Anda di halaman 1dari 12

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
E-ISSN: 2685-1148
ANALISIS FAKTOR SOSIO EKONOMI TERHADAP PERILAKU BULLYING
DALAM PERSPEKTIF MAQOSHID SYARIAH
STUDI PADA PESERTA DIDIK SMA DAN SEDERAJAT DI PARE KEDIRI TAHUN
2021

Agustin Windianingsih,1 Wawang Darmawan,2 Andika Haris Hamdallah,3 Akhmad Najih,4


Darwis.5
Universitas Islam Jakarta

Email: agustinwindia@yahoo.com

ABSTRACT
This study discusses socio-economic factors on bullying behavior of high school students equivalent in
Pare Kediri in 2021 in the perspective of Maqashid Syariah. The focus of the discussion in this research
is bullying behavior caused by socioeconomic factors of high school students equivalent in Pare Kediri
in 2021. This research uses a qualitative approach with a case study method. The research data was
collected using interview, observation, and document review techniques. From the results of the
research and identification of data processing, it can be seen and concluded that students who come
from low-income families under Rp. 5 million are mostly involved in bullying behavior, whether they
act as perpetrators, victims or as witnesses. Through this research, it is known that socioeconomic
conditions with low incomes are vulnerable to bullying behavior conditions. Meanwhile, when viewed
from the type of parental occupation, the effect on the bullying behavior of students as perpetrators,
victims and witnesses is not significant.

Keywords: Maqoshid Syariah, Bullying, Socio-Economic

ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang faktor sosioekonomi terhadap prilaku bullying peserta didik SMAN
sederajat di Pare Kediri Tahun 2021 dalam perspektif Maqashid Syariah. Fokus pembahasan pada
penelitian ini yaitu prilaku bulliying yang disebabkan faktor sosioekonomi peserta didik SMAN
sederajat di Pare Kediri pada tahun 2021. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus. Pemerolehan data penelitian dilakukan menggunakan teknik wawancara, observasi,
dan kajian dokumen. Dari hasil penelitian dan identifikasi pengolahan data dapat dilihat dan
disimpulkan bahwa siswa yang berasal dari keluarga berpendapatan rendah yaitu dibawah Rp 5 juta
banyak terlibat dalam perilaku pembulian baik itu bertindak sebagai pelaku, korban maupun sebagai
saksi. Melalui penelitian ini diketahui bahwa, bahwa kondisi sosioekonomi dengan pendapatan rendah
rentan terhadap kondisi perilaku bullying. Sedangkan bila dilihat dari jenis pekerjaan orangtua, efek
terhadap perilaku bullying para siswa baik sebagai pelaku, korban dan saksi tidak signifikan.

Keyword: Maqoshid Syariah, Bullying, Sosio Ekonomi

149
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
E-ISSN: 2685-1148
A. PENDAHULUAN
Maqasid al-Syariah adalah seperangkat hukum agama dan aturan moral dalam sistem
Islam. Dia dianggap sebagai sentral dan mencakup semua aspek kehidupan yang
berhubungan dengan pribadi, sosial, ekonomi, politik dan intelektual. Islam mendorong
pembangunan ekonomi yang juga menegakkan keadilan sosial yang menyangkut
kesejahteraan umat manusia. Ada tiga tujuan mendasar yang dikemukakan oleh Maqashid
al-Syariah antara lain mendidik umat, memelihara keadilan dan menjamin kesejahteraan
masyarakat. Syariah Islam adalah syariah yang sangat menghindari kesulitan bagi umat
manusia dalam memahami dan mengimplementasikannya. Sehingga tidak ada ranah syariah
Islam yang sulit kecuali dimudahkan oleh Allah SWT. Ini bukan berarti semua ajaran
syariah Islam seluruhnya mudah, karena itu tidak sesuai logika manusia, sebab sulit dan
mudah dua hal yang ditakdirkan Allah SWT kepada makhluk-Nya, juga kepada syariatnya.
Kasus Bullying masih sering terjadi di dunia pendidikan, baik itu dari tingkat sekolah
dasar sampai ke perguruan tinggi. Dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lain, kasus
bullying lebih banyak terjadi di kalangan siswa SMA. Sedangkan bullying di sekolah
memiliki dampak luas pada kesejahteraan dan kesehatan remaja. Kini semakin banyak bukti
dampak negatif dari bullying dan peningkatan kasus yang ditangani berkaitan penggunaan
kesehatan mental mulai dari anak-anak hingga dewasa. Ada juga dampak dari korban
bullying pada pekerjaan, pendapatan dan orang yang berstatus ekonomi rendah, tetapi
sedikit yang diketahui apabila ini berakibat terhadap ekonomi jangka panjang.

B. KAJIAN TEORI
Perilaku bullying diyakini dapat mengakibatkan efek buruk bagi psikis korban dalam
jangka panjang dan dapat mempengaruhi prestasi anak dalam belajar, oleh sebab itu
dipandang penting dalam penanggulangan perilaku buli ini dari sisi maqoshid syariah. Dari
sisi muatan jam belajar materi agama dalam kurikulum di sekolah jumlah jam belajar yang
memadai masih dirasa kurang sehingga anak didik kurang memiliki bekal pemahaman
sehingga cara berpikir untuk mengenali batas-batas mana yang patut atau tidak dalam
pergaulan tidak dihiraukan. Karya-karya perintis muncul dari para ulama seperti Al-
Juwayni (1979), Al-Ghazali (1901), Ibn Ashur (1998) dan Ibnu Taimiyah (al-Raysuni,
1992). Belakangan ini, penerapan Maqasid al-Syariah dalam berbagai disiplin ilmu
termasuk sosial dan ekonomi semakin meningkat. Di antara ekonom terkemuka yang telah
menulis tentang masalah ini adalah Chapra (1985 dan 2000), Siddiqi (2000), Ahmad (2000),
Hasan (2004), Atiyah (2008), Al-Najjar (2008), Kasri dan Habib (2015). Oleh karena itu,
perlu adanya perluasan penerapan Maqashid al-Syariah kepada pembangunan sosial dan
ekonomi secara komprehensif di tingkat makro baik secara teori maupun aplikasi.
Al-Qur'an dan Sunnah memiliki kepentingan dalam kesejahteraan umat manusia
secara keseluruhan. Peradaban dan kesejahteraan manusia memiliki tempat yang esensial
dalam ajaran Islam. Beberapa indeks secara Islami telah dikembangkan, diantaranya adalah
Islamic Human Development Index (I-HDI) oleh Anto (2009); Indeks Islam (I²) oleh
Rehman dan Askari (2010) dan indeks pembangunan sosial ekonomi oleh G Asli (2000). I-
HDI didasarkan pada Maqasid al-Syariah dan memperhatikan kesejahteraan seluruh umat
manusia. Ini mencakup lebih eksplisit perhatian etis dalam mengukur pembangunan dengan
memasukkan unsur kebebasan, keyakinan, kepedulian lingkungan dan nilai-nilai keluarga
dalam IPM.1 Sejarah menunjukkan bahwa sistem ekonomi Islam sangat efektif untuk

1 Sana Ullah and Adiqa Kausar Kiani, “Maqasid-Al-Shariah-Based Socio-Economic Development Index
(SCECDI): The Case of Some Selected Islamic Economies,” Journal of Emerging Economies and Islamic
Research, 2017, 78 https://doi.org/10.24191/jeeir.v5i3.8829.

150
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

memulihkan berbagai jenis masalah sosial ekonomi, karena diimplementasikan sesuai


Alquran dan Hadis. Jika ekonomi Islam di implementasikan dengan baik dan benar, banyak
masalah sosial ekonomi yang penting dapat diantisipasi. Sejarah menunjukkan bahwa
sistem ekonomi Islam sangat efektif untuk memulihkan berbagai jenis masalah sosial
ekonomi, karena diimplementasikan sesuai Alquran dan Hadis. Jika ekonomi Islam di
implementasikan dengan baik dan benar, banyak masalah sosial ekonomi yang penting
dapat diantisipasi. Karena ekonomi Islam dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sehingga setiap masalah sosial ekonomi tidak akan terjadi.
Bullying paling sering terjadi di ruang kelas pada waktu istirahat sekolah. Dampak bullying
jangka pendek tersering yang dialami korban adalah perasaan sedih.2
Status sosial ekonomi (SES) dapat digunakan untuk mengidentifikasi sekolah atau
anak-anak mana yang paling berisiko mengalami intimidasi, yang dapat berdampak buruk
pada kesehatan dan kehidupan anak-anak. Tinjauan literatur yang diterbitkan tentang
intimidasi sekolah dan SES mengidentifikasi 28 studi yang melaporkan hubungan antara
peran dalam intimidasi sekolah (korban, pengganggu, dan korban pengganggu) dan ukuran
SES. Model efek acak menunjukkan SES lemah terkait dengan peran intimidasi
kemungkinan kecil berasal dari latar belakang sosial ekonomi tinggi. SES memberikan
sedikit panduan untuk intervensi yang ditargetkan, dan semua sekolah dan anak-anak, bukan
hanya mereka yang memiliki kekurangan sosial ekonomi, harus ditargetkan untuk
mengurangi efek buruk dari intimidasi.3
Kasus Bullying masih sering terjadi di dunia pendidikan, baik itu dari tingkat
sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang
lain, kasus bullying lebih banyak terjadi di kalangan siswa SMA. Jenis penelitian ini adalah
penelitian mixed method. Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
deskriptif analitik dengan rancang bangun cross sectional study sedangkan pendekatan
kualitatif dengan rancangan eksplorasi dan pendekatan fenomenologi. Penelitian dilakukan
di 6 Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terpilih pada bulan Juli-September 2020. Jumlah
sampel sebanyak 310 responden. Sedangkan untuk penelitian kualitatif jumlah informan
sebanyak 12 informan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan 2 tahap, yaitu : analisis
deskriptif dan analisis inferensial untuk membuktikan hubungan antar variabel,
menggunakan uji Chi Square. Sedangkan analisis data kualitatif dilakukan dengan
menggunakan analisis fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku bullying (0.029 kurang dari 0,05), sikap dengan
perilaku bullying (0,028 kurang dari 0,05) dan lingkungan sosial dengan perilaku bullying
(0,001 kurang dari 0,05). Selain itu, Siswa juga menilai atau beranggapan bahwa bullying
merupakan hal biasa di kalangan mereka, dan dianggap merupakan candaan serta dapat
mengakrabkan satu dengan lain. Kurangnya pemahaman dan kesadaran akan bullying dan
dampaknya menyebabkan perilaku bullying masih sering terjadi. Pembuatan aturan dan
sangsi yang jelas di dalam sekolah perlu dilakukan untuk mencegah perilaku bullying di
kalangan siswa.4
Bullying di sekolah memiliki dampak luas pada kesejahteraan dan kesehatan remaja.
Ini ditunjukkan dari penelitian menurut kesulitan sosial ekonomi di kalangan remaja

2 Soedjatmiko Soedjatmiko et al., “Gambaran Bullying Dan Hubungannya Dengan Masalah Emosi Dan

Perilaku Pada Anak Sekolah Dasar,” Sari Pediatri 15, no. 3 (2016), https://doi.org/10.14238/sp15.3.2013.174-80.
3 Neil Tippett BSc and Dieter Wolke PhD, “Socioeconomic Status and Bullying: A Meta-Analysis,”

American Journal of Public Health 104, no. 6 (2014): E48-59.


4 Arman Rifat Lette and Aysanti Yuliana Paulus, “Bullying As a Joke: A Mixed Method Study Among Senior

High School Students in Kupang City,” Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan 6, no. 1 (March 2021): 159,
https://doi.org/10.30604/jika.v6i1.437.

151
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
E-ISSN: 2685-1148
Finlandia dari tahun 2000 hingga 2015. Sebuah survei sekolah berbasis populasi dilakukan
dua tahun sekali di antara warga Finlandia berusia 14-16 tahun antara tahun 2000 dan 2015
(n = 761.278). Distribusi untuk bullying, diintimidasi dan kesulitan sosial ekonomi dihitung.
Dalam studi dilihat hubungan antara keterlibatan bullying, waktu dan kesulitan sosial
ekonomi. Di tingkat populasi, kemungkinan bullying dan ditindas hanya bervariasi sedikit
antara tahun 2000 dan 2015. Penindasan dan ditindas dikaitkan dengan kesulitan sosial
ekonomi (pendidikan orang tua yang rendah, tidak tinggal dengan kedua orang tua dan
pengangguran orang tua dalam satu tahun terakhir). Tidak seperti pada populasi umum,
kemungkinan bullying dan ditindas meningkat tajam di antara remaja dengan sebagian besar
kesulitan sosial ekonomi. Peningkatan perbedaan sosial ekonomi dalam keterlibatan
bullying yang diamati dalam penelitian ini menambah bukti polarisasi kesehatan dan
kesejahteraan remaja. Kesulitan sosial ekonomi harus dipertimbangkan dalam pencegahan
bullying di sekolah. Selain itu, langkah-langkah sosial-politik diperlukan untuk mengurangi
kesenjangan sosial ekonomi di kalangan remaja Finlandia 5
Pada kesempatan lain dilakukan pula sebuah studi di Washington, USA untuk
memeriksa apakah status sosial ekonomi (SES) dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sekolah atau anak mana yang paling berisiko mengalami intimidasi dan yang dapat
berdampak buruk pada kesehatan dan kehidupan anak-anak. Kami melakukan tinjauan
literatur yang diterbitkan tentang intimidasi sekolah dan SES. Dengan mengidentifikasi 28
studi yang melihat hubungan antara peran dalam perilaku bully di sekolah (korban,
pengganggu, dan korban pengganggu) dan ukuran SES. Model efek acak menunjukkan SES
lemah terkait dengan bullying. Dalam hal ini kemungkinan besar pelaku berasal dari rumah
tangga sosial ekonomi rendah dan kemungkinan kecil berasal dari latar belakang sosial
ekonomi tinggi. SES memberikan sedikit panduan untuk intervensi yang ditargetkan, dan
semua sekolah dan anak-anak, bukan hanya mereka yang memiliki kekurangan sosial
ekonomi dan harus ditargetkan untuk mengurangi efek buruk dari intimidasi. 6
Anak- anak yang dibuli akan mengalami masalah kesehatan mental di masa kanak-
kanak. Kini semakin banyak bukti dampak negatif dari bullying dan peningkatan kasus yang
ditangani berkaitan penggunaan kesehatan mental mulai dari anak-anak hingga dewasa. Ada
juga dampak dari korban bullying pada pekerjaan, pendapatan dan orang yang berstatus
ekonomi rendah, tetapi sedikit yang diketahui apabila ini berakibat terhadap ekonomi jangka
panjang. Untuk memperkirakan konsekuensi ekonomi pada saat usia dewasa dari anak-anak
yang dahulunya menjadi korban buli dilakukanlah studi di Inggris pada orang-orang yang
berusia 50 tahun. Menggunakan data kelompok kelahiran Inggris tahun 1958 yang
dikumpulkan pada tahun 1965, 1969, 1991, 2003 dan 2008 (ukuran sampel penelitian 7323–
9242), kami menemukan dampak ekonomi individu dan sosial yang substansial dan tahan
lama empat dekade setelah intimidasi masa kanak-kanak terjadi. Baik pria maupun wanita
yang dibuli di masa kanak-kanak lebih kecil kemungkinannya untuk bekerja dan
mengumpulkan lebih sedikit kekayaan dalam bentuk kepemilikan rumah atau tabungan
dibandingkan yang tidak dibuli. Penghasilan individu dari pekerjaan yang dibayar lebih
rendah untuk wanita yang dibuli di masa kanak-kanak. Bullying yang sering terjadi di masa
kanak-kanak juga ada kaitannya dengan biaya sosial untuk pekerjaan yang lebih tinggi untuk
pria dan biaya layanan kesehatan yang lebih tinggi untuk wanita. Temuan ini
menggarisbawahi pentingnya mencegah pembulian di masa kanak-kanak dan, karena

5 Noora Knaappila et al., “Socioeconomic Trends in School Bullying among Finnish Adolescents from
2000 to 2015,” Child Abuse & Neglect 86 (December 2018): 103,
https://doi.org/10.1016/J.CHIABU.2018.09.011.
6 Tippett BSc and Wolke PhD, “Socioeconomic Status and Bullying: A Meta-Analysis.” 56

152
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

konsekuensinya sangat tahan lama dan dapat menetap bagi orang yang masih mengalami
konsekuensi negatif beberapa puluh tahun mendatang. 7
Sebuah studi lain dilakukan untuk mengetahui jenis, frekuensi dan faktor yang
mempengaruhi bullying pada siswa kelas 6, 7, dan 8 sekolah menengah di sebuah pusat kota
di Cappadocia dengan sampel sebanyak 1.288 siswa. Sebelum penelitian, persetujuan dari
dewan etika dan institut, serta persetujuan tertulis dari siswa dan keluarga sudah dapatkan.
Data dikumpulkan melalui formulir informasi individu oleh peneliti melalui wawancara
tatap muka dan data yang diperoleh dievaluasi dengan analisis regresi logistik chi-square,
tunggal, dan ganda. Hasil studi yang didapat adalah bahwa usia rata-rata siswa adalah 12,81
+/- 0,93 tahun, di antaranya 51,7% adalah perempuan, 12,0% melakukan bullying, 15,9%
terkena bullying, 52,1% terkena bullying verbal, dan 13,4% terkena intimidasi fisik. Regresi
logistik ganda mengungkapkan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi intimidasi
siswa lain adalah struktur keluarga, sikap terhadap sekolah, dan jenis kelamin; Faktor-faktor
yang mempengaruhi paparan bullying adalah sikap terhadap sekolah, indeks massa tubuh,
dan status ekonomi. Seiring bertambahnya usia siswa satu tahun, kemungkinan intimidasi
meningkat 1,2 kali lipat. Anak laki-laki dibuli 1,5 kali lebih banyak daripada anak
perempuan, dan siswa dari orang tua yang terpisah dibuli 2,7 kali lebih banyak daripada
mereka yang orang tuanya tinggal bersama. Dari studi ini disimpulkan bahwa bullying di
sekolah merupakan masalah penting, oleh sebab itu disarankan untuk mempertimbangkan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi bullying (usia, jenis kelamin, situasi ekonomi,
struktur keluarga, sikap terhadap sekolah, dll.) dimasukkan ketika melakukan penelitian
untuk mencegah bullying di sekolah. 8
Tindakan kekerasan dan pelanggaran terhadap hak anak sangat dipengaruhi oleh
kondisi psikologis si pelaku, dalam arti sifatnya sangat situasional dan khusus. Tetapi secara
obyektif sebenarnya tindak kekerasan terhadap anak bukanlah yang bersifat situasional dan
lepas begitu saja dari kondisi sosial struktural yang ada di masyarakat. Tindak kekerasan
yang dialami anak acapkali merupakan mata rantai dari kondisi sebuah keluarga dan akibat
dari pola hubungan yang berkembang di keluarga itu. Pelaku bullying merupakan siswa
yang memiliki kekuatan baik fisik ataupun sosial yang lebih dibanding teman yang lain,
memiliki tempramen tinggi, dan rasa empati yang rendah.9

C. METODE
Isi metode kajian adalah teknik pengumpulan data, sumber data, cara nalisis data, uji
korelasi, dan sebagainya, ditulis dengan fonta Times New roman 12. Dalam bab ini dapat
juga dicantumkan rumus ilmiah yang digunakan untuk nalisis data/uji korelasi. Dibuat 1
kolom. Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Metode
penelitian ini menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip
wawancara‚ catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain. Selain itu dalam
penelitian kualitatif dengan studi kasus ini menekankan pada pentingnya kedekatan dengan
orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang
realitas dan kondisi kehidupan nyata.

7 Nicola Brimblecombe et al., “Long Term Economic Impact Associated with Childhood Bullying

Victimisation,” Social Science & Medicine (Pergamon, July 2018),


https://doi.org/10.1016/J.SOCSCIMED.2018.05.014., 16
8 Zehra Çalışkan et al., “Peer Bullying in the Preadolescent Stage: Frequency and Types of Bullying and

the Affecting Factors,” The Journal of Pediatric Research, 2019, 67


https://doi.org/10.4274/jpr.galenos.2018.26576.
9 Rinda Fithriyana, “Jurnal Basicedu,” 2017., 67

153
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
E-ISSN: 2685-1148
1. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan dimensi
permasalahan yang dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan
mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara. Tahap persiapan selanjutnya
adalah peneliti membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi
terhadap perilaku objek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting
wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan pencatatan langsung yang
dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak memungkinkan
maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Library Research (Penelitian Pustaka), yaitu studi kepustakaan dengan melakukan
penelusuran kepustakaan dan menelaahnya. Dengan membaca literatur-literatur yang
berkaitan dengan kondisi sosioeconomi dengan bullying untuk menyusun landasan
teori, definisi dan lain-lain.
b. Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu penelitian langsung ke lapangan untuk
mendapatkan data-data yang dibutuhkan dengan permasalahan dengan menggunakan
teknik-teknik sebagai berikut :
1) Dokumentasi, yaitu menggali dokumen-dokumen tertulis untuk memperoleh
data, arsip, dokumen internet, jurnal dan lain-lain.
2) Wawancara/Interview, yaitu pengambilan data dengan menggunakan tanya jawab
yang ditujukan kepada para narasumber.
3. Alat Bantu Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif peneliti sangat berperan dalam seluruh proses
penelitian‚ mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data,
hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam
mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat bantu (instrumen penelitian). Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu :1) Pedoman wawancara, 2)
Pedoman Observasi, dan 3) Alat Perekam.
4. Teknik Analisis Data
Marshall dan Rossman mengaj ukan teknik analisa data kualitatif untuk proses
analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat
beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman dalam
Kabalmay, 2002), diantaranya : 1) Mengorganisasikan Data, 2) Pengelompokan
berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban, 3) Menguji Asumsi atau Permasalahan
yang ada terhadap Data, 4) Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data, dan 5) Menulis Hasil
Penelitian.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Profil Masyarakat Pare
Pare terletak 25 km sebelah timur laut Kota Kediri, atau 120 km barat daya Kota
Surabaya. Pare berada pada jalur Kediri-Malang dan jalur Jombang-Kediri serta Jombang-
Blitar. Sudah lama ada wacana Pare dikembangkan menjadi ibu kota Kabupaten Kediri,
yang secara berangsur-angsur dipindahkan dari Kota Kediri. Seperti halnya kampung-
kampung Jawa lainnya, kampung Pare merupakan kampung tradisional yang sehari-harinya
menggunakan bahasa daerah dan kental dengan adat istiadat Jawa. Kegiatan masyarakat
banyak bernuansa Islami dan terdapat pondok-pondok Pesantren di sekitar Kampung Pare.
Toleransi hidup bermasyarakat, mengedepankan norma dan hukum, sopan santun serta tata
krama masih dijaga ketat di Pare.

154
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

Kota ini juga dikenal sebagai kota damai meski silang budaya Jawa dengan beragam
suku seperti Cina, Madura, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Bali, Arab, dan
sebagainya terjadi disini. Tidak pernah ada benturan karena warga Pare pun telah banyak
berasimilasi dengan warga pendatang yang berprofesi sebagai pegawai, pengusaha, pekerja
dan pelajar itu. Menguatnya sistem demokrasi, tumbuhnya kesadaran beradab dan
kepedulian sosial serta partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial-ekonomi
(gairah kewirausahaan), membentuk sebuah karakter dimana karakter inilah yang mungkin
menyebabkan masyarakat Pare memiliki keramahan untuk menerima perbedaan dan toleran
terhadap semua keadaban.
Dalam rangka melakukan penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Islam Jakarta,
peneliti mengambil sampel sebanyak 723 sampel yang disebar kepada peserta didik SMA
dan sederajat di Pare Kediri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat potret
permasalahan peserta didik SMA dan yang sederajat di Pare Kediri Tahun 2021 terutama
permasalahan bullying yang umum terjadi di kalangan anak-anak dan remaja. Ada pun
sekolah yang diambil sampelnya adalah SMAN 1, SMAN 2, SMA Darmawanita, SMA
Muhammadiyah dan MA Sejahtera.

Pengolahan Data dan Analisis


Berikut adalah data pekerjaan orang tua dan pendapatan keluarga yang didapat dari
peserta didik SMA dan sederajat di Pare Kediri Tahun 2021

Grafik 4.1

Dari grafik 1 di atas dapat disajikan data terperinci berdasarkan jenis pekerjaan
orangtua dan jumlah peserta didiknya.
1. Pekerjaan sebagai ASN sebanyak 121 orang
2. Pekerjaan sebagai Pegawai Swasta sebanyak 132 orang
3. Pekerjaan sebagai Usaha Mandiri sebanyak 136 orang
4. Pekerjaan sebagai Buruh sebanyak 88 orang
5. Pekerjaan sebagai Pekerja Harian sebanyak 22 orang
6. Pekerjaan Tidak Bekerja sebanyak 8 orang
7. Pekerjaan Lain-lain sebanyak 190 orang

155
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
E-ISSN: 2685-1148

Grafik 4.2

Pada gambar di atas adalah grafik Pendapatan Keluarga peserta didik SMA dan
sederajat di Pare Kediri tahun 2021. Sampel yang diambil adakah sebanyak 723 sampel.
Sumbu Y merepresentasikan angka pendapatan keluarga dari mulai dari Rp. 0 (nol), Rp. 1
juta, Rp. 2 juta, dan seterusnya. Pada pengelompokkan pada grafik di atas, kelompok 1
dengan pendapatan keluarga kurang dari Rp 5 jt per bulan ada 493 siswa, pada kelompok
ke 2 dengan pendapatan antara Rp 5 jt – Rp 7 jt sebanyak 151 siswa, sedangkan pada
kelompok 3 dengan pendapatan keluarga di atas Rp 7 jt sebanyak 71 siswa.
Berikut adalah tabulasi Hubungan antara Pekerjaan Orangtua dan Perilaku bullying
peserta didik SMA dan sederajat di Pare Kediri Tahun 2021
Keterangan :
A = Pekerjaan Orangtua ASN
B = Pekerjaan Orangtua Pegawai swasta
C = Pekerjaan Orangtua Usaha mandiri
D = Pekerjaan Orangtua Buruh
E = Pekerjaan Orangtua Pekerja Harian
F = Pekerjaan Orangtua Tidak Bekerja
G = Pekerjaan Orangtua Lain-lain

PEKERJAAN Sebagai Korban oleh Sebagai Korban oleh Sebagai Korban oleh
ORANGTUA Teman Senior Yunior
A 197 53 18
B 195 41 21
C 177 36 11
D 109 15 4
E 30 5 2
F 22 8 6
G 286 44 14
Tabel 4.1 Jenis Pekerjaan Orangtua dan Tipe Perilaku Bullying Sebagai Korban

156
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

Berikut adalah analisis dari Tabel 4.1. Pada siswa yang menjadi korban bully
terbanyak oleh teman adalah siswa yang pekerjaan terbanyak adalah profesi diluar dari
pilihan dalam survey yaitu sebanyak 286 siswa, sementara siswa yang mengalami
pembulian oleh seniornya adalah sebanyak 53 orang yang orangtuanya berprofesi sebagai
ASN dan siswa yang mengalami pembulian oleh yunior sebanyak 21 orang yang
orangtuanya berprofesi sebagai pegawai swasta.

PEKERJAAN Sebagai Pelaku Thdp Sebagai Pelaku Thdp Sebagai Pelaku Thdp
ORANGTUA Teman Senior Yunior
A 119 36 20
B 126 25 25
C 97 25 11
D 50 12 3

E 25 5 2
F 11 6 5
G 197 33 28
Tabel 4.2 Jenis Pekerjaan Orangtua dan Tipe Perilaku Bullying Sebagai Pelaku

Berikut adalah analisis dari Tabel 4.2. Siswa yang menjadi pelaku pembulian
terhadap teman, senior dan yunior adalah yang orangtuanya berprofesi diluar kategori
survey yaitu pekerjaan lain-lain berturut-turut sebanyak 197 orang, 33 orang dan 28 orang.

PEKERJAAN Sebagai Saksi Thdp Sebagai Saksi Thdp Sebagai Saksi Thdp
ORANGTUA Teman Senior Yunior
A 204 100 32
B 202 90 38
C 204 62 18
D 106 33 6
E 21 11 3
F 10 6 4
G 325 84 53
Tabel 4.3 Jenis Pekerjaan Orangtua dan Tipe Perilaku Bullying Sebagai Saksi

Berikut adalah analisis dari Tabel 4.3. Siswa yang menjadi saksi pembulian terhadap
teman adalah yang profesi orangtuanya sebagai profesi lain-lain diluar kategori survey yaitu
sebanyak 325 siswa, sementara siswa yang menjadi saksi pembulian terhadap senior adalah
yang orangtuanya berprofesi sebagai ASN yaitu sebanyak 100 siswa, dan terakhir siswa
yang menjadi saksi pembulian terhadap yunior adalah yang orangtuanya berprofesi sebagai
pekerja lain-lain diluar kategori survey yaitu sebanyak 53 siswa.

157
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
E-ISSN: 2685-1148
Di bawah ini adalah tabulasi Hubungan antara golongan Pendapatan Orangtua dan
Perilaku bullying peserta didik SMA dan sederajat di Pare Kediri Tahun 2021.
Keterangan :
A = Pendapatan kurang dari Rp 5 juta
B = Pendapatan antara Rp 5 juta – Rp 7 juta
C = Pendapatan lebih dari Rp 7 juta

PENDAPATAN Sebagai Korban oleh Sebagai Korban oleh Sebagai Korban oleh
ORANGTUA Teman Senior Yunior
A 652 99 42
B 218 50 20
C 129 47 8
Tabel 4.4 Golongan Pendapatan Orangtua dan Tipe Perilaku Bullying Sebagai Korban

Berikut adalah analisis berdasarkan Tabel 4.4. Siswa yang menjadi korban
pembulian oleh teman, senior dan yunior adalah siswa dengan pendapatan keluarga dari
kalangan di bawah Rp 5 juta perbulan yaitu masing-masing sebanyak 652 siswa, 99 siswa
dan 42 siswa.

PENDAPATAN Sebagai Pelaku Thdp Sebagai Pelaku Thdp Sebagai Pelaku Thdp
ORANGTUA Teman Senior Yunior
A 401 78 39
B 139 29 21
C 76 31 20
Tabel 4.5 Golongan Pendapatan Orangtua dan Tipe Perilaku Bullying Sebagai Pelaku
Berikut adalah analisis berdasarkan Tabel 4.5
Siswa yang menjadi pelaku pembulian terhadap teman, senior dan yunior adalah
siswa dengan pendapatan keluarga dari kalangan di bawah Rp 5 juta perbulan yaitu
masing-masing sebanyak 401 siswa, 78 siswa dan 39 siswa.

PENDAPATAN Sebagai Saksi Sebagai Saksi Sebagai Saksi


ORANGTUA Thdp Teman Thdp Senior Thdp Yunior
A 666 202 80
B 252 87 44
C 135 74 24
Tabel 6 Golongan Pendapatan Orangtua dan Tipe Perilaku Bullying Sebagai Saksi

Berikut adalah analisis berdasarkan Tabel 4.6. Siswa yang menjadi saksi pembulian
terhadap teman, senior dan yunior adalah siswa dengan pendapatan keluarga dari kalangan
di bawah Rp 5 juta perbulan yaitu masing-masing sebanyak 666 siswa, 202 siswa dan 80
siswa.

158
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

E. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan identifikasi pengolahan data dapat dilihat dan disimpulkan
bahwa siswa yang berasal dari keluarga berpendapatan rendah yaitu dibawah Rp 5 juta
banyak terlibat dalam perilaku pembulian baik itu bertindak sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi. Hal ini dapat diartikan bahwa kondisi sosioekonomi dengan pendapatan
rendah rentan terhadap kondisi perilaku bullying. Sedangkan bila dilihat dari jenis pekerjaan
orangtua, efek terhadap perilaku bullying para siswa baik sebagai pelaku, korban dan saksi
tidak signifikan. Karena perilaku buli itu sendiri dapat mengakibatkan efek buruk bagi psikis
korban dalam jangka panjang dan dapat mempengaruhi prestasi anak dalam belajar, oleh
sebab itu dipandang penting dalam penanggulangan perilaku buli ini dari sisi maqoshid
syariah. Penguatan materi agama dalam kurikulum di sekolah dalam jumlah jam belajar
yang memadai diharapkan dapat memberikan bekal pemahaman sehingga siswa mampu
menghindari perbuatan-perbuatan bully yang dicela dalam agama. Disamping itu perhatian
maqoshid syariah terhadap kesejahteraan keluarga muslim menjadi penting sehingga
anggota keluarga mendapatkan kualitas pendidikan yang memadai.

159
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 5, No. 1, 2022
E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
E-ISSN: 2685-1148
DAFTAR PUSTAKA

Brimblecombe, Nicola, Sara Evans-Lacko, Martin Knapp, Derek King, Ryu Takizawa, Barbara
Maughan, and Louise Arseneault. “Long Term Economic Impact Associated with
Childhood Bullying Victimisation.” Social Science & Medicine. Pergamon, July 2018.
https://doi.org/10.1016/J.SOCSCIMED.2018.05.014.
Çalışkan, Zehra, Derya Evgin, Meral Bayat, Nuray Caner, Bahriye Kaplan, Ahmet Öztürk, and
Dilara Keklik. “Peer Bullying in the Preadolescent Stage: Frequency and Types of
Bullying and the Affecting Factors.” The Journal of Pediatric Research, 2019.
https://doi.org/10.4274/jpr.galenos.2018.26576.
Fithriyana, Rinda. “Jurnal Basicedu,” 2017.
Knaappila, Noora, Mauri Marttunen, Sari Fröjd, Nina Lindberg, and Riittakerttu Kaltiala-
Heino. “Socioeconomic Trends in School Bullying among Finnish Adolescents from 2000
to 2015.” Child Abuse & Neglect 86 (December 2018): 100–108.
https://doi.org/10.1016/J.CHIABU.2018.09.011.
Lette, Arman Rifat, and Aysanti Yuliana Paulus. “Bullying As a Joke: A Mixed Method Study
Among Senior High School Students in Kupang City.” Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu
Kesehatan 6, no. 1 (March 2021): 159–64. https://doi.org/10.30604/jika.v6i1.437.
Soedjatmiko, Soedjatmiko, Waldi Nurhamzah, Anastasia Maureen, and Tjhin Wiguna.
“Gambaran Bullying Dan Hubungannya Dengan Masalah Emosi Dan Perilaku Pada Anak
Sekolah Dasar.” Sari Pediatri 15, no. 3 (2016). https://doi.org/10.14238/sp15.3.2013.174-
80.
Tippett BSc, Neil, and Dieter Wolke PhD. “Socioeconomic Status and Bullying: A Meta-
Analysis.” American Journal of Public Health 104, no. 6 (2014): E48-59.
Ullah, Sana, and Adiqa Kausar Kiani. “Maqasid-Al-Shariah-Based Socio-Economic
Development Index (SCECDI): The Case of Some Selected Islamic Economies.” Journal
of Emerging Economies and Islamic Research, 2017.
https://doi.org/10.24191/jeeir.v5i3.8829.

160

Anda mungkin juga menyukai