Anda di halaman 1dari 2

Digitalisasi Nozzle SPBU

(Stasiun Pengisian Bahan


Bakar Umum)
December 19, 2019
Alvino Dirgantara
Artikel Rigger
No Comments

Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai sumber energi yang umum digunakan di
Indonesia memiliki berbagai macam jenis. Jenis BBM tertentu (JBT) merupakan
komoditas yang diberikan subsudi oleh pemerintah, oleh karena itu, akuntabilitas
data penyaluran perlu ditingkatkan. Digitalisasi nozzle (pencatatan elektronik)
adalah cara yang efektif untuk melakukan pengawasan terhadap JBT. Hal ini
dilakukan agar penyaluran JBT dan BBM satu harga dijamin ketersediaannya.
Selain itu, hasil penjualan akan terekam secara akurat dan laporannya masuk
secara real time. Penggunaan pencatatan elektronik dalam penyediaan dan
pendistribusian BBM ini juga telah diatur dalam peraturan BPH Migas Nomor 06
Tahun 2013 tentang Penggunaan Teknologi Informasi dalam Penyaluran Bahan
Bakar Minyak.

Program digitalisasi nozzle ini merupakan hasil kerja sama Pertamina dan PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Telkom menggunakan teknologi 3G dan 4G dalam
pencatatan elektronik dan memasang sensor pada tangki pendam yang terdapat
pada SPBU serta pada keran penyaluran BBM dari dispenser hingga ke pipa
pengisian. Pencatatan elektronik dilakukan menggunakan aplikasi yang datanya
akan langsung dilaporkan ke BPH Migas.

Pertamina menargetkan 5.518 SPBU akan selesai di akhir 2018 pada awal
peluncurannya, namum hingga 12 Desember 2019 lalu, baru terealisasi sebanyak
2.539 SPBU dan sebanyak 1.910 SPBU sudah dapat melakukan pembayaran
digital. Berdasarkan informasi Direktur Pemasaran Ritel Pertamina, Masud
Khamid, proyek ini terhambat oleh teknologi kuno yang digunakan oleh SPBU,
konstruksi lama dan peralatan mesin kuno yang tidak dapat mengakomodir desain
digitalisasi nozzle. Selain itu, untuk SPBU di daerah-daerah yang Omzetnya juga
tidak terlalu besar merasa keberatan untuk membeli peralatan baru. Kendala
lainnya adalah beragam intergrasi aplikasi terkait pembayaran digital (perangkat
EDC dari program LinkAja) yang menyulitkan petugas SPBU dalam
mengoperasikannya.

Pelaksanaan pencataan elektronik yang sudah berlangsung dapat menampilkan


kondisi stok SPBU dan profil penyaluran SPBU per transaksi, namun belum dapat
mencatat nomor polisi kendaraan. Sehingga keluaran yang dihasilkan belum dapat
dijadikan perangkatan pengawasan dan pengendalian BBM bersubsidi per
pengguna kendaraan. Hanya pembayaran menggunakan perangkat EDC yang
dapat tercatat nomor polisi kendaraan.

Baca Juga : Jenis-jenis Gas Bumi


BPH Migas mengharapkan sisa target dapat segera terealisasi sehingga dapat
melakukan pengawasan secara efektif. Melalui digitalisasi nozzle, SPBU perlu
dilengkapi dengan identifikasi konsumen seperti nomor polisi kendaaaran dan
jumlah pembelian. Apabila pembelian BBM bersubsidi melewati batas harian,
maka akan otomatis tercatat di seluruh SPBU sehingga kendaraan tidak dapat
dilayani karena sistem nozzle otomatis terkunci.

Sumber: bphmigas.go.id

Anda mungkin juga menyukai