Proposal Skripsi Print
Proposal Skripsi Print
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
ALVIRA DEWI UTAMI
195050039
oleh
ALVIRA DEWI UTAMI
NPM 195050039
Disetujui,
Dr. Dahlia Fisher, S.T., S.Pd., M.Pd. Vevi Hermawan, SR., S.Pd., M.Pd.
NIP. 0410128105 NIP.0401047902
Diketahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal
skripsi ini dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Open-Ended Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Habits of Mind Siswa SMA”. Tak
lupa sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, juga kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in-nya
serta kepada kita selaku umatnya sampai akhir zaman. Proses penyusunan proposal
ini tentunya tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, maka dari itu pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Untuk Orang tua penulis, Terutama Tante Dewi Kania dan Suami Moh.
Ramdhan Reza memberikan dukungan moral dan materiil serta doa untuk
penulis, sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Beni Yusepa G. P., M. Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah
Seminar Penelitian Pendidikan Matematika yang telah membimbing penulis
dalam penyusunan proposal skripsi ini.
3. Bapak Jusep Saputra M. Pd., selaku asisten dosen mata kuliah Seminar
Penelitian Pendidikan Matematika yang telah membimbing penulis dalam
penyusunan proposal skripsi ini.
4. Rekan seperjuangan mahasiswa Pendidikan Matematika 2019 yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
5. Almalia Mikaila sepupu terbaik yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis.
6. Teruntuk Teman Maba hibgga sekarang Er, Dea, Ar, Abel, Kamia, Eka,
Yustina, Abdul dan Rigar yang sudah banyak membantu penulis serta kata
penyemangat dalam jalannya pembuatan proposal.
7. Untuk kedua nenek tercinta terimakasih atas segala dukungan dan doanya.
iii
8. Mengucapkan terimakasih juga pada diri sendiri juga jabang bayi yang telah
berusaha menuelesaikan dan menemanipenyelesaian proposal ini.
9. Terimakasih juga kepada semua dosen dan jajaran FKIP UNPAS yang
sangat baik hati.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini belum sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka menyempurnakan
proposal ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca, Aamiin.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
v
2. Instrumen Penelitian ..................................................................... 17
N. Teknik Analisis Data ......................................................................... 18
1. Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis........... 18
2. Analisis data Habits Of Mind Siswa ............................................. 19
3. Analisis Korelasi antara Kemampuan Berpikir Kritis dengan
Habits Of Mind siswa ................................................................... 19
O. Prosedur Penelitian ........................................................................... 20
1. Tahap Perencanaan Penelitian....................................................... 21
2. tahapPelaksanaan Penelitian ......................................................... 21
3. Tahap Akhir Penelitian ................................................................. 21
P. Jadwal Penelitian .............................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 23
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
A. Judul Penelitian
Penerapan Model Pembelajaran Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Habits of Mind Siswa SMA
1
berikan kesempatan pada siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran sedemikian sehingga siswa dapat mengalami pengalaman belajar
yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran ersebut.
Seperti halnya yang telah disampaikan oleh NCTM di atas salah satu tujuan
pembelajaran matematika yaitu kemampuan berargumentasi. Kemampuan tersebut
merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran matematika. Menjadi
penting karena ketika seorang anak berargumentasi maka dapat mengembang- kan
kemampuan berpikir kritisnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Mason
(2008, p.2) yang menyatakan bahwa berpikir kritis didasari oleh keterampilan
tertentu, seperti kemampuan untuk menilai alasan yang benar, atau untuk
menimbang bukti yang relevan, atau untuk mengidentifikasi argumen yang keliru.
Kemampuan berpikir kritis pada dasarnya merupakan kemampuan untuk dapat
mempertimbangkan informasi-informasi yang diperoleh dengan tujuan dapat
membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukannya. Oleh karena itu
kemampuan berpikir kritis merupakan aspek penting yang perlu dimiliki siswa
untuk menyelesaikan masalah yang di hadapinya.
Qur’an Surat Ali Imran ayat 190-191. Allah SWT berfirman, yang artinya,
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring,
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau,
lindungilah kami dari azab neraka.” Berdasarkan ayat tersebut, berpikir kritis
menurut Alquran berarti memikirkan akan kebesaran Allah SWT. Di setiap siang
dan malam, umat Muslim dianjurkan untuk selalu mengingat kebesaran Allah SWT
dan takut akan siksaan-Nya. Menurut Mizanul Akronim dalam buku Mengenal
Teori Kritis, berpikir kritis menurut Alquran juga bisa dimaknai sebagai pendekatan
diri kepada Allah SWT berdasarkan hati. Sebab, akal manusia dapat berpikir secara
luas, namun tetap memiliki keterbatasan mengenai kekuasaan Allah SWT
sebagaimana hadits dari sabda Rasulullah SAW yang artinya, “Berpikirlah tentang
ciptaan dan jangan berpikir tentang Pencipta, karena kamu tidak akan mampu
memikirkan-Nya.” (HR. Abu Nu’aim).
2
Selain kemampuan yang harus dimiliki peserta didik, terdapat aspek afektif yang
penting dalam membantu proses pembelajaran yaitu Habits of Mind (Kebiasaan
Berpikir). Peribahasa sunda yang berisikan tentang kebiasaan berpikir yaitu
“Lamun Teu Ngakal Moal Ngakeul” yang mengandung arti jika tidak
menggunakan akal (berpikir) maka tidak akan dapat memenuhikebutuhan hidup.
Dalam arti yang lebih luas, ngakal tidak hanya ‘memikirkan cara’ tetapi juga
‘melakukan upaya terbaik atas apa yang sudah dipikirkan dengan baik’. Ada
keseimbangan antara proses berpikir dengan tindakan yang tepat dan benar serta
tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku.
Dalam proses pembelajaran aspek afektif perlu diperhatikan, karena pemikiran
serta perasaan siswa saling berkaitan sehingga amat berpengaruh dalam
pengambilan keputusan. Berikut terdapat beberapa kompetensi dasar matematika
menurut Permendikbud Nomor 68 tahun 2013, yaitu:
(2) Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada
matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan
matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar;
Costa dan Kallick (2008) menyebut disposisi yang kuat dan perilaku yang cerdas
ini sebagai habits of mind atau kebiasaan berpikir. Disposisi tersebut dinamakan
kebiasaan berpikir atau habits of mind berkaitan dengan perilaku afektif ini maka
diperlukan kebiasaan berpikir yang kuat atau disebut juga dengan habits of mind.
(Hendriana et al., 2017).
Habits of Mind (HoM) yaitu kebiasaan berpikir fleksibel, manajemen impulsif,
menyimak dengan empati, biasa bertanya, pemecahan masalah yang efektif,
kebiasaan menggunakan pengetahuan dalam proses, masa lalu ke suasana baru,
terbiasa berkomunikasi, berpikir tenang dan jernih, dan menggunakan semua indra.
3
Ketika mendapatkan informasi, mencoba cara yang berbeda dan menghasilkan ide-
ide baru, kebiasaan bereaksi, kebiasaan mengambil risiko, kebiasaan mengambil
tanggung jawab, memiliki rasa humor, sering berpikir untuk berinteraksi dengan
orang lain, berpikiran luas serta berkelanjutan (Miliyawati, 2014).
Kebiasaan berpikir matematis atau Mathematical Habits of Mind (MHoM)
didefinisikan sebagai cara khusus untuk pendekatan masalah matematika dan
berpikir tentang konsep-konsep matematika yang menyerupai cara yang dilakukan
oleh matematikawan Cuoco, Goldenberg, & Mark, 1996) Siswa yang memiliki
MHoM akan mudah menyelesaikan permasalahan, memikirkan strategi dalam
memecahkan masalah tersebut sehingga mendukung peningkatan pengetahuan
siswa.
Aspek afektif khususnya Habits of Mind siswa masih belum diperhatikan dan
nampak bahwa guru dalam hal ini sebagai pendidik serta satuan pendidikan masih
terkonsentrasikan terhadap pengembangan aspek kognitif saja. Dwirahayu, dkk.
(2018) mengemukakan bahwa, pembelajaran di sekolah masih banyak menekankan
pada aspek kognitif dan kurang memberikan perhatian pada aspek afektif mengenai
pembentukan sikap atau karakter siswa.
Merujuk pada pentingnya kemampuan berpikir kritis matematis dan Habits of
Mind, keduanya mesti dimunculkan dan diberi perhatian dalam proses
pembelajaran matematika. Pembelajaran yang inovatif adalah pembelajaran yang
terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan disposisi matematis
(Sumarmo, 2010). Selain itu, Sundayana (2019) mengatakan bahwa, dalam
pembelajaran matematika aspek karakter siswa dan media pembelajaran perlu
mendapat perhatian yang khusus, disamping memperhatikan aspek tujuan
pengajaran yang ingin dicapai. Dengan demikian dalam pembelajaran matematika,
kemampuan berpikir kritis matematis serta Habits of Mind siswa perlu
dikembangkan dengan cara mempraktikan desain dan model pembelajaran yang
inovatif dengan memperhatikan pula karakteristik siswa.
Dalam konteks matematika, Millman dan Jacobe mengidentifikasi beberapa
indicator mathematical habits of mind (Hendriana dkk., 2017), diantaranya: (1)
mengeksplorasi ide-ide matematis; (2) merefleksi kebenaran jawaban masalah
matematis; (3) mengidentifikasi strategi pemecahan masalah yang dapat diterapkan
4
untuk menyelesaikan masalah dalam skala lebih luas; (4) bertanya pada diri sendiri
apakah terdapat “sesuatu yang lebih” dari aktivitas matematika yang telah
dilakukan (generalisasi); (5) memformulasi pertanyaan matematis; dan (6)
mengonstruksi contoh matematis.
Menurut Driscoll (1999), habits of mind dipandang sebagai cara berpikir, yang
jika terbiasa digunakan, dapat menyebabkan keberhasilan pembelajaran aljabar.
Driscoll juga menekankan pengembangan tiga kebiasaan berpikir aljabar
, yaitu: (a) melakukan prosesmatematika; (b) aturan untuk mewakili fungsi yang
melibatkan pengenalan pola dan generalisasi; dan (c) abstrak dari perhitungan yang
melibatkan berpikir tentang perhitungan struktural tanpa terikat dengan nomor
tertentu, seperti mengakui kesetaraan dari 5% dari 7000 dan 7% dari 5000
Peran penting guru dalam memaksimalkan kemampuan brpikir kritis dan
kebiasaan berpikir siswa harus di imbangi dengan penggunaan model pembelajaran
yang sesuai dengan kemampuannya. Pendekatan Open-Ended sebagai alternatif
pembelajaran yang dapat memacu aktivitas siswa serta dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan bagian yang penting bagi
guru sebelum memberikan pelajaran dikelas. Pendekatan pembelajaran Open-
Ended merupakan pendekatan pembelajaran tipe kooperatif yang dapat melatih
kemampuan berpikir kritis siswa. Pendekatan Open-Ended merupakan pendekatan
pembelajaran yang membangun kegiatan interasi antara matematika dan siswa
sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan dengan cara mereka
sendiri (Sutikno, 2013 :114). Menurut Huda, Miftahul.(2014) pembelajaran terbuka
atau sering dikenal istilah pendekatan Open-Ended merupakan proses pembelajaran
yang didalamnya tujuan dan keinginan individu atau siswa dibangun dan dicapai
secara terbuka.
Penggunaan pendekatan pembelajaran Open-Ended dalam meningkatkan
keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif, karena siswa Pendekatan
pembelajaran Open-Ended merupakan pendekatan pembelajaran tipe kooperatif
yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Pendekatan Open-Ended
merupakan pendekatan pembelajaran yang membangun kegiatan interaksi antara
5
matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan
dengan cara mereka sendiri (Sutikno, 2013 :114). Menurut Huda, Miftahul.(2014)
pembelajaran terbuka atau sering dikenal istilah pendekatan Open-Ended
merupakan proses pembelajaran yang didalamnya tujuan dan keinginan individu
atau siswa dibangun dan dicapai secara terbuka.
Serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif
yang ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil beberapa referensi jurnal pendidikan matematika, masalah-
masalah dalam penelitian yang diidentifikasi sebagai berikut:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rika Wahyuni (2016, hlm. 20-24)
kemampuan berpikir kritis siswa cukup rendah disalah satu SMA Negeri 1
Sukonarjo, yaitu rata-rata hanya memperoleh skor 45 dari 100, sehingga
sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran matematika di
sekolah tersebut.
2. Hasil penelitian Sari, A. N., dkk.(2016) dalam JPMI, pengambilan data
menggunakan instrument berupa tes uraian yang disesuaikan dengan
karakteristik soal kemampuan berpikir kritis matematis dan telah diuji
mengunakan validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
Hasil perhitungan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen
ditunjukan dengan nilai rata rata Post test sebesar 76,5 sedangkan pada kelas
control ditunjukan dengan rata rata post test sebesar 69,8 hasil dari uji N-
Gain sebesar 0,60 dengan kriteria sedang. Aktivitas yang dilakukan ada
peningkatan dari pertemuan pertama yaitu 92,86% dan pertemuan kedua
93,81%. Dari beberapa hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa
Penerapan pendekatan Open-Ended dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis
siswa yang diajarkan dengan Penerapan Pendekatan Open-Ended lebih
baik. Keterlaksanaan yang dilakukan ada peningkatan dari pertemuan
pertama yaitu 80,27 % dan pertemuan kedua 85,55 %. Dari beberapa hasil
6
perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa Penerapan Pendekatan Open-
Ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajarkan dengan
Penerapan Pendekatan Open-Ended lebih baik.
3. Menurut hasil Program for Internasional Student Assessment (PISA) 2018
yang diterbitkan oleh Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD), kemampuan matematika siswa Indonesia mencapai
379, dan skor rata-rata OECD adalah 487. Hasil ini menempatkan siswa di
Indonesia masih rendah dalam matematika. Dalam klasifikasi matematika,
terdapat pada peringkat 73, di mana Indonesia berada di urutan ketujuh dari
bawah dengan skor rata-rata 379 poin. Ini turun dari posisi ke-63 pada tahun
2015. Alasan utama mengapa Indonesia selalu menempati peringkat
terbawah adalah kurikulum pendidikan yang diterapkan (Pengelola Web
Kemendikbud).
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
untuk:
7
2. Mengetahui Habits of Mind siswa yang memperoleh model pembelajaran
Open-Ended lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh model
pembelajaran konvensional.
3. Mengetahui adanya korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan
Habits of Mind siswa yang memperoleh model pembelajaran Open-Ended.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan perkembangan ilmu
pengetahuan serta pendidikan, terlebih pada model-model pembelajaran
termasuk penerapan model pembelajaran Open-Ended terhadap berpikir kritis
dan Open-Ended siswa, dan dapat dijadikan untuk referensi penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
G. Definisi Operasional
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Elaine Johnson (2002: 183) berpikir kritis merupakan sebuah proses yangterarah
dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,
mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian
ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara
8
yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi
secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Selanjutnya
berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih
spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan
mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna (Cece Wijaya, 1996: 72).
2. Habits of Mind
Costa dan Kallick (dalam Sumarmo, 2010) mendefinisikan kebiasaan berpikir
adalah kecenderungan untuk berperilaku secara intelektual atau cerdas ketika
menghadapi masalah, khususnya masalah yang tidak dengan segera diketahui
solusinya.
Habits of Mind (kebiasaan berpikir) adalah pola berpikir berulang yang
digunakan orang cerdas untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Mereka
menggunakan model mental yang berbeda dari perangkat mental mereka seperti
logika, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, dan pengalaman. Kebiasaan
mental terbaik menciptakan jalan pintas heuristik untuk memungkinkan
orang pintar bertindak dengan cara yang efektif saat menghadapi masalah
yang sulit.
9
13. Berpikir dalam kemungkinan
14. Melihat pertemuan
15. Menggunakan pengalaman
16. Pembelajar seumur hidup
H. Kajian Teori
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Sulistiani, Masrukan, (2016: 608), menyatakan bahwa berpikir kritis juga dapat
di artikan sebagai berpikir rasional tentang sesuatu, kemudian mengumpulkan
informasi sebanyak mungkin tentang sesuatu tersebut yang meliputi metode-
metode pemeriksaan atau penalaran yang akan digunakan untuk mengambil suatu
keputusan atau melakukan suatu tindakan.
Amalia dan Emi, (2016: 525) yang menyatakan berpikir kritis merupakan proses
berpikir yang berlandaskan menyimpulakan dan menyelesaikan masalah, dimana
aplikasi dalam pembelajaran matematika. Berpikir kritis dalam menyelesaikan
10
masalah berarti siswa paham konsep mana yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dengan alasan dan pemikiran.
Robert Ennis (1995) mengidentifikasi kemampuan atau keterampilan berpikir
kritis menjadi 12 indikator yang dikelompokkannya dalam lima aktivitas yaitu :
2. Habits of Mind
Menurut Aristotle (Canfields & Watkins, 2008), kesuksesan individu sangat
ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya. Terdapat beberapa
kebiasaan yang dilakukan oleh individu sukses dan kreatif sehingga
membedakannya dengan individu-individu pada umumnya. Apa itu kebiasaan?
Kebiasaan adalah perilaku yang dibentuk oleh pengulangan berkelanjutan
(American Heritagc Dictionary, 1994). Kebiasaan yang dilakukan secara terus
menerus akan semakin kuat dan menetap pada diri individu sehingga sulit diubah.
Dalam hal ini kebiasaan tersebut telah membudaya pada diri individu.
Salah satu jenis kebiasaan yang dipandang sangat mempengaruhi kesuksesan
individu adalah kebiasaan berpikir (habits of mind). Habits of Mind (HOM)
mengisyratkan bahwa perilaku membutuhkan suatu kedisiplinan pikiran yang
dilatih sedemikian rupa, sehingga menjadi kebiasaan untuk berusaha terus
melakukan tindakan yang lebih bijak dan cerdas. Hal ini dapat dipahami karena
segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh seorang individu merupakan
konsekuensi dari kebiasaan berpikirnya. Costa dan Kallick (2008) mendefinisikan
kebiasaan berpikir sebagai kecenderungan untuk berperilaku secara intelektual atau
cerdas ketika menghadapi masalah, khususnya masalah yang tidak dengan segera
diketahui solusinya. Ketika menghadapi masalah, siswa cenderung membentuk
pola perilaku intelektual tertentu yang dapat mendorong kesuksesan individu
dalam menyelesaikan masalah tersebut.
11
Dalam konteks matematika, Millman dan Jacobbe (2008) mengidentifikasi
beberapa kebiasaan berpikir matematis sebagai berikut.
d. Bertanya pada diri sendiri apakah terdapat "sesuatu yang lebih" dan aktivitas
matematika yang telah dilakukan (generalisasi).
e. Memformulasi pertanyaan.
f. Mengkonstruksi contoh.
3. Open Ended
Taufik, (2014) menyatakan bahwa model open-ended adalah model
pembelajaran yang melibatkan siswa memecahkan masalah-masalah terbuka
sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan yang baru, difokuskan pada aspek
proses untuk menemukan strategi-strategi atau metode-metode untuk menemukan
solusi-solusi dari masalah.
Menurut Jihad (2008), pembelajaran Open Ended Learning adalah pendekatan
yang menekankan pada soal aplikasi yang memungkinkan banyak solusi dan
strategi.
Sintaks dari model pembelajaran open-ended adalah menyajikan masalah,
pengorganisasian pembelajaran, memperhatikan dan mencatat respons peserta
didik, melakukan bimbingan dan pengarahan, lalu membuat kesimpulan. Dalam
pendekatan open-ended, guru memberi peserta didik soal yang mempunyai solusi
tunggal.
12
Model pembelajaran konvensional bisa diartikan dengan model pembelajaran
yang digunakan saat pembelajaran disekolah saat itu. Pada pembelajaran di kelas,
pusat infromasi pembelajaran dikelas berada pada pengajar, pengajar menjelaskan
materi pembelajaran dan peserta didik hanya mencatat serta mendengarkan
penjelasan yang diterangkan oleh pengajar. Dalam model pembelajaran peserta
didik belajar secara individu dan tidak berada dalam kelompok, tahapan yang
dilakukan pengajar setelah memberikan penjelasan materi adalah memberikan
latihan dan peserta didik menyelesaikan latihan yang sudah diberikan oleh
pengajar, pengajar juga memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya
perihal materi yang tidak dipahami.
I. Kerangka Pemikiran
Perlunya pembiasaan dalam penyelesaian berbagai permasalahan yang sering
dijumpai siswa. Konsep belajar dan mengajar adalah satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan karena saling terhubung. Tidak aktifnya siswa dalam kelas membuat
minat belajar siswa berkurang sehingga proses memecahkan permasalahan pada
saat pembelajaran ikut terpengaruh.
Model pembelajaran Open-Ended merupakan model siswa memecahkan
masalah-masalah terbuka sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan yang
baru, difokuskan pada aspek proses untuk menemukan strategi-strategi atau
metode-metode untuk menemukan solusi-solusi dari masalah. kebiasaan berpikir
salah satu faktor penting yang mempengaruhiprestasi akademik siswa. Kebiasaan
berpikir juga sangat penting bagi siswa untuk berhasil dalam pembelajaran
matematika. Dengan kebiasaan berpikir, siswa akan lebih termotivasi dan mau
belajar matematika, dan pada akhirnya berharap prestasi akademik matematika
mereka akan lebih baik. Kebiasaan berpikir meningkatkan kebiasaan untuk
berusaha terus melakukan tindakan yang lebih bijak dan cerdas keyika menghadapi
masalah.
Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran model Open-Endeddiharapkan bisa
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berikut kerangka pemikiran dari
penerapan model pembelajaran Open- Ended untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan Habits of Mind siswa SMA adalah sebagai berikut:
13
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
J. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis melalui penerapan model
Open-Ended.
2. Terdapat peningkatan Habits of Mind siswa yang mendapatkan model
pembelajaran Open-Ended
3. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalahdan Habits of Mind
terhadap model pembelajaran Open-Ended..
1. Metode Penelitian
14
2. Desain Penelitian
Eksperimen ini didesain menggunakan model pre and posttest design, Peneliti
menggunakan desain penelitian eksperimen dengan menggunakan kelas kontrol
dan kelas eksperimen pretest dan posttest. Pembelajaran dengan model Open-
Ended akan diberikan kepada kelas eksperimen, untuk kelas kontrol yang tidak
menggunakan pembelajaran dengan model Open-Ended. Pretest dilakukan untuk
mengetahui kemampuan pemecahan masalah awal siswa sebelum siswa diberikan
perlakuan sesuai dengan kelasnya. Posttest akan diberikan ketika sudah
melakukakan Pretest dan untuk melihat perbedaan antara kemampuan pemecahan
masalah dan kepercayaan diri siswa. Adapun desain penelitian ini sebagai berikut:
A O X O
A O O
15
mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
konvensional
a. Tes
Tes pengukuran dapat berupa serentetan butir soal, lembar kerja, atau pertanyaan
dan sejenisnya yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, serta
kemampuan siswa. Lembar tes pengukuran ini berisi soal dari butir-butir soal yang
setiap butir soalnya mewakili variabel yang diukur. Melakukan sejenis Pretest di
awal setelahnya diberikan tindakan pembelajaran menggunakan model Open-
Ended guna mengetahui apakah siswa menyerap pembelajaran menggunkan model
Open-Ended setelahnya siswa diberikan Posttest diakhir pembelajaran. Tes yang
dilakukan berupa tes kemampuan pemecahan masalah yang sesuai dengan
indikator-indikator, dengan instrumen penelitian tes uraian yang berisi soal-soal
penunjang kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
b. Angket
Menurut Sugiyono (2013, hlm.199) menyatakan bahwa “Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
16
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab”.
Pengumpulan data menggunakan angket atau kuesioner ini dipergunakan untuk
melihat aspek dari Habits of Mind, angket tersebut diberikan ke kelas ekaperimen
dan kelas kontrol berupa skala Habits of Mind saat proses pembelajaran, dibagikan
pada akhir penelitian untuk mengetahui kepercayaan diri tiap siswa saat proses
pembelajaran.
2. Instrumen Penelitian
Menurut Ibnu hadjar (1996) menyatakan bahwa “Instrumen merupakan alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tenatng variasi
karakteristik variabel secara objektif”. Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134),
instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan di permudah olehnya.
17
Instrumen non tes yang diberlakukan pada penelitian ini adalah untuk mengukur
aspek kepercayaan diri matematis siswa. Instrumen non tes ini berupa angket atau
skala sikap. Pernyataaan yang ada di dalam angket digunakan untuk melihat respon
siswa terhadap jalannya pembelajaran. Penggunaan angket pada penelitian ini
adalah Skala Likert. Menilai siswa terhadap suatu pernyataan yang dibagi ke dalam
5 kategori yang tersusun secara bertingkat, Sugiyono (2013) mengatakan bahwa
penilaian skala sikap di mulai dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS),
Netral (N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Setiap kategori memiliki skor atau
nilai misalnya SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, STS = 1 untuk pernyataan yang
mendukung sikap positif dengan penskoran menggunakan skala likert yang sudah
termodifikasi menjadi 4 alternatif jawaban dengan menghilangkan netral atau ragu-
ragu karena mampu menimbulkan minat siswa untuk memilih alternatif tersebut,
dengan kata lain setiap kategori berubah nilainya menjadi SS = 4, S = 3, TS = 2,
STS = 1 untuk pernyataan bernilai positif dan untuk pernyataan bernilai negatif
memiliki skor atau nilai di setiap kategorinya adalah SS = 1, S = 2, TS = 3, STS =
4.
Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan skala sikap, guna mengetahui
sejauh mana Habits of Mind siswa setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran
melalui model Open-Ended dan model konvensional. Pembobotan untuk
pernyataan positif dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:
18
Data kemampuan awal berpikir kritis didapatkan dari hasil analisis data pretest.
Untuk melhat adanya peningkatan pada siswa secara signifikan terhadap
kemampuan berpikir kritis, maka uji kesamaan dua rata-rata dan uji komparatif dua
sampel dilakukan serta menggunakan uji non- paramteris. Sebelum melakukan uji
kesamaan dua rata-rata dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians
19
H0 : ρ = 0
Ha : ρ ¹ 0
Keterangan:
Ho : Tidak terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan Habits of Mind
siswa yang memperoleh model pembelajaran Open-Ended.
Ha : Terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan Habits of Mind siswa
yange memperoleh model pembelajaran Open-Ended.
O. Prosedur Penelitian
20
Penelitian ini secara garis besar kan dilakukan melalui tiga tahappenelitian,
yaitu tahap perencanaan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, kemudian tahap
akhir penelitian.
21
1. Data hasil penelitian dikumpulkan.
2. Data hasil penelitian di analisis dan diolah.
3. Menarik kesimpulan dari data hasil penelitian.
P. Jadwal Penelitian
22
DAFTAR PUSTAKA
Sari, A. N., Wahyuni, R., & Rosmaiyadi, R. (2016). Penerapan Pendekatan Open-
Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada
Materi Aljabar Kelas VIII SMP Negeri 10 Pemangkat. JPMI (Jurnal
Pendidikan Matematika Indonesia), 1(1), 20-24.
https://doi.org/10.26737/jpmi.v1i1.78
Trisnadati, I. (2018). Pendekatan matematika realistik dengan model PBL dan PjBL
ditinjau dari kemampuan interpersonal, berpikir kritis, dan prestasi
belajar. Pythagoras, 13(1).
https://dx.doi.org/10.21831/pg.v13i1.21219
Nurmeidina, R., Ariyanti, I., & Lestari, F. (2022). Analisis Kemampuan Berpikir
Kreatif dan Habits of Mind Siswa SMA pada PembelajaranDaring.
AKSIOMA: Jurnal Program Studi PendidikanMatematika, 11(1),
144-158.
23
https://doi.org/10.24127/ajpm.v11i1.4283
Fajriah, N. A., Nursalam, N., Suharti, S., & Nur, F. (2021). Efektivitas Penerapan
Model Pembelajaran Accelerated Learning Cycle dengan Pendekatan
Visualisasi terhadap Kemampuan Literasi Matematis ditinjau dari
Mathematical Habits of Mind. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan
Matematika, 5(2), 1626-1639.
https://dx.doi.org/10.31004/cendekia.v5i2.634
Nurdiansyah, S., Sundayana, R., & Sritresna, T. (2021). Kemampuan berpikir kritis
matematis serta habits of mind menggunakan model inquiry learning
dan model creative problem solving. Mosharafa: jurnal pendidikan
matematika, 10(1), 95-106.
https://dx.doi.org/10.31980/mosharafa.v10i1.861
Costa dan Kallick. 2012. Belajar dan Memimpin dengan „Kebiasaan Pikiran‟.
Jakarta: Indeks
Costa, A.L., & Kallick, B. 2008. Learning and Leading with Habits of Mind
16 Essential Characteristics for Students. Whasington DC: Association
for Supervision and Curriculum Development
Aringga, D., Shodiqin, A., & Albab, I. U. (2019). Penelusuran Kebiasaan Berpikir
(Habits of Mind) Matematis Siswa dalam Menyelesaiakan Soal Cerita
24
Bilangan Pecahan Ditinjau dari Gaya Kognitif. Thinking Skills and
Creativity Journal, 2(2), 121-129.
https://www.mendeley.com/catalogue/e5d145e2-ca7f-3e5d-93bd-
f06364d8ab1d
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV. Alfabeta
NCTM. (2000). Principles and standards for school mathematics. Reston, Virginia:
Boston.
25