saling terkait yang membantu dalam menentukan bagaimana sumber daya yang
langka dialokasikan. Produksi dan konsumsi barang dan jasa digunakan untuk
memenuhi kebutuhan mereka yang hidup dan beroperasi dalam perekonomian.
Ekonomi suatu wilayah diatur oleh budaya, hukum, sejarah, dan geografi dan
berkembang karena kebutuhan.
Perekonomian desa Tenggong sangat beragam, hal ini dapat dilihat dari mata
pencaharian penduduk yang beraneka ragam seperti petani, pedagang, wiraswasta
dan guru. Desa Tenggong memiliki beberapa usaha mulai dari pembuatan gorong –
gorong, pembuatan tusuk sate, pembuatan batako,dan bengkel trails. Sedangkan
sebagian lainnya adalah perantauan. Kegiatan jual beli di desa Tenggong juga
berjalan dengan lancar terlihat adanya beberapa toko yang melayani kegiatan jual
beli warga sekitar. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari hari ada penjual
sayur keliling yang menyediakan kebutuhan sayur mayor warga sekitar setiap hari.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa warga desa Tenggong hidup dengan
sejahtera meskipun masih terdapat beberapa warga masuk dalam kategori ekonomi
menengah kebawah.
Berdasarkan observasi yang telah kami laksanakan di desa tenggong ada
beberapa hal yang dapat kami simpulkan untuk menentukan program kerja kami
antara lain :
1. Membuat pelatihan kriya di SDN 1, SDN 2, MI desa Tenggong,
Hal ini di dasari bahwa membuat kerajinan tangan memiliki banyak
manfaat untuk anak salah satunya adalah melatih keterampilan anak,
mengasah motorik halus, ketelitian, kesabaran, sekaligus melatih
tenggang rasa. Selain itu membuat kerajina tangan juga bermanfaat untuk
mengembangkan kepercayaan diri seorang anak,yang apabila
dikembangkan bisa dijual sehingga bisa menghasilkan nilai ekonomi
meskipun tidak banyak.
Pelatihan seni kriya pertama dilakukan di SDN 1 Tenggong dengan
mengusung 3 tutor dan pesertanya berjumlah 25 anak, yang terdiri dari
kelas 5 dan kelas 6. Pelatihan kriya di SDN 1 Tenggong focus pada
pembuatan bross dengan motif bunga. Bahan yang digunakan berupa
pita, manik-manik, kain flannel, lem tembak, peniti, benang jahit dan
jarum. Alokasi waktu yangbdibutuhkan dalam pelatihan sekitar 2 jam
dengan pembagian 15 menit materi dan sisanya adalah praktik. Anak-
anak merasa senang dan lebih refresh dengan adanya pelatihan manik-
manik disela sela mata pelajaran efektif. Hal yang didapat dari pelatihan
tersebut adalah menunjang anak untuk lebih merangsang daya
kreatifitasnya, dan yang lebih utama adalah mengenalkan seni kriya
kepada anak anak SD agar lebih tertarik.
Pelatihan seni kriya di SDN 2 Tenggong mengusung 8 tutor dengan
peserta 35 siswa dari kelas 5 dan kelas 6. Alokasi yang dibutuhkan
sebenarnya 2 jam pertemuan namun kareana ada kendala berupa alat
bantu yang kuramg lengkap maka waktu menjadi lebih panjang.
Seharusnya alat yang disediakan harus lebih memadai karena alat juga
dapat menunjang efisiensi waktu. Selain itu ruangan yang digunakan
lebih sedikit terbuka, seharusnya untuk membuat kerajinan kriya yang
berupa bros membutuhkan ruangan yang agak sedikit tertutup, tujuannya
supaya hembusan angin tidak terlalu kuat masuk kedalam ruangan. Anak
–anak lebih asemangat dan antusias karena pelatihan kerajinan kriya baru
pertama kali diadakan di SDN 2 Tenggong. Hal yang didapat dari
pelatihan seni kriya dari SDN 2 Tenggong adalah anak –anak lebih
mengenal seni kriya khusunya kerajin berupa bros, daya kreatifitas anak
lebih tergali sehingga suatu saat bisa dikembangkan.
Pelatihan seni kriya di MI Miftakhul Ulum Desa Tenggong
mengusung 9 tutor dengan jumlah peserta 27 siswa yang terdiri dari kelas
5 dan 6. Alokasi waktu yang dibutuhkan sekitar 2 jam dengan alokasi 15
menit teori dan sisanya adalah praktek. Selama pelatihan di MI Miftakhul
Ulum tidak ada kendala yang ditemukan karean persiapan jauh lebih
matang dan anak-anaknya lebih mampu mandiri dari SDN 1 dan SDN 2.
Hal yang didapat dari pelatihan keterampilan adalah mereka lebih
antusias karena hal ini masih pertama kali disekolahnya, bahkan ada yang
merasa belum puas dengan hasil yang sudah dibuatnya, sehingga ingin
mencoba untuk membuat ulang namun waktu yang kami miliki sangat
terbatas.
2. Pelatihan pembuatan aksesoris dan pembuatan toko online di warkop pak
Dono.
Pelatihan ini didasari karena ingin memberdayakan ibu-ibu yang
memiliki waktu senggang agar bisa dimanfaatkan untuk membuat
kerajinan bros, atau gantungan kunci yang berbahan manik-manik
(diamond) sehingga suatu saat bisa dipasarkan lewat toko online.
Pelatihan ini juga membantu ibu-ibu untuk memasarkan karyanya di
marketplace seperti shopee. Sehingga bisa membantu ekonomi
keluarganya meskipun tidak banyak. Sebenarnya membuat kerajina
tangan berupa bros dan gantungan kunci dari manik manik tidak
langsung bisa, jadi dalam pelatihan ini membutuhkan beberapa sesi,
setiap sesi membutuhkan waktu kurang lebih 15 sampai 30 menit. Sesi
pertama adalah pengenalan bahan. Diantaranya bahan yang dibutuhkan
dalam pelatihan ini adalah lem tembak, pensil, peniti, kain flannel, kain
keras. Mutiara, diamomd, senar nilon/ andaria, lem F-6000, dan kain
perca.
Pada pelatihan pembuatan aksesoris mengusung 1 tutor dan dan 2
asisten pelatih. Peserta yang mengikuti pelatihan tersebut berjumlah 10
orang dengan presentase ibu ibu dengan usia masih produktif. Sehingga
besar harapan kami setelah pelatihan ini selesai mampu diberdayakan
sendiri oleh peserta pelatihan, sehingga bisa dijual dimarket place yang
disarankan dengan harga yang sesuai dengan kualitas dan hasil karya
yang diciptakan.
Pelatihan pembuatan aksesoris membutuhkan waktu 3 jam dan
pelatihan membuat toko online membutuhkan kurang lebih 1 jam, jadi
kesulurahan pelatihan membutuhkan waktu sekitar 4 jam dengan
presentase 20 menit materi dengan mengenalkan bahan- bahan seperti
lem tembak, pensil, peniti, kain flannel, kain keras. Mutiara, diamomd,
senar nilon/ andaria, lem F-6000, dan kain perca serta tata cara meronce
diamond. Setelah itu peserta mulai langsung membuat pola dan
melanjutkan proses hingga akhir. Pada sesi terakhir salah satu tutor
meminta salah satu peserta pelatihan untuk membuat toko online dengan
menggunakan aplikasi shopee hingga mengajarkan caranya bertaransaksi
sampai berhasil.
Hal yang diharapkan dari pelatihan ini adalah ibu-ibu diusia yang
produktif mampu membantu perekonomian keluarga meskipun hanya
sedikit, disamping itu pula membuat kerajinan tangan dalam bentuk
apapun mampu mengurangi tingkat stress. Hal yang bisa didapat dari
pelatihan ini adalah mengisi waktu luang yang terbuang sia-sia.
Meningkatkan kemapuan diri bersama ibu-ibu warga desa tenggong,
yang terpenting memberikan peluang usaha dengan memanfaatkan
teknologi yang ada.
3. Pelatihan barbershop di warkop p Dono
Pelatihan ini diadakan karena disekitaran desa Tenggong masih jarang
adanya Barber Shop yang berkualitas bagus, hal ini memunculkan ide
bahwa pekerjaan barber shop memiliki banyak peluang. Sebenarnya
banyak peminat yang ingin belajar membuka peluang barbershop namun
masih terkendala alat dan keperluan lainnya. Sehingga kami memutuskan
untuk membuka pelatihan ini dengan tujuan dapat meningkatkan
pendapatan ekonomi.
Jumlah peserta yang antusias dalam pelatihan barbershop ini
berjumlah 15 orang dengan tutor sebanyak 1 orang dan asisten pelatih
sebanyak dua orang. Alat yang disiapkan adalah Gunting rambut,sisir
dengan berbagai ukuran, Mesin pencukur rambut, Pisau cukur atau razor,
Apron pelanggan dan barberman, Botol semprotan air, Handuk dan sikat
bulu. Pada 10 menit pertama pelatih menjelaskan tentang kegunaan alat-
alat tersebut dan kemudian langsung meminta peserta pelatihan untuk
langsung praktek secara langsung. Adapun kendala yang dihadapi selama
pelatihan adalah kurangnya alat pelatihan dan kurangnya rasa percaya
diri peserta pelatihan sehingga agak memakan waktu yang lebih lama.
Harapan kami setalah melakukan pelatihan barbershop ini, bisa jadi
peluang uasaha bagi pemuda desa Tenggong dan juga menjalin ikatan tali
silaturahmi dengan mahasiswa STAIM tentunya juga untuk mengagkat
perekonomian warga. Hal yang didapat dalam pelatihan ini mereka lebih
termotivasi untuk melakukan usaha mandiri dibidang jasa.