Anda di halaman 1dari 3

Nama : Bagus Hanafi Putra Ramadi

Kelas : X AKL A

“Sejarah Indonesia”

Menganalisis Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia

Masuknya budaya Hindu Buddha ini sangat berpengaruh besar terhadap peradaban di
Indonesia. Pengaruh dari budaya yang masuk ini bisa dilihat dari kata serapan dari bahasa
Sanskerta, penggunaan aksara turunan dari tulisan Pallawa, arsitektur padacandi, serta
adaptasi cerita epik Mahabarata dan Ramayana. .
Pengaruh ini terlihat pula munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu Buddha serta adanya
tatanan sosial berupa sistem kasta.

Seiring dengan masuknya agama Hindu dan Buddha di Indonesia, dimulai dari sekitar abad
ke 4 Masehi, budaya India pun masuk ke Indonesia. Banyak pengaruh ini masih terlihat
sampai hari ini. Faktor lain yang mendukung diterimanya budaya India adalah asimilasi
budaya tersebut dengan budaya lokal. Misalnya adalah cerita Mahabarata dan Ramayana
yang bisa diadaptasi dengan corak lokal pada pertunjukan wayang kulit dan wayang wong.
Dalam adaptasi, cerita ini dirubah sehingga sesuai dengan nilai budaya daerah.

Sistem penulisan tradisional seperti Aksara Sunda, Jawa dan Lontara dari sulawesi juga
merupakan contoh pengaruh Hindu Buddha. Aksara-aksara ini dikembangkan dari sistem
penulisan Pallawa yang berasal dari India.

Bentuk bangunan, terutama tempat ibadah agama Hindu di Indonesia dipengaruhi oleh
arsitektur India. Pengaruh ini terlihat seperti pada bentuk ukiran, patung dan tata ruang.

Pengaruh lainya terlihat dalam gerbang berbentuk gapura, yang banyak dipakai di bangunan
tradisional Indonesia.
Pengaruh agama Hindu bidang pemerintahan adalah munculnya kerajaan-kerajaan bercorak
Hindu-Buddha di Indonesia, seperti kerajaan Mataram, Sriwijaya, Kutai, Tarumanegara,
Kediri dan lainnya.
Sistem kerajaan ini menggantikan sistem kesukuan dan desa yang sebelumnya diterapkan.
Sebelum masuknya pengaruh Hindu dan Buddha misalnya, orang Jawa hidup dalam desa-
kecil yang dipimpin seorang kepala desa. Kemudian setelah masuknya pengaruh India
mulailah muncul kerajaan di Jawa.
Dalam kebudayaaan Hindu, dikenal stratifikasi sosial, atau pelapisan sosial. Masyarakat
dibagi menjadi tingkatan atau lapisan yang disebut kasta atau warna. Ada empat kasta yaitu
kasta Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Sistem ini disebut juga dengan Catur Warna
(Empat Warna).
Sistem ini berasal dari India, negara asal agama Hindu, dan diterapkan juga di Indonesia pada
masa Hindu Buddha, seperti pada masa Kerajaan Mataram kuno atau Kerajaan Majapahit.
Pada masa sekarang masyarakat Bali yang beragama Hindu juga menerapkan sistem ini
Mendeskripsikan Jaringan Perdagangan dan Pelayaran Nusantara

Aktivitas perdagangan dan pelayaran antarpulau di Nusantara telah berjalan baik, terutama
pada masa kerajaan-kerajaan Islam. Di Nusantara muncul beberapa bandar penting yang
berperan sebagai penghasil barang, pemasok barang bagi pelabuhan lain, atau sebagai
pelabuhan transitio. Dalam tata jaringan pelayaran dan perdagangan Nusantara itu,
Kesultanan Samudera Pasai tercatat sebagai bandar dagang penting yang berada di sekitar
Selat Malaka. Peranan itu kemudian digantikan oleh Malaka. Namun, semenjak kejatuhan
Malaka pada tahun 1511, timbullah perubahan pusat-pusat perdagangan dan kekuasaan di
kepulauan Nusantara.
Jaringan perdagangan dan pelayaran antarpulau di Nusantara terbentuk karena antarpulau
saling membutuhkan barang-barang yang tidak ada di tempatnya. Untuk menunjang
terjadinya hubungan itu, para pedagang harus melengkapi diri dengan pengetahuan tentang
angin, navigasi, pembuatan kapal, dan kemampuan diplomasi dagang. Dalam kondisi seperti
itu, muncullah saudagar-saudagar dan syahbandar yan
Wilayah Nusantara menyimpan berbagai kekayaan di darat dan di laut. Sumber daya alam ini
sejak dulu telah dimanfaatkan untuk keperluan sendiri dan diperdagangkan antarpulau atau
antarnegara. Barang dagangan utama yang mendapat prioritas dalam perdagangan antarpulau,
yaitu :

• lada, emas, kapur barus, kemenyan, sutera, damar madu, bawang putih, rotan, besi,
katun (Sumatera);

• beras, gula, kayu jati (Jawa);

• emas, intan, kayu-kayuan (Kalimantan);

• kayu cendana, kapur barus, beras, ternak, belerang (Nusa Tenggara);e.emas, kelapa
(Sulawesi); dan
• perak, sagu, pala, cengkih, burung cenderawasih, perahu Kei (Maluku dan
Papua). berperan melahirkan dan membangun pusat-pusat perdagangan di Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai