Anda di halaman 1dari 13

Tugas Tutorial 2

Nama : Ayu Suseno Lumban Gaol


NIM : 856048361
Mata Kuliah : Perspektif Pendidikan SD
Kode : PDGK4104
Pokjar : Binjai
Semester : 3 (Masukan Sarjana)
Tahun : 2022.2

Soal!
1. Karakteristik belajar siswa SD dapat dilihat dari bentuk kegiatan belajar yang biasa dilakukan oleh
siswa SD. Jelaskan bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dimaksud !
Jawaban :
Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang biasa dilakukan oleh siswa SD, antara lain :
A. Belajar Menemukan
Dalam hal ini siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam
memecahkan masalah.Dengan cara tersebut di harapkan mereka mampu memahami konsep-
konsep dalam bahasa mereka sendiri. Dengan kata lain metode discovery learning mendorong
siswa untuk bertanya dan merumuskan jawaban sementara mereka, serta menarik kesimpulan
terhadap prinsip umum dari contoh praktik atau pengalaman yang dilakukannya. Selain itu dapat
juga menggunakan metode eksperimen ( experimental method ).
B. Belajar Menyimak
Pada kegiatan belajar menyimak, biasanya dilakukan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia melalui permainan katan dan pertanyaan. Sedangkan untuk mengembangkan
kemampuan belajar meniru, guru dapan menggunakan kegiatan bermain peran mengenai
pekerjaan / profesi yang ada di sekitar siswa.
Contoh kegiatan belajar menyimak siswa adalah sebagai berikut;
a. Bermain dengan kata seperti bercerita, membaca serta menulis. Hal ini dapat membantu siswa
mengingat nama, tempat, tanggal dan hal-hal lain dengan cara mendengar kemudian
menyebutkannya.
b. Bermain dengan pertanyaan dengan cara guru memancing keingintahuan dengan berbagai
pertanyaan.
c. Bermain dengan gambar.
d. Bermain dengan musik.
C. Belajar Meniru
Anak akan banyak sekali belajar melalui melihat, mengamati, menginternalisasi hingga
meniru dalam bentuk perilaku, bahkan hingga perilaku hasil meniru menetap sebagai suatu
kebiasaan. Oleh karena itu, guru hendaknya selalu memberi contoh yang baik , sehingga siswa
akan berperilaku sesuai dengan apa yang biasa dilihatnya.
D. Belajar Menghafal
Pada pengembangan kemampuan mengahafal, hendaknya siswa diberi bekal pengetahuan
dan berpikir logis serta sistematis, sehingga siswa tidak hanya berada pada tingkatan ingatan dan
pemahaman saja. Kecenderungan siswa belajar dengan metode menghafal ini disebabkan oleh
budaya yang terjadi di sekolah yang pada umumnya didominasi oleh komunikasi satu arah, yaitu
guru ke siswa dan kurang merangsang rasa ingin tahu, prakarsa maupun individualisasi. Siswa
menjadi penerima yang pasif. Walaupun kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) telah
dicanangkan sebagai dasar strategi proses belajar mengajar, namun dalam praktik di lapangan
yang terjadi masih dalam pola siswa Datang, Duduk, Dengar, Catat dan Hafal (D3CH) dan siswa
tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif. Lambat laun siswa menjadi cenderung suka mencari
gampangnya saja dalam belajar. Hal ini akan terpola dalam banyak bentuk kebiasaan belajar,
sehingga siswa kehilangan sense oflearning atau kepekaan untuk belajar. Oleh karena itu, guru
sebagai pendidik harus membenahi metode belajar siswa. Disamping memberi bekal
keterampilan belajar, guru harus berusaha membiasakan siswa menggunakan metode berfikir
logis dan sistematis pada siswa dalam belajarnya.
E. Belajar Merangkai
Untuk meningkatkan kemampuan merangkai , guru dapat menggunakan permainan aneka
jenis binatang dengan karakteristiknya. Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan
mengamalkan, biasanya diterapkan pada mata pelajaran PPKn dan Agama karena pada mata
pelajaran tersebut siswa diajarkan tentang nilai – nilai moral dan pengalamannya dalam
kehidupan sehari – hari.
F. Belajar Mengamalkan
Kegiatan belajar mengamalkan biasanya erat kaitannya dengan mata pelajaran PPKn dan
Agama, karena pada mata pelajaran tersebut anak diajarkan tentang nilai – nilai moral dan
perilaku yang hendaknya ditampilkan pada saat mereka bersosialisasi di masyarakat. Contohnya
pada saat mempelajari tentang sikap saling hormat – menghormati antara penganut agama yang
satu dengan yang lain, siswa diajak untuk menanamkan nilai yang terkandung dari pelajaran
tersebut dalam kehidupannya sehari – hari dengan cara menghormati teman yang sedang
berpuasa, memberi selamat hari raya kepada teman yang sedang merayakan hari besar agamanya,
dan lain –lain.
G. Belajar Menganalisis
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan belajar
menganalisis pada siswa SD adalah dengan menggunakan permainan teka –teki atau tebak –
tebakan, sehingga anak terbiasa menganalisis suatu permasalahan berdasarkan informasi yang
tersedia dan mencari jawabannya. Manfaat dari permainan teka – teki ini adalah:
1. Mengasah daya ingat
2. Belahar klarifikasi
3. Mengembangkan kemampuan analisis
4. Menghibur
H. Belajar Merespon
Respon merupakan tanggapan yang diberikan oleh seseorang sebagai reaksi dari suatu
tetentu. Contoh kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan merespon bagi siswa SD
adalah dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan seputar peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Misalnya bagaimana respon/tanggapan yang diberikan siswa apabila temannya sedang ditimpa
musibah banjir, gempa bumi, atau tanah longsor.
I. Belajar Mengorganisasikan
Belajar mengorganisasikan disini sesuai dengan teori belajar humanistik yang
dikemukakan Carl Rogers. Menurut Rogers yang penting dalam proses pembelajaran adalah
pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Manusia memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.
2. Siswa akan mempelajari hal – hal yang bermakna bagi dirinya.
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai
bagian yang bermakna bagi siwa. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti
belajar tentang proses. Dalam rangka mengembangkan kemampuan mengorganisasikan, guru
dapat membiasakan siswa berpikir dalam bentuk skema, kemudian mengorganisasikan
informasi atau pengetahuan yang diperolehnya ke dalam pemikirannyamasing – masing.
Pengembangan mengorganisasikan ini sesuai dengan teori humanistik yang dikemukakan
oleh Rogers.
J. Belajar Mengambil Keputusan
Pengembangan kemampuan untuk mengambil keputusan dapat dilakukan dengan metode
problem solving atau pemecahan masalah. Sementara untuk mengembangkan kemampuan
berlatih, guru dapat menggunakan metode bermain peran dengan cara mengajak siswa untuk
praktik jual beli di warung sekolah.
K. Berlatih
Untuk membiasakan anak berlatih melakukan kegiatan sehari –hari, guru dapat
mengadakan kegiatan bermain peran, misalnya melakukan transaksi jual beli, seperti yang
diterapkan di sekolah alam Ar-Ridho dalam pembelajaran matematika. Contoh lainnya adalah
seorang guru melakukan praktik mengajar mata pelajaran IPS di SDN Kalisalak II Kebasen dan
SD Gombong V, Kebumen. Salah satub kegiatannya adalah siswa diajak ke warung deket
sekolah, dengan menanyakan berbagai jenis barang, harga beli dan harga jual.
L. Belajar Menghayati
Kegiatan belajar menghayati biasanya dilakukan pada saat mengajarkan mata pelajaran
kesenian. Pada mata pelajaran ini, siswa diajarkan bagaimana menghayati suatu peran (drama)
dan menghayati sebuah lagu, sehingga dengan melakukan penghayatan tersebut, siswa dapat
memahami karakter atau sifat dari tokoh yang diperankan atau makna yang terkandung dari
sebuah lagu.
M. Belajar Mengamati
Untuk membelajarkan anak tentang kemampuan mengamati, contoh kegiatan yang dapat
dilakukan adalah mengajak anak untuk mengenal ekosistem perairan laut yang memilki
keanekaragaman hayati tinggi, yang menjadi sumber pangan, mineral, penghasilan, dan bibit
budi daya serta berfungsi menyerap karbon dari udara. Kegiatan ini diterapkan dengan metode
Edutainment (edukasi dan entertainment) seperti yang dilakukan oleh Gelanggang Samudra
Ancol.

2. Jelaskan prinsip-prinsip bimbingan di SD !


Jawaban :
Prinsip bimbingan di SD menurut Agus Taufiq (2005) adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan untuk semua
Setiap siswa memiliki hak yang sama untuk mendapatkan layanan bimbingan dari gurunya, bai
mereka yang bermasalah maupun tidak.
2. Bimbingan di SD dilaksanakan oleh semua guru kelas
Tidak seperti halnya di sekolah lanjutan yang memiliki petugas yang menangani secara khusus
bimbingan di sekolah , bimbingan di Sekolah Dasar dilaksanakan oleh guru kelas
3. Bimbingan diarahkan untuk perkembangan Kognitif dan Afektif
Bimbingan diarahkan untuk mengembangkan potensi siswa secara adekuat dan untuk
memberikan bimbingan agar mereka mampu berhubungan dengan lingkungan sosialnya secara
efektif. Tekanan program bimbingan bukan pada aspek remidasi (penyembuhan) melainkan pada
pengembangan aspek-aspek kognitif dan afektif siswa.
4. Bimbingan diberikan secara insidental dan informal
Program bimbingan memberikan pengalaman yang runtut dan berkelanjutan untuk membantu
siswa mencapai tugas perkembangan baik secara intelektual maupun aspek emosional. Kurikulum
memberikan pengalaman kepada siswa yang memungkinkan para guru dapat mengintegrasikan
prosedur bimbingan dengan materi pelajaran. Fungsi bimbingan dari guru atau konselor adalah
membantu siswa untuk mencapai kurikulum secara sukses. Oleh karena itu, para guru
membutuhkan keterampilan-keterampilan bimbingan untuk membuat kurikulum menjadi
pengalaman yang bermakna bagi setiap siswa.
5. Bimbingan ditekankan pada tujuan belajar dan kebermaknaan belajar.
Tujuan yang ditetapkan oleh guru dan yang diharapkan oleh siswa harus sesuai. Perencanaan
guru dan penilaian siswa adalah prosedur dasar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
6. Bimbingan difokuskan pada aset.
Upaya guru dalam membantu siswa harus bertitik tolak dari potensi siswa, dan melakukan apa
yang terbaik untuk siswa. Tindakan guru merupakan proses-proses yang membuat siswa
melakukan sesuatu sesuai dengan kekuatan potensi yang dimilikinya.
7. Bimbingan terhadap proses pendewasaan.
Bimbingan mengakui bahwa siswa tengah mengalami proses menjadi yang berarti guru
harus lebih banyak melihat anak dari sisi positif daripada sisi negatifnya.
8. Program bimbingan dilaksanakan secara bersama.
Program bimbingan akan dapat terlaksana sangat efektif jika diupayakan melalui kerja sama
yang baik antar guru, siswa, orang tua siswa, tenaga administratif dan sumber-sumber daya yang
ada di masyarakat sekitar.

3. Jelaskan pengertian dan indikator kompetensi guru SD !


Jawaban :
Pengertian dan indikator kompetensi guru SD
- Pengertian Kompetensi guru SD
Artinya :
Kompetensi dapat disamakan dengan suatu tindakan cerdas dan bertanggungjawab yang
ditunjukkan oleh seseorang sebagai bukti bahwa ia memang kompeten dalam bidang tersebut.
Tindakan cerdas dan bertanggungjawab tersebut hanya dapat ditunjukkan oleh seseorang jika ia
memiliki ilmu atau pengetahuan yang mantap, keterampilan yang memadai serta sikap yang
memungkinkan ia menunjukkan tindakan tersebut secara cerdas.
- Indikator kompetensi guru SD
Artinya :
Pendidikan berbasis kompetensi menggunakan penguasaan kompetensi sebagai indikator
bahwa seorang calon guru.guru telah menguasai kompetensi yang dipersyarakan.
Pada dasarnya, asesmen penguasaan kompetensi dipilih sesuai dengan hakikat kompetensi.
Untuk kompetensi yang bearada pada kawasan kognitif atau penguasaan akademik, asesmennya
dapat dilakan dengan tes, baik berupa tes objektif atau uraian. Kompetensi yang bersifat
keterampilan, seperti dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunkasi dalam pembelajaran
atua dapat berkomunikasi lisan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, pada dasarnya
diases melalui pengamatan peragaan unju kerja, sedangkan penguasan nilai dan sikap dapat diases
melalui pengamatan dalam situasi sebenarnya (otenti). Artinya situasi yang diamati bukan situasi
buatan atau situasi simulasi, tetapi benar-benar situasi yang asli, seperti kedisiplinan, tanggungj
jawab, bekerja sama diamati dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Selanjutnya, unjuk kerja
profesional, seperti kemampuan mengajar harus diases melalui pengamatan yang menggunakan
instrumen yang menuntu penggunaannya mempunyai kemampuan tinggi dalam mengambil
keputusan. Instrumen tersebut mungkin sudah anda kenal yaitu Alat Penilaian Kemampuan Guru
(APKG).

4. Jelaskan prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan kurikulum !


Jawaban :
a. Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip relevansi ada dua jenis yaitu relevansi
eksternal (eksternal relevance) dan relevansi internal. (internal relevance) artinya bahwa
kurikulum itu harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik tuntutan dan
kebutuhan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang di prediksi pada masa
yang akan datang. Intinya, bahwa kurikulum itu harus bisa menyiapkan program belajar bagi
anak untuk menyiapkan anak agar bisa memenuhi harapan dan situasi kebutuhan dan kondisi
kehidupan masyarakat tempat dimana ia berada. Agar kurikulum bisa memenuhi konsep
relevansi eksternal, seorang pengembang kurikulum harus memiliki pengetahuan dan wawasan
tentang kehidupan masyarakat pada masa kini dan masa datang.
Sedangkan relevansi eksternal (eksternal relevance) yaitu kesesuaian antar komponen
kurikulum itu sendiri. Kurikulum merupakan suatu sistem yang di bangun oleh sub sistem atau
komponen tujuan, isi, metode, dan evaluasi yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu,
belajar dan kemampuan siswa. Suatu kurikulum yang baik adalah yang memenuhi syarat
relevansi internal, yaitua danya koherensi dan konsistensi antar komponennya. Ketidak sesuaian
antar komponen-komponen ini akan menyebabkan kurikulum tidak akan bisa mencapai
tujuannya secara optimal. Implikasi dari prinsip ini yaitu seorang pengembang kurikulum harus
bisa paham betul tentang jenis dan hakikat dari tujuan kurikulum, isi kurikulum, metode
pembelajaran, dan sistem evaluasi.
b. Prinsip Fleksibel
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur, tidak kaku, terutama dalam
hal pelaksanaannya. Pada dasarnya kurikulum didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu
sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Meskipun demikian dalam hal strategi yang
didalamnya mencakup metode atau teknik, kurikulum harus fleksibel. Dalam kurikulum harus
terdapat suatu sistem tertentu yang mampu memberikan alternatif dalam pencapaian tujuannya
melalui berbagai metode atau cara-cara tertentu yag sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu,
tempat dimana kurikulum di terapkan.
c. Prinsip Berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan ini meliputi sinambung antar kelas maupun sinambung antar
jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan atau belajar siswa bisa maju
secara sistematis, pendidikan pada kelas atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar dan
dilanjutkan pada kelas dan jenjang yang ada di atasnya.
Dengan demikian akan terhindar dari tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat awal
siswa (prerequisite) untruk mengikuti pendidikan pada kelas atau jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, juga terhindar dari adanya pengulangan-pengulangan program dan aktivitas belajar yang
tidak perlu (negatively over laping) yang bisa menimbulkan pemborosan waktu, tenaga, dan
dana. Untuk itu, perlu adanya kerjasama diantara para pengembang kurikulum dari berbagai
kelas dan jenjang pendidikan.
d. Prinsip Praktis atau Efisiensi
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan prinsip praktis dan mudah diterapkan
di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktek pendidikan sesuai dengan situasi
dan kondisi tertentu. Oleh karena itu dalam proses pengembangan kurikulum, para pengembang
kurikulum harus memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi tempat dimana kurikulum itu
akan digunakan, meskipun gambaran situasi dan kondisi situasi tempat itu tidak detail betul akan
tetapi paling tidak gambaran umumnya harus diketahui. Pengetahuan akan tempat ini akan
memandu pengembang kurikulum untuk mendesain kurikulum yang memenuhi prinsip praktis,
memungkinkan untuk diterapkan.
Salah satu kriterianya praktis itu adalah efisien, tidak mahal. Hal ini mengingat sumber
daya pendidikan, personil, dana, fasilitas, keberadaannya terbatas. Meskipun harus memenuhi
prinsip murah tetapi tidak diterjemahkan sesuatu yang murahan, akan tetapi merujuk pada
pengertian bahwa kurikulum itu harus dikembangkan secara efisien, tidak boros, sesuai dengan
tingkat kemampuan yang dimiliki. Ini menyiratkan bahwa akan terdapat keragaman tingkat
kemampuan di berbagai daerah dan sekolah penyelenggara pendidikan yang sifatnya relatif.
e. Prinsip Efektivitas
Prinsip ini merujuk pada pengertian bahwa kurikulum itu selalu berorientasi pada tujuan
tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum bisa dikatakan adalah instrumen untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu jenis dan karakteristik tujuan yang ingin dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan
akan mengarah dalam pemilihan dan penentuan isi, metode dan sistem evaluasi serta model
konsep kurikulum yang akan digunakan. Disamping itu juga mengarahkan dan memudahkan
dalam implementasi kurikulum.
Masih dalam kaitannya dengan prinsip – prinsip umum pengembangan kurikulum, (Oliva
1992:31-45 dalam Komaruddin dan Kurniawan 2011:69-70) mengajukan sepuluh prinsip yang
disebutnya Axiom, untuk mewadahi keberagaman karakteristik tipe prinsip pengembangan
kurikulum diatas. Adapun kesepuluh prinsip (axioms) pengembangan kurikulum yang diajukan
oliva yaitu:
 Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan bahkan diperlukan
 Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan
 Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat secara bersamaan bahkan tumpang tindih
dengan kurikulum yang terjadi masa kini
 Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat dan jika ada perubahan pada
orang-orang atau masyarakat
 Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok
 Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari sekian
alternatif yang ada
 Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir
 Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan secara komprehensif, bukan aktifitas
bagian per bagian yang terpisah
 Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan mengikuti suatu proses
yang sistematis
 Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada.
5. Jelaskan aspek-aspek yang harus tercantum dalam struktur dan muatan kurikulum !
Jawaban :
Aspek-aspek yang harus tercantum dalam struktur dan muatan kurikulum, antara lain:
a. Mata Pelajaran
Dalam bagian ini dicantumkan mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-
masing mata pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum SD yang tercantum dalam Standar Isi.
b. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya
tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Muatan lokal dalam KTSP
meliputi Bahasa Daerah dan Bahasa Inggris yang merupakan muatan lokal wajib serta muatan
lokal pertanian yang tidak diwajibkan.
c. Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral
dari kurikulum sekolah/Madrasah yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling dan
kegiatan ekstrakurikuler. Tujuan umum pengembangan diri adalah untuk memberi kesempatan
peserta didik mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, kondisi, dan perkembangan peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Tujuan
khusus pengembangan diri adalah untuk menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan,
kemampuan kehidupan beragama, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan
perencanaan karier, kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian.
Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan
terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik
dan tenaga kependidikan di sekolah/Madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik.
d. Pengaturan Beban Belajar
Beban belajar di struktur kurikulum 2013 SD atau MI merupakan keseluruhan kegiatan yang
harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran. Adapun
rincian beban belajar di SD/MI sebagai berikut:
1. Beban belajar di SD/MI dinyatakan dalam jumlah jam pelajaran per minggu.
a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 30 jam pelajaran.
b. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 32 jam pelajaran.
c. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 34 jam pelajaran.
d. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 36 jam pelajaran.
2. Kelas I, II, III, IV, dan V dengan beban belajar dalam satu semester paling sedikit 18 minggu
minggu efektif.
3. Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu minggu efektif.
4. Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit 14 minggu minggu efektif
e. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar adalah tingkat ketercapaian kompetensi setelah peserta didik
mengikuti kegiatan pembelajaran. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah batas minimal
pencapaian kompetensi pada setiap aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh
peserta didik. KKM ditentukan melalui analisis tiga hal, yaitu tingkat kerumitan (kompleksitas),
tingkat kemampuan rata-rata siswa, dan tingkat kemampuan sumber daya dukung sekolah.
Yang menentukan KKM ? Kesempatan kelompok guru mata pembelajaran berdasarkan
hasil analisis SWOT satuan pendidikan yang bersangkutan. Kriteria ketuntasan minimal ideal
adalah 75%. Sekolah boleh menetapkan kriteria ketuntasan minimal lebih rendah atau lebih
tinggi dari 75% dengan memperhatikan/mempertimbangkan tingkat kerumitan (kompleksitas),
tingkat kemampuan rata-rata siswa, dan tingkat kemampuan sumberdaya dukung sekolah.
f. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Kriteria kenaikan kelas, yaitu :
 Tuntas pada seluruh SK dan KD sesuai dengan KTSP
 Peserta didik harus mengulang di kelas yang sama bila tidak menuntaskan SK dan KD lebih
dari empat mata pelajaran.
 Ketika mengulang di kelas yang sama, nilai peserta didik untuk semua standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang ketuntasan belajar minimumnya sudah dicapai, minimal sama
dengan yang dicapai pada tahun sebelumnya.
 Jika karena alasan yang kuat, misalnya karena gangguan kesehatan fisik, emosi atau mental
sehingga tidak mungkin berhasil, peserta didik yang bersangkutan dibantu mencapai
kompetensi yang ditargetkan.
Kriteria kelulusan peserta didik dapat dinyatakan lulus apabila yang bersangkutan :
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 pasal 72 ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah :
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
2. Memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran.
3. Lulus ujian akhir sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknoligi.
4. Lulus ujian akhir sekolah berstandar nasional sesuai dengan peraturan menteri pendidikan
nasional yang berlaku.
g. Pendidikan Kecakapan Hidup
Kecakapan hidup (life skills) adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian
secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasinya. Tujuan umum pendidikan kecakapan hidup adalah memfungsikan pendidikan
sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi
perannya di masa mendatang secara menyeluruh.
Macam-macam kecakapan hidup yang dikembangkan, yaitu :
- Kecakapan personal, meliputi : Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berpikir rasional, memahami diri sendiri, percaya diri, bertanggung jawab, menghargai dan
menilai diri.
- Kecakapan sosial, meliputi : Kecakapan kerjasama, menunjukan tanggung jawab sosial,
mengendalikan emosi, berinteraksi dalam budaya lokal dan global, berinteraksi dalam
masyarakat, meningkatkan potensi fisik, membudayakan sikap disiplin, membudayakan sikap
hidup sehat.
- Kecakapan akademik, meliputi : Menguasai pengetahuan, menggunakan metode dan penelitian
ilmiah, bersikap ilmiah, mengembangkan kapasitas sosial untuk belajar sepanjang hayat,
mengembangkan berpikir strategis, berkomunikasi secara ilmiah, memperoleh kompetensi lanjut
akan ilmu pengetahuan dan teknologi, membudayakan berpikir dan berperilaku ilmiah secara
mandiri, menggunakan teknologi, menggunakan pengetahuan, dan nilai-nilai untuk mengambil
keputusan yang tepat.
- Kecakapan vokasional, meliputi : Keterampilan yang berkaitan dengan kejujuran (misalnya
menjahit, bertani, beternak, dan otomotif), keterampilan bekerja, keterampilan berwirausaha,
keterampilan menguasai teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keterampilan merangkai
alat. Upaya mengimplementasikan pendidikan kecakapan hidup di sekolah yaitu pendidikan
kecakapan hidup diintegrasikan ke dalam beragam mata pelajaran yang ada di tingkat satuan
pendidikan. Misalnya, dalam pembelajaran matematika tidak konsep-konsep matematika yang
diajarkan, akan tetapi juga kecakapan lainnya seperti bekerjasama dan berkomunikasi.
h. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan
keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa,
teknologi, ekologi, dan lain-lain, yang bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik
agar mampu bersaing di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Pendidikan berbasis
keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga dapat
menjadi mata pelajaran muatan lokal. Satuan pendidikan dapat dimasukan potensi lokal untuk
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tertentu sebagai sumber belajar.
Contoh pendidikan berbasis keunggulan lokal : Potensi lokal daerah Jepara, sebagai
produsen ukiran kayu, dapat dijadikan sumber belajar pada mata pelajaran seni budaya (seni
rupa), IPS (kegiatan ekonomi, sosial budaya/hubungan motif ukiran dengan sejarah),
keterampilan pada aspek kerajinan.
Contoh pendidikan berbasis keunggulan global : Perkembangan teknologi dengan
tersedianya layanan internet yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk semua mata
pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai