Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BIOGRAFI

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Puji Ayu Wulandari
2. Moreno Ardiansyah
3. Noor Raazzaq Rahman
4. Saskia Aulia
5. Siti Naysila Natasya
6. Nabila Febriani P.W

SMA WIJAYA KUSUMA


TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada miss Remsi sebagai uuru pengajar
Bahasa Indonesia yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

BIOGRAFI
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
1.4 Ahmad Yani..............................................................................................................6
1.5 Letjen MT Haryono...................................................................................................8
1.6 D.I. Pandjaitan........................................................................................................10
1.7 Pierre Tendean.......................................................................................................12
1.8 Sutoyo Siswomiharjo..............................................................................................13
1.9 Siswondo Parman...................................................................................................15
1.10 R. Suprapto.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................20
1.11 Tokoh Ahmad Yani.................................................................................................20
1.12 Tokoh Letjen MT Haryono......................................................................................20
1.13 Tokoh D.I. Pandjaitan.............................................................................................20
1.14 Tokoh Pierre Tendean............................................................................................20
1.15 Tokoh Sutoyo Siswomiharjo...................................................................................21
1.16 Tokoh Siswondo Parman........................................................................................21
1.17 Tokoh R. Suprapto..................................................................................................21
FOTO PENELITIAN:.................................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

4
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab graphien yang berarti
tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Biografi,
secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi
dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.

Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan
seseorang dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya,
informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya
dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.

Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat


biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang
melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya.
Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak
terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu
atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh
sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis
secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-
tema utama tertentu (misalnya "masamasa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian").
Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa
benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan
pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan
peranan subyek biografi itu.

1.2 Rumusan Masalah


Biografi Tokoh pahlawan yang gugur dalam peristiwa G30SPKI
5
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui tentang biografi tokoh Ahmad Yani
b. Untuk mengetahui tentang biografi tokoh Letjen MT Haryono
c. Untuk mengetahui tentang biografi tokoh D.I. Pandjaitan
d. Untuk mengetahui tentang biografi tokoh Pierre Tendean
e. Untuk mengetahui tentang biografi tokoh Siswondo Parman
f. Untuk mengetahui tentang biografi tokoh R. Suprapto

BAB II
PEMBAHASAN

6
1.4 Ahmad Yani

Profil Singkat Jend. Ahmad Yani

Nama : Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani


Lahir :  Jenar, Purworejo, Jawa Tengah, 22 Juni 1922
Wafat : Jakarta, 1 Oktober 1965
Pendidikan :
 HIS (setara SD) Bogor, tamat tahun 1935
 MULO (setara SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun
1938
 AMS (setara SMA/ SMU) bagian B Afd. Jakarta,
berhenti tahun 1940
 Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di
Malang
 Pendidikan Heiho di Magelang
 Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
 Command and General Staf College di Fort Leaven
Worth, Kansas, USA, tahun 1955
 Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956
Jabatan:
Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) (23 Juni
1962 – 1 Oktober 1965)
Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 19 Juni
1922 di keluarga Wongsoredjo, keluarga yang bekerja di sebuah pabrik gula yang
dijalankan oleh pemilik Belanda. Pada tahun 1927, Yani pindah dengan keluarganya
ke Batavia, di mana ayahnya kini bekerja untuk General Belanda. Di Batavia, Yani
bekerja jalan melalui pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 1940, Yani
meninggalkan sekolah tinggi untuk menjalani wajib militer di tentara Hindia
Belanda pemerintah kolonial. Ia belajar topografi militer di Malang, Jawa Timur,
tetapi pendidikan ini terganggu oleh kedatangan pasukan Jepang pada tahun 1942.
Pada saat yang sama, Yani dan keluarganya pindah kembali ke Jawa Tengah.
Pada tahun 1943, ia bergabung dengan tentara yang disponsori Jepang PETA
(Pembela Tanah Air), dan menjalani pelatihan lebih lanjut di Magelang. Setelah
menyelesaikan pelatihan ini, Yani meminta untuk dilatih sebagai komandan peleton
Peta dan dipindahkan ke Bogor, Jawa Barat untuk menerima pelatihan. Setelah
selesai, ia dikirim kembali ke Magelang sebagai instruktur.

7
Pada tanggal 5 Desember 1944, ia melangsungkan pernikahannya dengan
Bandiah, yang dulu menjadi guru mengetiknya. Dari perkawinan ini kelak mereka
dianugerahi delapan orang anak..

Masa perjuangan
Pada masa Agresi Militer Belanda II, Ahmad Yani diangkat menjadi
Komandan Wehrkreise II untuk daerah Kedu. Pada waktu terjadi pemberontakan
DI/TII di Jawa Tengah, Ahmad Yani membentuk pasukan khusus yang bernama
Banteng Raiders dalam upaya memadamkan pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.

Karier Ahmad Yani terus meningkat dan beliau ditarik menjadi Staf Angkatan
Darat dan di sekolahkan pada Command and General Staff College di Amerika.
Setelah pulang dari mengikuti tugas belajar di Amerika Serikat pada tahun 1958,
beliau ditunjuk sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang dengan
tugas meredam pemberontakan PRRI/Permesta.

Dalam waktu singkat Ahmad Yani berhasil menduduki kota Padang dan
Bukittinggi. Dengan keberhasilan tersebut mengantarkan Ahmad Yani menduduki
Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD) pada tahun 1962. Ahmad Yani pada tahun
1962 menolak keinginan PKI yang ingin membentuk angkatan kelima (yang terdiri
dari buruh dan tani yang dipersenjatai).

Pada waktu menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat, Ahmad


Yani bersama petinggi Angkatan Darat yang lainnya menjadi korbanperistiwa G-30-
S/PKI. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pada
tanggal 5 Oktober 1965 melalui SK Presiden No. 111/KOTI/1965, pemerintah
menganugerahinya gelar pahlawan revolusi.

1.5 Letjen MT Haryono


Nama Lengkap :Mas Tirtodarmo Haryono
Alias :Tirtodarmo Haryono | M.T. Haryono
Profesi : Pahlawan Nasional

8
Agama : Islam
Tempat Lahir : Surabaya
Tanggal Lahir : Minggu, 20 Januari 1924
Wafat : 1 Oktober 1965
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan :
 Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran)
 HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum)
 ELS (setingkat Sekolah Dasar)
Karir :
 Mayor TKR (Tentara Keamanan Rakyat)
 Sekretaris Dewan Pertahanan Negara
 Sekretaris Delegasi Militer Indonesia
Ketika Indonesia sedang mempertahankan kemerdekaan dari 1945-1950, M.
T. Haryono sering dipindah tugaskan.
M. T. Haryono sempat dipindahkan ke kantor penghubung.
Tidak hanya itu, ia juga menjadi Sekretaris Delegasi RI ketika terjadi perundingan
dengan Inggris dan Belanda.
M. T. Haryono sangatlah dibutuhkan Indonesia karena dapat menguasai tiga bahasa.
Ketika menjabat sebagai Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat
(Men/Pangad), PKI sedang marak di Indonesia.
PKI merasa dekat dengan Presiden Soekarno dan sebagian rakyat, sehingga membuat
penyebarannya meluas.
Pada saat itu, PKI sering mengeluarkan ide dengan maksud tersembunyi.
Satu di antaranya mempersenjatai kaum buruh dan tani atau yang disebut sebagai
angkatan kelima.
Ide yang dilontarkan oleh partai komunis ini sebagian besar tidak disetujui oleh
perwira AD maupun M. T. Haryono.
Menurut M. T. Haryono, ide tersebut secara tidak langsung ingin mengubah
ideologi pancasila menjadi komunis.
Pembentukan angkatan kelima juga memiliki risiko yang tinggi.
Penolakan yang dilakukan oleh M. T. Haryono dan perwira lainnya membuat mereka
dimusuhi PKI dan menjadi target pembunuhan dalam pemberontakan Gerakan 30
September 1965.
Pada 1 Oktober 1965 dini hari, Letjen. TNI Anumerta M.T. Haryono bersama
enam perwira lainnya yakni Jend. TNI Anumerta Achmad Yani, Letjen. TNI
Anumerta Suprapto, Letjen.TNI Anumerta S Parman, Mayjen. TNI Anumerta D.I.
Panjaitan, Mayjen. TNI Anumerta Sutoyo S dan Kapten CZI TNI Anumerta Pierre
Tendean berhasil diculik kemudian dibunuh.
Jenazah M. T. Haryono dimasukkan ke sumur tua di sekitar Lubang Buaya.
Jasa M. T. Haryono dalam mempertahankan Pancasila membuat naik pangkat dari
Mayor Jenderal menjadi Letnan Jenderal.
9
Kelompok Serka Boengkoes yang terdiri dari 18 anggota Resimen
Tjakrabirawa setelah diberi tugas langsung meluncur ke lokasi.
Pada sekitar pukul 03.30 WIB, pasukan tersebut telah berada di kediaman Mayjen
M.T. Haryono di Jalan Prambanan.
Ihwal ketepatan waktu, Julius Pour menyatakan pasukan Tjarabirawa datang di rumah
Mayjen M.T. Haryono pukul 04.30 WIB.
Mayjen M. T. Harjono terbangun karena terdengar suara kedatangan pasukan
Tjakrabirawa.
Sebelumnya, ia telah menyadari hal buruk akan terjadi pada dirinya.
M. T. Haryono kemudian menyuruh istri dan anak-anaknya untuk segera pergi ke
halaman belakang.
Setelah sampai di kediaman M. T. Haryono, pemimpin pasukan, Sersan Boengkoes,
Dan Ton I Batalyon I Resimen Tjakrabirawa mengetuk pintu rumah.
Setelah pintu diketuk, terdengar jawaban dari dalam kamar di rumah M. T. Haryono.
"Kalau mau ketemu besok pagi saja di kantor jam 08.00 WIB,” kata Haryono.
Saat itu juga, Sersan Boengkoes memutuskan langsung mendobrak pintu depan.
Kendati pintu didobrak, ruangan di dalam rumah gelap karena semua lampu
dimatikan.
Seketika sekelebat bayangan bergerak.
Sersan Boengkoes langsung menembakkan senjatanya ke arah sosok yang bergerak
itu.
Tak disangkanya, sosok itu adalah Mayjen M.T. Haryono.
Peluru Boengkoes seketika menewaskannya.
Dilaporkan juga dari hasil autopsi jenazah M.T. Haryono terdapat luka tusukan
senjata tajam.
Jenasah M.T. Haryono kemudian dibawa pasukan pimpinan Sersan Boengkoes.
Regu tim ini melempar jenazahnya ke dalam truk untuk dibawa ke Lubang Buaya.

 
1.6 D.I. Pandjaitan

Brigadir Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac


Panjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara, 9 Juni 1925  dan
meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada

10
umur 40 tahun. beliau adalah salah satu pahlawan revolusi Indonesia. Ia dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta

Beliau mendapatkan pendidikan formal dari SD hingga kuliah di Associated Command and
General Staff College, Amerika Serikat. Selama masih di Indonesia, ia sempat menjadi anggota
Gyugun di Pekanbaru, Riau dan membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian
berubah menjadi TNI. Ia menduduki jabatan sebagai komandan batalyon di TKR yang kemudian
menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948. Setelah itu, ia
menjadi Kepala Staff Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatra.

Ketika Agresi Militer Belanda ke II terjadi beliau berhasil meraih posisi sebagai Pimpinan
Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Setelah Agresi Militer
Belanda II berakhir, ia diangkat kembali menjadi Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium
(T&T) I Bukit Barisan di Medan yang selanjutnya di pindahkan ke palembang menjadi Kepala
Staf T&T II/Sriwijaya.

Kepulangan Panjaitan ke Indonesia membuat suatu gebrakan besar, yakni dengan membongkar
rahasia PKI akan pengiriman senjata dari Republik Rakyat China yang dimasukkan ke dalam peti-
peti bahan bangunan . Senjata-senjata tersebut diperkirakan akan digunakan oleh PKI untuk
melancarkan aksi pemberontakan.

Dengan terbongkarnya rahasisa pengiriman senjata tersebut maka pihak PKI marah. Pada tanggal
1 Oktober 1965, sekelompok anggota Gerakan 30 September datang ke rumah Panjaitan. Ketika
Panjaitan berusaha untuk melarikan diri, ia tertembak oleh anggota PKI dan meninggal. Mayatnya
dibawa dan dibuang di Lubang BUaya. Pada tanggal 4 Oktober, mayat Panjaitan diambil dan
dimakamkan secara layak di TMP Kalibata, Jakarta. Berkat keberaniannya membela negara,
Donald Isaac Panjaitan diangkat menjadi Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965 dengan
Keppres No. 111/KOTI/1965.

Donald Isaac Panjaitan meninggalkan istri Alm Marieke Pandjaitan br Tambunan, dan enam
Anak yakni: Catherine Pandjaitan, Masa Arestina, Ir (Ing) Salomo Pandjaitan, Letnan Jendral
(Purn) Hotmangaraja Panjaitan, Tuthy Kamarati Pandjaitan, dan Riri Budiasri Pandjaitan.

11
Pendidikan
SD, SMP, dan SMA di Indonesia
Associated Command and General Staff COllege, Amerika Serikat

Karir
Komandan batalyon di TKR
Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948
Kepala Staff Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatra.
Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan
Kepala Staf T&T II/Sriwijaya di Palembang

Penghargaan
Pahlawan Revolusi Indonesia

1.7 Pierre Tendean

Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean adalah


seorang perwira militer Indonesia yang menjadi salah satu
korban peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965.

12
Mengawali karier militer dengan menjadi intelijen dan kemudian ditunjuk sebagai ajudan
Jenderal Abdul Haris Nasution dengan pangkat letnan satu, ia dipromosikan menjadi kapten
anumerta setelah kematiannya. Tendean dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dan
bersama enam perwira korban G30S lainnya, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia
pada tanggal 5 Oktober 1965.

Pierre Andreas Tendean terlahir pada tanggal 21 Februari 1939 di Batavia (kini Jakarta),
Hindia Belanda dari pasangan Dr. A.L Tendean, seorang dokter yang berdarah Minahasa, dan
Cornet M.E, serang wanita Indo yang berdarah Perancis. Pierre adalah anak kedua dari tiga
bersaudara; kakak dan adiknya masing-masing bernama Mitze Farre dan Rooswidiati. Tendean
mengenyam sekolah dasar di Magelang, lalu melanjutkan SMP dan SMA di Semarang tempat
ayahnya bertugas. Sejak kecil, ia sangat ingin menjadi tentara dan masuk akademi militer, namun
orang tuanya ingin ia menjadi seorang dokter seperti ayahnya atau seorang insinyur. Karena
tekadnya yang kuat, ia pun berhasil bergabung dengan Akademi Teknik Angkatan Darat
(ATEKAD) di Bandung pada tahun 1958.

Pada tahun 1962 Tandean lulus dari akademi militer dengan pangkat letnan dua, dan
menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan. Setahun
kemudian, ia mengikuti pendidikan di sekolah intelijen di Bogor. Setamat dari sana, ia ditugaskan
di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk menjadi mata-mata ke Malaysia
sehubungan dengan konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia; ia bertugas memimpin
sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia. Pada tanggal 15 April
1965, Tendean dipromosikan menjadi letnan satu, dan ditugaskan sebagai ajudan Jenderal Abdul
Haris Nasution.

Pada pagi tanggal 1 Oktober 1965, pasukan Gerakan 30 September (G30S) mendatangi
rumah Nasution dengan tujuan untuk menculiknya. Tendean yang sedang tidur di ruang belakang
rumah Jenderal Nasution terbangun karena suara tembakan dan ribut-ribut dan segera berlari ke
bagian depan rumah. Ia ditangkap oleh gerombolan G30S yang mengira dirinya sebagai Nasution
karena kondisi rumah yang gelap. Nasution sendiri berhasil melarikan diri dengan melompati
pagar. Tendean lalu di bawa ke sebuah rumah di daerah Lubang Buaya bersama enam perwira
tinggi lainnya. Ia ditembak mati dan mayatnya dibuang ke sebuah sumur tua bersama enam jasad

13
perwira lainnya.

Bersama keenam perwira lainnya Tendean dimakamkan di Taman Makam Pahlawan


Kalibata, Jakarta. Untuk menghargai jasa-jasanya, Tendean dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi
Indonesia pada tanggal 5 Oktober 1965 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.
111/KOTI/Tahun 1965.

Sejumlah jalan juga dinamai sesuai namanya, termasuk di Manado, Balikpapan, dan di
Jakarta. Pasca kematiannya, ia secara anumerta dipromosikan menjadi kapten. (sumber:
Wikipedia bahasa Indonesia)

1.8 Sutoyo Siswomiharjo


Mayor Jendral TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo adalah
seorang perwira tinggi TNI-AD yang diculik dan kemudian
dibunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September di Indonesia.
Sutoyo Siswomiharjo yang lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 28
Agustus 1922 termasuk ke dalam salah satu Pahlawan Revolusi
1965.

Kehidupan awal

Sutoyo Siswomiharjo menyelesaikan sekolahnya sebelum invasi


Jepang pada tahun 1942, dan selama masa pendudukan Jepang, ia
belajar tentang penyelenggaraan pemerintahan di Jakarta. Dia
kemudian bekerja sebagai pegawai pemerintah di Purworejo,
namun mengundurkan diri pada tahun 1944.

Karier militer

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, Sutoyo bergabung ke dalam bagian Polisi Tentara
Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia. Hal ini kemudian menjadi
Polisi Militer Indonesia. Pada Juni 1946, ia diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Soebroto,
komandan Polisi Militer. Ia terus mengalami kenaikan pangkat di dalam Polisi Militer, dan pada
tahun 1954 ia menjadi kepala staf di Markas Besar Polisi Militer. Dia memegang posisi ini selama
dua tahun sebelum diangkat menjadi asisten atase militer di kedutaan besar Indonesia di London.
Setelah pelatihan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat di Bandung dari tahun 1959
hingga 1960, ia diangkat menjadi Inspektur Kehakiman Angkatan Darat, kemudian karena
pengalaman hukumnya, pada tahun 1961 ia menjadi inspektur kehakiman/jaksa militer utama.

14
Kematian

Sama seperti Pahlawan Revolusi lainnya, Sutoyo Siswomiharjo meninggal saat terjadinya
Gerakan 30 September 1965. Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, anggota Gerakan 30
September yang dipimpin oleh Sersan Mayor Surono masuk ke dalam rumah Sutoyo di Jalan
Sumenep, Menteng, Jakarta Pusat. Mereka masuk melalui garasi di samping rumah. Mereka
memaksa pembantu untuk menyerahkan kunci, masuk ke rumah itu dan mengatakan bahwa
Sutoyo telah dipanggil oleh Presiden Soekarno. Mereka kemudian membawanya ke markas
mereka di Lubang Buaya. Di sana, dia dibunuh dan tubuhnya dilemparkan ke dalam sumur yang
tak terpakai. Seperti rekan-rekan lainnya yang dibunuh, mayatnya ditemukan pada 4 Oktober dan
dia dimakamkan pada hari berikutnya. Dia secara anumerta dipromosikan menjadi Mayor
Jenderal dan menjadi Pahlawan Revolusi.

Sutoyo Siswomiharjo meninggal di Lubang Buaya, Jakarta pada 1 Oktober 1965 saat berusiar 43
tahun, Beliau menjadi Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965 atas Keppres No.
111/KOTI/1965.

Pendidikan:
Balai Pendidikan Pegawai Negeri Jakarta
AMS
HIS

Karir:
Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo, 1946
Kepala Staf CPMD Yogyakarta, 1948-1949
Komandan Batalyon I CPM, 1950
Danyon V CPM, 1951
Kepala Staf MBPM, 1954
Pamen diperbantukan SUAD I, 1955-1956
Asisten ATMIL di London, 1956
Berpangkat Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD, 1961
Berpangkat Brigjen, 1964

Penghargaan
Pahlawan Revolusi

1.9 Siswondo Parman


Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman atau
yang lebih dikenal dengan nama S. Parman lahir di Wonosobo,
Jawa Tengah, 4 Agustus 1918 – meninggal di Lubang Buaya,
Jakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 47 tahun). Parman adalah
15
salah satu pahlawan revolusi Indonesia dan tokoh militer Indonesia. Ia meninggal dibunuh pada
persitiwa Gerakan 30 September dan mendapatkan gelar Letnan Jenderal Anumerta. Ia
dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Parman merupakan perwira intelijen, sehingga banyak tahu tentang kegiatan PKI. Dia termasuk
salah satu di antara para perwira yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima
yang terdiri dari buruh dan tani. Penolakan serta posisinya sebagai pejabat intelijen yang tahu
banyak tentang PKI, membuatnya menjadi korban penculikan oleh Resimen Tjakrabirawa yang
dipimpin Serma Satar. Penculikannya diduga diatur oleh kakak kandungnya sendiri, yaitu Ir.
Sakirman yang merupakan petinggi di Politbiro CC PKI kala itu.

Kehidupan pribadi

S. Parman adalah anak keenam dari sebelas bersaudara yang dilahirkan di Wonosobo, Jawa
Tengah pada tanggal 4 Agustus 1918. Ayahnya bernama Kromodihardjo bekerja sebagai seorang
pedagang. S. Parman memiliki seorang kakak laki-laki bernama Ir. Sakirman dimana nanti
kakaknya ini akan menjadi petinggi di Politbiro CC PKI (semacam Dewan Syuro atau Dewan
Penasihat Parpol sekarang).

Meskipun Kromodihardjo hanyalah seorang pedagang di Pasar Wonosobo, dia selalu


mengusahakan agar anak-anaknya bisa memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Parman
menyelesaikan pendidikan di HIS (Hollandsch Inlandsche School) atau Sekolah Dasar Belanda di
Wonosobo. Kemudian dia melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebried Lager Onderwijs) atau
Sekolah Menengah Pertama di Yogyakarta. Seharusnya dia setelah lulus, Parman melanjutkan ke
AMS (Algemeene Middelbare School) yang setara dengan tingkat SMA namun karena ayahnya
meninggal dunia pada tahun 1937 membuat Parman tidak bersekolah hampir dua tahun. parman
kemudian membantu ibunya berdagang di Pasar Wonosobo. Setelah menemukan waktu yang
tepat, Parman kembali melanjutkan sekolahnya di AMS. Sesuai dengan keinginan ayahnya,
Parman kemudian masuk ke Sekolah Tinggi Kedokteran (STOVIA) di Jakarta.

Lagi-lagi sekolah Parman kembali terhambat. Dia tidak bisa menyelesaikan sekolah
kedokterannya ini karena invasi Jepang pada tahun 1942. Suatu hari ketika Parman tengah berada
di Wonosobo, ia bertemu polisi militer Jepang, Kenpetai yang mengatakan kalau mereka
membutuhkan seseorang yang bisa berbahasa Inggris sebagai penerjemah. Mulai saat itu, Parman
yang fasih berbahasa Inggris mengikuti Kenpetai hingga ke Yogyakarta. Meski membantu
Jepang, rasa nasionalisme Parman tetap tinggi. Ia terus berhubungan dengan teman-temannya
yang berjuang diam-diam untuk melawan Jepang. Sekembalinya ke tanah air ia kembali lagi
bekerja pada Jawatan Kempeitai.

Karir militer

16
Awal kariernya di militer dimulai dengan mengikuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yaitu
Tentara RI yang dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan. Pada akhir bulan Desember 1945, ia
diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta.

Selama Agresi Militer II Belanda, ia turut berjuang dengan melakukan perang gerilya. Pada bulan
Desember 1949, ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya. Salah satu
keberhasilannya saat itu adalah membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil
(APRA) yang akan melakukan operasinya di Jakarta di bawah pimpinan Westerling. Selanjutnya,
pada Maret 1950, ia diangkat menjadi kepala Staf G. Dan setahun kemudian dikirim ke Amerika
Serikat untuk mengikuti pendidikan pada Military Police School.

Sekembalinya dari Amerika Serikat, ia ditugaskan di Kementerian Pertahanan untuk beberapa


lama kemudian diangkat menjadi Atase Militer RI di London, Inggris pada tahun 1959. Lima
tahun berikutnya yakni pada tahun 1964, ia diserahi tugas sebagai Asisten I Menteri/Panglima
Angkatan Darat (Men/Pangad) dengan pangkat Mayor Jenderal.

Ketika menjabat Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) ini, pengaruh PKI
juga sedang marak di Indonesia. Partai Komunis ini merasa dekat dengan Presiden Soekarno dan
sebagian rakyat pun sudah terpengaruh. Namun sebagai perwira intelijen, S. Parman sebelumnya
sudah banyak mengetahui kegiatan rahasia PKI. Maka ketika PKI mengusulkan agar kaum buruh
dan tani dipersenjatai atau yang disebut dengan Angkatan Kelima. Ia bersama sebagian besar
Perwira Angkatan Darat lainnya menolak usul yang mengandung maksud tersembunyi itu.
Dengan dasar itulah kemudian dirinya dimusuhi oleh PKI. Dan akhirnya pada saat terjadinya
peristiwa G30S ,beliau menjadi korban karena termasuk musuh PKI. S.Parman diculik dari
rumahnya,dibunuh di Lubang Buaya,dan disembunyikan di sumur Lubang Buaya.

Siswondo Parman ditetapkan menjadi Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965 dengan Keppres


No. 111/KOTI/1965.

PENDIDIKAN
HIS (Hollandsch Inlandsche School) di Wonosobo
MULO (Meer Uitgebried Lager Onderwijs) di Yogyakarta
AMS (Algemeene Middelbare School)
Sekolah Tinggi Kedokteran (STOVIA) di Jakarta
Sekolah Tinggi Hukum

PENGHARGAAN
Siswondo Parman alias S. Parman mendapatkan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Revolusi

1.10 R. Suprapto

17
Letnan Jenderal TNI Anumerta R.
Suprapto merupakan salah satu korban dalam
G30SPKI, beliau meninggal di Lubangbuaya, Jakarta, 1
Oktober 1965 pada umur 45 tahun, dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. R. Suprapto
dijadikan Pahlawan Revolusi
oleh Soekarno berdasarkan Kepres no. 111/KOTI/1965

Suprapto yang lahir di Purwokerto, 2 Juni 1920, ini


boleh dibilang hampir seusia dengan Panglima Besar Sudirman. Usianya hanya
terpaut empat tahun lebih muda dari sang Panglima Besar. Pendidikan formalnya
setelah tamat MULO (setingkat SLTP) adalah AMS (setingkat SMU) Bagian B di
Yogyakarta yang diselesaikannya pada tahun 1941.

Sekitar tahun itu pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi sehubungan


dengan pecahnya Perang Dunia Kedua. Ketika itulah ia memasuki pendidikan militer
pada Koninklijke Militaire Akademie di Bandung. Pendidikan ini tidak bisa
diselesaikannya sampai tamat karena pasukan Jepang sudah keburu mendarat di
Indonesia. Oleh Jepang, ia ditawan dan dipenjarakan, tapi kemudian ia berhasil
melarikan diri.

Selepas pelariannya dari penjara, ia mengisi waktunya dengan mengikuti kursus Pusat
Latihan Pemuda, latihan keibodan, seinendan, dan syuisyintai. Dan setelah itu, ia
bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat.

Di awal kemerdekaan, ia merupakan salah seorang yang turut serta berjuang dan
berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Selepas itu, ia kemudian masuk
menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto. Itulah awal dirinya secara
resmi masuk sebagai tentara, sebab sebelumnya walaupun ia ikut dalam perjuangan
18
melawan tentara Jepang seperti di Cilacap, namun perjuangan itu hanyalah sebagai
perjuangan rakyat yang dilakukan oleh rakyat Indonesia pada umumnya.

Selama di Tentara Keamanan Rakyat (TKR), ia mencatatkan sejarah dengan ikut


menjadi salah satu yang turut dalam pertempuran di Ambarawa melawan tentara
Inggris. Ketika itu, pasukannya dipimpin langsung oleh Panglima Besar Sudirman. Ia
juga salah satu yang pernah menjadi ajudan dari Panglima Besar tersebut.

Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia sering berpindah tugas.


Pertama-tama ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV/
Diponegoro di Semarang. Dari Semarang ia kemudian ditarik ke Jakarta menjadi Staf
Angkatan Darat, kemudian ke Kementerian Pertahanan. Dan setelah pemberontakan
PRRI/Permesta padam, ia diangkat menjadi Deputy Kepala Staf Angkatan Darat
untuk wilayah Sumatera yang bermarkas di Medan. Selama di Medan tugasnya
sangat berat sebab harus menjaga agar pemberontakan seperti sebelumnya tidak
terulang lagi.

Pada tanggal 01 Oktober dini hari, Suprapto, yang saat itu tidak bisa tidur karena
sakit gigi yang dideritanya, didatangi oleh sekawanan orang, yang mengaku sebagai
pengawal kepresidenan (Cakrabirawa), yang mengatakan bahwa ia dipanggil oleh
presiden Sukarno untuk menghadap. Suprapto kemudian dimasukkan ke dalam truk
dan dibawa ke Lubang Buaya, daerah pinggiran kota Jakarta, bersama dengan 6 orang
lainnya.

Malam harinya, Jendral Suprapto dan keenam orang lainnya ditembak mati dan
dilemparkan ke dalam sebuah sumur tua. Baru pada tanggal 5 Oktober, jenazah para
korban pembunuhan tersebut bisa dikeluarkan dan dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata. Di hari itu juga, Presiden Sukarno mengeluarkan Kepres no.

19
111/KOTI/1965, yang meresmikan Suprapto bersama korban Lubang Buaya yang
lain sebagai Pahlawan Revolusi.

Pendidikan:
MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang setara SLTP di Yogyakarta
AMS (Algemeene Middlebare School) yang setara SLTA di Yogykarta
Koninklijke Militaire Akademie di Bandung

Penghargaan:
Gelar Pahlawan Revolusi

DAFTAR PUSTAKA

1.11 Tokoh Ahmad Yani


 https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-jenderal-ahmad-
yani--sebagai-pahlawan-revolusi/
 https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Yani#:~:text=Ahmad%20Yani%20lahir
%20di%20Jenar,kini%20bekerja%20untuk%20General%20Belanda.

20
 https://sejarahlengkap.com/tokoh/biografi-ahmad-yani
1.12 Tokoh Letjen MT Haryono
 https://id.wikipedia.org/wiki/Mas_Tirtodarmo_Haryono
 https://www.merdeka.com/mas-tirtodarmo-haryono/profil/
 https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/01/biografi-mas-
tirtodarmo-haryono.html
1.13 Tokoh D.I. Pandjaitan
 https://id.wikipedia.org/wiki/D.I._Pandjaitan#:~:text=Panjaitan%20lahir
%20di%20Balige%2C%20Tapanuli,terakhir%20di%20Sekolah
%20Menengah%20Atas.&text=Panjaitan%20sendiri%20kemudian
%20diangkat%20menjadi,I%20Bukit%20Barisan%20di%20Medan.
 https://amp.tirto.id/m/donald-icazus--d-i--panjaitan-bq
 https://www.idntimes.com/news/indonesia/lia-hutasoit-1/biografi-di-
panjaitan-pahlawan-revolusi-yang-gugur-di-lubang-buaya
 https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/01/biografi-di-pandjaitan-
pahlawan-revolusi.html
1.14 Tokoh Pierre Tendean
 https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/01/biografi-pierre-tendean-
pahlawan.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Pierre_Tendean#:~:text=(Anumerta)%20Pierre
%20Andries%20Tendean%20(,30%20September%20pada%20tahun
%201965.&text=dengan%20pangkat%20Letnan%20Satu%20Czi,menjadi
%20Kapten%20Anumerta%20setelah%20kematiannya.

1.15 Tokoh Sutoyo Siswomiharjo


 https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/01/Biografi-Sutoyo-
Siswomiharjo-Pahlawan-Revolusi.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Sutoyo_Siswomiharjo

1.16 Tokoh Siswondo Parman


 https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/01/biografi-siswondo-parman-
pahlawan.html
21
 https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman#:~:text=Letnan%20Jenderal%20TNI
%20(Anumerta)%20Siswondo,mendapatkan%20gelar%20Letnan%20Jenderal
%20Anumerta.

1.17 Tokoh R. Suprapto


 https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/01/biografi-r-suprapto-pahlawan-
revolusi.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi)

FOTO PENELITIAN:

22
Foto pada saat sedang mencari biografi tokoh pahlawan dari internet

Foto pada saat mencari biografi tokoh pahlawan dari buku

23
24

Anda mungkin juga menyukai