Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

SEJARAH INDONESIA

“PETA DI BLITAR ANGKAT SENJATA”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:


-MUH.FATHIRRIDHA
-IRAHAYU
-NABILA FADLI
-TASYA AMALIAH
-AZ ZAHRA SAKINA

SMA NEGERI 3 PALOPO


KELAS XI IPA 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah kami ini berjudul “Peta di Blitar Angkat Senjata”.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak yang telah memberikan informasi dan data-
data terkait dengan penyusunan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada guru kami Bu
Dian Pratiwi Haeruddin, yang telah memberikan kami didikan yang besar tentang sejarah
Indonesia. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami meminta
maaf jika terjadi kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini.

Palopo, Februari 2023

Muh.Fathirridha
II

DAFTAR ISI

HALAMAN
COVER............................................................................................................ .........I
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….II
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….III

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………….............1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………............2
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………………………….2

BAB II. PEMBAHASAN……………………………………………………………………4


A. Penyebab Terjadinya Perlawanan Peta di Blitar………………………………………..4
B. Jalannya Pemberontakan Peta…………………………………………………………..4
C. Akhir Pemberontakan…………………………………………………………………..5

BAB III. PENUTUP……………………………………………………………………..............7


A. Kesimpulan……………………………………………………………………………...7
B. Saran…………………………………………………………………………………….7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………9
III
BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Awal kedatangan Jepang di Indonesia disambut dengan penuh antusias bukan hanya masyarakat
Blitar, tetapi juga seluruh penduduk Indonesia. Kedatangan Jepang ini semakin disenangi oleh
karena itu Jepang sudah membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Jepang juga mengatakan
bahwa mereka adalah saudara tua. Indonesia adalah saudara muda dan saudara tua wajib melindungi
suadara muda. Bangsa Indonesia gembira mendengarnya, karena Bangsa Indonesia boleh
mengibarkan bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan. Akan tetapi,
kebaikan Jepang tersebut hanya berlangsung sementara. Jepang memang tidak bermaksud untuk
memerdekakan Indonesia. Kemudian Jepang mulai memperlihatkan tindakan buruk yang
terangterangan dalam bentuk menjajah dan mengeruk kekayaan Indonesia serta memaksa penduduk,
terutama pemuda-pemuda untuk kerja paksa (romusha) membangun prasarana, seperti kubu-kubu,
jalan raya, benteng-benteng, lapangan udara, dan lain-lain. Prinsipnya mereka disuruh kerja berat,
kekayaan dikuras semuanya untuk kepentingan Jepang.

Sebagai akibatnya, pakaian sulit diperoleh, kelaparan di mana-mana, dan rakyat terjangkit
penyakit, namun Jepang tidak mau tahu dengan kesengsaraan bangsa Indonesia tersebut. Rakyat
mulai benci, tetapi perasaan benci terpaksa dipendam karena takut pada tentara Jepang yang kasar.
Rasa benci semakin lama semakin besar. Rakyat tidak sanggup lagi menahan penderitaan, lama-lama
rakyat menjadi berani. Mereka bertekad untuk melawan Jepang.

Kemudian timbul kekecewaan tentara Peta (Pembela Tanah Air) dimulai tahun 1944, yang
mempunyai benih-benih, baik yang berasal dari dalam kehidupan Daidan (Komandan
Batalyon/Mayor) Blitar itu sendiri maupun keadaan masyarakat yang cukup menderita, karena
pemerintah Jepang yang selalu merugikan rakyat Indonesia. Oleh karena itu terjadi beberapa
pemberontakan di antaranya yang terbesar dalam lingkup Peta adalah pemberontakan Peta di Blitar
1
pada tanggal 14 Februari 1945. Pemberontakan tersebut dipimpin oleh Supriyadi, dengan diikuti oleh
kira-kira separuh dari seluruh anggota daidan, karena tidak tahan melihat penderitaan yang dialami
keluarganya maupun rakyat sekitarnya akibat penjajahan Jepang.

Pada awalnya pembentukan organisasi Peta ini adalah untuk memenuhi kepentingan peperangan
Jepang di lautan Pasifik dalam menghadapi Sekutu (Inggris dan Amerika), namun dalam
perkembangan selanjutnya Peta sangat besar manfaatnya bagi bangsa Indonesia untuk meraih
kemenangan dalam perjuangan fisik membela dan mempertahankan kemerdekaan RI menghadapi
Sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) serta Jepang sendiri. Kemudian
organisasi Peta terlalu bersifat Nasionalis dan dianggap sangat membahayakan kedudukan Jepang
atas wilayah Indonesia maka pada tahun 1945 Peta dibubarkan.

Pemberontakan Peta di Blitar menumbuhkan efek semangat kepada prajuritprajurit Peta, bukan
semangat untuk menunjukkan orang Indonesia menjadi budak Jepang. Tetapi sebaliknya, memberi
semangat untuk menjadi patriot-patriot bangsa Indonesia yang sedang menyongsong kemerdekaan
bangsanya. Timbulnya pemberontakan tidak hanya karena ketidakpuasan terhadap perlakuan orang
Jepang kepada bangsa Indonesia, tetapi sudah dijiwai oleh adanya semangat, bahwa Indonesia harus
merdeka.

B. Rumusan Masalah.

a) Penyebab terjadinya pemberontakan Peta di Blitar.


b) Tokoh-tokoh/pemimpin.
c) Kapan saja peristiwanya terjadi.
d) Akhir peristiwa.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

Berdasarkan judul skripsi pemberontakan Peta di Blitar, peneliti mempunyai tujuan:

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya pemberontakan di Blitar.

b. Untuk mengetahui perjuangan masyarakat daerah (lokal) dalam perjuangan mempertahankan


kemerdekaan.
2
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai bahan rujukan dan sumbangan pemikiran pada masyarakat Indonesia secara umum,
khususnya masyarakat Blitar.

b. Menambah khasana penelitian sejarah lokal, khususnya di Jawa Timur, guna melengkapi
karya-karya Sejarah Nasional.
3
BAB II.

PEMBAHASAN

A. Penyebab Terjadinya Pemberontkan Peta di Blitar

Pemberontakan PETA di Blitar yang mencapai puncaknya pada 14 Februari 1945 dipelopori
oleh Supriyadi. Ia adalah anggota PETA berpangkat shodancho. Dibentuknya PETA justru telah
menghadirkan semangat nasionalisme dan sikap patriot di antara pemuda Indonesia, termasuk
Supriyadi. Supriyadi merasa resah dengan nasib rakyat Indonesia di bawah pendudukan
pemerintah Jepang. Banyak orang yang dijadikan pekerja paksa (romusha), dibebani pajak tinggi,
bahkan dirampas hasil pertaniannya. Perlakuan tentara Jepang terhadap kaum perempuan
Indonesia juga menjadi alasan kebencian Supriyadi terhadap bangsa penjajah itu.

Di dalam PETA sendiri juga muncul perlakuan diskriminasi. Prajurit pribumi atau orang
Indonesia diwajibkan memberi hormat kepada tentara Jepang, sekali pun orang Jepang itu
berpangkat lebih rendah. Lantaran berbagai hal itulah, Supriyadi kemudian menghimpun
pasukannya dan merencanakan perlawanan terhadap Jepang.

B. Jalannya Pemberontakan Peta

Pertemuan rahasia sudah digelar sejak September 1944. Supriyadi menilai bahwa aksi itu akan
menjadi sebuah revolusi menuju kemerdekaan. Kemudian, Shodanco Suparjono juga kerap
mengajak bawahannya untuk menyanyikan Indonesia Raya dan Di Timur Matahari. Shodanco
Partoharjono bahkan mengibarkan bendera Merah Putih di sebuah lapangan besar pada 14
Februari 1945.

Tanggal 14 Februari 1945 pun dipilih sebagai waktu yang tepat karena akan ada pertemuan
seluruh anggota dan komandan PETA di Blitar, sehingga diharapkan anggota-anggota yang lain
akan ikut bergabung dalam perlawanan. Tanggal 14 Februari 1945, pukul 03.00 WIB, pasukan
4
PETA melancarkan serangan dengan menembakkan mortir ke Hotel Sakura, yang menjadi
kediaman para perwira militer Jepang. Markas Kempetai juga ditembaki senapan mesin. Dalam
aksi yang lain, salah seorang Bhudancho PETA merobek poster bertuliskan “Indonesia Akan
Merdeka”, dan menggantinya dengan tulisan “Indonesia Sudah Merdeka!”.

Setelah Jepang mengetahui adanya aksi itu, Jepang segera mendatangkan pasukannya. Pasukan
Jepang juga dipersenjatai tank dan pesawat udara. Mereka mencoba menghalau tentara PETA
yang melakukan perlawanan. Kekuatan tentara Jepang sulit ditandingi, dikarenakan Jepang
menguasai seluruh Kota Blitar. Seruan Jepang yang memerintahkan PETA untuk mundur
membuat beberapa kesatuan PETA lainnya kembali ke kesatuannya masing masing.

Beberapa kesatuan tunduk pada perintah Jepang. Akan tetapi mereka yang kembali justru
ditangkap, ditahan, dan disiksa polisi Jepang. Kurang lebih setengah pasukan Supriyadi kembali.
Namun Supriyadi sendiri, Muradi, dan sisa pasukannya tetap setia melawan. Mereka membuat
pertahanan di lereng Gunung Kawi dan Distrik Pare. Dalam waktu singkat Jepang mengirimkan
pasukan militer untuk memadamkan pemberontakan itu, Jepang berupaya menahan perlawanan
Supriyadi dengan memblokir serta mengepung pertahanannya, sehingga para pemberontak
terdesak.

Difasilitasi dinas propaganda Jepang, Kolonel Katagiri menemui Shodancho Muradi, salah satu
pentolan pemberontak. Katagiri meminta seluruh pasukan pemberontak kembali ke markas
batalyon. Muradi mengajukan syarat pada Kolonel Katagiri. Pertama, senjata para pemberontak
tidak dilucuti. Yang kedua para pemberontak tak diperiksa atau diadili. Katagiri setuju. Dia
memberikan pedangnya sebagai jaminan. Ini janji seorang samurai yang harus ditepati. Katagiri
setuju. Dia memberikan pedangnya sebagai jaminan. Ini janji seorang samurai yang harus
ditepati. Namun janji Katagiri tak bisa diterima komandan tentara ke-16. Mereka malah mengirim
Kempetai (Satuan Polisi Militer Jepang) untuk mengusut pemberontakan itu. 

C. Akhir Pemberontakan
Berdasarkan kesepakatan itu, maka pada suatu hari sekitar pukul 8 malam, Muradi dan
pasukannya kembali ke daidan. Di sana sudah berderet barisan perwiran di bawah pimpinan
Daidanco Surakhmad. Kepada Surakhmad, Muradi melaporkan mereka sudah kembali dan

5
menyesal karena telah melawan Jepang. Karena sudah malam, Muradi tak melihat bahwa pasukan
Jepang sudah mengepung mereka. Senjata mereka pun dilucuti dan langsung ditahan. Muradi dan
anak buahnya diangkut ke markas kempetai Blitar.

Sementara Supriyadi yang masih bertahan, akhirnya berhasil ditangkap juga oleh Jepang.
Mereka semua, sebanyak 68 orang, diadili di depan Mahkamah Militer Jepang di Jakarta. Ada
yang dihukum seumur hidup dan ada yang dihukum mati. Mereka yang dipidana mati yakni dr.
Ismail, Muradi, Suparyono, Halir Mankudijoyo, Sunanto, dan Sudarmo. Sementara Supriyadi
sendiri tidak jelas nasibnya dan tidak disebut dalam persidangan. Tidak diketahui apakah ia tewas
dalam pertempuran atau dihukum mati secara rahasia.
6
BAB III.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberontakan Peta di Blitar timbul, karena pemerintahan Jepang yang sewenang-wenangnya


menghancurkan rakyat Indonesia dengan memaksa untuk kerja paksa (romusha), dijadikan
serdadu, penyerahan hasil bumi secara paksa, rakyat Indonesia disuruh kerja paksa tetapi tidak
dapat menikmati hasilnya. Di samping itu, Jepang menggunakan janji-janji untuk menarik
perhatian rakyat Indonesia, yaitu menjanjikan akan diberi kemerdekaan di kemudian hari, rakyat
tunduk dan membantu kekurangan Jepang untuk menjadi negara yang maju. Melihat sikap
demikian, timbul semangat nasionalisme di dada pemuda Indonesia.

Kemudian para perwira dan para anggota Peta mengadakan suatu rapat-rapat yang dipimpin
oleh Supriyadi. Hasil rapat tersebut kesepakat mengadakan pemberontakan karena sudah tidak
tahan lagi melihat penderitaan rakyat dan ingin mewujudkan kemerdekaan. Akhirnya pada
tanggal 14 Februari 1945 pemberontakan Peta dimulai, dengan diawali tembakan-tembakan
mortir. Tetapi pemberontakan tersebut dengan mudah dipadamkan tentara Jepang, dan para
pelaku pemberontakan diadili oleh Jepang. Mereka ada yang mendapat hukuman mati dan
hukuman penjarah seumur hidup.

Dalam pemberontakan Peta di Blitar mengalami kegagalan, tetapi dari kegagalan tersebut
mendorong pemuda Blitar khususnya dan pemuda Indonesia pada umumnya untuk merdeka. Di
samping itu, Jepang terdesak angkatan perang Asia Timur Raya dan Sekutu kemudian
dibentuknya BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), ini adalah
salah satu dari pengaruh pemberontakan Pera di Blitar dan dapat mempengaruhi kemerdekaan.

B. Saran
1. Perjuangan Supriyadi dalam pemberontakan Peta di Blitar pada masa pendudukan Jepang
ditempuh untuk menuju kemerdekaan Indonesia lepas dari cengkraman penjajah, dapat

7
dijadikan sebagai motifasi untuk menjaga dan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan hal-hal
yang positif. Oleh karena itu, kepada generasi muda hendaknya meneladani perjuangan
Supriyadi.

2. Diharapkan ada usaha-usaha di pihak umat untuk mendokumentasikan bahan penulisan


tentang tokoh-tokoh perjuangan yang telah banyak berjasa khususnya umat Islam dan bangsa
Indonesia pada umumnya.
8
DAFTAR PUSTAKA

Suriyatun. (2009, November 13). Pemberontakan Peta di Blitar (1942). Digilib UIN Suka. Diakses pada
03 Februari 2023 melalui
http://digilib.uin.suka.ac.id/id/eprint/3700/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR
%20PUSTAKA.pdf

Ilham, C. A. (2022, Juni 17). Sejarah Pemberontakan PETA di Blitar, Penyebab, & Akhir Supriyadi.
Tirto.id. Diakses pada 03 Februari 2023 melalui
https://tirto.id/sejarah-pemberontakan-peta-di-blitar-penyebab-akhir-supriyadi-gqWp

Ramadhian, F. (2014, Februari 14). Kisah pemberontakan tentara PETA & ingkar janji samurai Jepang.
Merdeka.com. Diakses pada 05 Februari 2023 melalui
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-pemberontakan-tentara-peta-ingkar-janji-samurai-
jepang.html

Nibras, N. N. (2020, Januari 16) Pemberontakan PETA di Blitar. Kompas.com. Diakses pada 05 Februari
2023 melalui
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/16/190000769/pemberontakan-peta-di-blitar?
page=all
9

Anda mungkin juga menyukai