Anda di halaman 1dari 3

Dengan Lahirnya Peraturan Presiden nomor 12 tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden

nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, e-marketplace Pengadaan Barang/Jasa
adalah pasar elektronik yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa pemerintah. E-
marketplace meliputi toko daring dan katalog elektronik. Toko daring merupakan Penyelenggara
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE), maka Bendahara Pengeluaran pada Satuan Kerja
Kementerian/Lembaga dapat melaksanakan pembayaran atau tagihan melalui mekanisme Uang Persediaan
dengan menggunakan Kartu Debit, Cash Management System (CMS), dan Kartu Kredit Pemerintah (KKP).
Sehingga pelaksanaan belanja dan pembayaran atas beban APBN melalui mekanisme Uang Persediaan yang
dikelola oleh bendahara, dapat dilakukan secara elektronik melalui sistem marketplace. Seperti apa dan
bagaimana sistem marketplace dan Digital Payment yang dipergunakan dalam belanja pemerintah dengan
beban APBN?

Sistem marketplace adalah sistem layanan pemesanan dan pengadaan barang/jasa sampai dengan barang
diterima secara elektronik dalam penggunaan Uang Persediaan yang dikembangkan oleh penyedia platform
yang telah memenuhi ketentuan pengadaan barang/jasa dan pembayaran pemerintah atas beban
APBN. Sarananya yang bisa digunakan dalam bertransasksi yaitu dengan Kartu Debit/cash Management
System (CMS) atau pendebetan kartu KKP ke Rekening Penyedia Barang/Jasa, dalam rangka penggunaan
uang persediaan melalui system marketplace.

Dengan melakukan pengadaan barang/jasa pemerintah melalui sistem marketplace, maka pembayaran
akan diproses melalui mekanisme overbooking/pemindahbukuan dari rekening bendahara ke rekening
penyedia barang/jasa secara elektronik melalui Kartu Debit/CMS/KKP.

Sementara Digital Payment (DIGIPay) adalah Pembayaran dengan mekanisme overbooking/


pemindahbukuan dari rekening pengeluaran secara elektronik. Digital Payment yang biasa disingkat Digipay
merupakan sistem aplikasi pembayaran digital menggunakan Kartu Kredit Pemerintah (KKP) dan/atau CMS
Virtual Account yang dikembangkan oleh Kemenkeu bekerja sama dengan bank milik pemerintah.

Sistem pasar daring dengan fasilitas pembayaran melalui digital payment sebagai sebuah terobosan, tentu
memiliki tujuan strategis. Tujuan strategis penggunaan digital payment dalam sistem marketplace belanja
pemerintah, antara lain: Menyediakan sistem pembayaran pemerintah yang efisien dan efektif. Dengan
pemanfaatan sistem marketplace, pembayaran atas pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilakukan
oleh pejabat pengadaan, bendahara tidak perlu lagi mengambil uang di bank dan melakukan pembayaran
secara tunai kepada penyedia barang/jasa. Bendahara cukup melakukan pembayaran melalui Kartu Debit,
CMS, ataupun KKP. Mendukung efisiensi pengelolaan keuangan negara.

Meningkatkan kualitas pengelolaan kas negara

Dengan bertransaksi pada sistem marketplace, uang yang ada pada bendahara dapat dipantau by system
sehingga selanjutnya dapat dilakukan analisis untuk mengoptimalkan pengelolaan Uang Persediaan.

Dari segi manfaat, seluruh entitas yang terkait dalam penggunaan sistem marketplace ini, akan
mendapatkan manfaat masing-masing. Baik bagi satker, bagi vendor, bagi bank, bagi DJPB.KPPN, bahkan
bagi auditor. Bagi satker manfaat yang diperoleh antara lain otomatisasi dan efisiensi karena semua proses
dilakukan daring melalui aplikasi web dan pembayaran secara overbooking melalui Kartu Debit/CMS/KKP.
Manfaat lain yang didapatkan adalah adanya integrasi dari proses pengadaan, pembayaran, perpajakan dan
pelaporan. Sehingga satu sistem dapat digunakan/diakses oleh banyak pengguna yaitu oleh Pemesan, PPK
dan staf PPK, Pejabat Pengadaaan Barang/Jasa, dan Bendahara Pengeluaran. Dan bagi bendahara sendiri,
seluruh data dukung untuk pertanggungjawaban telah terakomodasi dan terdokumentasi dalam sistem
aplikasi ini. Jadi sangat mendukung simplifikasi Surat Pertanggungjawaban (SPJ) bendahara dalam
pengelolaan Uang Persediaan.

Kemudian bagi vendor manfaat yang diperoleh antara lain kepastian pembayaran. Dengan melakukan
transaksi melalui marketplace, pembayaran atas pengadaan barang/jasa dapat segera diketahui kepastian
waktu pembayarannya. Dan dengan bergabung ke dalam sistem marketplace vendor mempunyai peluang
menjadi rekanan di banyak satker, tidak hanya menjadi rekanan satker pada lokasi domisili saja. Selain itu
vendor dapat menerima fasilitas dari perbankan berupa bank lending facility, yaitu kemudahan dalam
mendapatkan pinjaman/kredit dari bank dimana rekening penyedia barang/jasa tersebut dibuka.

Bagi pihak bank, manfaat yang diperoleh yaitu dapat membuka peluang untuk memberikan kredit bagi
penyedia barang/jasa yang menggunakan/membuka rekening pada bank tersebut. Dan dengan
menggunakan/membuka rekening pada bank bersangkutan, otomatis akan ada dana yang tersimpan pada
rekening tersebut, yang dapat dikelola oleh pihak bank. Selain itu bisa menjadi brand mitra pemerintah,
sehingga meningkatkan image bank berangkutan.

Sedang bagi DJPB/KPPN sebagai BUN akan mendapatkan manfaat berupa manajemen likuiditas yang lebih
efisien, juga perencanaan kas yang lebih efektif untuk pengoptimalan pengelolaan Uang Persediaan yang
ada. Dan dapat pula sebagai data analytics, yaitu sebagai bahan ataupun data dalam melakukan analisis
atas Uang Persediaan yang dikelola.

Pada akhirnya para auditor pun dapat memanfaatkan data dari sistem untuk melakukan e-audit,
memastikan kepatuhan wajib pajak/bendahara dalam ketepatan pembayaran pajak, dan mengurangi
fraud.

Pada awal Tahun 2021 Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN)
Pusat melalui Kanwil DJPB Prov NTT dan seluruh KPPN se NTT telah melakukan sosialisasi terkait Sistem
Marketplace dan Digital Payment dalam Pelaksanaan Anggaran Satker kepada seluruh satker pengelola
APBN. Satuan Kerja Lingkup Kementerian Agama Provinsi NTT sebagai pengelola APBN berjumlah 185.
Adapun hasil evaluasi sampai dengan bulan Mei 2021 adalah sebagai berikut:

Dari 185 satker, 55 Satker telah melakukan transaksi, namun terdapat sebanyak 130 satker belum pernah
melakukan transaksi melalui marketplace. Sehingga dari tingkat partisipasi satker dilingkup Kanwil
Kementerian Agama Prov.NTT yang mengoptimalkan transaksi pada marketplace masih kurang optimal.

Berdasarkan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Awal tahun 2022 terhadap transaksi pada marketplace
masih kurang optimal. Terdapat kendala yang umum pada satker yaitu:

Kesulitan mencari vendor, keterbatasan sarana/infrastruktur, koneksi internet dan SDM yang handal dari
pihak penyedia/vendor di daerah untuk mengoperasikan sistem marketplace.

Dari hasil wawancara dengan salah satu vendor, menurut mereka aplikasi marketplace dari salah satu bank
dimana mereka mendaftar dianggap masih rapuh. Karena saat melakukan perekaman data dan
pengunggahan foto barang/jasa, sering mengalami data/foto hilang/tidak tersimpan walaupun sudah
berulang dilakukan perekaman. Hal ini dapat dijadikan masukan perbaikan untuk pihak bank terkait, agar
mereka dapat meningkatkan performa aplikasi belanjanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa berbagai kendala
yang ditemui di lapangan ini, menjadi faktor-faktor penghambat kelancaran transaksi pada marketplace.

Tidak dapat diabaikan pula, keberadaan platform lain yang selama ini sudah berjalan cukup lama sebagai
tempat Pejabat Pengadaan berbelanja, yaitu sistem elektronik katalog (e-katalog) melalui epurchasing. E-
katalog sendiri dikelola oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP). Persamaan antara kedua
platform tersebut adalah sama-sama merupakan pasar yang memfasilitasi para vendor menawarkan
barang/jasa, serta menghubungkan antara pemesanan dan pembayaran secara daring. Namun sistem
marketpace hanya untuk memfasilitasi pengadaan dengan pembayaran melalui mekanisme Uang
Persediaan. Sedang pada sistem e-katalog pembayaran dapat dilakukan selain melalui mekanisme Uang
Persediaan juga dapat dilakukan melalui mekanisme pembayaran Langsung (LS). Kemudian harga pada
sistem e-katalog sudah melalui negosiasi antara LKPP dengan penyedia barang/jasa, dan telah pula
dilindungi dengan kontrak payung. Sedang pada sistem marketplace negosiasi harga masih dapat dilakukan
antara satker dengan vendor pada saat proses pemesanan barang/jasa.
User admin pengelola aplikasi web e-katalog, yang melakukan pendataan dan pendaftaran penyedia
barang/jasa dilakukan oleh LKPP. Vendor yang tersaring sebagai penyedia barang/jasa dalam sistem e-
katalog telah melalui seleksi yang ketat dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan LKPP. Para satker
kementerian/lembaga dapat langsung memanfaatkan e-katalog untuk berbelanja, tanpa perlu negosiasi
harga lagi, dan dapat leluasa memilih penyedia barang/jasa tanpa batas wilayah. Sedang pada sistem
marketplace, KPPN adalah sebagai user admin selaku Kuasa BUN di daerah. Dan satker berperan sebagai
user admin satker yang akan melakukan pendataan dan pendaftaran penyedia barang/jasa, agar dapat
terdaftar ke dalam sistem markerplace, dengan persyaratan yang lebih simpel dan sederhana. Untuk
penyedia barang/jasa yang sudah terdaftar dalam sistem markerplace, dapat diundang sebagai rekanan
untuk pengadaan barang/jasa bagi satker di wilayah manapun tanpa terbatas domisili. Jadi dalam
pemanfaatannya kedua buah platform ini, sama-sama tidak terbatas wilayah domisili.

Berbicara tentang rekening yang harus dimiliki pihak vendor, pada sistem e-katalog lebih fleksibel karena
tidak ada keterikatan pihak vendor harus memiliki rekening pada bank yang sama dengan rekening satker.
Sedangkan pada sistem marketplace ada keterbatasan keharusan pihak vendor memiliki
rekening/membuka rekening giro pada bank yang sama dengan rekening satker. Karena pengelola aplikasi
belanja pada marketplace adalah masing-masing bank. Artinya sistem marketplace lebih bersifat closed
system. Namun begitu, bagi para pelaku UMKM kesempatan mereka lebih besar untuk dapat masuk
sebagai vendor pada sistem marketplace. Karena ketentuan persyaratan untuk mendaftar lebih simpel
serta persaingan tidak seketat seperti dalam sistem e-katalog.

Jadi harapannya pada marketplace pemerintah ini, agar dapat diperbesar untuk segmen pasar UMKM
sehingga terbuka lebar kesempatan mereka untuk menjadi vendor. Dengan ditunjang proses pendaftaran
yang mudah dan sederhana. Hal ini menjadi sebuah keunggulan tersendiri, yang dapat dijadikan nilai jual
lebih bagi sistem marketplace agar ke depan dapat masif penggunaannya oleh para satker
kementerian/lembaga. Maka kiranya sangat penting untuk Para Pejabat Pengelola Anggaran di tingkat
Satker lingkup Kanwil Kemenag Prov.NTT senantiasa meningkatkan Pemahaman terkait sistem
marketplace pemerintah ini Apalagi di masa pandemi Covid-19 sekarang ini, UMKM adalah motor dalam
pemulihan ekonomi nasional.

*) disclaimer: Tulisan merupakan pendapat pribadi dan tidak mewakili institusi tempat penulis bekerja.

PENULIS : Adriana Heni Riswanti, S.Ag. MM (Fungsional APK APBN-Ahli Muda Kanwil Kementerian Agama
Prov.NTT)

Anda mungkin juga menyukai