaan kekuasaan
dalamnya terkandung ideologi, agama bagi dan pengetahuan, sebagaimana yang
individu-individu tidak bisa dikebiri begitu saja, dikonsepkan Michel Foucault (Barker, 2005:
karena agama bisa saja mewujud dalam bentuk- 109), bahwa kekuasaan dan pengetahuan adalah
bentuk kesadaran yang lain. sebuah relasi yang saling membentuk, sehingga
Ben dan kawan-kawan, khususnya Ernest, pengetahuan tidak terpisahkan dari rezim-rezim
dalam menciptakan kesadaran kolektif melalui kekuasaan. Pengetahuan terbentuk dalam
gereja, secara jelas sebuah keniscayaan. Hal itu praktik-praktik kekuasaan dan turut berperan
sebagaimana termaksud dalam percakapan dalam pembentukan, perbaikan, dan perawatan
antara Ernest dan pengacara Dr. Bergmann. teknik-teknik baru kekausaan.
“Pada persiapan acara malam Senin di Ungkapan Ernest kepada Dr. Bergmann,
gereja Nikolia itu tergabung dalam dalam mengupayakan kelancaran gerakan
beberapa kelompok yang ingin gerejanya, menjadi indikasi penguasaan
8 INOVASI, Volume XVIII, Nomor 1, Januari 2016
pengetahuan dalam memilih dan menentukan Timur yang sedang dilanda tuntutan rakyat
tindakan sosial secara cerdas. Cara-cara yang ketika rakyat menginginkan dihapusnya sistem
ditempuh Ernest, tidak lain adalah dalam sosialis. Tuntutan atas kebebasan berpendapat,
rangka merebut kekuasaan Negara melalui pemilihan yang bebas, kebebasan informasi,
wacana intelektual. Begitu juga yang dilakukan pembukan perbatasan Negara secara jelas
Negara, atas tindakan polisi yang selalu merepresentasikan tuntutan terhadap Negara
bertindak represif, merupakan tindakan yang menjalankan politik yang dilandasi
kekuasaan yang didorong atas pengetahuan- ideologi sosialis. Adapaun pembukaan
pengetahuan yang dimiliki Negara. Dengan perbatasan Negara, dari sisi realitas kesejarahan
demikian, baik Ernest sebagai simbol rakyat, tidak lain adalah Tembok Berlin yang sekian
sementara polisi sebagai simbol Negara, lama telah menyekat Jerman Barat dan Jerman
keduanya mengambil posisi paralel, satu sama Timur. Kata rakyat, maknanya dapat dirunut
lain berusaha saling memahami, bahkan atas pernyataan Grasmenn ketika menyebut:
keduanya menjadi pengontrol sekaligus kelompok “lelaki yang agak tua”, para anak
terkontrol. emas yang giat di seluruh negeri”, dan
Dari pihak pengontrol dan terkontrol, “jumlahnya tidak diketahui.” Garsmann,
Negara dan Rakyat Jerman Timur, dalam dengan demikian, sebagai simbol rakyat yang
konteks penentuan kelangsungan Negara, tidak penuh dengan kegelisahan atas praktik-praktik
terlepas dengan hal-hal yang mendasar, yakni politik, ekonomi, sosial yang terkonstruk
ideologi. Ideologi dalam konteks ini tidak lain ideologi sosialis. Tanggapan Garsmann, telah
adalah sebagaiman yang dimaksudkan menjadi aktualisasi kelompok pemuda yang
Althusser, yaitu pembenaran bagi tidakan menempuh jalan transaksi dengan Negara atas
semua kelompok manusia. Artinya, kelompok ideologi sebagai landasan pelaksanan Negara
bawah pun yang terpinggirkan juga memiliki dan pemerintahan yang dianggap lebih
ideologi yang mengorganisasi dan repesentatif secara kontekstual pada Jerman
membenarkan gagasan tentang diri mereka dan Timur.
tentang dunia. Kedua kelompok memiliki Transaksi ideologi tersebut diperjelas
peluang. Tuntutan para demonstran secara jelas ketika Grasmann mendapat pertanyaan sebagai
memosisikan diri mereka sebagai pihak yang berikut.
punya kuasa juga. “Pak Grasmann! Tindakan pengaman apa
“Pak Grasmann! Tuntutan apa yang yang dimiliki oposisi di Negara Anda
diminta para demonstran, dan kepada ketika sedang bernegoisasi dengan
siapa?” pemerintah? Apa rencan mereka? Siap
“Aku hanya bisa menyebutkan beberapa orang-orang yang bertugas untuk
pengangkatan, tak terdapat keterangan mensukseskan negoisasi tersebut?”
yang resmi. Hak atas kebebasan
berpendapat . pemilihan yang bebas. “Para siswa pesulap, pikirku tiba-tiba.
Kebebasan informasi. Pembukaan Kami adalah pelajar pesulap.” (Jankowski,
perbatasan Negara. Pengakhiran sensor. hlm. 208).\
Pembolehan perekonomian swasta. Yang
bebas selain yang dari pemerintah. Kata negoisasi, dalam konteks politik
Pelenyapan partai tunggal.” Negara, tidak merupakan pernyataan yang
bersimbol revolusiner, bahkan suatu langkah
“Dan untuk siapa tuntutan itu ditujukan?” politik yang mencerminkan sikap
“Ke sekelompok kecil lelaki yang agak antirevolusiner. Ketika tembok Berlin
tua, yang bertempat tinggal di suatu tempat dirobohkan pun dalam sejarah Jerman, pada
raasi. Dan kepada para anak emas mereka saat itu, memang dipicu atas tuntutan rakyat
yang giat di seluruh negeri. Jumlahnya secara bergelombang, namun dalam
tidak diketahui.” (Jankowski, hlm. 207). menghadapi tuntutan tersebut, Jerman secara
politis internal secara nyata bisa “mengatasi”
Wawancara Grasmann dengan wartawan secara “dewasa.”
tersebut, merepresentasikan sejarah Jerman
Asykuri, Transaksi Ideologi Dalam Novel Rabet, Runtuhnya Jerman Timur 9