Anda di halaman 1dari 20

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul 5 MEMBANGUN KARAKTER


KEINDONESIAAN GURU PPKn DAN
PESERTA DIDIK
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
DARI ASPEK FISIK, MORAL,
SOSIAL, KULTURAL, EMOSIONAL
DAN INTELEKTUA
2. KARAKTERISTIK ETIKA PROFESI
GURU DAN APLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN PPKn
3. KUALIFIKASI DAN REGULASI
PROFESIONALISME GURU PPKn
4. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN
PROFESIONAL GURU PPKn
No Butir Refleksi
1 Garis besar materi yang KB. 1 KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DARI
dipelajari ASPEK FISIK, MORAL, SOSIAL, KULTURAL,
EMOSIONAL DAN INTELEKTUA

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
(Pasal 1 Angka 1 UU Sisdiknas).
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai muatan
wajib kurikulum setiap jenjang pendidikan memegang
peranan mengembangkan potensi peserta didik menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (Sumantri &
Winataputra, 2017, Pasal 3 B. KEGIATAN INTI 10 UU
Sisdiknas; Winataputra, 2015).
beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru yaitu
sebagai berikut:
1. beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
guru yaitu sebagai berikut:
2. Mengenal anak didiknya
3. Mengetahui prinsip dan penggunaan alat
pendidikan
4. Memiliki sikap bersedia membantu peserta didik
5. Melakukan interaksi dengan peserta didik.

Berikut adalah beberapa aspek perbedaan karakteristik


peserta didi:
a. a. Aspek Fisik
b. Aspek Moral
c. Aspek Sosial
d. Aspek Sosial
e. Aspek Emosional
f. Aspek Intelektual

2.1. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Fisik


Aspek fisik merupakan salah satu aspek perkembangan
peserta didik yang sangat penting dan juga dapat
mempengaruhi aspek lainnya. Hedlund & Sternberg (2000)
mengatakan bahwa aspek fisik meliputi perubahan-
perubahan dalam tubuh seperti pertumbuhan otak, sistem
saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat
badan, hormon, dan lain-lain, dan perubahanperubahan
dalam cara-cara individu untuk menggunakan tubuhnya
seperti: perkembangan keterampilan motorik dan
perkembangan seksual, serta perubahan dalam kemampuan
fisik seperti penurunan fungsi jantung, dan penglihatan.
Pada usia sekolah menengah yaitu usia SMP/SMA dan
sederajat anak berada pada masa remaja atau pubertas yang
merupakan masa peralihan atau transisi masak kanak-kanak
dengan dewasa. Oleh karena itu sebagai guru, perlu
menghayati tahapan perkembangan yang terjadi pada peserta
didik dan dapat memberikan respon dalam perkembangan
peserta didiknya.
Guru mempertimbangkan perencanaan pelaksanaan
pembelajaran mulai dari strategi, metode. media dan model
pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar
sesuai perbedaan aspek fisik peserta didik

2.2. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Moral


Pada hakekatnya moral adalah ukuran-ukuran yang
telah diterima oleh suatu komunitas, sedang etika lebih
dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan pada
suatu profesi. Norma moral dipakai sebagai tolok ukur segi
kebaikan manusia. Menurut Magnis Suseno, menjelaskan
moral adalah sikap hati yang tercermin dalam sikap lahiriah.
Pada saat lahir, anak dianggap amoral atau immoral, dan
tidak seorang anakpun dapat diharapkan mengembangkan
kode moral sendiri. Belajar berperilaku dengan cara yang
disetujui masyarakat merupakan proses yang panjang dan
lama yang berlanjut hingga masa remaja.
Hurlock (1990) menjelaskan empat pokok utama yang
dipelajari dalam membentuk moral seseorang yaitu;
a. Pokok pertama yang penting dalam pelajaran
menjadi pribadi bermoral ialah belajar apa yang
diharapkan kelompok dari anggotanya dalam
bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan.
b. Pokok kedua dalam belajar menjadi orang bermoral
ialah mengembangkan hati nurani sebagai kendali
internal bagi perilaku individu.
c. Pokok ketiga dalam belajar menjadi orang yang
bermoral adalah pengembangan rasa bersalah dan
rasa malu.
d. Pokok keempat dalam belajar menjadi orang
bermoral ialah mempunyai kesempatan melakukan
interaksi dengan anggota kelompok sosial.

Sedangkan proses pembentukan perilaku moral menurut


Kurtines dan Gerwitz (1992) melibatkan 4 tahap penting
yaitu:
a. Menginterpretasikan situasi dalam rangka
memahami dan menemukan tindakan apa yang
mungkin untuk dilakukan dan bagaimana efeknya
terhadap keseluruhan masalah yang ada
b. Menggambarkan apa yang harus dilakukan dengan
nilai moral pada situasi tertentu dengan tujuan
untuk menetapkan suatu perilaku moral,
c. Memilih diantara nilai-nilai moral untuk
memutuskan apa yang secara aktual akan
dilakukan, dan
d. Melakukan tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral
.
2.3. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan perkembangan
kemampuan berperilaku anak yang sesuai dengan harapan
kelompok sosialnya. Menurut Hurlock (dalam Djaali, 2014)
perkembangan sosial merupakan peningkatan kemampuan
individu dalam bersikap dan berperilaku dalam berinteraksi
dengan unsur dari kelompok sosial masyarakat.
Seorang anak yang relatif sudah dewasa pergaulannya tidak
bersifat statis, karena telah dirangsang oleh lingkungan
sosial, adat istiadat, kebiasaan kelompok sosial dimana anak
berinteraksi. Tingkah laku anak akan berubah seiring
perkembangan perubahan lingkungannya (Djaali, 2014).
Pada tahap remaja awal anak telah memiliki pemikiran logis
dalam ideide atau pemikiran abstrak (Syarif, 2013), namun
dalam pemikiran tersebut mereka sering menghadapi
kebingungan karena berbeda dengan pemikiran orang lain.
Kehidupan sosial pada masa remaja ditandai oleh hal-hal
sebagai berikut: Menonjolnya fungsi intelektual dan
emosional;
(1) penggunaan kata-kata yang lebih ramah dan bersahabat;
(2) mengendalikan tingkah laku sosialnya sesuai dengan
aturan, norma, dan etika yang berlaku dalam komunitas
sosialnya
(3) memberi adanya penghargaan kepada orang lain, dan;
(4) pengembangan tanggung jawab sebagai anggota dari
komunitas sosial atau masyarakat (Djaali, 2014).
Mengembangkan integrasi pendidikan yang holistik, komite
sekolah dan sekolah harus membangun hubungan yang
efektif dengan orangtua sehingga ada keselarasan dalam
mencapai tujuan pendidikan.

2.4.Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Kultura


ngenal Karakteristik peserta didik salah satu bagian
dari beberapa tuntutan atas kemampuan pedagogik yang
harus dikuasai Profesi Guru. ini bertujuan untuk menemukan
dan membantu pendidik dalam merencanakan pembelajaran
yang baik di ruang kelas. Kebudayaan merupakan satu
kesatuan yang unik dan bukan merupakan jumlah dari
bagian-bagian.
tiap manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan
tentunya menjadi pendukung kebudayaan tertentu. Begitu
juga peserta didik sebagai anggota suatu masyarakat
memiliki budaya tertentu dan sudah barang tentu menjadi
pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di masyarakat
sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma,
kebiasaan, dan adat istiadat.
Unsur budaya tersebutlah menjadikan karakteristik peserta
didik bisa berbeda satu sama yang lainnya. Sehingga ketika
peserta didik berinteraksi dan berkomunikasi dengan warga
di lingkungan sekolahnya perlu menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, sebab mereka meyakini nilai-nilai yang
ditanamkan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat
dimana peserta didik hidup.

2.5. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Emosional


PENGERTIAN EMOSI:
Timbulnya emosi karena dua faktor, yaitu:
1. rangsangan yang menimbulkan emosi,
2. perubahan fisik dan fisiologis (Djaali, 2014).
Goleman (dalam Taufiq et al, 2016) mengemukakan lima
norma kecerdasan emosional berdasarkan pandangan
intelegensi pribadi yaitu sebagai berikut:
a. Pengenalan emosi diri
b. Pengendalian emosi keseimbangan.
c. Memotivasi diri sendiri
d. Mengenali emosi orang lain
e. Mengendalikan hubungan dengan orang lain
Agar anak dapat mengendalikan emosi dengan baik maka
ada berbagai hal yang perlu dilatih pada anak (Taufiq et al.,
2016), yaitu sebagai berikut;
a. Mengajarkan anak untuk mengenali perasaannya
sendiri dan membiarkan mereka mengungkapkan
perasaan secara sehat
b. Melatih anak mengekspresikan perasaannya
dengan baik
c. Melatih anak mengekspresikan perasaan orang lain
dan dampak dari perasaan orang lain jika
pelampiasan perasaannya dalam bentuk emosional
yang terarah
d. Melatih anak untuk bersabar dengan tidak selalu
mengikuti dorongan.
Kematangan emosi sangat berkaitan dengan pada
kemampuan mengontrol emosi.

2.6. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Intelektual


Kecerdasan umum (general intelligence) atau
kemampuan intelektual merupakan kemampuan mental
umum yang mendasari kemampuannya untuk mengatasi
kerumitan kognitif (Gunawan, 2006).
Aspek intelektual disebut juga tingkat kecerdasan peserta
didik yang diukur dari kemampuan kognitif dalam
menyelesaikan masalah, menalar dan berpikir logika
berdasarkan faktual dan empirisnya dengan berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan, tingkat pengertian atau
kesadaran, terutama 29 yang menyangkut pemikiran dan
pemahaman. Potensi intelektual sudah pasti berhubungan
dengan kecerdasan yaitu prestasi akademik, kecerdasan
umum, kemampuan khusus (bakat), dan kreativitas.
Taksonomi Bloom membedakan antara “tahu tentang
sesuatu (knowing what)”, isi dari pemikirannya itu sendiri,
dan “tahu tentang bagaimana melakukannya (Knowing
how)”, sebagaimana prosedur yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah.
Menurut taksonomi tersebut dimensi pengetahuan adalah
“tahu tentang sesuatu”, yang memiliki empat kategori yaitu:
a. faktual,
b. prosedural,
c. metakognitif.
Taksonomi Bloom membedakan antara
a “tahu tentang sesuatu (knowing what)”,
b. isi dari pemikirannya itu sendiri, dan “tahu tentang
bagaimana melakukannya (Knowing how)”,
c. sebagaimana prosedur yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah.
Menurut taksonomi tersebut dimensi pengetahuan adalah
“tahu tentang sesuatu”, yang memiliki empat kategori yaitu:
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
Dalam taksonomi bloom ini, dimensi proses kognitif
mempunyai enam proses dari yang paling sederhana hingga
yang paling rumit yaitu mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan, Magdalena,
Rasid, & Diasty (2020).
Dalam taksonomi bloom ini, dimensi proses kognitif
mempunyai enam proses dari yang paling sederhana hingga
yang paling rumit yaitu:
a. mengingat,
b. memahami
c. menerapkan
d. menganalisis
e. mengevaluasi
f. menciptakan
Menurut Bloom proses ketiga yaitu menerapkan, melibatkan
kepada pengguna prosedur yang telah dipelajari baik dalam
situasi yang telah dikenal Gambar 1.7. Tingkatan level aspek
kognitif Sumber: sekolahketiga.com 31 maupun pada situasi
yang baru.
Secara umum, kemampuan berpikir formal mengarahkan
kepada pemecahan masalah secara sistematik.
Perkembangan kemampuan berpikir normal ditandai dengan
3 hal penting yaitu:
(1) Mampu melihat tentang kemungkinan-kemungkinan;
2) Mampu berfikir ilmiah;
(3) Mampu memadukan ide-ide secara logis
Guru PPKn perlu mendorong kemampuan berpikir peserta
didik tentang dengan mengangkat masalah sosial agar
peserta didik berpikir kemungkinan kedepan untuk
menyelesaikan persoalan dalam aktivitas pembelajaran
PPKn.
Keterampilan intelektual merupakan jenis pengetahuan
prosedural yang memerlukan kemampuan awal dengan jenis
komponen keterampilan yang lebih sederhana. Keterampilan
intelektual ini meliputi:
1) Diskriminasi;
2) Konsep konkret;
3) Penggunaan aturan;
4) Pemecahan masalah (problem solving).

KB. 2 KARAKTERISTIK ETIKA PROFESI GURU DAN


APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN PPKn

Guru dalam pepatah Jawa adalah sosok yang digugu


omongane lan ditiru kelakuane (dipercaya ucapannya dan
ditiru perilakunya).
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah (Pasal 1 Angka 1 UU Guru dan
Dosen).
2.1. Karakteristik Profesi Guru
Mengajar merupakan seni untuk mentransfer
pengetahuan, mengembangkan keterampilan, dan sikap yang
bersumber nilai-nilai bangsa yang dipandu melalui
kurikulum.
Selain sebagai pendidik, guru merupakan model bagi siswa
untuk mengembangkan potensi dirinya (Rachman & Hijran,
2017). Keahlian seorang guru mampu menginspirasi peserta
didik untuk berpikir melampaui batas-batas kekinian,
berpikir untuk menciptakan masa depan lebih baik.
Guru adalah profesi yang Vollmer & Mills (1966)
mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang
memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh
melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk
menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau
memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh
upah atau gaji dalam jumlah tertentu.

Guru profesional memiliki beberapa aspek


(Suprihatinigrum, 2014), yaitu:
a. Komitmen tinggi;
b. Tanggung jawab
c. Berpikir sistematis;
d. Penguasaan materi;
e. Menjadi bagian dari masyarakat profesional;
f. Autonomy (mandiri dalam melaksanakan
tugasnya);
g. Teacher research; Saat ini mulai diperkenalkan
teaching by research
h. Publication; Selain meneliti
i. Professional organization;

2.2. Karakteristik Etika Profesi Guru


Guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab
atas pelaksanaan KEGI. Kode Etik Guru Indonesia
merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan
bermartabat yang dilindungi undang-undang (Pengurus
Besar Persatuan Guru Republik Indonesia, 2017).
Kode etik guru adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap
dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai
pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara
(Suprihatinigrum, 2014).
Kode Etik Guru Indonesia merupakan jiwa dari Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD NRI 1945).

Tujuan dirumuskannya kode etik adalah untuk:


(1) menjunjung tinggi martabat profesi;
(2) menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggota;
(3) meningkatkan pengabdian para anggota profesi;
(4) meningkatkan mutu profesi,
(5) meningkatkan mutu organisasi profesi (Hermawan,
1979; Suprihatinigrum, 2014)

Sejak UU Guru dan Dosen diberlakukan, amanat UU


tersebut bahwa guru wajib:
a. Menjadi anggota organisasi profesi sesuai dengan
peraturan perundangundangan;
b. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi
serta kode etik guru dan ikrar atau janji guru yang ditetapkan
oleh organisasi atau asosiasi nya masing-masing;
c. Mematuhi anggaran dasar, anggaran rumah tangga, serta
peraturanperaturan yang ditetapkan oleh organisasi atau
asosiasi nya masing-masing;
d. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi
guru secara aktif;
e. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi
atau asosiasi profesi guru dimana dia terdaftar sebagai
anggota;
f. Memiliki kartu anggota organisasi atau asosiasi profesi
dimana dia terdaftar sebagai anggota;
g. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi
profesi dimana dia terdaftar sebagai anggota;
h. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi
profesi dimana dia terdaftar sebagai anggota;
i. Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru
harus memilih organisasi profesi guru yang
pembentukannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

beberapa hasil studi para ahli mengenai sifat-sifat atau


karakteristik-karakteristik profesi seperti berikut ini:
a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui
pendidikan
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi.
c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat
digunakan langsung oleh orang lain atau klien.
d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan
atau communicable.
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara
mandiri atau selforganization. Istilah mandiri disini
berarti kewenangan akademiknya melekat pada
dirinya.
f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism).
g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan
norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja.
h. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas.
i. Mempunyai sistem upah.
j. Budaya professional.

Menurut Arumsari peran guru dalam pendidikan abad 21


terdapat tujuh aspek;
(1) orang yang kreatif,
(2) pembicara yang baik,
(3) inovator,
(4) penyusunan rencana,
(5) pengguna teknologi,
(6) agen dari perubahan sosial
(7) koordinator yang baik (Thamrin, 2018).

2.3. Etika Profesi Guru dan Aplikasi dalam Pembelajaran


Guru yang memiliki kompetensi dan kualifikasi
mengajar akan meningkatkan kualitas pendidikan menjadi
bermutu serta diperhatikan oleh masyarakat, bahkan
masyarakat menghargai guru sebagai individu, maupun
sebagai anggota masyarakat.
Guru sebagai profesional dalam bidang pendidikan harus
memiliki profesionalisme yang tinggi. Begitu juga dengan
guru PPKn.
Guru PPKn. memiliki peran yang sangat besar dapat
mengaplikasikannya dalam tugas sehari-hari, baik di sekolah
maupun di masyarakat. Guru PPKn. 16 dalam melaksanakan
tugas profesinya menjalankan tugas sesuai dengan kode etik
guru. Kode etik guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi
profesi guru.
2.3.1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik
Guru membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Dalam
membimbing peserta didiknya, Ki Hajar Dewantara
mengemukakan tiga kalimat ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mangun karso, dan tut wuri handayani.
Mengaplikasikan etika hubungan guru dengan peserta didik
dengan berupaya menjadi guru menjaga sikap dan perilaku,
menjunjung tinggi harga diri, dan integritas sehingga
menjadi role model yang dapat diteladani oleh peserta didik.
Seperti guru menunjukan sikap disiplin, berbicara sopan,
menjaga kewibawaan dan dapat menjadi “teman sebaya”
dalam belajar dan tidak sekali-kali merendahkan martabat
peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Mengaplikasikan etika hubungan guru dengan peserta didik
dengan berupaya menjadi guru menjaga sikap dan perilaku,
menjunjung tinggi harga diri, dan integritas sehingga
menjadi role model yang dapat diteladani oleh peserta didik.
Seperti guru menunjukan sikap disiplin, berbicara sopan,
menjaga kewibawaan dan dapat menjadi “teman sebaya”
dalam belajar dan tidak sekali-kali merendahkan martabat
peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajara

2.3.2. Hubungan Guru dengan Orang Tua/Wali Peserta


Didik
Etika hubungan guru dengan orang tua/wali peserta
didik adalah etika guru dalam membangun hubungan dan
kerjasama yang baik dengan orang tua/wali peserta didik.
Etika tersebut bertujuan agar orang tua/wali mendukung
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
Dengan menyampaikan aktivitas pembelajaran di
sekolah kepada orang tua/wali, orang tua/wali dapat
melakukan upaya pembelajaran pada tingkat keluarga agar
membangun kebiasaan (habituasi) untuk menampilkan
karakter yang telah disekolah.

2.3.3. Hubungan Guru dengan Masyarakat


Guru profesional, selain membangun hubungan
dengan peserta didik dan orang tua/wali juga harus
membangun hubungan dengan masyarakat yang menjadi
salah satu sumber dan lingkungan belajar peserta didik.
Mengaplikasi hubungan guru dengan masyarakat turut aktif
dalam kegiatan masyarakat untuk dapat mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat yang dapat
dijadikan sebagai permasalahan yang akan didiskusikan di
kelas atau menjadi sumber pembelajaran PPKn.

2.3.4. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat


Hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan
mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara
sesama rekan sejawat.
Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan :
1. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi,
dan reputasi sekolah.
2. Guru memotivasi diri dan rekan kerja sejawat secara
aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses
pendidikan.
3. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
4. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan
luar sekolah
5. Guru menghormati rekan sejawat.
6. Guru saling membimbing antar sesama rekan sejawat.
7. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan
hubungan kesejawatan dengan standar dan kearifan
profesional.
8. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-
rekan juniornya untuk tumbuh secara profesional dan
memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan
profesionalitasnya.
9. menerima otoritas kolega seniornya untuk
mengekspresikan pendapat-pendapat profesional
berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan
pembelajaran.
10. Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral,
dan kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional
dengan sejawat.
11. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama
dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi
sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas
profesional pendidikan dan pembelajaran.
12. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang
menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral,
kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
13. Guru tidak boleh mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan
keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi
sejawat atau calon sejawat.
14. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan
mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan
martabat pribadi dan profesional sejawatnya.
15. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan
profesional sejawat atas dasar pendapat siswa atau
masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
16. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat
kecuali untuk pertimbangan-pertimbangan yang dapat
dilegalkan secara umum.
17. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak
yang langsung atau tidak langsung akan memunculkan
konflik dengan sejawat

2.3.5. Hubungan Guru dengan Profesi


Etika Hubungan Guru dengan Profesi
1. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai
sebuah profesi. 2.
2. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan
disiplin ilmu pendidikan dan bidang studi yang
diajarkan. 3.
3. Guru terus menerus meningkatkan
kompetensinya. 4.
4. Guru menjunjung tinggi tindakan dan
pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-
tugas profesional dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya. 5.
5. Guru menerima tugas-tugas sebagai bentuk
tanggung jawab, inisiatif individual, dan integritas
dalam tindakan-tindakan profesional lainnya. 6.
6. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan
mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan
martabat profesionalnya. 7.
7. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan
pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau
tindakan-tindakan profesionalnya. 8.
8. tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan
maksud menghindari tugas-tugas dan
tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan
baru dibidang pendidikan dan pembelajaran
Aplikasi hubungan guru dengan profesi: Pada
penerapannya, guru sebagai sebuah profesi yang
dilakukan adalah membelajarkan siswa dengan untuk
mewujudkan cita-cita bangsa yang tertuang pada
Pancasila dan UUD 1945 serta mengikuti peraturan
yang tertuang pada PGRI sebagai salah satu organisasi
guru.
Dalam meningkatkan kompetensinya, guru dapat
(1) mengikuti kegiatan pengembangan diri seperti
pelatihan kependidikan, lokakarya media
pembelajaran, serta terus mengupdate pengetahuan
melalui media-media yang ada;
(2) menuliskan dan mempublikasikan karya ilmiah
seperti melakukan penelitian tindakan kelas, dan
publikasi jurnal ilmiah, dan;
(3) mengembangkan karya inovatif.

2.3.6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi


Guru profesional juga harus mengembangkan
hubungan dan aktif dengan organisasi profesinya dalam
rangka mengembangkan, dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
Etika Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi:
1. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan
berperan serta secara aktif dalam melaksanakan program-
program organisasi bagi kepentingan pendidikan.
2. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi
guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan
pendidikan.
3. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar
menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk
kepentingan guru dan masyarakat.
4. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan
pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi
dan bertanggungjawab atas 25 konsekuensinya.
5. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai
suatu bentuk tanggung jawab, inisiatif individual, dan
integritas dalam tindakantindakan profesional lainnya.
6. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan
pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi
organisasi profesinya.
7. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi
palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi
profesinya.
8. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan
sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

2.3.7. Hubungan Guru dengan Pemerintah


Hubungan guru dengan pemerintah, guru membantu
program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang
berbudaya. Berusaha menciptakan, memelihara dan
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila dan UUD
194.
Etika Hubungan Guru dengan Pemerintah:
1. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan
program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana
ditetapkan dalam UUD 1945, UU tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang-undang tentang guru dan dosen, dan
ketentuan perundang-undangan lainnya.
2. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan
kehidupan yang berbudaya.
3. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
4. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang
dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk
kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
5. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau
kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.

Mengaplikasikan etika hubungan guru dengan pemerintah,


Seperti guru memiliki komitmen dan berusaha untuk
mencapai tujuan pembangunan dalam bidang pendidikan
.
KB. 3 KUALIFIKASI DAN REGULASI
PROFESIONALISME GURU PPKn
2.1. Regulasi Pengembangan Guru PPKn
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
(Pasal 1 Angka 1 UU Sisdiknas).
Dalam pelaksanaan UU Sisdiknas, pendidikan dilakukan
dengan prinsip yang diatur dalam pasal 4 yaitu sebagai
berikut:
a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang
sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. 6
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan
budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap
warga masyarakat.
f. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan
semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pendidikan.
Regulasi guru mengenai perubahan mendasar yang
dituangkan dalam UU Sisdiknas adalah diusungnya prinsip
demokrasi, berkeadilan, kesetaraan, pembudayaan dan
pembudayaan serta peran aktif masyarakat dalam
pendidikan. Pendidik memiliki tugas untuk melaksanakan
pembelajaran. Pendidik sebagai tenaga profesional melekat
hak dan kewajiban padanya.

2.1.1. UUD NRI 1945


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (selanjutnya UUD NRI 1945) telah
mengamanatkan pemerintah harus mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang (Pasal
31 UUD NRI 1945).

2.1.2. UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU


UU Sisdiknas menerangkan guru merupakan salah satu
kualifikasi tenaga pendidik selain dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.

2.1.3. PP (Peraturan Pemerintah)


Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-
undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan
Undang-Undang sebagaimana mestinya. Materi muatan
Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan
Undang-Undang. Regulasi pengembangan profesi guru
dimulai dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan (selanjutnya PP Standar Nasional Pendidikan)
yang telah direvisi oleh Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan (PP Perubahan Standar Nasional
Pendidikan)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, guru
memiliki kesempatan untuk mendapatkan tunjangan profesi.
Guru yang mendapatkan tunjangan profesi yaitu guru yang
telah memiliki:
(1) Sertifikat pendidik,
(2) memenuhi beban kerja,
(3) mengajar sebagai guru mata pelajaran dan/atau guru
kelas pada satuan pendidikan yang sesuai dengan
peruntukan Sertifikat Pendidik yang dimilikinya,
(4) terdaftar pada departemen sebagai guru tetap,
(5) berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun; dan
(6) tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain
satuan pendidikan tempat bertugas, berhak untuk menerima
tunjangan profesi (Pasal 15 PP Guru).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor


48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, guru
memiliki kesempatan untuk mendapatkan tunjangan profesi.
Guru yang mendapatkan tunjangan profesi yaitu guru yang
telah memiliki (1) Sertifikat pendidik, (2) memenuhi beban
kerja, (3) mengajar sebagai guru mata pelajaran dan/atau
guru kelas pada satuan pendidikan yang sesuai dengan
peruntukan Sertifikat Pendidik yang dimilikinya, (4)
terdaftar pada departemen sebagai guru tetap, (5) berusia
paling tinggi 60 (enam puluh) tahun; dan (6) tidak terikat
sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan pendidikan
tempat bertugas, berhak untuk menerima tunjangan profesi
(Pasal 15 PP Guru).

Keppres (Keputusan Presiden)


Keputusan Presiden (Keppres) berkaitan
dengan pengembangan profesi guru adalah
Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
Keberadaan Keppres tersebut bertujuan untuk
mewadahi keberadaan dan sekaligus sebagai
landasan bagi penetapan jabatan fungsional
keahlian dan/ atau jabatan fungsional
keterampilan yang diperlukan oleh pemerintah
dalam rangka terselenggaranya tugas umum
pemerintahan

Keputusan Presiden (Keppres) berkaitan


dengan pengembangan profesi guru adalah
Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
Keberadaan Keppres tersebut bertujuan untuk
mewadahi keberadaan dan sekaligus sebagai
landasan bagi penetapan jabatan fungsional
keahlian dan/ atau jabatan fungsional
keterampilan yang diperlukan oleh pemerintah
dalam rangka terselenggaranya tugas umum
pemerintahan

2.1.6. Peraturan Menteri


Peraturan Menteri (selanjutnya Permen) sebagai regulasi
yang bersifat teknis pelaksanaan kebijakan negara pada
bidang pendidikan dapat dilihat pada Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya (Permen PAN & RB No. 16
Tahun 2009).

Menurut Permen PAN & RB No. 16 Tahun 2009 sebagai


unsur kegiatan guru, khususnya pegawai negeri terdapat 3
(tiga) unsur pengembangan profesi guru berkelanjutan yaitu:
a. Pengembangan Diri
b. Karya Ilmiah
c. Karya Inovatif

2.2. Kualifikasi Profesionalisme Guru PPKn


Kualifikasi profesionalisme guru merupakan pendidikan
khusus untuk memperoleh suatu keahlian, keahlian yang
diperlukan untuk melakukan sesuatu (menduduki jabatan
dan sebagainya).

2.2.1. Kualifikasi Akademik Guru

Guru sebagai tenaga pendidik profesional, guru harus


memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
(Pasal 28 PP Standar Nasional Pendidikan).

Berikut (Pasal 29 PP Standar Nasional Pendidikan):


a. Guru pada PAUD/TK/RA
b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI
c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs.
d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA
e. Kualifikasi Akademik Guru
SDLB/SMPLB/SMALB
f. Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK*
2.2.2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan
dan Kesetaraan
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat
diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang
sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan
tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan.

Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Yang Diangkat Sampai


Dengan Akhir Tahun 2015 (selanjutnya Permendikbud No.
37 Tahun 2017), sebagaimana berikut ini:
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma
empat (D-IV)
b. Guru dalam Jabatan atau pegawai negeri sipil yang
mendapatkan tugas mengajar yang sudah diangkat sampai
dengan akhir tahun 2015
c. Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (NUPTK); dan
d. Terdaftar pada data pokok pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Guru dalam Jabatan yang telah
mengikuti dan dinyatakan lulus Program PPG berhak
memperoleh Sertifikat Pendidik
e. Guru dalam Jabatan adalah guru pegawai negeri sipil dan
guru bukan pegawai negeri sipil yang sudah mengajar pada
satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan pemerintah
pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat penyelenggara
pendidikan yang sudah mempunyai perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama.
f. Sertifikat Pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga
profesional. 3. Sertifikasi adalah proses pemberian Sertifikat
Pendidik kepada guru
g. Program Pendidikan Profesi Guru

Pelaksanaan Program PPG bagi Guru dalam Jabatan sesuai


dengan kuota nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) dibiayai oleh (Pasal 8 (1) Permendikbud No. 37
Tahun 2017):
a. pemerintah pusat;
b. pemerintah daerah; dan/atau
c. satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Berdasarkan UU Guru dan Dosen dan PP Guru terdapat


beberapa ketentuan penting yang harus dimiliki oleh guru
profesional:
a. Untuk menjadi calon peserta pendidikan profesi, guru
harus berkualifikasi Sarjana (S1) atau Diploma Empat
(DIV).
b. Sertifikat pendidik diperoleh melalui program pendidikan
profesi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi.
c. Sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan
secara objektif, transparan, dan akuntabel.
d. Program pendidikan profesi diakhiri dengan uji
kompetensi pendidik
e. Uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis
dan uji kinerja sesuai dengan standar kompetensi
f. Ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif
g. Uji Kenerja yang dilaksanakan secara menyeluruh dalam
bentuk ujian peraktik pembelajaran yang mencerminkan
penguasaan pedagogik, keperibadian, profesional, dan
sosial.

2.3. Kualifikasi dan Regulasi Profesionalisme Guru PPKn


Alur untuk mewujudkan guru yang benar-benar
profesional:
(1) penyediaan guru berbasis perguruan tinggi,
(2) induksi guru pemula berbasis sekolah,
(3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi dan
(4) profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru
madani.

KB 4. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN
PROFESIONAL GURU PPKn
2.1. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
UU Guru dan Dosen mengamanatkan profesi guru
sebagai profesi yang bermartabat. Konsekuensi dari jabatan
guru sebagai profesi yang bermartabat, diperlukan suatu
sistem pembinaan dan pengembangan terhadap profesi guru
secara terprogram dan berkelanjutan.
Regulasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengendalikan masyarakat dengan aturan tertentu. Regulasi
guru merupakan segala aturan yang digunakan untuk
mengatur segala yang berkaitan dengan guru.
PKB adalah pengembangan kompetensi guru yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap,
berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalismenya.
Guru memelihara, meningkatkan, dan memperluas
pengetahuan dan keterampilan guru untuk melaksanakan
proses pembelajaran. Pembelajaran menjadi berkualitas
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan pemahaman peserta didik. Kegiatan PKB ini mencakup
kegiatan pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau
karya inovatif.
2.2. Pengembangan Diri Pada Kegiatan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan
Pengembangan Diri pada kegiatan PKB dalam Buku 4
Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan
Angka Kreditnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2019,
menjelaskan bahwa pelaksanaan pengembangan diri bagi
guru bertujuan untuk mencapai kompetensi dasar yang
disyaratkan, untuk pendalaman dan pemutakhiran
pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
kompetensinya sebagai guru, peningkatan keterampilan dan
kemampuan guru untuk menghasilkan publikasi ilmiah
dan/atau karya inovatif, peningkatan pengetahuan dan
keterampilan untuk melaksanakan tugas-tugas tambahan
yang menunjang pengembangan karir guru, dan juga untuk
memenuhi kegiatan lainnya sesuai dengan kondisi serta
kebutuhan guru saat ini dan tentu saja mempersiapkan
kebutuhan guru di masa yang akan datang

2.2.1. Pendidikan dan Latihan Fungsional dan Teknis


Pendidikan dan pelatihan fungsional adalah upaya
peningkatan kompetensi guru dan/atau pemantapan
wawasan, pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan yang
sesuai dengan profesi guru yang bermanfaat dalam
pelaksanaan tugas guru melalui lembaga yang memiliki ijin
penyelenggaraan dari instansi yang berwenang.
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam
kegiatan pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional
maupun kegiatan kolektif guru antara lain :
a. Peningkatan kompetensi pedagogis dan profesional dalam
rangka kegiatan guru
b. Penyusunan kurikulum, RPP dan bahan ajar
c. Penyusunan, program kerja, dan/atau perencanaan
pendidikan
d. Pengembangan metodologi mengajar
e. Penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik
f. Penggunaan dan pengembangan teknologi informasi
dalam pembelajaran
g. Inovasi proses pembelajaran
h. Peningkatan kompetensi profesional
i. Penulisan publikasi ilmiah j. Pengembangan karya inovatif
k. Kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya
l. Peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan
pelaksanaan tugas tambahan atau tugas lain yang relevan
dengan fungsi sekolah

2.2.2. Kegiatan Kolektif Guru


Fungsi, peran, serta kedudukan guru sangat penting dalam
mencapai visi pendidikan 2025 yaitu menciptakan insan
Indonesia cerdas dan kompetitif. Saat ini, regulasi yang
digulirkan diharapkan dapat memfasilitasi guru untuk selalu
mengembangkan profesinya secara berkelanjutan.
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam
mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau mengikuti
kegiatan bersama yang dilakukan guru baik 12 di sekolah
maupun di luar sekolah (seperti KKG/MGMP,
KKKS/MKKS, asosiasi profesi guru lainnya) yang bertujuan
untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan.
Kegiatan kolektif guru dapat diperoleh dengan cara sebagai
berikut.:
Kegiatan kolektif guru dapat diperoleh dengan cara sebagai
berikut.
a. Mengikuti lokakarya atau kegiatan di kelompok/
musyawarah kerja guru.
b. Mengikuti in house training
c. Sebagai pembahas atau peserta dalam seminar,
kolloquium, diskusi panel, atau bentuk pertemuan
ilmiah lainnya.
d. Mengikuti kegiatan kolektif lainnya yang sesuai
dengan tugas dan kewajiban guru terkait dengan
pengembangan profesinya.
e. Merupakan kegiatan wajib seperti guru pada setiap
jenjang jabatan sebagaimana telah diatur dalam
Rambu-rambu penyelenggara KKG/MGMP.
f. Paket kegiatan guru di KKG/MGMP dalam 1 tahun
dapat berupa

2.2.3. Publikasi Ilmiah


Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah
dipublikasikan kepada masyarakat. Publikasi juga
merupakan bentuk kontribusi seorang guru terhadap
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah dan sebagai
pengembangan dunia pendidikan secara umum. Bentuk
publikasi yang dapat dilakukan oleh guru adalah presentasi
pada forum ilmiah, publikasi hasil penelitian atau gagasan
inovatif pada bidang pendidikan formal, dan publikasi buku
teks pelajaran, buku pengayaan dan/atau pedoman guru.
Presentasi pada forum ilmiah adalah kegiatan penyampaian
gagasan ilmiah sebagai salah satu bentuk publikasi ilmiah.

a. Presentasi pada forum ilmiah


1) Menjadi pemrasaran/narasumber pada seminar atau
lokarya ilmiah.
2) Menjadi pemrasaran/narasumber pada kolokium atau
diskusi ilmiah.

b. Bukti fisik yang dinilai


1) Makalah/Prosiding yang sudah disajikan pada pertemuan
ilmiah dan telah disahkan oleh kepala sekolah
2) Surat keterangan dari panitia seminar atau
sertifikat/piagam dari panitia pertemuan ilmiah.

c. Angka Kredit
Untuk memperoleh angka kredit isi makalah/Prosiding
harus relevan dengan bidang pendidikan formal, seperti
masalah pembelajaran, tugas pokok guru pada satuan
pendidikannya sesuai dengan tugas guru yang bersangkutan.
Isi makalah di luar tersebut tidak dapat diberikan angka
kredit.

2.2.4. Karya Inovatif


Karya inovatif adalah karya hasil pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni yang bermanfaat bagi
pendidikan dan/atau masyarakat, yang terdiri dari:
(1) menemukan teknologi tepat guna
(2) Karya teknologi tepat guna berupa alat/mesin dan
program komputer, dapat dilakukan oleh semua
guru.
(3) Karya teknologi tepat guna berupa pengembangan
bidang sains, teknologi (eksperimen), model
pembelajaran bimbingan evaluasi manajemen
olahraga, alat pelajaran peraga praktikum harus
sesuai dengan tugas mengajar guru,
Guru adalah salah satu komponen penentu terwujudnya
mutu pendidikan di sekolah khususnya dan akan
berdampak pada tinggi rendahnya kualitas pendidikan
di suatu negara.
Kategori kompleks dan sederhana pada karya seni
ditinjau dari jumlah karya yang dihasilkan dan karya
tersebut sudah dipublikasikan (dipamerkan,
dipertunjukkan, diterbitkan) minimal pada tingkat
kabupaten/kota.:
a. Menemukan Teknologi Tepat Guna
b. b. Menemukan atau Menciptakan Karya Seni
c. c. Membuat, Memodifikasi Alat Pelajaran, Peraga
dan Alat Praktikum
d. d. Mengikuti Pengembangan Penyusunan Standar,
Pedoman, Soal, dan Sejenisnya

2 Daftar materi yang sulit - MEMBANGUN KARAKTER


dipahami di modul ini KEINDONESIAAN GURU PPKn DAN
PESERTA DIDIK
- PENGEMBANGAN KEMAMPUAN
PROFESIONAL GURU PPKn
3 Daftar materi yang sering -
mengalami miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai