Anda di halaman 1dari 38

MENGGALI DIALOG IMAN UNTUK PEMBELAJARAN

BANGUN DATAR PERSEGI

DISUSUN OLEH:
PUTRI RAHMA SARI NIM:
204127

DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI


AKADEMI GURU AL-FATIH
DEPOK
2020
MENGGALI DIALOG IMAN UNTUK PEMBELAJARAN
BANGUN DATAR PERSEGI

TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program Beasiswa Akademi Guru Al Fatih Depok

DISUSUN OLEH:
PUTRI RAHMA SARI NIM:
204127

DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI


AKADEMI GURU AL-FATIH
DEPOK
2020
PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber yang
dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Putri Rahma Sari


NIM : 204127
Tanggal : 9 Januari 2020

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan saya


ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Depok, 9 Januari 2020


Yang menyatakan,

Putri Rahma Sari

ii
PENGESAHAN

Tugas Akhir diajukan oleh :


Nama : Putri Rahma Sari
NIM : 204127
Judul Tugas Akhir : Menggali Dialog Iman Untuk Pembelajaran Bangun Datar
Persegi

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dosen Pembimbing dan Penguji


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan program
Pendidikan Guru di Akademi Guru Al Fatih Depok.

Muhammad Bagus Abdillah Muhammad Ilham Sembodo

Mudir Akademi Guru Al-Fatih Dosen Pembimbing

iii
ABSTRAK
Putri Rahma Sari
204127

Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana diaog iman dapat di


aplikasikan dalam pembelajaran bangun datar persegi. Bangun datar persegi
merupakan ilmu geometri pertama yang diajarkan kepada anak-anak. Untuk itu
perlunya dialog iman ini diberikan kepada anak-anak agar menambah kecerdasan
dan lebih meningkatkan keimanan anak-anak kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Aplikasi pembelajaran bangun datar persegi pada umumnya hanya mengajarkan
rumus-rumus yang sudah ada, sehingga anak-anak hanya terpaku pada rumus.
Peneliti menggali dialog iman tersebut dengan membaca beberapa sumber bacaan
sehingga bisa menyimpulkan dalam sebuah dialog. Dialog iman yang peneliti gali
pada penelitian ini dengan mengkaitkan bangunan-bangunan yang ada disekitar
anak-anak dan mengaitkannya kepada kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala.
Peneliti juga menjelaskan bangunan-bangunan yang pernah ada pada zaman
kejayaan Islam. Penerapan dialog iman ini dapat digali oleh setiap guru.

Kata Kunci : Dialog Iman, Bangun Datar Persegi

KATA PENGANTAR

iv
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karuniaNya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Sholawat serta salam
kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, keluarga sahabat dan
seluruh pengikutnya sampai hari akhir. Terima kasih peneliti ucapkan kepada

1. Waalid Ilham selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran
dan arahan yang sangat bermanfaat

2. Ustadz Bagus selaku Mudir Akademi Guru Al-Fatih yang mengoreksi


penelitian ini sehingga bisa menjadi lebih baik

3. Bapak Syamsu Anhar dan Ibu Rosmiati selaku Orang Tua yang telah
memberikan dukungan sehingga penelitian ini bisa diselesaikan

4. Teman-teman Akademi Guru Al Fatih angkatan 4

Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian yang tertulis di dalam tugas akhir
ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat umum dan Kuttab Al-Fatih.

Depok, 9 Januari 2020


Peneliti

Putri Rahma Sari

DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

v
I.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
I.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
I.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
II.1 Dialog Iman .............................................................................................. 6

II.2 Ilmu Geometri (Bangun Datar Persegi) .................................................. 10


BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 17
III.1 Metode Penelitian ................................................................................... 17
III.2 Teknik Pengumpulan data ...................................................................... 17

III.3 Teknik Analisis Data .............................................................................. 18


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 19

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 26


V.1. Kesimpulan ............................................................................................. 26
V.2. Saran ....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 28

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 15
Gambar 2 16
Gambar 3 16

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kondisi makanan dan minuman yang kita temui sekarang banyak yang
sudah instan. Tanpa kita bersusah payah mendapatkannya makanan dan minuman
itu mudah untuk kita jumpai. Seperti kita meminum sebuah kopi yang sudah ada
di dalam suatu kemasan. Tentu akan mudah untuk kita seduh karena tinggal
dibuka bungkusnya, setelah itu dimasukkan ke gelas dan diseduh menggunakan
air panas. Tanpa perlu memahami karakter kopi, setiap orang bisa menghidangkan
kopi yang cukup enak dilidahnya masih-masing karena bahannya instan. Tetapi,
apakah kopi instan ini akan sama rasanya dengan kopi yang diracik secara khusus
oleh koki berpengalaman? Tentu memiliki hasil yang sangat berbeda. Perbedaan
itu bisa kita lihat dari segi nilai dan harganya juga.

Pembicaraan tentang kopi ini kita kaitkan dengan sebuah kecerdasan.


Bahwasannya tidak ada kecerdasan yang instan. Seorang guru atau orangtua
mungkin bisa membuat seorang anak tiba-tiba tampak hebat karena dapat menulis,
menggambar, serta berhitung. Tetapi kehebatan yang mereka miliki itu tidak
mempunyai pilar. Hasil kehebatan itu tidak membuat seorang anak mampu untuk
memahami, memikirkan, dan mengembangkan sebuah konsep yang sudah
diajarkan.

Mari kita lihat perjalanan seorang jenius besar yang pernah lahir di muka
bumi. Kisah ini diceritakan oleh Muhammad Fauzil Adhim dalam bukunya
Segenggam Iman Anak Kita. Namanya William James Sadis. Bapaknya Profesor
Boris Sodis yang dia yakin bahwa pembiasaan merupakan kunci terpenting
pendidikan. Sejak usia enam bulan, ayahnya telah mengajarkan kepadanya
hurufhuruf sesuai abjad. Sesudah itu mengajarkan ilmu bumi, ilmu ukur, ilmu
tubuh manusia, dan bahasa Yunani. Hasilnya usia lima tahun Willian James telah
mampu menuyusun karya ilmiah tentang anatomi. Kejeniusan berkembang
2

sehingga pada usia sebelas tahun ia telah menjadi mahasiswa di Harvard


University dan pada usia 14 tahun telah mampu memberi kuliah.1

Mungkin, membaca cerita di atas membuat sebagian orang terkagum. Dan


ada juga sebagian orangtua yang menginginkan anaknya seperti itu. Karena
William mempunyai kecerdasan yang luar biasa. Tetapi apa yang terjadi setelah
itu? Ia tidak bisa mengendalikan kecerdasannya dengan kemampuan mengelola
diri sehingga kecerdasan yang ia miliki itu tidak cukup membuat ia bahagia. Ia
melarikan diri dari lingkungannya. Ia memilih menjadi sebuah kuli cuci piring di
sebuah restoran karena kecerdasan itu tidak dapat membuatnya bahagia sehingga
ia tidak bisa mengendalikan dirinya.

Mari kita lihat bagaimana kondisi anak-anak sekarang belajar. Pelajaran


yang mereka dapatkan di sekolah membuat mereka hanya menjadi cerdas secara
instan. Anak-anak hanya diberikan materi dan dituntut untuk menghafalkan
rumus-rumus yang sudah tertera dalam buku tersebut sehingga banyak kita temui
anak-anak yang memenangkan lomba olimpiade matematika tapi dia tidak tahu
ilmu itu untuk apa dia gunakan. Beginilah potret pendidikan yang sedang terjadi di
kita. Anak hanya dituntut untuk menjadi pintar tetapi mereka tidak memahami apa
yang mereka pelajari.

Kita akan mencoba melihat sebuah kisah dari sudut pandang lain. Abdullah
bin Umar Bani’mah, seorang ustadz di Jeddah yang tidak mampu menggerakan
anggota badannnya dengan baik. Ia lumpuh, lehernya patah sehingga menggeleng
pun luar biasa sulitnya, suara beliau juga tidak lantang serta duduk di kursi roda.
Dibalik ringkihnya tubuh beliau, Allah subhanahu wa taala memberikan kekuatan
yang sangat besar untuk beliau, yaitu banyak orang yang terinspirasi setelah
mendengar ceramahnya, bukan karena gaya bicaranya yang memukau, tetapi
katakatanya berpengaruh karena kekuatan jiwa yang menuturkannya.2

Pembahasan yang beliau sampaikan isinya padat, penyampaian lugas, gaya


bicaranya datar, dan tidak menggunakan trik-trik komunikasi yang memikat.

1 Mohammad Fauzil Adhim. Segenggam Iman Anak Kita. Yogyakarta: Pro-U


Media, 2013, hlm 190-191.
2 Mohammad Fauzil Adhim. Segenggam Iman Anak Kita, hlm 214-215.
3

Meskipun demikian Allah jadikan pembicaraannya sebagai perantara turunnya


hidayah kepada ribuan jiwa manusia. Allah Ta’ala karuniakan kepadanya
kekuatan berbicara yang berbobot dan menggetarkan.

Beliau berhasil melakukan hal-hal besar bukan karena memiliki kemampuan


yang sangat besar, tetapi karena besarnya penghargaan beliau terhadap hidup
sehingga menjaganya dengan hati-hati agar dapat mempertanggungjawabkan di
hadapan Allah subhanhu wa taala di hari akhir nanti. Ia menjaga nilai hidupnya
dengan melakukan hal-hal yang memberi manfaat dan bersungguh-sungguh
menjalaninya.

Mari kita lihat sejarah! Apa yang terjadi pada para sahabat radiyallahu
anhu? Dan para budak yang dulunya tak berdaya. Mereka datang menghadap raja
berbicara dengan penguasa negeri dengan langkah tegap dan kepala tegak. Mereka
memiliki harga diri yang tinggi dan kepercayaan diri yang sangat kuat.
Sepeninggal Rasulullah, para bekas budak itu telah menjadi orang-orang yang
terhormat yang kata-katanya didengar dan nasihatnya dinanti. Apa yang telah
merubah mereka? Iman. Perubahan yang menjadikan mereka berdiri sama tegak
dan berbicara sama tegas. Bukan karena sombong tetapi karena mereka memiliki
izzah (harga diri) dan iffah (kendali diri yang kuat).

Keimanan mereka kepada Allah telah mengubah cara pandang mereka


tentang manusia sehingga mereka tidak rendah diri karena kekurangan dan tidak
sombong karena kelebihannya. Mereka menempatkan kelebihannya sebagai bukti
kesempurnaan ciptaan-Nya yang harus dipertanggungjawabkan.

Memberikan dialog iman kepada anak sangat bagus untuk diterapkan.


Karena dialog iman membuat anak-anak mengembangkan apa yang dia dapatkan
dan mengaitkannya kepada Allah subhanahu wa taala. Metode pengajaran
melalui dialog ini sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Nabi kita, yaitu Nabi
Muhammad shalallahu alaihi wa salam. Terbukti dengan dialog iman itu para
sahabat menjadikan Allah subhanahu wa taala sebagai tujuan utamanya untuk
melakukan hal yang ada di dunia ini.

Ilmu Geometri berkaitan dengan bangun ruang dan bangun datar. Pada usia
sekolah dasar pembelajaran yang sering disampaikan oleh guru adalah bangun
datar. Peneliti memilih topik bangun datar ini karena bangun datar merupakan
sebuah pondasi untuk membangun sebuah bangunan sehingga jika dikaitkan ke
dalam dialog iman lebih membekas di hati anak-anak, dan pembelajaran bangun
4

datar ini merupakan ilmu geometri pertama yang dikenalkan ke anak-anak.


Sehingga harapannya, dialog iman yang digali dalam pembelajaran bangun datar
ini dapat membuat anak-anak semakin dekat dengan Allah subhanhu wa ta’ala.

Dalam dunia pendidikan dialog iman ini sudah dilakukan oleh sebuah
lembaga pendidikan yang bernama Kuttab Al Fatih. Sesuai dengan visinya Kuttab
Al Fatih mengajarkan adab sebelum ilmu dan mengajarkan iman sebelum Al
Quran. Terbukti dengan menanamkan iman kepada anak-anak dapat
meningkatkan keimanan dan kecerdasan kepada anak.

Dari penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk “Menggali Dialog Iman
untuk Pembelajaran Bangun Datar Persegi”. Karena tidak menutup kemungkinan
bahwa dialog iman juga bisa diterapkan pada pembelajaran bangun datar.

I.2 Rumusan Masalah


a. Mengapa dialog iman perlu digali dalam pembelajaran bangun datar
persegi?

b. Apa saja dialog iman yang bisa digali pada pembelajaran bangun datar
persegi?

I.3 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui mengapa dialog iman perlu di gali dalam pembelajaran
bangun datar persegi

b. Mengetahui dialog iman apa saja yang bisa digali pada pembelajaran
bangun datar persegi

I.4 Manfaat Penelitian


a. Untuk Masyarakat Umum
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada
masyarakat bahwa memberikan dialog iman kepada anak-anak ketika
belajar sangat bagus untuk diterapkan karena dapat meningkatkan
kecerdasan anak. Dialog iman juga dapat digunakan dalam pembelajaran
lain, yaitu untuk memahami pembelajaran bangun datar persegi.

b. Untuk Kuttab Al fatih


5

Memberikan sedikit gambaran tentang dialog iman yang dapat


digunakan untuk pembelajaran bangun datar persegi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dialog Iman


Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa dialog itu
merupakan percakapan, sedangkan iman itu sendiri berkaitan dengan keyakinan
kita kepada sesuatu hal. Dalam sebuah tulisan yang disampaikan oleh salah satu
Ustadzah yang berperan aktif di Parenting Nabawiyah Al Fatih, yaitu Ustadzah
Popy, beliau menyebutkan bahwa dialog iman adalah dialog satu orang dengan
yang lainnya, yang InsyaAllah akan meningkatkan keimanan seseorang. Dalam
hal ini dialog iman yang dapat kita contoh mengacu kepada guru kita yakni Nabi
Muhammad Shallallahuhu Alaihi wa Salam. Bagaimana Rasulullah
berkomunikasi dengan para sahabatnya sehingga memunculkan dialog iman yang
membuat para sahabat bertambah keimanannya kepada Allah subhnahu wa taala.
Berikut peneliti sajikan beberapa komunikasi/ dialog yang dilakukan oleh
Rasulullah yang sudah dirangkum oleh Ustadzah Popy dalam tulisan yang ada di
halaman facebooknya. Dialog yang disajikan disesuaikan dengan umrunya
sehingga kita dapat menggali dialog iman sesuai dengan tingkatan umurnya.

a. Belajar dari Komunikasi Rasulullah Shallallahuhu Alaihi wa Salam dengan


Hasan bin Ali (cucu Rasulullah usia < lima tahun)

Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahuhu Alaihi wa Salam


kedatangan kurma sedekah. Beliau pun membaginya kemudian menggendong
Hasan di pundaknya. Air liur Hasan mengalir mengenai pundak Rasulullah
Shallallahuhu Alaihi wa Salam. Beliau menoleh dan melihat Hasan sedang
mengulum kurma. Rasulullah Shallallahuhu Alaihi wa Salam kemudian
menggerak-gerakkan pipi Hasan dan berkata, buang nak. Tidakkah kamu tahu
bahwa keluarga Muhammad tidak memakan sedekah.

Dialog lainnya
Dari Rafi bin Amr al Ghifari berkata, dulu waktu aku masih usia anak-anak
melempari pohon kurma milik orang-orang Anshar. Hal ini diadukan pada
Rasulullah Shallallahuhu Alaihi wa Salam. Ada anak kecil yang melempari pohon
7

6
kurma kami. Rasulullah bertanya, nak mengapa kamu melempari pohon kurma?
Aku menjawab untuk dimakan. Rasulullah Shallallahuhu Alaihi wa Salam berkata
lagi, jangan kamu lempari pohon kurma itu. Makanlah apa yang jatuh di bawah.
Kemudian Beliau mengusap kepalaku dan mendoakanku, ya Allah kenyangkanlah
perutnya (HR Ahmad no. 19453).

Fokus dialog iman yang ditujukan untuk usia sampai dengan lima tahun :
(1) Tegas dalam hal konsumsi halal-haram. Bila sudah terlanjur dikonsumsi,
dikeluarkan

(2) Larangan disertai tindakan nyata penghentian. Tidak sekedar bicara.


Pastikan anak paham apa yang kita bicarakan. Anak pada tahapan usia ini
akan langsung menuruti yang diucapkan

(3) Larangan dan anjuran disampaikan seimbang


(4) Islam mengajarkan adab makan : duduk, gunakan tangan kanan, makan
apa yang ada di dekatmu

(5) Anak mulai usia tiga tahun sudah sangat bisa dikondisikan duduk tenang
dalam majelis ilmu, caranya dengan pembiasaan dan konsistensi.

b. Belajar dari Komunikasi Rasulullah Shallallahuhu Alaihi wa Salam dengan


Fadhl bin Abbas (Usia 10 tahun)

Fadhl bin Abbas membonceng Rasulullah Shallallahuhu Alaihi wa Salam


pada hari Arafah. Fadhl saat itu masih sangat muda, memandang dan mengawasi
para wanita di Arafah. Maka Rasulullah Shallallahuhu Alaihi wa Salam
berkalikali menggerakkan tangannya untuk memalingkan wajah Fadhl. Namun
Fadhl berkali-kali memandang mereka lagi. Maka Rasulullah Shallallahuhu
Alaihi wa Salam berkata, wahai saudaraku, pada hari ini barangsiapa mampu
mengendalikan pendengaran, penglihatan, dan lisannya, maka niscaya ia akan
diampuni Allah

Subhanahu wa ta’ala (HR Ahmad, Ibnu Sa’ad, Abu Ya’la, Ibnu Khuzaimah,
AthThabarani dan Al-Baihaqi).

c. Belajar dari Komunikasi Rasulullah Shallallahuhu Alaihi wa Salam dengan


Abdullah bin Abbas (Usia 13 tahun)
8

Abdullah bin Abbas sangat suka dibonceng Rasulullah Shallallahuhu Alaihi


wa Salam dan mendengarkan dialog iman dengan Beliau. Rasulullah
Shallallahuhu Alaihi wa Salam mengajarkan beberapa kalimat : Jagalah Allah
maka Dia akan menjagamu; Kenali Allah dalam keadaan lapang-Dia akan
mengenalimu dalam keadaan sempit; Jika kamu minta, mintakan kepada Allah;
Ketahuilah sesungguhnya dalam kesabaran terhadap hal yang tidak kamu sukai
ada banyak sekali kebaikan; Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
(HR Ahmad & Tirmidzi, dia berkata Hasan shahih). Dialog Iman yang Ditujukan
untuk Usia Baligh

(1) Ketika anak sudah mendekati usia baligh (kira-kira mulai usia 10 tahun),
perbanyaklah pergi berdua saja. Anak lelaki dengan ayahnya, anak
perempuan dengan ibunya. Luangkan waktu bergantian, waktu khusus
untuk setiap anak

(2) Mengajari anak secara bertahap agar anak bisa mengukur dan
menerimanya dengan senang

(3) Anak-anak saat dalam perjalanan moodnya baik, sehingga kondusif untuk
disampaikan dialog yang bermanfaat dan mendidik, menanamkan adab,
dan tauhid

(4) Pertimbangkan dialog/trik cerdas agar anak keluar dari kerumunan/


pergaulan yang tidak baik

(5) Bila anak sudah meminta maaf dan mengakui kesalahannya, maka
berbesar hatilah berkata semoga Allah merahmatimu, nak. Terima,
doakan, dan jangan diungkit lagi.

Kunci dari semua dialog dalam hadist-hadist di atas adalah Rasulullah


Shallallahuhu Alaihi wa Salam selalu menyentuh pihak yang sedang
dinasihatinya. Entah itu memegang pundak, mengusap kepala dan lain sebagainya.
Sebagai kunci kasih sayang, ini bisa kita adopsi. Anak-anak tidak sekedar ingat
nasihat kita, tetapi juga sentuhan kita. Ini menunjukkan kasih sayang kita melalui
sentuhan.

Pelajaran lain yang bisa kita ambil adalah, lelaki (dalam hal ini ayah) secara
logika lebih mampu menyusun kata-katanya, lebih tegas dalam menasihati.
Kemudian, orang yang akan kita nasihati harus mempunyai kedekatan personal
dengan kita. Tidak sembarang menasihati orang, apalagi di ruang publik. Bila kita
9

tidak mengenalnya dekat, maka dapat meminta tolong kepada orang lain yang
dekat dengan yang bersangkutan.

Penerapan metode dialog iman dapat dilakukan dengan cara mengaitkan setiap
kegiatan dengan keberadaan Allah. Contoh lain dialog iman bisa kita lihat pada
pembahasan yang disampaikan oleh Adnan Hasan Shalih Baharist. Beliau
mengkaitkan sebuah jeruk dengan sebuah dilaog iman.

“Anakku, jeruk ini dari Allah! kata Ayah sambil menunjuk ke langit. Apabila anak
tidak bertanya lebih lanjut misalnya “Bagaimana jeruk itu berasal dari Allah?”
atau “Apakah Allah memberikannya kepada Ayah?” Maka Ayah cukup
mengatakan bahwa jeruk itu berasal dari Allah. Ketika Ayah mengatakan atau
membiasakan bahwa segala sesuatu yang diberikan kepada anak itu berasal dari
Allah, maka pada saat itu pula ingatan anak akan merekam ungkapan itu. Bila hal
ini sudah dibiasakan, maka makna-makna tersebut akan terpatri dalam jiwa anak.

Untuk menghadapi anak yang sudah sangat besar, atau anak yang cerdas dan
kritis, yang selalu berupaya ingin mengetahui bagaimana asal mulanya jeruk itu
sampai ditangannya, maka ayah perlu menjelaskan dengan penjelasan yang logis
dan mudah diterima oleh anak. Ketika Ayah menjelaskan proses tersebut, ayah
harus mengedepankan dan menujukkan kekuasaan, kelembutan, dan kasih sayang
Allah Azza wa Jalla, di balik proses tersebut.

Secara rinci ayah dapat menjelaskan tentang asal-usul buah jeruk itu. Ayah
menjelaskan bahwa jeruk itu berasal dari biji jeruk yang tidak berharga. Kemudian
petani menabur benih itu dengan air yang diturunkan oleh Allah dari langit. Atas
perintah Allah, setiap hari matahari menyinarinya dan mendorongnya untuk
tumbuh menjadi pohon kecil, dan kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar.
Setelah itu muncullah bertangkai-tangkai bunga jeruk. Beberapa diantaranya
tumbuh menjadi buah, akan tetapi beberapa diantaranya ada juga yang jatuh
sebelum menjadi buah. Akhirnya buah itu masak. Petani memetik buah itu dari
pohonnya, lalu mencucinya, dan menyimpan buah-buah itu dalam peti. Petani
membawa buah itu ke pasar untuk dijual. Kemudian ayah dengan rizki dari Allah
membeli jeruk itu. Nah, kini jeruk yang lezat itu ada dihadapanmu.

Kemudian untuk mengakhiri uraian itu ayah berkata:” Hai anakku, tidakkah kau
perhatikan bagaimana Allah mencintaimu? Allah telah menggerakkan hati petani
untuk menanam jeruk, menganugerahkan air, sinar matahari, dan tanah yang
10

subur. Allah juga telah memberikan rezeki kepada ayah sehingga dapat membeli
jeruk ini, membawakan untukmu, agar kau dapat menikmati kelezatannya.”3

II.2 Ilmu Geometri (Bangun Datar Persegi)


Pemahaman tentang hakikat geometri akan membantu guru dalam
mengajarkan konsep geometri, terutama memberikan pemahaman tentang peranan
hakikat konsep dalam menyampaikan struktur mengajar berhitung. Geometri
adalah studi tentang ruang dan berbagai bentuk dalam ruang. Pengetahuan tentang
geometri sangat berguna dalam kehidupan siswa. Geometri membantu kita
menyampaikan dan menguraikan tentang keteraturan dunia tempat kita hidup.
Siswa akan mengembangkan konsep-konsep geometri dengan mengamati
bentukbentuk geometri yang terdapat di sekitar mereka. Mereka belajar geometri
dengan jalan mengamati daripada dengan jalan mengadakan analisis yang
kompleks.

Pengukuran merupakan sebuah proses yang menghubungkan bilangan


dengan atribut sebuah objek atau peristiwa. Pengukuran sangat berguna bagi siswa
dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari topik-topik matematika lain.
Sebelum siswa mengatakan bilangan dengan sifat yang terdapat pada objek, siswa
perlu dibekali dengan kegiatan membanding-bandingkan satu objek lainnya.
Kegiatan membandingkan terdiri dari tiga tahap, yaitu: a) membandingkan
objekobjek yang secara perseptual berbeda, b) langsung membandingkan objek-
objek, dan c) membandingkan objek-obejk secara tidak langsung.

Mengukur secara sederhana dapat diartikan sebagai membandingkan sesuatu


dengan sesuatu yang lain. Salah satunya disebut objek yang diukur dan satunya
lagi disebut alat ukur. Alat ukur pada akhirnya berkaitan dengan satuan ukur.
Ketika seseorang mengukur panjang tongkat menggunakan pensil, maka akan
diperoleh misalnya panjang tongkat sama dengan dua kali panjang pensil. Tongkat
adalah objek yang di ukur sedangkan pensil adalah alat ukur dan pada akhirnya
menjadi satuan ukur.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengukuran yang sangat sederhana meliputi


panjang, waktu, berat, luas, volume, kecepatan, dan debit. Pengukuran panjang

3 Baharits, Adnan Hasan Shalih, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Aanak


LakiLaki, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hlm. 93-94.
11

pada saat ini sudah menggunakan satuan baku yang bersifat Internasional, yaitu
kilometer (km), hektometer (hm), dekameter (dam), meter (m), desimeter (dm),
centimeter (cm), dan milimeter (mm). Masih ada lagi satuan panjang, yaitu
mikrometer, pikometer, dan nanometer. Pengukuran luas menggunakan
satuansatuan baku untuk satuan panjang yang dipangkatkan dua (persegi),
misalnya kilometer persegi (km2), dekameter persegi (dam2), meter persegi (m2),
desimeter persegi (dm2), centimeter persegi (cm2), dan milimeter persegi (mm2).
Masih terdapat satuan luas, yaitu are (a) dengan ketentuan 1a sama dengan 1 dam 2
serta hektare dengan ketentuan 1 ha sama dengan 1 hm2 sama dengan 10000 m2.

Sebelum ditentukan satuan-satuan baku untuk pengukuran panjang,


masyarakat menggunakan satuan-satuan ukuran yang bersifat tradisional dan
kadang berlaku pada lokal tertentu. Untuk panjang dikenal satuan depa, jengkal,
atau hasta. Satuan-satuan tradisional yang tidak baku ini digunakan masyarakat
sesuai jamannya sebelum ditetapkan satuan baku.4

Al Qur’an diturunkan sekitar Abad ke-6 Masehi, yang pada saat itu belum
ditetapkan satuan-satuan baku untuk pengukuran. Dengan demikian, jika Al
Qur’an berbicara masalah pengukuran, maka satuan ukur yang digunakan adalah
satuan-satuan tradisional yang berlaku saat itu, khususnya daerah Mekkah dan
Madinah.

Salah satunya terdapat dalam Surah Al-Haqqah ayat 32


ُ ‫يف َّم ُث‬
ِ ‫س‬ِ ْ‫َلس ل‬
ِ ‫ع رْ َذ ٍة‬ َ ْ‫ك ُلسْ اَف ا ًع ا َر ِذ نَ ُوعب‬
ُ َ‫س اه‬ ُ ‫هو‬
“Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta”
Dalam ayat ini menjelaskan satuan ukuran panjang tradisional yaitu hasta.
Walaupun satuan ini tidak termasuk satuan standar Internasional. Akan tetapi
satuan ini dapat dikategorikan dalam satuan pengukuran.

4
Abdussakir M.Pd. Matematika dalam Al-Qur’an, Malang: UIN Maliki Press,
2014. hlm. 103-106

Pengetahuan mengenai geometri di dunia Islam telah berkembang pesat


pada abad pertengahan. Melalui pengetahuan geometri, berkembang arsitektur
Islam yang memiliki ciri khas yang berbeda dari arsitektur kebudayaan lainnya.
12

Arsitektur khas Islam dapat dilihat melalui bangunan-bangunan utama seperti


Masjid, Islana, Madrasah, Observatorium, Bangunan Makam serta
ornamenornamen khas yang menghiasinya.

Terkait pengembangan ilmu geometri ini, ternyata banyak kita temui ilmuan
Islam yang sudah mendalaminya sejak dahulu. Salah satunya adalah Shuja ibn
Aslam ibn Muhammad ibn Shuja, yang dikenal sebagai Abu Kamil. Made Sanjaya
dalam bukunya Matematika Geometri Abu Kamil menyebutkan bahwa Abu Kamil
dianggap sebagai pengembang ilmu al jabar kedua setelah Al Khawarizmi. Jika
Al Khawarizmi menulis al jabar dasar untuk pembaca umum, maka Abu Kamil
menulis untuk ahli matematika, artinya untuk pembaca yang akrab dengan karya
dasar matematika, seperti Kitab Element karya Euclid. Risalahnya berpengaruh
baik di bagian Timur dan bagian Barat dunia Islam saat itu. Abu Kamil secara
khusus mengikuti dan mengembangkan tiga risalah Al Khawarizmi, yaitu al jabar,
geometri praktis, dan penerapan al jabar pada pembagian waris.

Tidak terdapat referensi sumber sejarah yang terperinci menjelaskan biografi


dan fakta Abu Kamil. Para sejarawan mengungkapkan biografi para ahli
matematika dan astronomi dengan mangaitkan pada peristiwa sejarah dari
Khalifah dan Sultan yang satu zaman dengan ilmuan tersebut. Semua ahli
sejarawan kuno seperti Al Nadim dan ibn Khaldun sepakat pada nama dan asal
muasal dari Abu Kamil. Abu Kamil adalah orang Mesir dan tinggal di Al-Fustat,
yang pada saat itu adalah ibu kota negara tersebut sebelum berdirinya kota Kairo.
Melalui keahliannya dibidang matematika, khususnya dalam perhitungan

Numerik, Abu Kamil dikenal dengan sebutan “Al-Hasib” yang diambil dari kata
“hisab” (perhitungan aljabar). Ahli lainnya seperti Ibn Khaldun, memberikan
informasi tentang karya Abu Kamil yang sangat substansial tentang al jabar dan
dalam hierarki, mereka menempatkannya sebagai penerus Al Khawarizmi.

Sepanjang hidupnya, Abu Kamil Suja’ telah banyak menulis tentang ilmu
aljabar. “Al-Fihrist”, sebuah daftar buku-buku tentang matematika dan astrologi,
memuat dua buah karya berjudul “Kitab fi al-Jam wa at-Tafrik”(tentang
penambahan dan pengurangan), serta kitab “Kitab al-Khata’aya”(tentang dua
kesalahan). Kedua buku ini telah menjadi bahan diskusi yang berkepanjangan dan
sempat mengundang kerumitan dari para ahli sejak F. Woopeke mencoba
memperkenalkan “Kitab fi al-Jam wa at-Tafrik” pada tahun 1863 M dengan
menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin dengan judul“Augmentum et
13

Diminuti” yang terdapat dalam buku “Liber Augmenti Diminutionis” dan


“Histoire des Sciences Mathematiques et Italie”.
Tidak satupun karya-karya yang tersebut di dalam “Al-Fihrist” dapat
bertahan lama dalam bahasa Arab. Hampir dalam waktu singkat dapat
diterjemahkan ke berbagai bahasa. “At-Ta’arif” misalnya, telah diterjemahkan dan
dikomentari oleh H. Suter menjadi “Das Buch der Sletenheiten der Rechenkunst
von Abu Kamil Al-Misri”. Buku tersebut menawarkan penyelesaian-penyelesaian
integral terhadap persamaan-persamaan tak tentu. “At-Ta’arif” juga mempunyai
versi bahasa Hebrew yang dikerjakan oleh Mordekhai Finzi dari Montua (1460

M) yang juga menerjemahkan beberapa risalah Abu Kamil Suja’ tentang soal-soal
al jabar. Selain itu ada pula karya Abu Kamil Suja’ yang diterjemahkan oleh G.
Sachendote, meski bukan berasal dari buku aslinya yang berbahasa Arab,
melainkan lewat bahasa Spanyol.

Dalam risalahnya tentang al-Jabar, Abu Kamil Suja’ menekuni suatu bab
mengenai al jabar dengan membentuk analisis dan menyusun beberapa metode
yang halus menakjubkan. Analisis inderteminasi yang disebut dalam bagian akhir
buku Al-Khawarizmi juga berusaha ia jabarkan. Ini semua terjadi sebelum terjadi
penerjemahan Arithmetica karya Diophantes ke dalam bahasa Arab. Segera
setelah Arithmetica diintroduksikan, dilakukanlah penafsiran besar-besaran
terhadap karya Diophantes tersebut.4

II.3 Pembelajaran Luas Daerah Bangun Datar di Sekolah Dasar


Dengan mengetahui hakikat konsep matematika, maka pembelajaran bangun
datar (bangun dua dimensi) di sekolah dasar sebaiknya menggunakan objek-objek
konkret yang dapat dimanipulasi oleh siswa. Oleh karena itu, pembelajaran
bangun datar, khususnya pada materi luas daerah bangun datar juga dirancang
dapat membelajarkan siswa dalam menemukan rumus luas daerah bangun datar
tersebut.

Namun yang sering terjadi guru memberikan pengajaran yang kurang tepat.
Selama ini, guru langsung menginformasikan rumus luas bangun datar yang akan
diajarkan tersebut. Siswa jarang sekali bahkan tidak pernah diajak untuk mencari
dan menemukan sendiri rumus dari bangun datar tersebut.

4 Sanjaya W.S, Mada, Rena Denya, et al., Matematika Geometri Abu Kamil
Dalam Ktab Al-Misaha Wa Al-Handasa, Bandung: CV Bolabot, 2019, hlm. 6-8
14

Konsep luas daerah persegi merupakan konsep perhitungan luas bangun


datar awal yang diajarkan pada siswa Sekolah Dasar. Hal ini dikarenakan persegi
juga digunakan sebagai satuan luas, misalnya meter persegi (m2) atau juga
centimeter persegi (cm2). Selama ini siswa langsung diberikan rumus untuk
menghitung luas persegi, yaitu sisi yang satu dikali sisi yang lainnya (sisi x sisi).
Meskipun ini bukanlah cara yang terlampau salah, tetapi jika siswa terlebih dahulu
diperkenalkan melalui pengajaran yang bertahap untuk memperoleh rumus
tersebut, materi pengajaran tersebut akan lebih mudah diterima siswa.

Pada tahap penanaman konsep, pertama sekali siswa diingatkan kembali


tentang bangun persegi beserta ciri-cirinya, dan keterampilan dalam perkalian.
Bersama dengan guru, siswa melipat kertas sehingga terbentuk petak-petak
berbentuk persegi dalam kertas tersebut. Selanjutnya, siswa diperintahkan
membuat garis pada bekas lipatan dengan menggunakan penggaris.

Sumber: Google
Gambar 1

Hasil peragaan kemudian digambar di papan tulis. Siswa kemudian


diberikan serangkaian pertanyaan untuk menganalisis hasil peragaan tersebut
seperti; berapa jumlah persegi kecil yang terbentuk? Bagaimana cara perhitungan
jumlah persegi kecil tersebut, jika tanpa menghitung satu-satu? Guru menyajikan
gambar, dengan tujuan agar siswa tidak dapat menghitung masing-masing persegi
kecil.
15

Sumber: Google
Gambar 2

Perhitungan luas pada peragaan ini tidak dapat dilakukan dengan


penjumlahan masing-masing persegi, tetapi melalui perkalian 5 x 5 = 25 persegi.
Siswa diingatkan kembali bahwa 5 persegi sama dengan panjang sisi persegi.
Setelah itu, siswa diberikan serangkaian pertanyaan seperti; apakah 5 x 5 sama
dengan sisi x sisi? Apakah untuk mencari jumlah semua persegi kecil dilakukan
dengan cara sisi x sisi? Selanjutnya siswa ditugaskan menghitung jumlah persegi
kecil dalam persegi besar berikut dengan cara menggunakan rumus sisi x sisi dan
disingkat menjadi s x s.

Sumber: Google
Gambar 3

Pada tahap penanaman konsep, siswa diberikan serangkaian pertanyaan


dengan tingkat pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2). Berikut contoh soal yang
dapat diberikan manakah yang benar dari pernyataan berikut? (a) apabila jumlah
sisi sebanyak 4 persegi maka luasnya adalah 16 persegi, (b) apabila jumlah sisi
sebanyak 5 persegi maka luasnya adalah 10 persegi, (c) apabila jumlah sisi
sebanyak 3 persegi maka luasnya adalah 9 persegi, (d) apabila jumlah sisi
sebanyak 6 persegi maka luasnya adalah 12 persegi. Pada tahap pembinaan
keterampilan, siswa diberikan beberapa soal sebagai latihan, baik soal tertulis,
16

lisan (mencongak) dan soal cerita dengan menggunakan satuan ukuran baku
seperti cm, dm, m, dan lain-lain. Contoh soal yang dapat diberikan adalah

“panjang sisi persegi 4 cm, luas persegi ... cm2” atau “ kamar Imran berbentuk
persegi dengan panjang 3 meter. Berapakah luas kamarnya.5

5 Yuza, Arlina, “Pembelajaran Luas Daerah Bangun Datar di Sekolah Dasar”,


Menara Ilmu Vol. Xii. No.8, Juli 2018.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian


Pada karya tulis ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Karena peneliti ingin memberikan gambaran bagaimana dialog iman yang dapat
digali dalam pembelajaran bangun datar persegi. Penelitian deskriptif kualitatif
adalah penelitian yang menggambarkan atau melukiskan objek penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.6 Penelitian
deskriptif kualitatif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang
ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.7

Sumber data utama dalam penelitian ini, yaitu kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya sumber data tertulis,
foto, dan catatan tertulis adalah sumber data tambahan.

III.2 Teknik Pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pustaka (library research), simak, dan catat. Sebagai instrumen utamanya
adalah peneliti sendiri, dalam hal ini peneliti akan membaca buku, mencermati,
dan mencatat hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Adapun langkah pengumpulan data penelitian, peneliti mengacu pendapat


Rafiek yakni,
1. Membaca buku yang berkaitan dengan topik penelitian
2. Menguasai teori
3. Menganalisis data yang ditemukan secara mendalam
4. Melakukan perbaikan secara menyeluruh

6 Hadari Nawawi, H. Murni Martini. Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah


Mada University Press,cet . 2, 1966. hlm.73.

7 Mukhtar. Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif, Jakarta: GP Press Group,


2013. hlm. 28.
18

17
5. Membuat simpulan penelitian8

Pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara. Pada penelitian ini


teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara mendalam
maksudnya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang
berhubungan dengan fokus permasalahan sehingga data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian bisa terkumpul secara maksimal sedangkan subjek peneliti
dengan teknik Purposive Sampling, yakni pengambilan sampel bertujuan,
sehingga memenuhi kepentingan peneliti.

III.3 Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data kualitatif, yaitu
dengan melakukan analisis secara langsung terhadap buku-buku yang berkaitan
dengan topik peneliti.

1. Data reduction, yaitu peneliti memilih dan memilah-milah buku yang akan
dianalisis berupa kata, kalimat, atau ungkapan sesuai dengan topik yang
peneliti tulis, baik itu metode langsung dan metode tidak langsung

2. Data display, yaitu peneliti menampilkan data yang telah dipilih dan
dipilahpilah sehingga dapat membuat poin-poin penting yang akan dijadikan
sebagai acuan untuk membuat dialog iman

3. Verification, yaitu peneliti menyimpulkan hasil analisis yang sudah peneliti


cari dengan membuat sebuah dialog iman yang berkaitan dengan pembelajaran
bangun datar persegi9

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini peneliti akan menggali dialog iman yang berkaitan
dengan bangun datar persegi. Dalam penjelasan sebelumnya peneliti sudah
menjelaskan bahwasannya alasan mengambil bangun datar persegi ini adalah
karena pembelajaran ilmu geometri pertama yang diajarkan kepada anak-anak

8 Rafiek, M. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik, Bandung: Rafika Aditama,
2010. hlm. 4.
9 Mukhtar. Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif, hlm. 135.
adalah bangun datar persegi. Hal ini bertujuan untuk membuat anak-anak
memiliki keimanan yang baik ketika nantinya mempelajari ilmu geometri pada
tingkat kelas lanjutan.

Pada saat peradaban Islam ilmu geometri sangat berkembang pesat. Banyak
ilmuan Islam yang menyumbangkan karyanya dalam bidang ini. Tidak menutup
kemungkinan suatu saat nanti peradaban itu kembali sehingga generasi yang akan
datang dapat menghasilkan karya-karya yang menakjubkan. Karya-karya itu
berupa bangunan-bangunan yang megah seperti yang kita lihat pada zaman Islam
berjaya di daerah Cordovo, Mesir, Baghdad dan lainnya. Banyak kita temui
bangunan-bangunan yang megah dari hasil karya umat Muslim tentunya.

Kebanyakan para ilmuan sebelum Islam ahli dalam berbagai macam teori,
dan kebanyakan teori ini benar, bahkan mempunyai keahlian jenius. Namun
disamping itu secara umum meski teori itu benar dan mendalam sayangnya
tertutup dalam lembaran kertas dan kulit alias tidak aplikatif. Tidak ada aplikasi
nyata dalam realitas kehidupan manusia. Ketika kaum Muslimin datang, keluar
atas dasar pemakmuran bumi dan perbaikannya, para ilmuan Islam mulai
memindahkan setiap teori-teori yang benar menuju aplikasi yang membawa
manfaat untuk memenuhi kebaikan manusia.

Diantara contoh masalah ini adalah sebagaiman dilakukan oleh anak Musa
bin Syakir dengan menciptakan peralatan pengairan, alat-alat untuk mengangkut
air menuju ketinggian gunung. Begitu pula menciptakan jam yang begitu rumit.

19
20

Semua itu berpijak dari teori kuno digabungkan dengan teori yang telah
diteliti sekarang. Hingga akhirnya menjadikan semua teori tersebut membawa
manfaat bagi masyarakat, bahkan seluruh manusia, sebagai ganti dari hanya
sekedar pemikiran.10

Merupakan hal lumrah jika kaum Muslimin menerjemahkan pengetahuan


arsitek mereka dan menggunakannya dengan keahlian mereka untuk membangun
masjid, istana, serta kota-kota dan lain sebagainya. Mereka sangat memperhatikan
seluk-beluk arsitek yang tersusun rapi dan sangat mendetail. Inilah yang
disaksikan Martin Isbraikes, salah seorang orientalis yang meneliti khusus
masalah arsitektur dan ruang dalam Islam. Ia mengatakan, “Meski dunia Arab
diselimuti oleh kebodohan dalam bidang arsitektur-arsitektur Islam terlihat di
setiap negeri dan setiap zaman yang berjalan dalam dunia Islam, berikut sisa
asalusulnya yang diyakini kuat pengaruhnya dalam peradaban Islam. Di negeri
Islamlah terdapat banyak bangunan sekolah setempat yang merupakan lambang
keahlian pembuatnya.

Dari sini terlihatlah kehebatan kaum Muslimin dalam bidang Arsitektrur,


yang tak dapat diingkari kecuali oleh orang-orang yang dengki. Muhammad

Kardu Ali mengatakan. “Dunia dan kaum Muslimin di bidang arsitek telah sampai
pada titik puncak kegemilangan sebagaimana ditetapkan oleh mereka yang
mengetahuinya. Tak ada perbedaan pendapat soal ini. Dunia Arab tidak membuat
bangunan tersebut khusus untuk mereka, namun membuat arsitektur dengan
wujud kecintaan mereka akan seni keindahan dan kelembutan. Mereka
menciptakan lengkung tempat jembatan dan menggambar kerekan. Dengan
keahlian itu, mereka membuat kubah, atap, bangsal tempat berteduh dari pohon
dan bunga untuk universitas dan istana-istana yang indah yang tidak akan lekang
oleh zaman. Semua itu menunjukkan bukti atau fakta akan keunggulan kaum
Muslimin dalam bidang seni ukiran dan hiasan.

Bangunan dan peraduan-peraduan karya mereka seperti terbuat dari gaun


berkilau menghiasi kisahnya dalam hal eloknya keindahan kubahnya,
sebagaimana dikatakan salah seorang ilmuan Prancis yaitu Muhammad Kurdi

10 As-Sirjani, Prof. DR. Raghib. .


Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2011, hlm. 195.
Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia
21

Ali.12
Ketika Abu Ja’far Al –Mansshur membangun kota Baghdad dari tahun 145
hingga 149 dan menjadikannya sebagai ibukota daulah Abbasiyah dia menamakan
istananya dengan Al-Khuld. Khatib Al Baghdadi mengatakan ‘Sesungguhnya
istana Al-Manshur dinamakan dengan Al Khuld karena meniru surga Al Khuld
serta pemandangan yang indah dan obsesi-obsesi yang aneh di dadalamnya.

Baghdad pada masa Abbasiyah merupakan kota yang paling megah di dunia.
Ia adalah ibu kota dunia, baik dari segi peradaban, kebudayaan, dan bangunan.
Kemudian setelahnya adalah kota Cordova, Kairo dan Konstatinopel (Istanbul).
Setelah itu baru disebutkan kota-kota lain.

Yaqut Al Hamawi berkisah tentangnya. Ia mengatakan, “Baghdad adalah


surga dunia, kota damai, kubah Islam, tempat tujuan para pelancong, permata
negeri-negeri, sumber negeri Irak, tempat kekhilafan, tempat berkumpulnya
kebaikan-kebaikan, tempat bersembunyinya keanehan-keanehan. Didalamnya
terdapat pakar di segala bidang. Abu Ishaq Az-Zajjaj mengatakan ‘Baghdad
adalah kota dunia, adapun lainnya adalah pedalaman’.

Al Qazwini juga berkisah tentang Istana Al-Muqtadir. Ia mengatakan,


“Diantara keajaiban-keajaibannya adalah istana pohon Al-Muqtadi Billah (282320
H), sebuah istana luas yang memiliki taman-taman yang indah. Istana tersebut
dinamakan seperti itu karena ada sebuah pohon yang terbuat dari emas dan perak
di tengah-tengah kolam di depan pintu-pintunya. Pohon tersebut memiliki dua
belas dahan yang terbuat dari emas dan perak. Setiap dahan memiliki
rantingranting yang dilengkapi dengan bermacam-macam mutiara dalam bentuk
buahbuahan. Didahannya juga terdapat burung-burung yang terbuat dari emas dan
perak. Ketika angin bertiup burung-burung tersebut terdengar bersiul-siul. Di sisi
istana di sebelah Kanan kolam terdapat lima belas patung prajurit penunggang
kuda. Begitu juga disebelah kiri kolam. Patung-patung tersebut dihiasi dengan
pakaian-pakaian sutera dan pedang-pedang. Sementara tangan-tangan mereka

12
As-Sirjani, Prof. DR. Raghib. , hlm.

Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia


22

300-301.
memegang tombak pendek yang mereka gerakkan secara seragam sehingga dikira
masing-masing dari mereka ingin menyerang temannya.13

Pembahasan dialog iman yang akan peneliti tulis akan mengacu kepada
penjelasan di atas. Dimana nantinya anak-anak akan dikenalkan dulu bahwa pada
zaman dulu umat Islam pernah berjaya. Dan Islam membangun sebuah peradaban
yang luar biasa dimana umat Muslim memiliki pengetahuan di semua bidang
sehingga peradaban Islam ini menghasilkan kemakmuran untuk masyarakatnya.

Salah satu ilmu yang berkembang adalah ilmu geometri. Ilmu geometri ini
yang nantinya bisa didalami ketika kita ingin membangun sebuah bangunan. Salah
satu turunan ilmu geometri ini adalah bangun datar persegi. Pada pembahasan ini
peneliti sengaja tidak membahas lebih rinci tentang perhitungan dalam
menentukan luas persegi. Karena untuk menghitung luas persegi para guru bisa
mengacu dari rumus-rumus yang berlaku. Pada penjelasan kajian teori peneliti
juga menjelaskan bagaimana menghitung luas dari bangun datar persegi tersebut.

Hal yang akan digali pada pembahasan ini adalah dialog imannya. Peneliti
mencoba untuk mengaitkan pembelajaran bangun datar persegi ini dengan
memberikan contoh bangunan-bangunan yang megah pada zaman kejayaan Islam.
Sehingga para murid termotivasi nantinya untuk mendalami ilmu geometri ini
kedepaannya. Para santri bisa menjadi seorang arsitektur yang bermanfaat bagi
umat, yaitu dengan membangun sebuah bangunan yang bermanfaat bagi
masyarakat kedepannya.

Alas berpikir yang peneliti sampaikan nanti tentang dialog iman mengacu
kepada pemikiran yang sudah disampaikan oleh Dr. Adnan Hasan Shalih Baharist,
sebgaimana contoh dialog imannya sudah peneliti jelaskan pada kajian teori yang
terdapat di bab dua.

Pada lembaga pendidikan Kuttab Pembelajaran bangun datar persegi


biasanya sudah dimulai dari kelas Kuttab awal tiga atau pada usia 7-8 tahun. Pada
usia ini baru dikenalkan pembelajaran berupa pengukuran. Dalam tingkat Qonuni
barulah pembelajaran bangun datar memasuki penjelasan menentukan luas

Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia


23

As-Sirjani, Prof. DR. Raghib.


13
, hlm.
703-704

Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia


24

persegi. Pembahasan yang akan peneliti jelaskan ini bisa digunakan untuk
anakanak yang sudah memasuki kelas Qonuni, sekitar umur 8-9 tahun.

Dialog Iman yang akan peneliti sampaikan merupakan salah satu bentuk
aplikasi saja, tidak menutup kemungkinan para pembaca bisa menggali dialog
iman yang lebih bagus lagi. Karena peneliti pun merasa masih terus menggali
ilmunya.

Berikut dialog iman yang dapat peneliti gali untuk pembelajaran bangun
datar ini:

“Nak, taukah engkau bagaimana bangunan yang kita tempati sekarang bisa
berdiri?” (bangunan kuttab atau ruangan kelas yang sedang ditempati)

Bangunan yang kita tempati ini butuh proses yang sangat panjang sehingga
ia dapat berdiri kokoh seperti sekarang. Sebelum bangunan ini didirikan perlu
direncanakan terlebih dahulu berapa meter persegi tanah yang ada disini sehingga
kita dapat mengetahui bahwa bangunan seperti apa yang akan di bangun. Jauh
sebelum itu terdapat orang-orang penting yang bejasa dalam pembangunan ini.
Allah menganugerahkan kepintaran kepada kaum Muslimin. Sehingga ada
seorang ilmuan Muslim yang dapat mengerti rumus-rumus dalam membangun
sebuah bangunan seperti ini. Salah satu ilmuan itu adalah Abu Kamil. Beliau
berasal dari Mesir. Di dalam buku yang ia tulis dia menjelaskan bagaimana
menghitung luas bangunan yang berdiri ini sehingga bisa berdiri kokoh.

Taukah nak, orang yang berperan penting dalam dunia pembangunan atau
arsitektur ini adalah umat Muslim. Dulu saat umat Muslim berjaya, banyak dari
mereka membangun sebuah bangunan yang megah seperti istana, masjid,
perpustakaan, dan yang lainnya. Seperti bangunan yang ustadzah bawa sekarang
ini (bangunan masjid dan istana yang ada di kota Baghdad) bangunan ini
dirancang oleh kaum Muslim. Sebelumnya tidak ada negara yang dapat membuat
bangunan semegah yang ada di gambar ini. Kita harus bersyukur kepada Allah
subhanahu wa taala karena kita terlahir sebagai umat Islam. Karna umat islam itu
diberikan oleh Allah kecerdasan yang luar biasa. Tinggal kita memilih mau rajin
atau tidak dalam menutut ilmu ini. Jika kita rajin maka Insya Allah kita pun bisa
menjadi seperti ilmuan tersebut.
25

Kita kembali melihat gedung ini nak. Sebelum gedung ini berdiri proses
yang dilakukan begitu panjang, mulai dari perencanaan gambarnya dan seperti apa
bangunan ini akan dibangun serta kebutuhan apa saja yang diperlukan dalam
pembangunan ini.

Awal mulanya tempat ini hanya berupa tanah, setelah itu Allah
menggerakkan hati para donatur untuk memberikan rezekinya dalam
pembangunan gedung ini.

Coba kita lihat bahan-bahan bangunan yang dibutuhkan oleh gedung ini,
tentunya banyak. Salah satunya ada kayu, pasir, batu bata, semen, dan lain lain.
Bahan-bahan tersebut tidak didapatkan dengan mudah. Ada proses dibalik
bahanbahan itu semua. Coba kita perhatikan jendala itu (menunjuk jendela),
bentuk nya persegi bukan? Di pinggir kaca itu terdapat kayu. Kayu itu dapat
sampai kesini dengan perjalanan yang panjang.

Allah menumbuhkan pohon-pohon yang ada di hutan. Ketika pohon itu


sudah tumbuh besar kayunya di potong. Tukang bangunan pun memotong kayu
tersebut sehingga bisa menjadi kecil. Setelah itu Allah mudahkan para
Bapakbapak yang disini untuk membeli kayu tersebut tanpa harus datang ke
hutan, tetapi cukup dengan mendatangi tukang bangunan, sehingga kayu tadi pun
dipasang pada jendela ini. Begitu juga kayu yang dibutuhkan untuk pembangunan
bangunan ini.

Pasir, pernahkah kalian melihat orang mengambil pasir? Pasir itu bisa
didapatkan di sungai. Bapak toko bangunan rela pergi ke sungai, setelah itu pasir
diambil pakai sedokan yang diambilnya sedikit demi sedikit terlebih dahulu
sehingga sampai penuh satu truk. Setelah itu baru dibawa ke toko bangunan untuk
dijual. Allah yang mengalirkan air sungai itu. Allah juga yang menurunkan hujan
sehingga sungai-sungai itu ada isinya sehingga para toko bangunan dapat
mengambil pasir dan batu-batu yang ada di sungai itu untuk digunakan oleh
manusia sebagai bahan untuk membuat sebuah bangunan.

Begitu sayangnya Allah kepada kita karena Allah sudah memberikan


anugerah kepada ulama kita terdahulu, sehingga kita bisa menimba ilmu dari
buku-buku mereka sehingga para insyinyur yang sekarang tinggal mempelajari
26

ilmu arsitektur ini dari buku-buku tersebut. Allah juga memberikan kemudahan
kepada kita karena bahan-bahan yang dibutuhkan bisa didapatkan di toko
bangunan tanpa harus mencari jauh seperti kayu dan pasir yang sudah ustadzah
jelaskan tadi.

Dan begitu sayangnya Allah kepada kita karena bangunan itu sekarang
sudah kita tempati tanpa kita harus ikut berkerja keras untuk ikut serta
membangunnya. Allah sudah mengirimkan Bapak-bapak yang berhati baik,
karena rezeki yang Allah titipakan kepada mereka di gunakan untuk hal yang
bermanfaat yaitu membangun sekolah untuk genarasi yang akan menjadi pewaris
para ulama nantinya, sehingga bangunan ini bisa berdiri kokok seperti sekarang.

Adakah diantara kalian yang nantinya ingin menjadi seorang Insyinyur? Ia


yang nantinya membuat sebuah bangunan yang megah yang dapat bermanfaat
bagi orang banyak? (Lontarkan pertanyaan tersebut untuk mengakhiri dialog iman
ini) pertanyaan ini membangun motivasi kepada anak jika ada yang tertarik
dengan ilmu geometri nantinya, mereka akan membuat sebuah bangunan yang
bermanfaat bagi masyarakat yang ada.
BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
Bangun datar persegi merupakan ilmu geometri pertama yang diajarkan
kepada anak-anak pada sekolah dasar. Pembahasan bangun datar pada umumnya
hanya sekedar penjelasan rumus-rumus sehingga para murid hanya terpaku pada
rumus tersebut saja. Anak-anak memiliki kecerdasan yang lebih jika kecerdasan
itu diasah, salah satunya dengan menggunakan metode dialog. Pembahasan
bangun datar ini juga dapat dikaitkan dengan iman sehingga ketika belajar materi
bangun datar ini anak-anak bertambah juga keimanannya kepada Allah
subhanahu wa taala. Hal yang dapat digali oleh para guru ketika membuat sebuah
dialog iman adalah dengan mengaitkannya kepada Allah. Pada penelitian ini
peneliti menuliskan sebuah dialog iman yang dikaitkan dengan bagunan yang ada
disekitar anak-anak, yaitu bangunan sekolah. Para guru bisa mengaitkan
bagaimana bangunan itu berdiri sehingga nantinya dapat dikaitkan dengan
keimanan.

V.2. Saran
Peneliti menyadari banyaknya kekurangan pada penelitian ini. Tidak
menutup kemungkinan penelitian ini dapat dilanjutkan. Pembaca yang membaca
penelitian ini dapat menggali dialog iman lebih dalam. Jika ada pembaca yang
berminat malanjutkan penelitian ini, maka peneliti menyarankan untuk dapat
menggali bangun datar yang lain atau ilmu geometri seperti bangun ruang. Karena
keterbatasan waktu dan ilmu yang peneiliti miliki peneliti belum memungkinkan
untuk menggali dialog iman yang berkaitan dengan bangun datar yang lainnya
serta bangun ruang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. (2014). Matematika dalam Al-Qur'an. Malang: UIN Maliki Press.

Adhim, M. F. (2013). Segenggam Iman Anak Kita. Yogyakarta: Pro-U Media.

Baharist, A. H. (1996). Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki. Jakarta:


Gema Insani Press.

Mukhtar. (2013). Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press


Group.

Nawawi Hadari dan H. Murni Martani. (1996). Penelitian Terapan. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press cet 2.

Rafiek, M. (2010). Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: Rafika
Aditama.

Raghib.As-Sirjani, P. D. (2011). Sumabangan Peradaban Islam Pada Dunia.


Jakarta: Pustaka Al Kautsar.

Sanjaya Mada, R. D. (2019). Matematika Geometri Abu Kamil Dalam Kitab


AlMisaha Wa Al-Handasa. Bandung: CV Bolabot.

Yuza, A. (2018). Pembelajaran Luas Daerah Bangun Datar di Sekolah Dasar.


Menara Ilmu, Vol Xii No 8.

RIWAYAT HIDUP

Nama : Putri Rahma Sari


Tempat/Tanggal Lahir : Lubuk Basung/ 8 September 1995

28
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jalan Kampung Utan Jaya Rt 09 Rw 04 No.50 Kel
Pondok Jaya Kec.Cipayung Citayam, Kota Depok

16431
No. Telp/HP : 082298403605
Email : putrirahmasari13@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
1. 2018-2019 Akademi Guru Al Fatih Angkatan 4
2. 2013-2017 Fakultas Ekonomi/ Akuntansi S1 Universitas Trilogi d/h STEKPI
Kalibata, Jakarta Selatan

3. 2011-2013 Sekolah Menengah Atas Negeri 02 Lubuk Basung,


Kabupaten Agam, Sumatera Barat
4. 2009-2011 Sekolah Menengah Pertama Negeri 03 Lubuk Basung Lubuk
Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat

5. 2004-2009 Sekolah Dasar Negeri 05 Lubuk Basung, Kabupaten Agam,


Sumatera Barat

6. 2003-2004 Taman Kanak-kanak Pembina Lubuk Basung,


Kabupaten Agam, Sumatera Barat

PENGALAMAN BEKERJA
1. 2017-sekarang Guru di RQ MTT Asy-Syafaat

29

Anda mungkin juga menyukai