Anda di halaman 1dari 3

MENGENAL KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

Mengenal Karakteristik peserta didik salah satu bagian dari beberapa tuntutan atas kemampuan
pedagogik yang harus dikuasai Profesi Guru. ini bertujuan untuk menemukan dan membantu guru
dalam merencanakan pembelajaran yang baik di ruang kelas.
Dengan memahami materi karakteristik peserta didik, diharapkan guru akan mampu ;

1. Membedakan Potensi berdasarkan kemampuan dasar bidang ilmu/mata pelajaran

2. Menentukan cara mengoptimalkan perkembangan potensi peserta didik

3. Menentukan cara mengatasi kesulitan belajar peserta didik

Pemahaman guru terhadap karakteristik peserta didik ini memberikan gambaran bagi para guru, dari
sisi mana potensi peserta didik, kelemahannya dapat dibantu atau ditumbuhkan dan kelebihan apa
yang perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan. Potensi adalah kesanggupan, daya,
kemampuan untuk lebih berkembang. Potensi peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan dan
karakteristik/sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki
kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam
diri peserta didik. Setiap peserta didik adalah individu yang unik. Unik karena mereka memiliki
potensi dan kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sepatutnyalah potensi peserta
didik diberdayakan.

Memahami batasan konsepsi materi dengan indikator ini, yang menjadi kewajiban guru untuk
diprelajari hingga guru dapat memenuhi kemampuan dalam membedakan, mengoptimalkan, dan
mengatasi kesulitan belajar, jelas di landaskan pada sudut padang upaya mengidentifikasi atau
menanda ciri khususkan karakteristik individu peserta didik yang diamati dan dikelompokkan dari
aspek Fisik, Moral, Spiritual, Intelektual, Sosial, Emosional, dan Kultural

1. Fisik

Aspek Fisik merupakan bagaimana mengenal karakteristik (mempunyai sifat khas sesuai dengan
perwatakan tertentu) peserta didik, dengan Potensi fisik tidak hanya mengacu pada kondisi
kesehatan fisik (kondisi kesehatan tubuh) dan keberfungsian anggota tubuh (cacat fisik, atau
kemampuan alat indrawi, seperti penglihatan dan kemampuan pendengaran. tetapi juga
berhubungan dengan proporsi pertumbuhan dan perkembangan fisik postur tubuh yang dipengaruhi
asupan gizi yang dikonsumsi, perkembangan dan keterampilan psikomotorik (kemampuan dalam
menggunakan skil aktifitas organ tubuh,) yang berhubungan dengan menurut Howard Gardner
(1983) kecerdasan kinestetis. 

2. Moral

Moral merupakan aspek perilaku atau sikap yang sering ditunjukkan peserta didik dari ajaran
tentang baik, buruk yang diterima umum mengenai sebuah respon tindakan atau perbuatan yang
dalam perspektif agama sering kita kenal dengan istilah akhlak, budi pekerti, susila. sebagai contoh
prilaku buruk atau mereka sudah bejat, mereka suka minum-minuman keras dan mabuk-mabukan
(obat-obatan, zat adiktif), bermain judi, dan bermain perempuan. sedangkan untuk bermoral baik,
ditunjukkan perilaku sopan, jujur, patuh, taat, yang untuk budaya timur seperti hormat pada yang
tua lewat tutur bahasa yang lembut, menghargai nilai adat istiadat sehingga seseorang bisa dinilai
bermoral sudah mulai  menunjukkan atau bahkan sudah menjalankan dengan mempunyai
pertimbangan baik buruk dalam perbuatannya baik bagi alam, dirinya, dan orang lain.
3. Spiritual

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonsia, aspek spiritual adalah berhubungan dengan atau bersifat
kejiwaan (rohani, batin). Kecerdasan spiritual (spiritual quotient;SQ) adalah kecerdasan jiwa yang
membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan
untuk menerapkan nilai-nilai positif. Ciri utama dari Kecerdasan Spiritual ini ditunjukkan dengan
kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan
makna. Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan
seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki
tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil
pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan
misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat
seseorang mengerti akan makna hidupnya serta mengaitkan hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh peserta didik.

4. Intelektual

Aspek Intelektual disebut juga tingkat kecerdasan peserta didik yang diukur dari kemampuan
kognitif dalam menyelesaikan masalah, menalar dan berfikir logika berdasarkan faktual dan
empirisnya dengan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, tingakat pengertian atau
kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman. potensi intelektual sudah
pasti berhubungan dengan kecerdasan yaitu prestasi akademik, kecerdasan umum, kemampuan
khusus (bakat), dan kreativitas. pengkategorian ini dapat mengacu pada beberapa kecerdasan
menurut Howard Gardner (1983) yang dominan pada ruang lingkup kognitif (logika abstrak),
seperti Kecerdasan Logika Matematik, visual spasial, linguistik, dan musikal. untuk kecerdasan
lainnya seperti interpersonal, intrapersonal, spiritual, dalam bahasan ini menurut hemat penulis
di kelompokkan kepada aspek emosional, sosial, spritual telah dan akan diuraikan.

5. Sosial

pada aspek sosial adalah berkenaan dengan kemasyarakatan yang terbentuk melalui proses interaksi
dan komunikasi  antara peserta didik dengan lingkungan sosialnya, positifnya perilaku aspek sosial
ini dapat diamati bagaimana sifat dan sikap peserta didik adanya kecendrungan peserta didik suka
memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dan sebagainya). atau mungkin
bisa saja peserta didik justru cendrung menghindar dari lingkungan sosialnya (seperti senang
menyendiri, menyelesaikan pekerjaannya secara individual, tidak banyak komunikasi).
kecendrungan Sifat-sifat  kemasyarakatan  yang positiflah yang harus dibtumbuhkembangkan
dalam diri peserta didik sehingga tertanam kepedulian sosial yang baik. ini akan membuat peserta
didik selalu disukai orang dalam pergaulannya.

6. Emosional

untuk Aspek emosional penulis mengacu pada pendapat menurut Skinner (1977), seorang psikolog
Amerika Serikat yang terkenal dengan aliran behaviorisme pandangan, bahwa esensi kematangan
emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya,
dapat meredam emosinya, meredam balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah
moodnya, tidak mudah berubah pendirian. Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses
belajar untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu menjadikan reaksi
pilihan individu sehingga secara otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada dalam diri
manusia (Hwarmstrong, 2005).
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengenal karakteristik peserta didik
melalui kematangan tingkat reaksi dan pengendalian emosional peserta didik dalam merespon
keadaan atau peristiwa yang dialaminya. untuk mengenal beberapa contoh emosi yang sering kita
rasakan menurut Daniel goleman dalam bukunya yang berjudul kecerdasan emosional, emosi
terbagi menjadi : Amarah, seperti mengamuk, bengis, benci, jengkel, kesal hati rasa. terganggu,
seperti rasa pahit tersinggung merasa hebat dsb.

7. Kultural

Aspel kultural merupakan yang berhubungan dengan kebudayaan, suatu cara hidup yang
berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Unsur budaya tersebutlah menjadikan karakterisik peserta didik bisa berbeda satu sama yang
lainnya. sehingga ketika peserta didik berinteraksi dan berkomunikasi dengan warga di lingkungan
sekolahnya perlu menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, sebab mereka memyakini nilai-nilai yang
di tanamkan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat dimana peserta didik hidup. pengetahuan
guru tentang kultur peserta didik bawaan lingkungan keluarga dan masyarakat, apalagi jika peserta
didik di sekolah terdiri dari kelomopok masyarakat yang heterogen. maka guru dituntut untuk
mampu menyesuaikan atau membawa kedalam kultur belajar kondusif agar kultur bawaannya
sehingga membuat peserta didik secara nyaman dan sadar akan mendapatkan kesempatan belajar
yang sama terhindar dari diskriminatif.

Dari penjelasan 7 aspek karakteristik yang dijelaskan di atas, apabila dapat di pahami bagi para
guru, melalui proses dan tahapan memperoleh data dan fakta dari observasi yang komprehensif
terhadap peserta didik, tentunya dapat memberikan masukan bagi guru dalam memetakan;
perbedaan  potensi, mengoptimalkan potensi, serta menentukan cara mengatasi kesulitan belajar
peserta didik dalam setiap rancangan pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga
apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan kondisi yang melibatkan semua
peserta didik, tidak diskriminatif, nyaman dan menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai