Anda di halaman 1dari 3

Keturunan dan nasab Nabi Muhammad saw merupakan nasab paling mulia nan

luhur, paling sempurna akhlak dan pribadinya. Kemuliaan nasabnya


bersambung dan turun-temurun dari jalur Nabi Ismail hingga bersambung
dengan ayahnya, Nabi Ibrahim. Berikut nasabnya, Nabi Muhammad bin
Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab
bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nudhar bin
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Mu’ad
bin Adnan bin Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim as. ADVERTISEMENT Nasab
keturunannya merupakan nasab suci yang tidak pernah dikotori dengan
menyembah berhala. Kakek dan buyutnya merupakan orang-orang mulia yang
sangat taat pada ajaran yang dibawa oleh kakeknya, Nabi Ibrahim. Oleh
karenanya, nasab nabi Muhammad merupakan nasab mulia nan luhur, terhindar
dari kemusyrikan menyembah barhala dan lainnya. Dari sekilas penjelasan di
atas, dapat kita pahami bahwa garis keturunan Nabi Muhammad merupakan
garis pilihan secara khusus yang Allah tentukan kepadanya. Dengan kata lain,
garis keturunan orang yang kelak akan mengemban risalah rasul dan kenabian
merupakan keturunan suci yang tidak pernah dikotori oleh pekerjaan musyrik
dan keburukan lainnya. Pernikahan Abdullah dan Permulaan Kenabian
ADVERTISEMENT Syekh Ali as-Shalabi dalam kitab ¬Sirah-nya mengatakan,
Sayyid Abdullah merupakan sosok seorang tokoh berpengaruh di kalangan suku
Quraisy, kebaikan dan sikapnya yang sangat bertanggung jawab menjadikannya
sebagai sosok yang sangat disegani. Oleh karenanya, Abdul Muthallib
menikahkannya dengan wanita yang juga memiliki keturunan mulia dan nasab
yang luhur, yaitu Sayyidah Siti Aminah. Nasab Sayyid Abdullah dan Sayyidah
Aminah bersambung pada urutan kelima dari kakeknya, yaitu Sayyidah Aminah
binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zahrah bin Kilab. Hanya saja, setelah Sayyidah
Aminah dalam keadaan hamil, suaminya wafat meninggalkannya dan anaknya,
yang kelak akan menjadi nabi dan rasul. ADVERTISEMENT Sebagaimana
ditegaskan oleh Syekh as-Shalabi, pernikahan antara keduanya, merupakan awal
mula dimulainya risalah kenabian. Dalam sebuah hadits, ketika Rasulullah
ditanyakan perihal permulaan kenabiannya. Beliau bersabda, ،‫يم‬ َ ‫أَنَا َدع َْوة ُ أ َ ِبي ِإب َْرا ِه‬
َّ ‫ور ال‬
‫ش ِام‬ ُ ‫ص‬ُ ُ‫ت ِم ْن َها ق‬
ْ ‫ضا َء‬ ٌ ُ‫ت أُ ِمي أَنَّهُ يَ ْخ ُر ُج ِم ْن َها ن‬
َ َ‫ور أ‬ ْ َ ‫ َو َرأ‬،‫سى‬
َ ‫ َوبُ ْش َرى ِعي‬ADVERTISEMENT
Artinya, “Aku (adalah) hasil doa ayahku (Nabi) Ibrahim, dan kabar gembira (Nabi)
Isa. Ibuku bermimpi (ketika ia mengandungku) seakan keluar cahaya darinya,
menyinari istana-istana di kota Syam.” (HR Ahmad). (As-Shalabi, as-Sirah
Nabawiyah ‘Irdu Waqa’i wa Tahlili Ahdatsin, [Beirut, Darul Ma’rifah, cetakan
ketujuh: 2008], halaman 46). Dari hadits di atas, dapat kita pahami bahwa
permulaan kenabian ditinjau dari tiga aspek, (1) doa Nabi Ibrahim; (2) kabar
gembira Nabi Isa perihal akan diutusnya nabi dan rasul setelahnya yang akan
membenarkan risalah yang dibawanya; dan (3) cahaya kanabian yang dilihat
oleh ibunda Nabi Muhammad. 1. Doa Nabi Ibrahim as Dalam Al-Qur’an, Allah
berfirman mengabarkan tentang doa permohonan Nabi Ibrahim pada
kesempurnaan penduduk Tanah Haram (Makkah). Ia memohon kepada Allah
untuk mengutus seorang nabi dan rasul yang berasal dari kalangan mereka
sendiri, yaitu keturunan Nabi Ibrahim. Doa itu ia panjatkan setelah membangun
Ka’bah. Ia berdoa kepada Allah swt, tepatnya dalam surat Al-Baqarah, ayat 129:
‫يز ْال َح ِكي ُم‬
ُ ‫تاب َو ْال ِح ْك َمةَ َويُزَ ِك ي ِه ْم ِإ َّنكَ أ َ ْنتَ ْال َع ِز‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم آياتِكَ َويُ َع ِل ُم ُه ُم ْال ِك‬
َ ‫سوالً ِم ْن ُه ْم يَتْلُوا‬
ُ ‫يه ْم َر‬ ْ ‫َربَّنا َوا ْب َع‬
ِ ِ‫ث ف‬
Artinya, “Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan
mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan
mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka.
Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Surat Al-Baqarah,
ayat 129). Syekh Wahbah Zuhayli dalam kitab tafsirnya mengatakan,
pengutusan Nabi Muhammad saw merupakan jawaban dari Allah atas doa yang
pernah dipanjatkan Nabi Ibrahim ketika membangun Ka’bah. Bahkan, semua
yang diminta olehnya bisa ditemukan dalam diri Nabi Muhammad. Misalnya,
Rasulullah saw membacakan dan mengajarkan ayat Al-Qur’an kepada kaumnya,
mengajarkan hikmah, ilmu-ilmu syariat dan lainnya. (Az-Zuhaili, Tafsirul Munir
liz Zuhayli, [Beirut, Darul Fikr, cetakan kedua: 2000 M], juz I, halaman 312). Syekh
Syihabuddin Mahmud bin Abdullah al-Husaini al-Alusi (wafat 1270 H)
menjelaskan perihal makna ayat di atas. Menurutnya, yang dimaksud
“membacakan ayat-ayat Allah” adalah membacakan ayat yang menjadi wahyu
bagi Rasulullah perihal tauhid dan kenabian, serta ajaran-ajaran Islam lainnya.
Sedangkan yang dimaksud “mengajarkan Kitab” adalah mengajarkan lafal-lafal
Al-Qur’an dan tata cara pembacaannya. Adapun yang dimaksud “mengajarkan
Hikmah” adalah mengajarkan makna-makna yang tersirat di dalam Al-Qur’an.
Yang dimaksud “Dan menyucikan mereka” adalah mendoakan kaumnya dengan
doa-doa yang baik, yang mengandung permohonan hidayah kepada Allah dan
menerima ajaran yang dibawanya.” (Al-Alusi, Tafsir Ruhil Ma’ani, [Beirut, Darul
Kutubil ‘Ilmiah, cetakan pertama: 1999 M], juz III, halaman 301). Dari penjelasan
Syekh al-Alusi di atas, dapat dipahami bahwa Rasulullah saw merupakan potret
dan representasi dari doa Nabi Ibrahim setelah membangun Ka’bah yang
diterima dan dikabulkan oleh Allah, setelah waktu yang sangat panjang. 2. Berita
Gembira dari Nabi Isa as Pada poin kedua, perihal permulaan pengutusan Nabi
Muhammad saw, berasal dari Nabi Isa as, yaitu nabi yang diutus sebelumnya.
Pada suatu kesempatan Nabi Isa pernah menyampaikan tentang akan diutusnya
Nabi Muhammad sekaligus memberi kabar gembira akan datangnya suatu
utusan yang namanya Ahmad. Hal ini, terekam dan diabadikan dalam Al-Qur’an,
Allah swt berfirman, َ‫ص ِدقًا ِل َما بَيْن‬ َ ‫َّللا إِلَ ْي ُك ْم ُم‬
ِ َّ ‫سو ُل‬ َ ‫َوإِ ْذ قَا َل ِعي‬
ُ ‫سى ا ْبنُ َم ْريَ َم يَا بَنِي إِ ْس َرائِي َل إِنِي َر‬
‫سو ٍل َيأْتِي ِم ْن َب ْعدِ ي ا ْس ُم هُ أ َ ْح َم ُد‬
ُ ‫ي ِمنَ الت َّ ْو َرا ِة َو ُم َب ِش ًرا ِب َر‬ َّ ‫ َي َد‬Artinya, “(Ingatlah) ketika Isa putra
Maryam berkata, ‘Wahai Bani Israil! Sungguh aku utusan Allah kepadamu, yang
membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar
gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya
Ahmad (Muhammad).’” (Surat As-Saff ayat 6). Syekh Wahbah Zuhayli dalam
kitab tafsirnya mengatakan, pengutusan Nabi Muhammad setelah Nabi Isa pada
seyogyanya sudah disebutkan dalam Kitab Injil. Hal itu dibenarkan olehnya
kemudian disampaikan kepada umatnya. Tidak hanya itu, Nabi Isa juga
menjelaskan bahwa rasul setelahnya berasal dari orang Arab. Sifat dan
kemuliannya melebihi nabi-nabi dan rasul-rasul yang lain. (Az-Zuhayli, 2000:
XXV/168). 3. Cahaya yang Keluar dari Jiwa Ibunya Imam Jalaluddin As-Suyuthi
dalam kitabnya menjelaskan, cahaya yang keluar dari jiwa Sayyidah Siti Aminah
terjadi dua kali, (1) ketika sedang tertidur dan dalam keadaan mengandung Nabi
Muhammad, cahaya itu seakan keluar dari dalam tubuhnya dan menyinari
semua istana-istana yang ada di kota Syam; dan (2) pada malam hari Senin
sebelum esok harinya melahirkan, ia kembali melihat secara langsung cahaya itu
keluar dari dalam tubuhnya. (As-Suyuthi, al-Khasa’isul Kubra, [Beirut, Darul
Kutubil ‘Ilmiah: 1985 M], juz I, halaman 78). Menurut Syekh Ali as-Shalabi,
cahaya yang dilihat oleh Sayyidah Siti Aminah, baik di dalam mimpi maupun di
saat yang nyata, merupakan sebuah isyarat terhadap apa yang akan datang dan
dibawa oleh Nabi Muhammad. Cahaya itu merupakan representasi dari hidayah
dan penerang bagi penduduk bumi, sebagaimana datangnya Nabi Muhammad
sebagai penunjuk hidayah dan menghilangkan kesyirikan di muka bumi. (As-
Shalabi, 2008 M: 52). Demikian tiga permulaan tanda-tanda pengutusan Nabi
Muhammad saw. Semoga bisa menjadi penambah rasa cinta kepadanya dan
bisa lebih semangat untuk membaca shalawat kepadanya, khususnya di bulan
Rabiul Awal, yang merupakan bulan dilahirkannya Nabi Muhammad saw.

Anda mungkin juga menyukai