Anda di halaman 1dari 18

Nama : Putra Aditya Pradana

Kelas : R6E
NPM : 201821500434
Tema : ke – 3 – Metode Mauizhah Dalam Pembinaan Akhlak

Daftar Isi

Daftar isi …………………………………………………………………………………….... 1

Metode Pembinaan Akhlak Dalam Peningkatan Pengamalan Ibadah Peserta Didik Di Smp N 4
Sekampung Lampung Timur ………………………………………………………………… 4
http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/F/article/download/954/813

Metode Dakwah Bil Mau’idzah Hasanah Dalam Pembinaan Pemuda Di Desa Sidodadi Lampung
Timur ……………………………………………………………………………………….… 4
https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/1175/1/NURUL%20WULANDARI.pdf

Implementasi Sifat-Sifat Rasulullah Dalam Konseling Behavioral ………………………….. 4


https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alirsyad/article/view/2088

Pembinaan Akhlak Pada Santri Di Pondok Pesntren Al-Hasyimiyah Sumber Alam Kecamatan
Air Hitam Kabupaten Lampung Barat ………………………………………………………. 4
http://repository.radenintan.ac.id/8564/1/SKRIPSI.pdf

Strategi Dan Arah Pembinaan Akhlak Anak Di Jenjang Pendidikan Dasar …………………. 4
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Pionir/article/download/6231/3808

1
Metode Dan Strategi Pembentukan Karakter Religius Yang Diterapkan Di Sdtq-T An Najah
Pondok Pesantren Cindai Alus Martapura ……………………………………………………… 4
https://core.ac.uk/download/pdf/277811964.pdf

Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan …………………………….. 4


http://jurnal.upi.edu/file/05_PEMBINAAN_AKHLAK_MULIA_-_Manan2.pdf

Pembinaan Akhlak Terhadap Siswa Dalam Proses Pembelajaran Di Sd Negeri Unggul


Lampeneurut Aceh Besar ……………………………………………………………………… 4
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/download/8556/3586

Metode Pembinaan Akhlak di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta


(Perspektif Psikologi Islam) …………………………………………………………………… 4
https://journal.uii.ac.id/Psikologika/article/download/14084/10123

Penerapan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah di Era Hoax Millenial …………………….. 4


(Pemuda Warga Puri Domas SlemanYogyakarta)
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1018966&val=15521&title=Penerapan%20Metode%.20Dakwah%20%20Mauidzah
%20Hasanah%20di%20Era%20%20Hoax%20%20Milenial%20Pemuda%20Warga%20Puri
%20Domas%20SlemanYogyakarta

Efektivitas Dakwah Mau’idhah Melalui Pengajian Islam Di Masjid Baiturrahman


Aceh Besar……………………………………………………………………………………. 5
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/623/1/Epiyani.pdf

Efektivitas Metode Dakwah Mauidzhoh Hasanah Terhadap Pembinaan Akhlak Di Desa


Malabo Kecamatan Tandukkalua Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat……………… 5

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/13203-Full_Text.pdf

Metode Pendidikan Dalam Al-Quran (Kajian Tematik)………………………………………. 5

2
http://ejournal.unwaha.ac.id/index.php/dinamika/article/download/132/120/
Keteladanan Sifat Rasullah Muhammad SAW Dalam Etika Profesi Akuntan Publik……….. 5

https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/download/58637/34778/

Analisis Penanaman Pendidikan Karakter 4 Sifat Nabi “SAFT” Pada Buku Siswa Tema 1
“Indahnya Kebersamaan” Kurikulum
2013……………………………………………………………………………………………. 5
http://eprints.ums.ac.id/32647/10/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Model Pembelajaran Pendidikan Perdamaian(Kajian Al-Quran Surat Al- Nahl)


…………………………………........................................................................................ 5
http://ejournal.uniramalang.ac.id/index.php/JRLA/article/download/316/192

Pendidikan Akhlak Terpuji Mempersiapkan Generasi Muda Berkarakter …………………… 5


https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/tarbawi/article/download/1226/927

Metode Dakwah KHR. Ach. Azaim Ibrahim Dalam Meningkatkan Keterampilan Bertutur Kata
Di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo ………………………………………… 5
http://digilib.iain-jember.ac.id/948/1/SKRIPSI.pdf

Metode Dakwah "Mauizhah Al-Hasanah" Dan Turunan nya Dalam Perspektif Al-Qur'an Dan
Hadis............................................................................................................................................ 5
https://adoc.tips/download/metode-dakwah-mauizhah-al-hasanah-dan-turunannya-dalam-
persp.html

Metode Pembinaan Akhlak dalam Pembelajaran PAI guna Menghadapi Dekadensi Moral
……............................................................................................................................................ 5
http://duniakampus7.blogspot.com/2015/03/metode-pembinaan-akhlak-dalam.html

3
1. METODE PEMBINAAN AKHLAK DALAM PENINGKATAN PENGAMALAN
IBADAH PESERTA DIDIK DI SMP N 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR
Dokumen berbentuk pdf.

2. METODE DAKWAH BIL MAU’IDZAH HASANAH DALAM PEMBINAAN


PEMUDA DI DESA SIDODADI LAMPUNG TIMUR
Dokumen berbentuk pdf.

3. IMPLEMENTASI SIFAT-SIFAT RASULULLAH DALAM KONSELING


BEHAVIORAL
Dokumen berbentuk pdf.

4. PEMBINAAN AKHLAK PADA SANTRI DI PONDOK PESNTREN AL-


HASYIMIYAH SUMBER ALAM KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN
LAMPUNG BARAT
Dokumen berbentuk pdf.

5. STRATEGI DAN ARAH PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI JENJANG


PENDIDIKAN DASAR
Dokumen berbentuk pdf.

6. METODE DAN STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS YANG


DITERAPKAN DI SDTQ-T AN NAJAH PONDOK PESANTREN CINDAI ALUS
MARTAPURA
Dokumen berbentuk pdf.

7. PEMBINAAN AKHLAK MULIA MELALUI KETELADANAN DAN PEMBIASAAN


Dokumen berbentuk pdf.

8. PEMBINAAN AKHLAK TERHADAP SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN


DI SD NEGERI UNGGUL LAMPENEURUT ACEH BESAR
Dokumen berbentuk pdf.

9. Metode Pembinaan Akhlak di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta (Perspektif Psikologi


Islam)
Dokumen berbentuk pdf.

10. Penerapan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah di Era Hoax Millenial (Pemuda Warga
Puri Domas SlemanYogyakarta)
Dokumen berbentuk pdf.

4
11. EFEKTIVITAS DAKWAH MAU’IDHAH HASANAH MELALUI PENGAJIAN
ISLAM DI MASJID RAYA BAITURRAHMAN BANDA ACEH
Dokumen berbentuk pdf.

12. EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH TERHADAP


PEMBINAAN AKHLAK REMAJA DI DESA MALABO KECAMATAN
TANDUKKALUA KABUPATEN MAMASA PROVINSI SULAWESI BARAT
Dokumen berbentuk pdf.

13. METODE PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR TEMATIK)


Dokumen berbentuk pdf.

14. KETELADANAN SIFAT RASULLAH SAW DALAM ETIKA AKUNTAN PUBLIK


Dokumen berbentuk pdf.

15. ANALISIS PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER 4 SIFAT NABI “SAFT’


PADA SISWA KELAS 4 TEMA 1 “INDAHNYA KEBERSAMAAN” KURIKULUM
2013
Dokumen berbentuk pdf.

16. MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PERDAMAIAN (KAJIAN AL-QUR’AN


SURAT AL-NAHL)
Dokumen berbentuk pdf.

17. PENDIDIKAN AKHLAK TERPUJI MEMPERSIAPKAN GENERASI MUDA


BERKARAKTER
Dokumen berbentuk pdf.

18. METODE DAKWAH KHR. ACH. AZAIM IBRAHIM DALAM MENINGKATKAN


KETERAMPILAN BERTUTUR SANTRI DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH
SYAFI’IYAH SITUBONDO
Dokumen berbentuk pdf.

19. METODE DAKWAH "MAUIZHAH AL-HASANAH" DAN TURUNAN NYA


DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN HADIS
Dokumen berbentuk pdf.

20. Metode Pembinaan Akhlak dalam Pembelajaran PAI guna Menghadapi Dekadensi Moral
A. Latar Belakang
Sejumlah fakta menunjukkan dekadensi moral (kemerosotan akhlak) yang melanda
generasi bangsa ini sudah pada tingkat mengkhawatirkan. Hedonis, permissive,

5
pragmatisme, materialisme yang merupakan nilai-nilai ideologi sekuler kapitalisme
begitu nyata mencelupi kesucian jiwa dan kecerdasan generasi. Seks bebas, tawuran
dan narkoba kian marak dikalangan pelajar. Karenanya pemerintah berkebijakan
menambah jam mata pelajaran pendidikan agama pada kurikulum 2013. Hal ini
sebagaimana ditegaskan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
(Dirjen Pendis Kemenag) Nur Syam, yang diberitakan jpnn.com., 26 Januari 2013
yang lalu. Yaitu bahwa semangat penambahan jam pelajaran pendidikan agama pada
kurikulum baru itu adalah untuk memperbaiki moral bangsa.
Atas hal tersebutlah penulis bermaksud melakukan pemaparan tentang metode yang
digunakan dalam menghadapi dekadensi moral yang dituliskan dalam makalah ini
dengan judul Metode Pembinaan Akhlak dalam Pembelajaran PAI guna Menghadapi
Dekadensi Moral,

B. Rumusan Masalah
1) Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran PAI guna menghadapi
Dekadensi?
2) Bagaimana metode-metode pembinaan ahklak yang dapat kita lakukan sesuai
dengan perspektif islam.

1. Pengertian Ahklak
Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu alkhulqu, al-khuluq yang mempunyai arti
watak, tabiat, keberanian, atau agama.[3] Secara Istilah akhlak menurut Ibnu
Maskawaih (421 H) adalah “suatau keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan
tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan
ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari
kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran
dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan
akhlak.”
Indikasi bahwa akhlak dapat dipelajari dengan metode pembiasaan, meskipun
pada awalnya anak didik menolak atau terpaksa melakukan suatu perbuatan/akhlak
yang baik, tetapi setelah lama dipraktekkan, secara terus-menerus dibiasakan
akhirnya anak mendapatkan akhlak mulia.
Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin sebagaimana dikutip Muhammad Rabbi
Muhammad Jauhari memberikan definisi akhlak sebagai”suatu ungkapan tentang
keadaan pada jiwa bagian dalam yang melahirkan macam-macam tindakan dengan
mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan terlebih dahulu”
Dari dua defenisi di atas dapat dipahami bahwa akhlak bersumber dari dalam
diri anak dan dapat juga berasal dari lingkungannya. Secara umum akhlak bersumber
dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan akhlak buruk, tergantung
pembiasaannya, kalau anak membiasakan perilaku buruk, maka akan menjadi akhlak
buruk bagi dirinya, sebaliknya anak membiasakan perbuatan baik, maka akan menjadi
akhlak baik bagi dirinya. Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa akhlak dapat
dipelajari dan diinternalisasikan dalam diri seseorang melalui pendidikan, di
antaranya dengan metode pembiasaan. Dengan adanya kemungkinan

6
diinternalisasikan nilai-nilai akhlak ke diri anak, memungkinkan pendidik melakukan
pembinaan akhlak.

2. Metode Pembinaan Ahklak


Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam. Hal ini
dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. yang utamanya
adalah untuk  menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu hadits beliau “
innama bu’itsu liutammima makarin al-akhlak. (HR. Ahmad).“Hanya saja aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
Perhatian islam demikian dalam pembinaan ahklak ini dapat pula dilihat dari
perhatian islam terhadap pembinaan jiwa yang harus daripada pembinaan fisik,
karena dari jiwa yang baik inilah akan menghasilkan perbuatan yang baik kepada
manusia sehingga menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan
manusia, lahir dan batin. Perhatian islam dalam pembinaan ahklak selanjutnya dapat
dianalisis pada muatan ahklak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran islam. Ajaran
islam tentang keimanan, misalnya sangat berkaitan erat dengan amal shaleh dan
perbuatan yang terpuji. Iman yang tidak disertai amal shaleh dinilai sebagai iman
palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan. Di dalam Al-Qur’an yang artinya :”
diantara manusia ada yang mengatakan “ kami berima kepada Allah dan hari
kemudian (22).” Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal merekan hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (22) Hari kemudian ialah mulia
dari waktu mahkluk dikumpulkan di padang masyar sampai waktu yang tak ada
batasnya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
mereka itukah orang-orang yang benar. Ayat-ayat di atas dengan jelas menunjukkan
bahwa iman iman yang dikehendaki islam bukan iman yang hanya sampai pada
ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan perbuatan ahlak yang mulia.
Seperti tidak ragu menerima ajaran Rasul, mau memanfaatkan dirinyadan hartanya
untuk berjuang dijalan Allah,  ini menunjukkan bahwa keimanan harus membuahkan
ahklak yang mulia. Pembinaan ahklak dalam islam. Pembinaan  ahkalak dalam islam
juga terintegrasi dengan rukun, hasil analisis Muhammad Al-Gazali terhadap rukun
islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam rukun islam yang
lima itu terkandung konsep pembinaan ahklak. Rukun islam yang pertama
mengucapkan dua kalimat syahadat, kalimat ini mengandung pernyataan bahwa
manusia selama hidup tunduk terhadap aturan Allah. Orang yang patuh kepada Allah
dan Rasul-Nya tentunya akan baik. Kedua mengerjakan shalat lima waktu sehari
semalam. Shalat yang dikerjakan membuat pelakunya terhindar dari perbuatan keji
dan mungkar. Ketiga, membayar zakat. Yaitu agar orang-orang yang
melaksanakannya terhindar sikap kikir, membersihkan hartanya dan tidak
mementingkan dirinya sendiri.  Keempat, puasa bukan hanya menahan diri lapar dan
haus, bahkan lebih dari itu untuk menahan sikap keji dan mungkar, sehingga kita

7
senantiasa melaksanakan pebuatan baik. Kelima, ibadah haji, ibadah ahji dalam rukun
islam bersifat konferensif yang menuntut persyaratan, disamping harus menguasai
ilmunya. Juga harus sehat fisik, adanya kemamauan yang kuat, adanya kesabaran
dalam menjalankannya, serta rela meninggalkan harta dan kekayaannya.
Hubungan ibadah haji dan ahklak dapat di pahami dari ayat ini yang artinya:
“Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi [122]. Barang siapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan ituakan mengerjakan haji maka tidak boleh rafats
[123], berbuat fasik dan bebantah-bantahan di dalam masa  mengerjakan haji. Dan
apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa [124]. Dan bertakwalah kepada-Ku
hai orang-orang yang berakal [125].
Ada beberapa metode pembinaan ahklak yang dapat di lakukan sesuai dengan
perspektif islam yaitu sebagai berikut:
i. Metode uswah (teladan), yaitu sesuatu yang pantas untuk di ikuti, karena
mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan harus di contoh dan
diteladani adalah Rasulullah SAW. sebagaimana firman AllahSWT.dalam
surah Al-Ahzab : 2 yang artinya: “sesungguhnya terdapat dari diri
Rasulullhah itu, teladan yang baik bagimu.” Jadi sikap dan perilaku yang
harus dicontoh adalah sikap dan perilaku Rasulullah SAW., karena sudah
teruji dan diakui oleh allah SWT. Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah
tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang
yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong,
tidak berjanji munungkir, dan lain-lain. Yang paling penting orang yang
diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.

ii. Metode Ta’widiyah (pembiasaan). Secara etimologi, pembiasaan asal


katanya adalah biasa. Dalam kamus umum bahasa indonesia, biasa artinya
lazim atau umum; seperti, sedia kala, sudah merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Muhammad Mursyi dalam bukunya
“ Seni Mendidik Anak”, menyampaikan nasehat imam al-Gazali: “ seorang
anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya hatinya sangat bersih
bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia
akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.” Dalam ilmu  jiwa
perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana peribadi dapat dibentuk
oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensidasar yang ada padanya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasr
tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang
baik dapat menempa peribadi yang berahlak mulia. Seperti; terbiasa dalam
keadaan berwudhu, terbisa tidur tidak terlalu larut malam dan bangunnya
tidak kesiangan, terbiasa membaca Al-Qur’an dan Asma’ul husna, shalat
brjama;ah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa
makan dengan tangan kanan, dan lain-lain sebagainya.

8
iii. Metode Mau’izah (nasehat), yaitu kata mai’izah berasal dari kata wa’zhu,
yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan
perkataan yang lembut. Allah berfirma dalam surah Al-Baqarah: 232, yang
artinya; .......”itulah yang dinasehatkan kepad orng-orang yang beriman
daintara kalian, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”.... Sebagi
contoh metode nasehat yang baik yaitu; nasehat dengan argumen logika,
nasehat tentang keuniversalan islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari
aspek hukum, nasehat btentang “amar ma’ruf nahi mungkar,” nasehat tentang
amal ibadah, dan lain-lain. Namun paling penting lagi, pemberi nasehat harus
mengamalkan terlebih dahulu apa yang di nasehatkan tersebut, kalau tidak
demikian nasehat akan hanya akan menjadi lips-service.

iv. Metode Qishah (ceritera), yang mengandung arti, sutu cara dalam


menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis,
tentang bagimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebanarnya terjadi,
ataupun hanya rekaan saja. Dalam pendidikan islam, certera yang bersumber
dari Al-Qur’an dan hadits merupakan metode pendidikan yang sangat penting,
cerita dalam Al-Qur’an dan Hadits, selalu memikat dan menyentuh perasaan
dan mendidik perasaan keimanan, contohnya, surah Yusuf, Bani Israail, dan
lain-lain. Dengan cara, seperti mendengarkan casset, vide, cerita-cerita tertulis
dan bergambar.  Pendidik harus membuka kesempatan bagi anak didik untuk
bertanya, setelah itu, menjelaskan tentang khikmah qishah dalam
meningkatkan ahklak mulia.

v. Metode Amtsal (perumpamaan), yaitu metode yang banyak dipergunakan


dalam Al-Qur’an dan Ahadits untuk mewujudkan ahklak mulia. Allah
berfirman dalam surahAl-Baqarah : 17 yang artinya; “ perumpamaan mereka
adalah seperti orang yang menyalakan api”.... dalam beberapa literatur islam,
ditemuka banyak sekali perumpamaan, seperti mengumpamakan orang yang
lemah laksana kupu-kupu,  orang yang tinggi seperti jerapah, orang yang
berani seperti singa, orang yang gemuk seperti gajah, orang yang kuruus
seperti tongkat, dan orang yang ikut-ikutan separti beo, dan lain-lain.
Disarankan untuk mencari perumpamaan yang baik, ketika berbicara dengan
anak didik,  karena perumpamaan itu, akan melekat pada pikirannya dan sulit
untuk dilupakan. Misalkan, materi yang di ajarkan bersifat sbstrak,
membandingkan dua masalah yang selevel dan guru/orang tua tidak boleh
salah dalam membandingkan, karena akan membingungkan anak didik.

vi. Metode Tsawab (ganjaran). Sebagaiamana yang telah di utarakan Armai


Arief dalam bukunya, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
menjelaskan pengertian tsawab itu, sebagai : “hadiah; hukum. Metode ini juga
penting dalam pembinaan ahklak, karena hadiah dan hukuman sama artinya
dengan reward and punisment dalam pendidikan Barat. Hadiah bisa menjadi
dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman dapat menjadi
remote control dari perbuatan tidak terpuji.  Misalkan memanggil dengan
panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan

9
mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda,
manyambutnya dengan ramah, menelponnya kalau perlu, dan lain-
lain.  Sedangkan metode aplikasi ganjaran yang berbentuk hukuman, di
antaranya, pandangan yang munis, memuji orang lain di hadapannya, tidak
mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif, dan menjewanya
sebagi alternatif terakhir. Hadits yang di riwayatkan oleh Imam Nawawi dari
Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata : “aku telah diutus oleh ibuku, dengan
membawa beberapa biji anggur untuk di sampaikan kepada Rasulullah,
kemudian aku memakannya sebelum aku sampikan kepada Beliau dan ketika
aku mendatangi Rasulullah, beliau menjewr telingaku sambil berseru: “wahai
penipu”. Dari hadits diatas, dapat dikemukakan, bahwa menjewer
telinga    anak didik, boleh-boleh saja,  asal tidak menyakiti. Namun di negeri
ini, terjadi hal yang dilematis, menjewer telinga anak didik, bisa-bisa
berurusan dengan pihak berwajib, karena Undang-Undang perlindungan anak.

3. Jenis Metode Mendidik Akhlak


Abdurrahman an-Nahlawi mengatakan metode pendidikan Islam sangat efektif
dalam membina akhlak anak didik, bahkan tidak sekedar itu metode pendidikan Islam
memberikan motivasi sehingga memungkinkan umat Islam mampu menerima
petunjuk Allah. Menurut Abdurrahman an-Nahlawi metode pendidikan Islam adalah
metode dialog, metode kisah Qurani dan Nabawi, metode perumpaan Qurani dan
Nabawi, metode keteladanan, metode aplikasi dan pengamalan, metode ibrah dan
nasihat serta metode targhib dan tarhib. Dari kutipan tersebut tergambar bahwa Islam
mempunyai metode tepat untuk membentuk anak didik berakhlak mulia sesuai
dengan ajaran Islam. dengan metode tersebut memungkinkan umat Islam/masyarakat
Islam mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan. Dengan demikian diharapkan
akan mampu memberi kontribusi besar terhadap perbaikan akhlak anak didik, untuk
memperjelas metode-metode tersebut akan di bahas sebagai berikut:
i. Metode Dialog Qurani dan Nabawi
Metode dialog adalah metode menggunakan tanya jawab, apakah
pembiacaaan antara dua orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut
mempunyai tujuan dan topik pembicaraan tertentu. Metode dialog
berusaha menghubungakn pemikiran seseorang dengan orang lain, serta
mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya. Uraian tersebut
memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang
lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan.

Abdurrrahman an-Nahlawi mengatakan pembaca dialog akan


mendapat keuntungan berdasarkan karakteristik dialog, yaitu topic dialog
disajikan dengan pola dinamis sehingga materi tidak membosankan,
pembaca tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai, melalui dialog
perasaan dan emosi pembaca akan terbangkitkan, topic pembicaraan
disajikan bersifat realistik dan manusiawi.[8] Dalam al-Quran banyak
memberi informasi tentang dialog, di antara bentuk-bentuk dialog tersebut
adalah dialog khitabi, taabbudi, deskritif, naratif, argumentative serta
dialog Nabawiyah. Metode dialog sering dilakukan oleh Nabi Muhammad

10
Saw dalam mendidik akhlak para sahabat. Dialog akan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak
mereka pahami.

ii. Metode kisah Qurani dan Nabawi


Dalam al-Quran banyak ditemui kisah menceritakan kejadian masa
lalu, kisah mempunyai daya tarik tersendiri yang tujuannnya mendidik
akhlak, kisah-kisah para Nabi dan Rasul sebagai pelajaran berharga.
Termasuk kisah umat yang ingkar kepada Allah beserta akibatnya, kisah
tentang orang taat dan balasan yang diterimanya. Seperti cerita Habil dan
Qobil, “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan
Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan
korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan
tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): “Aku pasti
membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah Hanya menerima
(korban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu
menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, Aku sekali-kali
tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu.
Sesungguhnya Aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Sesungguhnya Aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa
(membunuh) ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni
neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang
zalim. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang
di antara orang-orang yang merugi.”
Ayat di atas merupakan contoh dalam ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan kisah. Kisah dalam al-Quran mengandung banyak
pelajaran. Kisah dalam al-Quran dapat menjadi pelajaran bagi manusia.
Abdurrahman an-Nahlawi mengatakan kisah mengandung aspek
pendidikan yaitu dapat mengaktifkan dan membangkitkan kesadaran
pembacanya, membina perasaan ketuhanan dengan cara mempengaruhi
emosi, mengarahkan emosi, mengikutsertakan psikis yang membawa
pembaca larut dalam setting emosional cerita, topic cerita memuaskan
pikiran. Selain itu kisah dalam al-Quran bertujuan mengkokohkan wahyu
dan risalah para Nabi, kisah dalam al-Quran memberi informasi terhadap
agama yang dibawa para Nabi berasal dari Allah, kisah dalam al-Quran
mampu menghibur umat Islam yang sedang sedih atau tertimpa musibah.
Metode mendidik akhlak melalui kisah akan memberi kesempatan
bagi anak untuk berfikir, merasakan, merenungi kisah tersebut, sehingga
seolah ia ikut berperan dalam kisah tersebut. Adanya keterkaitan emosi
anak terhadap kisah akan memberi peluang bagi anak untuk meniru tokoh-
tokoh berakhlak baik, dan berusaha meninggalkan perilaku tokoh-tokoh
berakhlak buruk.

11
Cerita mengusung dua unsur negatif dan unsur positif, adanya dua
unsure tersebut akan memberi warna dalam diri anak jika tidak ada filter
dari para orang tua dan pendidik. Metode mendidik akhlak melalui cerita/
kisah berperan dalam pembentukan akhlak, moral dan akal anak.Dari
kutipan tersebut dapat diambil pemahaman bahwa cerita/kisah dapat
menjadi metode yang baik dalam rangka membentuk akhlak dan
kepribadian anak.
Cerita mempunyai kekuatan dan daya tarik tersendiri dalam
menarik simpati anak, perasaannya aktif, hal ini memberi gambaran
bahwa cerita disenangi orang, cerita dalam al-Quran bukan hanya sekedar
memberi hiburan, tetapi untuk direnungi, karena cerita dalam al-Quran
memberi pengajaran kepada manusia. Dapat dipahami bahwa cerita dapat
melunakkan hati dan jiwa anak didik, cerita tidak hanya sekedar
menghibur tetapi dapat juga menjadi nasehat, memberi pengaruh terhadap
akhlak dan perilaku anak, dan terakhir kisah/ cerita merupakan sarana
ampuh dalam pendidikan, terutama dalam pembentukan akhlak anak.
iii. Metode Mauizah
Dalam tafsir al-Manar sebagai dikutip oleh Abdurrahman An-
Nahlawi dinyatakan bahwa nasihat mempunyai beberapa bentuk dan
konsep penting yaitu, pemberian nasehat berupa penjelasan mengenai
kebenaran dan kepentingan sesuatu dengan tujuan orang diberi nasehat
akan menjauhi maksiat, pemberi nasehat hendaknya menguraikan nasehat
yang dapat menggugah perasaan afeksi dan emosi, seperti peringatan
melalui kematian peringatan melalui sakit peringatan melalui hari
perhitungan amal. Kemudian dampak yang diharapkan dari metode
mauizah adalah untuk membangkitkan perasaan ketuhanan dalam jiwa
anak didik, membangkitkan keteguhan untuk senantiasa berpegang kepada
pemikiran ketuhanan, perpegang kepada jamaah beriman, terpenting
adalah terciptanya pribadi bersih dan suci.
Dalam al-Quran menganjurkan kepada manusia untuk mendidik
dengan hikmah dan pelajaran yang baik.“ Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dari ayat tersebut dapat diambil pokok pemikiran bahwa dalam
memberi nasehat hendaknya dengan baik, kalau pun mereka membantahya
maka bantahlah dengan baik. Sehingga nasehat akan diterima dengan rela
tanpa ada unsur terpaksa. Metode mendidik akhlak anak melalui nasehat
sangat membantu terutama dalam penyampaian materi akhlak mulia
kepada anak, sebab tidak semua anak mengetahui dan mendapatkan
konsep akhlak yang benar.
Nasehat menempati kedudukan tinggi dalam agama karena agama
adalah nasehat, hal ini diungkapkan oleh Nabi Muhammad sampai tiga
kali ketika memberi pelajaran kepada para sahabatnya. Di samping itu

12
pendidik hendaknya memperhatikan cara-cara menyampaikan dan
memberikan nasehat, memberikan nasehat hendaknya disesuaikan dengan
situasi dan kondisi, pendidikan hendaknya selalu sabar dalam
menyampaikan nasehat dan tidak merasa bosan/ putus asa. Dengan
memperhatikan waktu dan tempat tepat akan memberi peluang bagi anak
untuk rela menerima nasehat dari pendidik.
Muhammad bin Ibrahim al-Hamd mengatakan cara
mempergunakan rayuan/ sindiran dalam nasehat, yaitu:
- Rayuan dalam nasehat, seprti memuji kebaikan murid, dengan tujuan
agar siswa lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan
mengabaikan membicarakan keburukannya.
- Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga
membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka.
- Membangkitkansemangat dan kehormatan anak didik.
- Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
- Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/ melalui sindiran
- Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang
melakukan sesuatu berbeda dengan perbuatannya. Kalau hal ini
dilakukan akan akan mendorongnya untuk berbuat kebajikan dan
meninggalkan keburukan.
Dengan cara tersebut akan memaksimalkan dampak nasehat
terhadap perubahan tingkah laku dan akhlak anak, perubahan dimaksud
adalah perubahan yang tulus ikhlas tanpa ada kepura-puraan, kepura-
puraan akan muncul ketika nasehat tidak tepat waktu dan tempatnya, anak
akan merasa tersinggung dan sakit hati kalau hal ini sampai terjadi maka
nasehat tidak akan membawa dampak apapun, yang terjadi adalah
perlawanan terhadap nasehat yang diberikan.

iv. Metode Pembiasaan dengan Akhlak Terpuji


Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih, dalam keadaan
seperti ini manusia akan mudah menerima kebaikan atau keburukan.
Karena pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk menerima
kebaikan atau keburukan hal ini dijelaskan Allah, sebagai berikut:” Dan
jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.”
Ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia mempunyai
kesempatan sama untuk membentuk akhlaknya, apakah dengan
pembiasaan yang baik atau dengan pembiasaan yang buruk. Hal ini
menunjukkan bahwa metode pembiasaan dalam membentuk akhlak mujlai
sangat terbuka luas, dan merupakan metode yang tepat. Pembiasaan yang
dilakukan sejak dini /sejak kecil akan memebawa kegemaran dan

13
kebiasaan tersebut menjadisemacam adapt kebiasaan sehingga menjadi
bagian tidak terpisahkan dari kepribadiannya. Al-Ghazali mengatakan:”
Anak adalah amanah orang tuanya . hatinya yang bersih adalah permata
berharga nan murni, yang kosong dari setiap tulisan dan gambar. Hati itu
siap menerima setiap tulisan dan cenderung pada setiap yang ia inginkan.
Oleh karena itu, jika dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di
atas kebaikan itu maka bahagialah ia didunia dan akhirat, orang tuanya
pun mendapat pahala bersama.”
Kutipan di atas makin memperjelas kedudukan metode pembiasaan
bagi perbaiakn dan pembentuakan akhlak melalui pembiasaan, dengan
demikian pembiasaan yang dilakukan sejak diniakan berdampak besar
terhadap kepribadian /akhlak anak ketiak mereka telah dewasa. Sebab
pembiasan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di ingatan
dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dengan
demikian metode pembiasaan sangat baik dalam rangka mendidik akhlak
anak.

v. Metode Keteladanan
Muhammad bin Muhammad al-Hamd mengatakan pendidik itu
besr dimata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya,
karena murid akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya.
Dengan memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan
mempunyai arti pentng dalam mendidik akhlak anak, keteladanan menjad
titik sentral dalam mendidik dan membina akhlak anak didik, kalau
pendidik berakhlak baik ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak
baik, karena murid meniru gurunya, senbaliknya kalauguru berakhlak
buruk ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak buruk.
Dengan demikian keteladanan menjadi penting dalam pendidikan
akhlak, keteladanan akan menjadi metode ampuh dalam membina akhlak
anak. Mengenai hebatnya keteladanan Allah mengutus Rasul untuk
menjadi teladan yang paling baik, Muhammad adalah teladan tertinggi
sebagai panutan dalam rangka pembinaan akhlak mulai,” Sesungguhnya
Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.”

Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Muhammad Saw


menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, dilain pihak pendidik
hendaknya berusaha meneladani Muhammad Saw sebagai teladannya,
sehingga diharapkan anak didik mempunyai figure yang dapat dijadikan
panutan.

14
vi. Metode Targhib dan Tarhib
Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk
menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan. Sedangkan tarhib
adalah ancaman, intimidasi melalui hukuman. Dari kutipan di atas dapat
dipahami bahwa metode pendidikan akhlak dapat berupa
janji/pahala/hadiah dan dapat juga berupa hukuman. Muhammad Rabbi
Muhammad Jauhari menyatakan metode pemberian hadiah dan hukuman
sangat efektif dalam mendidik akhlak terpuji.
Anak berakhlak baik, atau melakukan kesalehan akan
mendapatkan pahala/ganjaran atau semacam hadian dari gurunya,
sedangkan siswa melanggar peraturan berakhlak jelek akan mendapatkan
hukuman setimpal dengan pelanggaran yang dilakukannya. Dalam al-
Quran dinyatakan orang berbuat baik akan mendapatkan pahala,
mendapatkan kehidupan yang baik.” Barang siapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan.”
Berdasarkan ayat di atas dapat diambil konsep metode pendidikan
yaitu metode pemberian hadiah bagi siswa berprestasi atau berakhlak
mulai, dengan adanya hadian akan memberi motivasi siswa untuk terus
meningkatkan atau paling tidak mempertahankan kebaikan akhlak yang
telah dimiliki. Di lain pihak, temannya yang melihat pemberian hadiah
akan termotivasi untuk memperbaiki akhlaknya dengan harapan suatu saat
akan mendapatkan kesempatan memperoleh hadiah. Hadiah diberikan
berupa materi, doa, pujian atau yang lainnya.
Muhammad Jamil Zainu mengatakan,”Seorang guru yang baik,
harus memuji muridnya. Jika ia melihat ada kebaikan dari metode yang
ditempuhnya itu,dengan mengatakan kepadanya kata-kata “bagus”,
“semoga Allah memberkatimu”, atau dengan ungkapan “engkau murid
yang baik’.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan
terlalu lunak akan membentuk anak kurang disiplin dan tidak mempunyai
keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan, dan terakhir dipukul dalam
arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam
menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan,
hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan
mendidik, bukan balas dendam. Alternatif lain yang mungkin dapat
dilakukan adalah;
- memberi nasehat dan petunjuk.
- Ekspresi cemberut.
- Pembentakan.

15
- Tidak menghiraukan murid.
- Pencelaan disesuaikan dengan tempat dan waktu yang sesuai.
- Jongkok.
- Memberi pekerjaan rumah/ tugas.
- Menggantungkan cambuk sebagai simbol pertakut.
- Dan alternatif terakhir adalah pukulan ringan.
Dalam memberi sanksi hendaknya dengan cara bertahap, dalam
arti diusahakan, dengan tahapan paling ringan, diantara tahapan ancaman
dalam al-Quran adalah diancam dengan tidak diridhoi oleh Allah, diancam
dengan murka Allah secara nyata, diancam dengan diperangi oleh Allah
dan Rasul-Nya, diancam dengan sanksi akhirat, diancam dengan sanksi
dunia.Kutipan tersebut menunjukkan bahwa dalam melaksanakan
hukuman dituntut berdasarkan tahapan-tahapan, sehingga ada rasa
keadilan dan proses sesuai prosedur hukuman.

C. Kesimpulan
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi metode pendidikan Islam adalah metode
dialog, metode kisah Qurani dan Nabawi, metode perumpaan Qurani dan Nabawi,
metode keteladanan, metode aplikasi dan pengamalan, metode ibrah dan nasihat serta
metode targhib dan tarhib. Dalam pemberian sanksi diusahakan tidak mendahulukan
sanksi bersifat fisik, kalau pun terpaksa hendaknya menghindari bagian muka dan
bagian lain yang membahayakan anak didik, kemudian pukulan dilaksanakan hanya
sekedarnya saja, tidak bermaksud balas dendam atau motif lain. Demikian beberapa
penjelasan tentang macam-macam metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran
PAI tentunya metode-metode tersebut diharapkan dapat menanamkan dan menjaga
nilai moral dalam diri siswa tersebut,sehingga dekadensi moral dalam generasi
peserta didk dapat dihindarkan atau setidaknya diminimalisasikan.

Cover Buku

Spesial Menurut Allah dan Rasulullah

16
Ringkasan

Seorang yang awam akan mengatakan secara pasti bahwa orang-orang yang hidup dengan
tingkat disiplin tinggi seperti yang terjadi di Jepang adalah contoh manusia berakhlaq. Padahal,
kategori manusia berakhlaq dalam pandangan islam amat berbeda dari itu. Terdapat perbedaan
pasti antara manusia berakhlaq dan manusia beradab.
Definisi pribadi Ustadz Adi Hidayat, adab adalah nilai kemuliaan yang didapatkan dari proses
pendidikan, termasuk belajar Kemudian, proses belajar itu akan membentuk suatu peradaban.
Untuk itu, syarat untuk mendapatkan adab dan peradaban bukan iman, melainkan dengan
belajar. Inilah yang membuat orang-orang zaman dulu berhasil membangun peradaban, yakni

17
peradaban mesir, peradaban yunani, dan peradaban metopotamia. Meskipun harus diketahui,
orang-orang saat itu tak dapat dijamin keimanannya.
Dilansir dari akun Youtube Ustadz Adi Hidayat, ia menuturkan pengalamannya saat
mengunjungi negeri sakura itu. Tanpa sengaja, ia melihat emas tergeletak begitu saja di pinggir
tempat penyebrangan jalan. Diakui Ustadz Adi Hidayat, rasa takjub meliputi pemikirannya
karena orang-orang Jepang yang melintas tak berniat untuk mengambilnya. Mereka justru akan
memindahkan ke pinggir bila terdapat suatu barang yang jatuh di tengah jalan, setidaknya tidak
akan terinjak oleh orang-orang yang lewat.
Dalam arti lain, berbagai ibadah yang dilalui umat islam akan membentuk akhlaq yang mulia.
Mereka ini akan istiqomah menjauhi segala hal yang dilarang Allah swt, seperti minuman keras
dan zina. Bahkan, ibadah salat yang dijalani umat islam akan menjauhi perilaku fashah dan
munkar.

Sumber: https://youtu.be/cPlqhYRKbdg

18

Anda mungkin juga menyukai