Anda di halaman 1dari 10

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri


NAMA : Yuda Hadi Siswanto

Judul Modul 5 MEMBANGUN KARAKTER KEINDONESIAAN


GURU PPKn DAN PESERTA DIDIK
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Karakteristik Peserta Didik dari aspek FISIK, Moral,
Sosial, Kultural, Emosional dan Intelektual
2. Karakteristik Etika Profesi Guru dan Aplikasinya dalam
Pembelajaran PPKn
3. Kualifikasi dan Regulasi Profesionalisme Guru PPKn
4. Pengembangan Kemampuan Profesional Guru PPKn
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang KB 1 : KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DARI ASPEK
dipelajari FISIK, MORAL, SOSIAL, KULTURAL, EMOSIONAL
DAN INTELEKTUAL
1. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Fisik
Perbedaan fisik lebih dari sekedar aspek-aspek pancaindra,
seperti jenis kelamin, tinggi badan, jenis rambut, bentuk bola
mata. Aspek-aspek yang tidak dapat diamati oleh pancaindra,
tetapi baru diketahui setelah pengukuran tinggi badan, usia,
kecepatan lari, golongan darah, nutrisi, penglihatan,
pendengaran dan sebagainya juga aspek fisik peserta didik
(Desmita, 2009)
Aspek fisik merupakan salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang sangat penting dan
juga dapat mempengaruhi aspek lainnya. Hedlund &
Sternberg (2000) mengatakan bahwa aspek fisik
meliputi:
perubahan-perubahan dalam tubuh seperti pertumbuhan
otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi
dan berat badan, hormon, dan lain-lain, dan
perubahanperubahan dalam cara-cara individu untuk
menggunakan tubuhnya seperti: perkembangan
keterampilan motorik dan perkembangan seksual, serta
perubahan dalam kemampuan fisik seperti penurunan fungsi
jantung, dan penglihata

2. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Moral


Pada hakekatnya moral adalah ukuran-ukuran yang telah
diterima oleh suatu komunitas, sedang etika lebih dikaitkan
dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan pada suatu
profesi. Moral selalu mengacu pada baik buruk 15 manusia,
sehingga moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari
kebaikan manusia. Norma moral dipakai sebagai tolok ukur
segi kebaikan manusia. Menurut Magnis Suseno, menjelaskan
moral adalah sikap hati yang tercermin dalam sikap lahiriah.
Karakteristik peserta didik dari aspek moral, meliputi
perubahan sikap peserta didik dari yang tidak baik
lalu menjadi baik. Hurlock (1990) menjelaskan
empat pokok utama yang dipelajari dalam
membentuk moral seseorang yaitu;

a. Pokok pertama yang penting dalam pelajaran


menjadi pribadi bermoral ialah belajar apa yang
diharapkan kelompok dari anggotanya dalam bentuk
hukum, kebiasaan dan peraturan. Di sekolah seorang
pendidik mungkin memberi peraturan yang berbeda
dari guru lainnya. Bahkan di kelompok bermain
peraturan permainan dan olahraga mungkin berbeda,
tergantung pada pimpinan dan keinginan.
b. Pokok kedua dalam belajar menjadi orang
bermoral ialah mengembangkan hati nurani sebagai
kendali internal bagi perilaku individu.
c. Pokok ketiga dalam belajar menjadi orang yang
bermoral adalah pengembangan rasa bersalah dan
rasa malu. Setelah anak mengembangkan hati nurani,
hati nurani mereka dibawa dan digunakan sebagai
pedoman perilaku. Rasa bersalah dijelaskan sebagai
sejenis evaluasi diri khusus yang negatif yang terjadi
bila individu mengakui bahwa perilakunya berbeda
dengan nilai moral yang dirasa wajib untuk dipenuhi.
Sumber: pujinarimawati, 2018 17
d. Pokok keempat dalam belajar menjadi orang
bermoral ialah mempunyai kesempatan melakukan
interaksi dengan anggota kelompok sosial. Interaksi
sosial penting dalam perkembangan moral karena
dapat memberi anak standar perilaku yang disetujui
kelompok sosialnya dan memberi mereka sumber
motivasi untuk mengikuti standar tersebut melalui
persetujuan dan ketidaksetujuan sosial.
Karakteristik peserta didik dari aspek moral, meliputi
perubahan sikap peserta didik dari yang tidak baik lalu
menjadi baik. Penentuan kelulusan peserta didik tidak hanya
didasarkan pada prestasi akademik belaka melainkan harus
dikaitkan dengan perilaku peserta didik pada aspek
kepribadian yang menunjukkan nilai-nilai moral sebagai jadi
dirinya. Guru berupaya menumbuhkembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik dalam
ruang lingkup pengetahuan moral, sikap moral dan perilaku
moral.

3. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Sosial


Kehidupan sosial pada masa remaja ditandai oleh hal-
hal sebagai berikut: Menonjolnya fungsi intelektual dan
emosional; Mengalami krisis identitas, sehingga mereka
ingin mencari jati diri dan teman akrab; Pergaulan
remaja diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik besar
maupun
Karakteristik sosial remaja seperti adanya
kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri
dengan keinginan untuk bergaul dengan banyak teman,
dan antara keinginan untuk bebas dengan pengaruh
orang lain, termasuk dominasi orang tua.

4. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Kultural


Unsur budaya tersebutlah menjadikan karakteristik peserta
didik bisa berbeda satu sama yang lainnya. Sehingga ketika
peserta didik berinteraksi dan berkomunikasi dengan warga di
lingkungan sekolahnya perlu menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, sebab mereka meyakini nilai-nilai yang
ditanamkan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat dimana
peserta didik hidup. pengetahuan peserta didik tentang kultur
peserta didik bawaan lingkungan keluarga dan masyarakat,
apalagi jika peserta didik di sekolah terdiri dari kelompok
masyarakat yang heterogen. maka guru dituntut untuk mampu
menyesuaikan atau membawa ke dalam kultur belajar kondusif
agar kultur bawaannya sehingga membuat peserta didik secara
nyaman dan sadar akan mendapatkan kesempatan belajar yang
sama terhindar dari diskriminatif. Pendidikan multikultural
sebagaimana diungkapkan Ma’hady (Mahfud, 2006)
didefinisikan sebagai pendidikan tentang keberagaman
kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan
kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia
secara keseluruhan (global). Pendidikan multikultural menurut
Mahfud (2006) memiliki ciri-ciri:
a. Tujuannya membentuk “manusia budaya” dan menciptakan
manusia berbudaya (berperadaban).
b. Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-
nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis (kultural)
c. Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek
perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis
(multikulturalisme)
d. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku
anak didik yang meliputi aspek persepsi, apresiasi, dan tindakan
terhadap budaya lainnya
Atas dasar definisi dan ciri-ciri pendidikan multikultural
tersebut di atas, seorang pendidik dalam melakukan proses
pembelajaran harus mampu menyikapi keberagaman budaya
yang ada di sekolah/kelas. Misalnya Pak Irwan seorang pendidik
di salah satu SMA ketika menjelaskan materi pelajaran dan
dalam memberikan contoh-contoh perlu mempertimbangkan
keberagaman budaya tersebut, sehingga apa yang disampaikan
dapat diterima oleh semua peserta didik, atau tidak hanya
berlaku untuk budaya tertentu saja.
5. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Emosional
Emosional adalah segala hal yang berkaitan dengan emosi
(Susiani, Dantes, & Tika, 2013). Menurut James-Lange, emosi
adalah reaksi perasaan terhadap perubahan-perubahan yang
telah melampaui batas kewajaran dalam sistem fisiologi
tubuh (Nuryoto, 2014; Sarwono, 2010). Umumnya, emosi
digolongkan sebagai domain intelegensi dan bukan melihat
intelegensi dan emosi pada dua hal yang berbeda. Sehingga
anggapan kecerdasan emosional merupakan bagian dari
kecerdasan intelektual (intelligence quotient).
- Emosi merupakan suatu keadaan afektif secara sadar
mengalami perasaan seperti kegembiraan (joy),
kesedihan, ketakutan, benci, dan cinta. Sangat
berbeda bila emosi dipandang sebagai aspek kognitif,
dimana emosi merupakan sebuah keinginan yang
disadari (Djaali, 2014).
Agar anak dapat mengendalikan emosi dengan baik maka ada
berbagai hal yang perlu dilatih pada anak (Taufiq et al.,
2016), yaitu sebagai berikut;
a. Mengajarkan anak untuk mengenali perasaannya sendiri
dan membiarkan mereka mengungkapkan perasaan secara
sehat
b. Melatih anak mengekspresikan perasaannya dengan baik
c. Melatih anak mengekspresikan perasaan orang lain dan
dampak dari perasaan orang lain jika pelampiasan
perasaannya dalam bentuk emosional yang terarah
d. Melatih anak untuk bersabar dengan tidak selalu mengikuti
dorongan.
6. Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Intelektual
- Aspek intelektual disebut juga tingkat kecerdasan
peserta didik yang diukur dari kemampuan kognitif
dalam menyelesaikan masalah, menalar dan berpikir
logika berdasarkan faktual dan empirisnya dengan
berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan,
tingkat pengertian atau kesadaran, terutama yang
menyangkut pemikiran dan pemahaman. Potensi
intelektual sudah pasti berhubungan dengan
kecerdasan yaitu prestasi akademik, kecerdasan
umum, kemampuan khusus (bakat),

KB 2 : KARAKTERISTIK ETIKA PROFESI GURU DAN


APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN PPKn
1. Karakteristik Profesi Guru
- Vollmer & Mills (1966) mengatakan bahwa profesi
adalah sebuah jabatan yang memerlukan
kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh
melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang
bertujuan untuk menguasai keterampilan atau
keahlian dalam melayani atau memberikan advis
pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji
dalam jumlah tertentu. Guru profesional memiliki
arena khusus untuk berbagi minat, tujuan, dan nilai-
nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan
sikap dan semacam itu, guru profesional
mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-
diri, kesadarandiri, mengembangkan-diri, berempati,
menjalani hubungan yang efektif.
- Guru profesional memiliki beberapa aspek
(Suprihatinigrum, 2014), yaitu:
1) Komitmen tinggi
2) Tanggung jawab
3) Berpikir sistematis
4) Penguasaan materi
5) Menjadi bagian dari masyarakat profesional
6) Autonomy (mandiri dalam melaksanakan
tugasnya)
7) Teacher research
8) Publication
9) Professional organization

2. Karakteristik Etika Profesi Guru


Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap
dan perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai
profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang
dilindungi undang-undang (Pengurus Besar
Persatuan Guru Republik Indonesia, 2017).
Guru harus menyadari sepenuhnya bahwa KEGI harus
tercermin dalam sikap dan perilaku guru sebagai pendidik
putra-putri bangsa. KEGI yang tercermin dalam tindakan
nyata itulah yang disebut etika profesi atau menjalankan
etika profesinya. Tujuan dirumuskannya kode etik adalah
untuk
(1) menjunjung tinggi martabat profesi;
(2) menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota;
(3) meningkatkan pengabdian para anggota profesi;
(4) meningkatkan mutu profesi, dan;
(5) meningkatkan mutu organisasi profesi (Hermawan, 1979;
Suprihatinigrum, 2014).
Danim (2002) merangkum beberapa hasil studi para
ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik-
karakteristik profesi seperti berikut ini.
1) Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui
pendidikan
2) Memiliki pengetahuan spesialisasi
3) Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan
langsung oleh orang lain atau klien
4) Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan
atau communicable.
5) Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara
mandiri atau self organization.
6) Mementingkan kepentingan orang lain (altruism)
7) Memiliki kode etik
8) Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas
9) Mempunyai sistem upah
10) Budaya professional

3. Etika Profesi Guru dan Aplikasi dalam Pembelajaran


Kode etik guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru.
Persatuan guru Republik Indonesia (PGRI), telah membuat kode
etik guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI).
KEGI ini merupakan hasil konferensi pusat PGRI Nomor
V/konPus II/XIX/2006 pada tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta
yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/
PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat
menjadi kode etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang
profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi
atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode
Etik bagi anggotanya. Berikut ini disajikan substansi esensial dari
KEGI yang ditetapkan oleh PGRI telah memuat rumusan Kode
Etik Guru yang sudah disepakati. Berikut ini disajikan kode etik
guru sebagai acuan guru dalam menjalankan tugas keprofesian
1) Hubungan Guru dengan Peserta Didik
Guru membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
Hubungan guru dengan peserta didik tercermin
kalimat guru hendaknya memberi contoh yang baik
untuk peserta didiknya, dapat mempengaruhi dan
mengendalikan peserta didiknya.
2) Hubungan Guru dengan Orang Tua/Wali Peserta
Didik
Etika hubungan guru dengan orang tua/wali peserta
didik adalah etika guru dalam membangun
hubungan dan kerjasama yang baik dengan orang
tua/wali peserta didik. Etika tersebut bertujuan agar
orang tua/wali mendukung peningkatan kualitas
pembelajaran di sekolah.
3) Hubungan Guru dengan Masyarakat
Dalam membagun hubungan dengan masyarkat
guru juga dilekatkan Etik Hubungan Guru dengan
Masyarakat sebagai pedoman guru dalam
menjalankan tugasnya.
4) Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan
Sejawat
Mengaplikasikan hubungan guru dengan sekolah
dan rekan sejawat diantaranya adalah dengan
bersama-sama menciptakan suasana kehidupan
sekolah sehingga siswa merasa betah untuk belajar
di sekolah.

5) Hubungan Guru dengan Profesi


Guru sebagai sebuah profesi, guru menjunjung tinggi
jabatan guru, mengembangkan dan memajukan
disiplin ilmu pendidikan dan mata pelajaran yang
diajarkan serta terus-menerus meningkatkan
kompetensinya

6) Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi


Hubungan guru dengan organisasi profesi, secara
tegas mewajibkan kepada seluruh anggota guru
untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat
profesi guru itu sendiri.
7) Etika Hubungan Guru dengan Pemerintah
Mengaplikasikan etika hubungan guru dengan
pemerintah, seperti guru memiliki komitmen dan
berusaha untuk mencapai tujuan pembangunan
dalam bidang pendidikan.

KB 3 : KUALIFIKASI DAN REGULASI


PROFESIONALISME GURU PPKn
1. Regulasi Pengembangan Guru PPKn
Guru mengembangkan potensi peserta didik sebagai warga
negara hipotetik. Warga negara hipotetik adalah warga negara
muda, karenanya peserta didik yang masih harus dididik menjadi
warga negara dewasa yang sadar hak dan kewajibannya (Amik,
dkk., 2016). Memastikan terjadinya pengembangan potensi
peserta didik, DPR dan Presiden pada 11 Juni 2003 telah
mengesahkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional baru
pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1998 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (selanjutnya UU Sisdiknas) yang terdiri dari
22 Bab dan 77 pasal merupakan perwujudan dari salah satu
tuntutan reformasi tahun 1998. Pasal 2 UU Sisdiknas disebutkan
bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 3
UU tersebut menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU
Sisdiknas).
a) UUD NRI 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (selanjutnya UUD NRI 1945) telah
mengamanatkan pemerintah harus mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang (Pasal 31 UUD NRI 1945)
b) UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU
Pengembangan profesi guru PPKn pada level
Undang- Undang (selanjutnya UU) atau Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
mulai terbitnya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).
Setelah terbitnya UU Sisdiknas, kemudian ditetapkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (UU Guru dan
Dosen) merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan mutu guru Indonesia
(Suprihatinigrum, 2014).

c) PP (Peraturan Pemerintah)
Regulasi pengembangan profesi guru dimulai dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
(selanjutnya PP Standar Nasional Pendidikan) yang
telah direvisi oleh Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005
bersama-sama menciptakan suasana kehidupan
sekolah sehingga siswa merasa betah untuk belajar
di sekolah.

8) Hubungan Guru dengan Profesi


Guru sebagai sebuah profesi, guru menjunjung tinggi
jabatan guru, mengembangkan dan memajukan
disiplin ilmu pendidikan dan mata pelajaran yang
diajarkan serta terus-menerus meningkatkan
kompetensinya
9) Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi
Hubungan guru dengan organisasi profesi, secara
tegas mewajibkan kepada seluruh anggota guru
untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat
profesi guru itu sendiri.
10)Etika Hubungan Guru dengan Pemerintah
Mengaplikasikan etika hubungan guru dengan
pemerintah, seperti guru memiliki komitmen dan
berusaha untuk mencapai tujuan pembangunan
dalam bidang pendidikan.

KB 3 : KUALIFIKASI DAN REGULASI


PROFESIONALISME GURU PPKn
2. Regulasi Pengembangan Guru PPKn
Guru mengembangkan potensi peserta didik sebagai warga
negara hipotetik. Warga negara hipotetik adalah warga negara
muda, karenanya peserta didik yang masih harus dididik menjadi
warga negara dewasa yang sadar hak dan kewajibannya (Amik,
dkk., 2016). Memastikan terjadinya pengembangan potensi
peserta didik, DPR dan Presiden pada 11 Juni 2003 telah
mengesahkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional baru
pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1998 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (selanjutnya UU Sisdiknas) yang terdiri dari
22 Bab dan 77 pasal merupakan perwujudan dari salah satu
tuntutan reformasi tahun 1998. Pasal 2 UU Sisdiknas disebutkan
bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 3
UU tersebut menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU
Sisdiknas).
a) UUD NRI 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (selanjutnya UUD NRI 1945) telah
mengamanatkan pemerintah harus mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang (Pasal 31 UUD NRI 1945)
b) UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU
Pengembangan profesi guru PPKn pada level
Undang- Undang (selanjutnya UU) atau Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
mulai terbitnya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).
Setelah terbitnya UU Sisdiknas, kemudian ditetapkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (UU Guru dan
Dosen) merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan mutu guru Indonesia
(Suprihatinigrum, 2014).
c) PP (Peraturan Pemerintah)
Regulasi pengembangan profesi guru dimulai dari
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
(selanjutnya PP Standar Nasional Pendidikan) yang
telah direvisi oleh Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan (PP
Perubahan Standar Nasional Pendidikan)
d) Perpres
a. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
110 Tahun 2006 Tentang Honorarium Bagi
Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Nasional
Sertifikasi Profesi.
b. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter
e) Keppres (Keputusan Presiden)
Keputusan Presiden (Keppres) berkaitan dengan
pengembangan profesi guru adalah Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999
Tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri
Sipil.
f) Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya (Permen PAN & RB No. 16 Tahun 2009).
Kompetensi guru dalam rangka peningkatan dan
pengembangan dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi. Sertifikat kompetensi merupakan
pengakuan kompetensi kerja atas prestasi lulusan
yang sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya
dan/atau memiliki prestasi di luar program
studinya. Pengaturan sertifikasi kompetensi guru
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 83 Tahun
2013 tentang Sertifikasi Kompetensi

2. Kualifikasi Profesionalisme Guru PPKn


Kualifikasi profesionalisme guru merupakan pendidikan khusus
untuk memperoleh suatu keahlian, keahlian yang diperlukan
untuk melakukan sesuatu (menduduki jabatan dan sebagainya).
Guru sebagai pendidik perlu memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Pasal 8 UU Guru dan Dosen menegaskan
Guru sebagai tenaga profesional termasuk guru PPKn wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik guru PPKn yang dimaksud adalah guru yang
telah lulus minimal program sarjana (S1) atau diploma empat (D-
IV) (Pasal 9 UU Guru dan Dosen). Guru PPKn pada tingkat SMP
dan SMA sederajat harus memiliki kualifikasi akademik dengan
latar latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan
(Pasal 29 (3) & (4) PP Standar Nasional Pendidikan).
a) Kualifikasi Akademik Guru
Kualifikasi guru profesional dibuktikan dengan
ijazah atau sertifikat keahlian sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
b) Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan
dan Kesetaraan
Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang
memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh
perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk untuk
melaksanakannya.

3. Kualifikasi dan Regulasi Profesionalisme Guru PPKn


- Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun
2008 mengisyaratkan bahwa kedepan hanya seorang
yang berkualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1
atau D-IV dan hanya yang memiliki sertifikat
pendidik dapat menjadi guru.

KB 4 : PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PROFESIONAL


GURU PPKn
1. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
- PKB adalah pengembangan kompetensi guru yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap,
berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalismenya. Guru memelihara,
meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan
ketempilan guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Pembelajaran menjadi berkualitas
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman peserta didik. Kegiatan
PKB ini mencakup kegiatan pengembangan diri,
publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif.
Agar pelaksanaan PKB sesuai dengan tujuan, guru PPkn. dapat
melaksanakan kegiatannya sesuai dengan Buku 4 Pedoman
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Angka
Kreditnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2019.
Pelaksanaan PKB bagi guru memiliki manfaat, yakni guru
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
serta memiliki kepribadian yang kuat sesuai dengan
profesinya, sehingga selama karirnya mampu menghadapi
perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan
belajar peserta didik untuk menghadapi kehidupan di masa
datang.

2. Pengembangan Diri Pada Kegiatan Pengembangan


Keprofesian Berkelanjutan
Pengembangan diri sebagai upaya untuk meningkatkan
profesionalisme diri agar memiliki kompetensi yang sesuai
dengan peraturan perundangundangan atau kebijakan
pendidikan nasional serta perkembangan ilmu 9 pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni.
a. Pendidikan dan Latihan Fungsional dan Teknis
- Pendidikan dan pelatihan fungsional adalah upaya
peningkatan kompetensi guru dan/atau pemantapan
wawasan, pengetahuan, sikap, nilai, dan
keterampilan yang sesuai dengan profesi guru yang
bermanfaat dalam pelaksanaan tugas guru melalui
lembaga yang memiliki ijin penyelenggaraan dari
instansi yang berwenang.
b. Kegiatan Kolektif Guru
- Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam
mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau mengikuti
kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di
sekolah maupun di luar sekolah (seperti KKG/MGMP,
KKKS/MKKS, asosiasi profesi guru lainnya) yang
bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru
yang bersangkutan.
c. Publikasi Ilmiah
- Bentuk publikasi yang dapat dilakukan oleh guru
adalah presentasi pada forum ilmiah, publikasi hasil
penelitian atau gagasan inovatif pada bidang
pendidikan formal, dan publikasi buku teks pelajaran,
buku pengayaan dan/atau pedoman guru.
d. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya hasil pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni yang
bermanfaat bagi pendidikan dan/atau masyarakat.
2 Daftar materi yang sulit 1. Karakteristik Etika Profesi Guru dan Aplikasinya dalam
dipahami di modul ini Pembelajaran PPKn
2. Pengembangan Kemampuan Profesional Guru PPKn

3 Daftar materi yang sering 1. Regulasi Pengembangan Guru PPKn


mengalami miskonsepsi 2. Karakteristik Profesi Guru

Anda mungkin juga menyukai