Kelas : R6E
NPM : 201821500434
Tema : ke – 3 – Metode Mauizhah Dalam Pembinaan Akhlak
Daftar Isi
Metode Pembinaan Akhlak Dalam Peningkatan Pengamalan Ibadah Peserta Didik Di Smp N 4
Sekampung Lampung Timur ………………………………………………………………… 4
http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/F/article/download/954/813
Metode Dakwah Bil Mau’idzah Hasanah Dalam Pembinaan Pemuda Di Desa Sidodadi Lampung
Timur ……………………………………………………………………………………….… 4
https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/1175/1/NURUL%20WULANDARI.pdf
Pembinaan Akhlak Pada Santri Di Pondok Pesntren Al-Hasyimiyah Sumber Alam Kecamatan
Air Hitam Kabupaten Lampung Barat ………………………………………………………. 4
http://repository.radenintan.ac.id/8564/1/SKRIPSI.pdf
Strategi Dan Arah Pembinaan Akhlak Anak Di Jenjang Pendidikan Dasar …………………. 4
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Pionir/article/download/6231/3808
1
Metode Dan Strategi Pembentukan Karakter Religius Yang Diterapkan Di Sdtq-T An Najah
Pondok Pesantren Cindai Alus Martapura ……………………………………………………… 4
https://core.ac.uk/download/pdf/277811964.pdf
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/13203-Full_Text.pdf
2
http://ejournal.unwaha.ac.id/index.php/dinamika/article/download/132/120/
Keteladanan Sifat Rasullah Muhammad SAW Dalam Etika Profesi Akuntan Publik……….. 5
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/download/58637/34778/
Analisis Penanaman Pendidikan Karakter 4 Sifat Nabi “SAFT” Pada Buku Siswa Tema 1
“Indahnya Kebersamaan” Kurikulum
2013……………………………………………………………………………………………. 5
http://eprints.ums.ac.id/32647/10/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Metode Dakwah KHR. Ach. Azaim Ibrahim Dalam Meningkatkan Keterampilan Bertutur Kata
Di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo ………………………………………… 5
http://digilib.iain-jember.ac.id/948/1/SKRIPSI.pdf
Metode Dakwah "Mauizhah Al-Hasanah" Dan Turunan nya Dalam Perspektif Al-Qur'an Dan
Hadis............................................................................................................................................ 5
https://adoc.tips/download/metode-dakwah-mauizhah-al-hasanah-dan-turunannya-dalam-
persp.html
Metode Pembinaan Akhlak dalam Pembelajaran PAI guna Menghadapi Dekadensi Moral
……............................................................................................................................................ 5
http://duniakampus7.blogspot.com/2015/03/metode-pembinaan-akhlak-dalam.html
3
1. METODE PEMBINAAN AKHLAK DALAM PENINGKATAN PENGAMALAN
IBADAH PESERTA DIDIK DI SMP N 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR
Dokumen berbentuk pdf.
10. Penerapan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah di Era Hoax Millenial (Pemuda Warga
Puri Domas SlemanYogyakarta)
Dokumen berbentuk pdf.
4
11. EFEKTIVITAS DAKWAH MAU’IDHAH HASANAH MELALUI PENGAJIAN
ISLAM DI MASJID RAYA BAITURRAHMAN BANDA ACEH
Dokumen berbentuk pdf.
20. Metode Pembinaan Akhlak dalam Pembelajaran PAI guna Menghadapi Dekadensi Moral
A. Latar Belakang
Sejumlah fakta menunjukkan dekadensi moral (kemerosotan akhlak) yang melanda
generasi bangsa ini sudah pada tingkat mengkhawatirkan. Hedonis, permissive,
5
pragmatisme, materialisme yang merupakan nilai-nilai ideologi sekuler kapitalisme
begitu nyata mencelupi kesucian jiwa dan kecerdasan generasi. Seks bebas, tawuran
dan narkoba kian marak dikalangan pelajar. Karenanya pemerintah berkebijakan
menambah jam mata pelajaran pendidikan agama pada kurikulum 2013. Hal ini
sebagaimana ditegaskan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
(Dirjen Pendis Kemenag) Nur Syam, yang diberitakan jpnn.com., 26 Januari 2013
yang lalu. Yaitu bahwa semangat penambahan jam pelajaran pendidikan agama pada
kurikulum baru itu adalah untuk memperbaiki moral bangsa.
Atas hal tersebutlah penulis bermaksud melakukan pemaparan tentang metode yang
digunakan dalam menghadapi dekadensi moral yang dituliskan dalam makalah ini
dengan judul Metode Pembinaan Akhlak dalam Pembelajaran PAI guna Menghadapi
Dekadensi Moral,
B. Rumusan Masalah
1) Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran PAI guna menghadapi
Dekadensi?
2) Bagaimana metode-metode pembinaan ahklak yang dapat kita lakukan sesuai
dengan perspektif islam.
1. Pengertian Ahklak
Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu alkhulqu, al-khuluq yang mempunyai arti
watak, tabiat, keberanian, atau agama.[3] Secara Istilah akhlak menurut Ibnu
Maskawaih (421 H) adalah “suatau keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan
tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan
ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari
kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran
dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan
akhlak.”
Indikasi bahwa akhlak dapat dipelajari dengan metode pembiasaan, meskipun
pada awalnya anak didik menolak atau terpaksa melakukan suatu perbuatan/akhlak
yang baik, tetapi setelah lama dipraktekkan, secara terus-menerus dibiasakan
akhirnya anak mendapatkan akhlak mulia.
Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin sebagaimana dikutip Muhammad Rabbi
Muhammad Jauhari memberikan definisi akhlak sebagai”suatu ungkapan tentang
keadaan pada jiwa bagian dalam yang melahirkan macam-macam tindakan dengan
mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan terlebih dahulu”
Dari dua defenisi di atas dapat dipahami bahwa akhlak bersumber dari dalam
diri anak dan dapat juga berasal dari lingkungannya. Secara umum akhlak bersumber
dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan akhlak buruk, tergantung
pembiasaannya, kalau anak membiasakan perilaku buruk, maka akan menjadi akhlak
buruk bagi dirinya, sebaliknya anak membiasakan perbuatan baik, maka akan menjadi
akhlak baik bagi dirinya. Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa akhlak dapat
dipelajari dan diinternalisasikan dalam diri seseorang melalui pendidikan, di
antaranya dengan metode pembiasaan. Dengan adanya kemungkinan
6
diinternalisasikan nilai-nilai akhlak ke diri anak, memungkinkan pendidik melakukan
pembinaan akhlak.
7
senantiasa melaksanakan pebuatan baik. Kelima, ibadah haji, ibadah ahji dalam rukun
islam bersifat konferensif yang menuntut persyaratan, disamping harus menguasai
ilmunya. Juga harus sehat fisik, adanya kemamauan yang kuat, adanya kesabaran
dalam menjalankannya, serta rela meninggalkan harta dan kekayaannya.
Hubungan ibadah haji dan ahklak dapat di pahami dari ayat ini yang artinya:
“Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi [122]. Barang siapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan ituakan mengerjakan haji maka tidak boleh rafats
[123], berbuat fasik dan bebantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan
apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa [124]. Dan bertakwalah kepada-Ku
hai orang-orang yang berakal [125].
Ada beberapa metode pembinaan ahklak yang dapat di lakukan sesuai dengan
perspektif islam yaitu sebagai berikut:
i. Metode uswah (teladan), yaitu sesuatu yang pantas untuk di ikuti, karena
mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan harus di contoh dan
diteladani adalah Rasulullah SAW. sebagaimana firman AllahSWT.dalam
surah Al-Ahzab : 2 yang artinya: “sesungguhnya terdapat dari diri
Rasulullhah itu, teladan yang baik bagimu.” Jadi sikap dan perilaku yang
harus dicontoh adalah sikap dan perilaku Rasulullah SAW., karena sudah
teruji dan diakui oleh allah SWT. Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah
tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang
yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong,
tidak berjanji munungkir, dan lain-lain. Yang paling penting orang yang
diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.
8
iii. Metode Mau’izah (nasehat), yaitu kata mai’izah berasal dari kata wa’zhu,
yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan
perkataan yang lembut. Allah berfirma dalam surah Al-Baqarah: 232, yang
artinya; .......”itulah yang dinasehatkan kepad orng-orang yang beriman
daintara kalian, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”.... Sebagi
contoh metode nasehat yang baik yaitu; nasehat dengan argumen logika,
nasehat tentang keuniversalan islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari
aspek hukum, nasehat btentang “amar ma’ruf nahi mungkar,” nasehat tentang
amal ibadah, dan lain-lain. Namun paling penting lagi, pemberi nasehat harus
mengamalkan terlebih dahulu apa yang di nasehatkan tersebut, kalau tidak
demikian nasehat akan hanya akan menjadi lips-service.
9
mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda,
manyambutnya dengan ramah, menelponnya kalau perlu, dan lain-
lain. Sedangkan metode aplikasi ganjaran yang berbentuk hukuman, di
antaranya, pandangan yang munis, memuji orang lain di hadapannya, tidak
mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif, dan menjewanya
sebagi alternatif terakhir. Hadits yang di riwayatkan oleh Imam Nawawi dari
Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata : “aku telah diutus oleh ibuku, dengan
membawa beberapa biji anggur untuk di sampaikan kepada Rasulullah,
kemudian aku memakannya sebelum aku sampikan kepada Beliau dan ketika
aku mendatangi Rasulullah, beliau menjewr telingaku sambil berseru: “wahai
penipu”. Dari hadits diatas, dapat dikemukakan, bahwa menjewer
telinga anak didik, boleh-boleh saja, asal tidak menyakiti. Namun di negeri
ini, terjadi hal yang dilematis, menjewer telinga anak didik, bisa-bisa
berurusan dengan pihak berwajib, karena Undang-Undang perlindungan anak.
10
Saw dalam mendidik akhlak para sahabat. Dialog akan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak
mereka pahami.
11
Cerita mengusung dua unsur negatif dan unsur positif, adanya dua
unsure tersebut akan memberi warna dalam diri anak jika tidak ada filter
dari para orang tua dan pendidik. Metode mendidik akhlak melalui cerita/
kisah berperan dalam pembentukan akhlak, moral dan akal anak.Dari
kutipan tersebut dapat diambil pemahaman bahwa cerita/kisah dapat
menjadi metode yang baik dalam rangka membentuk akhlak dan
kepribadian anak.
Cerita mempunyai kekuatan dan daya tarik tersendiri dalam
menarik simpati anak, perasaannya aktif, hal ini memberi gambaran
bahwa cerita disenangi orang, cerita dalam al-Quran bukan hanya sekedar
memberi hiburan, tetapi untuk direnungi, karena cerita dalam al-Quran
memberi pengajaran kepada manusia. Dapat dipahami bahwa cerita dapat
melunakkan hati dan jiwa anak didik, cerita tidak hanya sekedar
menghibur tetapi dapat juga menjadi nasehat, memberi pengaruh terhadap
akhlak dan perilaku anak, dan terakhir kisah/ cerita merupakan sarana
ampuh dalam pendidikan, terutama dalam pembentukan akhlak anak.
iii. Metode Mauizah
Dalam tafsir al-Manar sebagai dikutip oleh Abdurrahman An-
Nahlawi dinyatakan bahwa nasihat mempunyai beberapa bentuk dan
konsep penting yaitu, pemberian nasehat berupa penjelasan mengenai
kebenaran dan kepentingan sesuatu dengan tujuan orang diberi nasehat
akan menjauhi maksiat, pemberi nasehat hendaknya menguraikan nasehat
yang dapat menggugah perasaan afeksi dan emosi, seperti peringatan
melalui kematian peringatan melalui sakit peringatan melalui hari
perhitungan amal. Kemudian dampak yang diharapkan dari metode
mauizah adalah untuk membangkitkan perasaan ketuhanan dalam jiwa
anak didik, membangkitkan keteguhan untuk senantiasa berpegang kepada
pemikiran ketuhanan, perpegang kepada jamaah beriman, terpenting
adalah terciptanya pribadi bersih dan suci.
Dalam al-Quran menganjurkan kepada manusia untuk mendidik
dengan hikmah dan pelajaran yang baik.“ Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dari ayat tersebut dapat diambil pokok pemikiran bahwa dalam
memberi nasehat hendaknya dengan baik, kalau pun mereka membantahya
maka bantahlah dengan baik. Sehingga nasehat akan diterima dengan rela
tanpa ada unsur terpaksa. Metode mendidik akhlak anak melalui nasehat
sangat membantu terutama dalam penyampaian materi akhlak mulia
kepada anak, sebab tidak semua anak mengetahui dan mendapatkan
konsep akhlak yang benar.
Nasehat menempati kedudukan tinggi dalam agama karena agama
adalah nasehat, hal ini diungkapkan oleh Nabi Muhammad sampai tiga
kali ketika memberi pelajaran kepada para sahabatnya. Di samping itu
12
pendidik hendaknya memperhatikan cara-cara menyampaikan dan
memberikan nasehat, memberikan nasehat hendaknya disesuaikan dengan
situasi dan kondisi, pendidikan hendaknya selalu sabar dalam
menyampaikan nasehat dan tidak merasa bosan/ putus asa. Dengan
memperhatikan waktu dan tempat tepat akan memberi peluang bagi anak
untuk rela menerima nasehat dari pendidik.
Muhammad bin Ibrahim al-Hamd mengatakan cara
mempergunakan rayuan/ sindiran dalam nasehat, yaitu:
- Rayuan dalam nasehat, seprti memuji kebaikan murid, dengan tujuan
agar siswa lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan
mengabaikan membicarakan keburukannya.
- Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga
membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka.
- Membangkitkansemangat dan kehormatan anak didik.
- Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
- Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/ melalui sindiran
- Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang
melakukan sesuatu berbeda dengan perbuatannya. Kalau hal ini
dilakukan akan akan mendorongnya untuk berbuat kebajikan dan
meninggalkan keburukan.
Dengan cara tersebut akan memaksimalkan dampak nasehat
terhadap perubahan tingkah laku dan akhlak anak, perubahan dimaksud
adalah perubahan yang tulus ikhlas tanpa ada kepura-puraan, kepura-
puraan akan muncul ketika nasehat tidak tepat waktu dan tempatnya, anak
akan merasa tersinggung dan sakit hati kalau hal ini sampai terjadi maka
nasehat tidak akan membawa dampak apapun, yang terjadi adalah
perlawanan terhadap nasehat yang diberikan.
13
kebiasaan tersebut menjadisemacam adapt kebiasaan sehingga menjadi
bagian tidak terpisahkan dari kepribadiannya. Al-Ghazali mengatakan:”
Anak adalah amanah orang tuanya . hatinya yang bersih adalah permata
berharga nan murni, yang kosong dari setiap tulisan dan gambar. Hati itu
siap menerima setiap tulisan dan cenderung pada setiap yang ia inginkan.
Oleh karena itu, jika dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di
atas kebaikan itu maka bahagialah ia didunia dan akhirat, orang tuanya
pun mendapat pahala bersama.”
Kutipan di atas makin memperjelas kedudukan metode pembiasaan
bagi perbaiakn dan pembentuakan akhlak melalui pembiasaan, dengan
demikian pembiasaan yang dilakukan sejak diniakan berdampak besar
terhadap kepribadian /akhlak anak ketiak mereka telah dewasa. Sebab
pembiasan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di ingatan
dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dengan
demikian metode pembiasaan sangat baik dalam rangka mendidik akhlak
anak.
v. Metode Keteladanan
Muhammad bin Muhammad al-Hamd mengatakan pendidik itu
besr dimata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya,
karena murid akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya.
Dengan memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan
mempunyai arti pentng dalam mendidik akhlak anak, keteladanan menjad
titik sentral dalam mendidik dan membina akhlak anak didik, kalau
pendidik berakhlak baik ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak
baik, karena murid meniru gurunya, senbaliknya kalauguru berakhlak
buruk ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak buruk.
Dengan demikian keteladanan menjadi penting dalam pendidikan
akhlak, keteladanan akan menjadi metode ampuh dalam membina akhlak
anak. Mengenai hebatnya keteladanan Allah mengutus Rasul untuk
menjadi teladan yang paling baik, Muhammad adalah teladan tertinggi
sebagai panutan dalam rangka pembinaan akhlak mulai,” Sesungguhnya
Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.”
14
vi. Metode Targhib dan Tarhib
Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk
menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan. Sedangkan tarhib
adalah ancaman, intimidasi melalui hukuman. Dari kutipan di atas dapat
dipahami bahwa metode pendidikan akhlak dapat berupa
janji/pahala/hadiah dan dapat juga berupa hukuman. Muhammad Rabbi
Muhammad Jauhari menyatakan metode pemberian hadiah dan hukuman
sangat efektif dalam mendidik akhlak terpuji.
Anak berakhlak baik, atau melakukan kesalehan akan
mendapatkan pahala/ganjaran atau semacam hadian dari gurunya,
sedangkan siswa melanggar peraturan berakhlak jelek akan mendapatkan
hukuman setimpal dengan pelanggaran yang dilakukannya. Dalam al-
Quran dinyatakan orang berbuat baik akan mendapatkan pahala,
mendapatkan kehidupan yang baik.” Barang siapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.”
Berdasarkan ayat di atas dapat diambil konsep metode pendidikan
yaitu metode pemberian hadiah bagi siswa berprestasi atau berakhlak
mulai, dengan adanya hadian akan memberi motivasi siswa untuk terus
meningkatkan atau paling tidak mempertahankan kebaikan akhlak yang
telah dimiliki. Di lain pihak, temannya yang melihat pemberian hadiah
akan termotivasi untuk memperbaiki akhlaknya dengan harapan suatu saat
akan mendapatkan kesempatan memperoleh hadiah. Hadiah diberikan
berupa materi, doa, pujian atau yang lainnya.
Muhammad Jamil Zainu mengatakan,”Seorang guru yang baik,
harus memuji muridnya. Jika ia melihat ada kebaikan dari metode yang
ditempuhnya itu,dengan mengatakan kepadanya kata-kata “bagus”,
“semoga Allah memberkatimu”, atau dengan ungkapan “engkau murid
yang baik’.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan
terlalu lunak akan membentuk anak kurang disiplin dan tidak mempunyai
keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan, dan terakhir dipukul dalam
arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam
menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan,
hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan
mendidik, bukan balas dendam. Alternatif lain yang mungkin dapat
dilakukan adalah;
- memberi nasehat dan petunjuk.
- Ekspresi cemberut.
- Pembentakan.
15
- Tidak menghiraukan murid.
- Pencelaan disesuaikan dengan tempat dan waktu yang sesuai.
- Jongkok.
- Memberi pekerjaan rumah/ tugas.
- Menggantungkan cambuk sebagai simbol pertakut.
- Dan alternatif terakhir adalah pukulan ringan.
Dalam memberi sanksi hendaknya dengan cara bertahap, dalam
arti diusahakan, dengan tahapan paling ringan, diantara tahapan ancaman
dalam al-Quran adalah diancam dengan tidak diridhoi oleh Allah, diancam
dengan murka Allah secara nyata, diancam dengan diperangi oleh Allah
dan Rasul-Nya, diancam dengan sanksi akhirat, diancam dengan sanksi
dunia.Kutipan tersebut menunjukkan bahwa dalam melaksanakan
hukuman dituntut berdasarkan tahapan-tahapan, sehingga ada rasa
keadilan dan proses sesuai prosedur hukuman.
C. Kesimpulan
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi metode pendidikan Islam adalah metode
dialog, metode kisah Qurani dan Nabawi, metode perumpaan Qurani dan Nabawi,
metode keteladanan, metode aplikasi dan pengamalan, metode ibrah dan nasihat serta
metode targhib dan tarhib. Dalam pemberian sanksi diusahakan tidak mendahulukan
sanksi bersifat fisik, kalau pun terpaksa hendaknya menghindari bagian muka dan
bagian lain yang membahayakan anak didik, kemudian pukulan dilaksanakan hanya
sekedarnya saja, tidak bermaksud balas dendam atau motif lain. Demikian beberapa
penjelasan tentang macam-macam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
PAI tentunya metode-metode tersebut diharapkan dapat menanamkan dan menjaga
nilai moral dalam diri siswa tersebut,sehingga dekadensi moral dalam generasi
peserta didk dapat dihindarkan atau setidaknya diminimalisasikan.
Cover Buku
16
Ringkasan
Seorang yang awam akan mengatakan secara pasti bahwa orang-orang yang hidup dengan
tingkat disiplin tinggi seperti yang terjadi di Jepang adalah contoh manusia berakhlaq. Padahal,
kategori manusia berakhlaq dalam pandangan islam amat berbeda dari itu. Terdapat perbedaan
pasti antara manusia berakhlaq dan manusia beradab.
Definisi pribadi Ustadz Adi Hidayat, adab adalah nilai kemuliaan yang didapatkan dari proses
pendidikan, termasuk belajar Kemudian, proses belajar itu akan membentuk suatu peradaban.
Untuk itu, syarat untuk mendapatkan adab dan peradaban bukan iman, melainkan dengan
belajar. Inilah yang membuat orang-orang zaman dulu berhasil membangun peradaban, yakni
17
peradaban mesir, peradaban yunani, dan peradaban metopotamia. Meskipun harus diketahui,
orang-orang saat itu tak dapat dijamin keimanannya.
Dilansir dari akun Youtube Ustadz Adi Hidayat, ia menuturkan pengalamannya saat
mengunjungi negeri sakura itu. Tanpa sengaja, ia melihat emas tergeletak begitu saja di pinggir
tempat penyebrangan jalan. Diakui Ustadz Adi Hidayat, rasa takjub meliputi pemikirannya
karena orang-orang Jepang yang melintas tak berniat untuk mengambilnya. Mereka justru akan
memindahkan ke pinggir bila terdapat suatu barang yang jatuh di tengah jalan, setidaknya tidak
akan terinjak oleh orang-orang yang lewat.
Dalam arti lain, berbagai ibadah yang dilalui umat islam akan membentuk akhlaq yang mulia.
Mereka ini akan istiqomah menjauhi segala hal yang dilarang Allah swt, seperti minuman keras
dan zina. Bahkan, ibadah salat yang dijalani umat islam akan menjauhi perilaku fashah dan
munkar.
Sumber: https://youtu.be/cPlqhYRKbdg
18