Anda di halaman 1dari 100

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi Judul


Judul yang diangkat dalam penulisan Laporan Tugas Akhir Dasar
Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) adalah Education Center
di Kabupaten Sleman dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik. Guna
mempermudah pembaca dalam memahami isi laporan ini diperlukan
penjabaran mengenai judul sebagai berikut:
Education : Suatu bangunan yang berfungsi untuk menyediakan
Center tempat aktivitas pendidikan non-formal yang mempunyai
fasilitas kegiatan belajar mengajar sesuai standar dan
fasilitas penunjang yang menerapkan sebuah gagasan
desain modern yang diwujudkan kedalam bentuk
bangunan. (jom.ft.budiluhur.ac.id, 2022)
Kabupaten : Kabupaten Sleman yaitu wilayah yang berada di Provinsi
Sleman DIY Yogyakarta. Luas Wilayah Kabupaten Sleman
merupakan 57.482 Ha atau 574,82 Km2. Kabupaten
Sleman memiliki luas sekitar 18% dari luas Propinsi
Daerah Istimewa Jogjakarta yang secara kesuluruhan
memiliki luas 3.185,80 Km2, dengan jarak terjauh dari
Utara ke Selatan 32 Km, dan dari Timur ke Barat yaitu
35 Km. Secara administratif Kabupaten Sleman terdiri
dari 17 Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212
Dusun (slemankab.go.id, 2022).
Arsitektur : Arsitektur Bioklimatik merupakan sebuah pendekatan
Bioklimatik yang dilakukan guna memilih bentuk desain dengan
mempertimbangkan interaksi antara desain arsitektur
dengan iklim pada kawasan sekitarnya. Tujuan dari
pendekatan metode ini yaitu supaya bisa menghemat

1
2
penggunaan energi dalam bangunan yang akan direncanakan (Diwari &
Setianji, 2016).
Berdasarkan penjelasan deskripsi di atas maka pengertian Education
Center di Kabupaten Sleman dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik
adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk menyediakan tempat
beraktivitas pendidikan non-formal yang mempunyai fasilitas kegiatan
belajar sesuai standar dan fasilitas penunjang yang menerapkan sebuah ide
desain modern dengan pendekatan Arsitektur Bioklimatik yang diwujudkan
ke dalam bentuk bangunan di Kabupaten Sleman.

1.2. Latar Belakang


Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional dalam Pasal 3 merupakan usaha yang berkala dalam
menciptakan suasana belajar mengajar proses edukasi agar dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk dapat memiliki pendidikan
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang dibutuhkan semua .
Pendidikan menurut ahli adalah salah satu proses yang bisa
mempengaruhi murid supaya bisa mengikuti keadaan dengan baik terhadap
lingkungan sekitar dan bisa juga mewujudkan perubahan pada dirinya yang
memungkinkannya untuk kuat dalam menghadapi kehidupan dimasyarakat
(Oemar, 2001). Pengertian menurut ahli tersebut memberitahukan seberapa
pentingnya peranan Pendidikan dalam mewujudkan insan yang utuh dan
mandiri serta memberi efek yang cukup besar bagi kemajuan suatu bangsa
dan membentuk watak atau tabiat bangsa.
Kabupaten Sleman berada di bagian Utaara Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Memiliki 17 Kecamatan dan 86 desa dan memiliki luas
7574,82 Km2 atau setara dengan 18% dari luas Provinsi DIY. Kabupaten
Sleman mempunyai sarana sekolah mulai dari tingkat PAUD sampai SMA
sebanyak 1860 yang tersebar di berbagai daerah dengan jumlah murid
sebnyak 192.283 siswa dan 865 tenaga pendidik (slemankab.go.id, 2022)
3

Pemerintahan Kabupaten Sleman terus berupaya untuk meningkatkan


kualitas pendidikan secara forman maupun non-formal, berfokus pada
pendidikan non-formal bahwa pendidikan ini dapat mendukung potensi
anak- anak dalam meningkatkan prestasi belajar diluar pendidikan formal
(slemankab.go.id, 2022).
Fasilitas untuk pendidikan ini difokuskan pada sarana dan prasarana
pendidikan seperti perpustakaan dan beberapa fasilitas penunjang seperti
lapangan olahraga dan ruang eSport di Kabupaten Sleman ini menjadi suatu
hal yang harus ditingkatkan dalam menghadapi masa depan dengan
pengaruh globalisasi modern. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya
Education Center di Kabupaten Sleman. Banyaknya komunitas-komunitas
yang berbasis edukasi dari anak-anak hingga dewasa masih belum memiliki
wadah yang baik berupa pusat pendidikan yang dapat bertukar ide dan
pikiran secara kreatif antara komunitas maupun anak muda yang ada di
Kabupaten Sleman.

Gambar 1. Perpustakaan Keliling di Kabupaten Sleman


(Sumber: slemankab.go.id, 2022)

Menyikapi hal tersebut perlu adanya Education Center atau pusat


pendidikan yang dapat mempermudah masyarakat Sleman dalam
meningkatkan pembelajaran di luar pendidikan formal dengan konsep
edukatif dan rekreatif yang terpusat pada satu area dengan memperhatikan
dampak bangunan Education Center terhadap alam dan lingkungan sekitar.
Beberapa isu yang mendasari terkait pentingnya pemenuhan fasilitas
pendidikan berupa Education Center dengan pendekatan Arsitektur
Bioklimatik di Kabupaten Sleman didukung dengan beberapa faktor yang
dijelaskan pada sub bab sebagai berikut:

1.2.1 Fasilitas pendidikan


4
Fasilitas Pendidikan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Sarana Pendidikan Formal
Kabupaten Sleman mempunyai sarana sekolah mulai dari tingkat
PAUD sampai sma sebanyak 1860 yang tersebar di berbagai daerah
dengan jumlah murid sebanyak 192.283 siswa dan 865 tenaga
pendidik. Dari banyaknya jumlah murid dan sarana sekolah
tersebut, kabupaten Sleman hanya mempunyai satu unit
perpustakaan yang dipimping dibawah Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Sleman yang mempunyai Luas yang sangat
kecil. Perpustakaan tersebut juga termasuk sepi dan paling banyak
hanya dikunjungi murid – murid TK dan SD, dan koleksi bukunya
juga termasuk sedikit (slemankab.go.id, 2022).

Gambar 2. Perpustakaan Kabupaten Sleman


(Sumber: jogja.tribunnews, 2022)

Gambar 3. Proses Belajar dalam Perpustakaan Sleman


(Sumber: perpustakaan-banyurejo-sleman-antaranews, 2022)
5
2. Sarana Pendidikan Non-Formal
Kabupaten Sleman memiliki lebih dari 96 Pendidikan Non-Formal
yang meliputi Lembaga Kursus Pelatihan (LKP), Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan
Pondok Pesantren (Ponpes). Pendidikan ini diikuti oleh masyarakat
dengan tujuan mendapatkan ilmu yang diajarkan di luar pendidikan
formal pada umumnya. Pendidikan ini sangat menunjang berbagai
kebutuhan dan pelatihan skill bagi masyarakat dengan luasan
bangunan yang kecil hingga besar. Namun beberapa sarana ini
belum menyebar secara luas dan masih bersifat individual, dalam
perancangan Education Center memiliki tujuan untuk menciptakan
pusat edukasi secara Non-Formal di mata masyarakat.
(referensi.data.kemdikbud.go.id,2022)
 eSport
Pada juni 2019, klub sepakbola local PSS Sleman mendirikan tim
eSport yang bernama Elang Jawa Esport (EJS eSport) yang
memulai kiprahnya di dunia PES dan FIFA, bahwa PSS Sleman
masuk ke global eSport karena melihat pasar game pada Indonesia
yang telah berkembang. Tara Derifatoni, Vice General Manager
PSS Sleman

dilansir dari data NewZoo, menyampaikan bahwa Indonesia berada


pada di peringkat ke-16 pasar esport global. Tara juga
menbambahkan bahwa banyak fans PSS Sleman yang suka
bermain game baik game mobile, konsol, bahkan game PC. Para
penggiat game ini paling banyak adalah para remaja dan para
pekerja yang masih muda. (bolasport.com)
6
Gambar 4. Turnamen eSport Kabupaten Sleman
(Sumber: www.bolasport.com ,2022)

Selain itu pada bulan Februari 2021, Elja eSport mengadakan


tournament PUBG Mobile dikala libur sepak bola liga1. Kompetisi
PUBG Mobile yang diberi nama Elja Super Series : PUGM Mobile
ini merupakan kompetisi umum yang berskala nasional yang
dimulai pada tanggal 27 Februai 202, dan diikuti banyaknya 200
peserta yang terbagi menjadi 50 tim dan dua grup. (Turnamen
Esport PSS Sleman Berakhir, (tribunnews.com, 2022)
1.2.2 Kondisi iklim kabupaten sleman
Perbincangan mengenai isu arsitektur yang ramah terhadap
lingkungan akhir-akhir ini mulai berkembang di masyarakat,
khususnya rakyat perkotaan yang kondisi lingkungannya sedikit
menurun. Perkembangan Kabupaten Sleman secara dinamis dapat
mengakibatkan peristiwa perubahan fungsi lahan persawahan pangan
menjadi lahan untuk permukiman atau lahan terbangun. Perubahan
epilog permukiman yang paling mendominasi berdasarkan data BPS
Kabupaten Sleman merupakan sawah. Tahun 2015 hingga 2018,
lahan sawah berkurang

sebanyak 110,9 ha sedangkan luas lahan pekarangan bertambah


sebesar 3.195,68 ha. Penyebab berdasarkan berkurangnya lahan sawah
dari tahun 2015 – 2018 merupakan pembangunan yang terjadi secara
terus menerus pada Kabupaten Sleman terutama pada daerah-daerah
yang dekat dengan sentra pendidikan. Perubahan epilog lahan tentu
akan mempengaruhi suhu bagian atas lahan di sana. Hal ini
memberikan dampak pada suhu bagian atas lahan Kabupaten Sleman
dalam perubahan iklim global. Dikutip dari weatherspark.com suhu
udara di Kabupaten Sleman dalam rentan 1 Desember 2021 – 28
Februari. Suhu tertinggi harian kurang lebih 29°C, jarang turun di
bawah 28°C atau melebihi 32°C. Suhu terendah rata-rata harian
tertinggi merupakan 29°C dalam tanggal 23 Januari. Suhu rendah
harian kurang lebih 23°C, jarang turun di bawah 22°C atau melebihi
24°C. Suhu terendah rata- rata harian terendah merupakan 23°C dalam
tanggal 29 Desember.
7

Gambar 5. Statistik suhu rata – rata Kabupaten Sleman


(Sumber: Id.waterspark.com, 2022)

Sebagai referensi, dalam 20 Oktober 2021, hari terpanas


setahun, suhu pada Sleman umumnya bersuhu 23°C sampai 31°C,
sedangkan dalam 10 Agustus, hari paling dingin dalam setahun,
suhunnya antara 22°C hingga 30°C.

Gambar 6. Statistik Statistik suhu rata – rata Kabupaten Sleman


tahun 2021
(Sumber: Id.waterspark.com, 2022)

Dalam menyikapi suhu yang semakin panas di Kabupaten


Sleman, konsep arsitektur bioklimatik merupakan pilihan konsep yang
bagus, karena pada konsep arsitektur bioklimatik sebuah bangunan
akan didesain dengan pendekatan – pendekatan yang berhubungan
antara arsitektur dan iklim daerah setempat, sehingga sebuah
bangunan dapat beradaptasi dengan lingkungan yang ada di
8
sekitarnya. Arsitektur Bioklimatik dipakai sebagai cara lain yang
membangun dan mendesain bangunan tunggal juga kawasan untuk
membantu merampungkan pemasalahan yang terjadi pada iklim mikro
pada lingkungan terpilih menggunakan proses perancangan prinsip-
prinsip Arsitektur Bioklimatik. Oleh sebab itu diperlukan desain
arsitektur berbasis kondisi iklim setempat (iklim tropis basah).
Dengan dikendalikan melalui pendekatan bioklimatik untuk
menciptakan bangunan hemat energi dan menciptakan kenyaman
thermal dalam bangunan.

1.3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana merancang Education Center yang bersifat edukatif dan


rekreatif yang mampu meningkatkan sumber daya manusia khususnya
di Kabupaten Sleman?
b. Bagaimana penerapan pendekatan Arsitektur Bioklimatik pada
perancangan Education Center yang nyaman bagi penduduk Kabupaten
Sleman?

1.4. Tujuan
a. Merancang desain Education Center yang mampu meningkatkan
kualitas pendidikan non-formal dan berpengaruh positif terhadap
masyarakat sekitar.
b. Memberikan rancangan desain education center yang sesuai dengan
penerapan konsep Arsitektur Bioklimatik.
1.5. Sasaran
a. Menjadikan kawasan yang menunjang pendidikan di Kabupaten Sleman.
b. Menciptakan fasilitas pendidikan sebagai sarana menambah wawasan
dan ketrampilan serta untuk masayarakat Kabupaten Sleman.
c. Menggugah kesadaran dan menumbuhkan apresiasi masyarakat
Kabupaten Sleman terhadap pentingnya pendidikan baik formal
maupun non formal.

1.6. Lingkup Pembahasan


Pembahasan pada penyusunan ini merancang kawasan Education
9
Center di Kabupaten Sleman dengan Pendekatan Konsep Arsitektur
Bioklimatik yang berperan penting dalam memberikan dampak positif bagi
bangunan, manusia dan lingkungan sekitarnya.

1.7. Metode Pembahasan


Pembahasan ini menggunakan metode dengan cara mengumpulkan
data dan analisis data dalam merampungkan pembangunan ini adalah
sebagai berikut:
1.7.1 Obervasi lapangan
Melakukan survei atau pengamatan secara langsung terhadap
lokasi pembangunan buat menerima data yang diharapkan seperti
syarat

eksisting lokasi pembangunan, kegiatan masyarakat, dan studi


lapangan terhadap analisa-analisa.

1.7.2 Studi literatur


Mendalami dan mengintrenpresentasikan literatur yang
berkaitan dengan judul yang diangkat dengan tujuan pembahasan yang
berkaitan dengan Education Center dan Arsitektur Bioklimatik yang
berkaitan dengan judul yang diangkat.

1.7.3 Analisis data


Menganalisis data dengan cara pendekatan deskriptif kualitatif
melalui hasil data yang telah dikumpulkan kemudian dari hasil
pengamatan secara langsung dan studi preseden yang hasilnya berupa
penerangan kondisi tempat atau lahan perencanaan pembangunan dan
konsep perancangan yang akan dibentuk.

1.7.4 Penerapan konsep desain


Hasil berdasarkan pembahasan analisis data kemudian
disimpulkan sebagai bahan acuan pada penyusunan perancangan
Education Center di Kabupaten Sleman dengan Pendekatan Arsitektur
Bioklimatik kemudian disimpulkan sebagai konsep desain yang
sinkron dengan tujuan perancangan.

1.8. Sistematika Penulisan


Sistematika dalam penulisan laporan Dasar-Dasar Program
10
Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Berisikan uraian pendahuluan terkait deskripsi judul, latar
belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat, lingkup
pembahasan, metode yang dipakai dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Memberitahukan kepada pembaca tentang dasar-dasar dan teori
tentang Education Center dengan fungsi bangunan dan pendekatan

Arsitektur Bioklimatik, studi preseden, serta literatur yang


digunakan dalam proses konsep bangunannya.
BAB III TINJAUAN UMUM LOKASI PERENCANAAN
Pada bab ini mendiskusikan tentang gambaran umum lokasi
perencanaan berupa data-data fisik sekaligus non fisik, kondisi
terkait daerah saat dan tinjauan penggunaan lahan pada Kabupaten
Sleman sampai gagasan dalam konsep perancangan.
BAB IV ANALISIS KONSEP PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN
Pada bab ini disuguhkan penjelasan mengenai pendapat tentang
perencanaan dan perancangan yang didasari dengan konsep makro
dan mikro serta analisis-analisis yang dibutuhkan menggunakan
analisis tapak, analisa dan konsep ruang, analisa dan konsep
utilitas, kebutuhan ruang, penghawaan dan sirkulasi juga
penekanan untuk memperoleh desain Education Center dengan
pendekatan Arsitektur Bioklimatik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Education Center


Education dalam Bahasa Indonesia merupakan edukasi yang berarti
dengan pendidikan tentang pembelajaran pengetahuan, kebiasaan kelompok
atau individu dan ketrampilan yang diajarkan secara turun menurun melalui
program pembelajaran, pelatihan maupun penelitian.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Education Center
berarti Pusat Edukasi yang berarti tempat terletak di tengah-tengah pusat
suatu tempat atau Kawasan yang dapat dijangkau dari segi aktifitas manusia.
Serta proses pembelajaran yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan
dan meningkatkan potensi diri melalui upaya pembelajaran dan pelatihan.
2.1.1 Tujuan education center (secara umum)
Education Center memiliki tujuan utama yaitu sebagai sarana
non-formal dalam mengembangkan kreatifitas masyarakat dalam
kualitas pendidikan untuk setiap masyarakat di Kabupaten Sleman dan
memfasilitasi berbagai macam kegiatan belajar dalam berkomunitas
bersama. Adapun tujuan dari lembaga ini adalah guna untuk
memperbaiki tingkah laku menjadi lebih baik melalui hubungan
menggunakan lingkungan pada sekitarnya dan bisa meningkatkan
kualitas hidup seseorang.

Sistem sosial merupakan sistem yang mempunyai tujuan sebagai


bagian dari budaya masyarakat sehari - hari. Sistem fisik merupakan
sistem yang dipakai untuk memasyarakat sesuai dengan fungsi-fungsi
yang mewadahinya secara optimal.

2.1.2 Fungsi education center


Education Center juga berfungsi menjadi tempat yang
menggabungkan unsur edukasi dan rekreasi dalam rangka
memperkenalkan memperluas ilmu pengetahuan masyarakat secara

luas, menarik dan mudah dipahami melalui banyak sekali aktivitas


yang berinovasi, dan bisa memberikan dorongan pada diri pengunjung
untuk berfikir lebih positif mengenai ilmu pengetahuan.
11
12

Dengan menghadapi era industri yang semakin meningkat di


kehidupan sehari-hari. Pendidikan harus mempunyai fasilitas yang
didedikasikan bagi warga secara edukatif, rekreatif, informatif, dan
kreatif, yang bisa menggabungkan sistem sosial, sistem budaya dan
sistem fisik (Marlina, 2008). Sistem sosial merupakan sistem yang
mempunyai tujuan sebagai bagian dari budaya masyarakat sehari -
hari. Sistem fisik merupakan sistem yang dipakai buat memasyarakat
sesuai dengan fungsi-fungsi yang mewadahinya secara optimal. Empat
macam karakter rancangan Education Center yaitu:

a. Edukatif
Suatu fasilitas pembelajaran materi yang ditunjang
menggunakan teknologi. Ilmu pengetahuan adalah materi yang
sangat dinamis, yangmana memiliki intensitas perubahan dan
perkembangan yang tinggi. Sebagai fasilitas edukasi, wajib bisa
menyesuaikan perubahan dinamisasi ini, yang berarti wajib
menempatkan diri terhadap perubahan dan perkembangan materi
sesuai perubahan dinamisasi ini. Sebagai salah satu jenis
fasilitas komersial, wajib merancang semenarik mungkin supaya
dapat menarik perhatian para pengunjung. Agar tercapainya
tujuan ini, materi pembelajaran yang disediakan wajib meliputi
materi edukasi untuk seluruh usia.
b. Informatif
Sebagai fasilitas yang disediakan untuk edukasi, wajib bisa
menyalurkan materi dengan baik. Artinya, bisa tersampaikan
dengan baik materi-materi pembelajaran sesuai pada rencana.
Agar dapat mencapai tujuan tersebut, diharapkan disediakan

kegiatan maupun fasilitas penunjang lain yang dapat


mempengaruhi keseluruhan bangunan.
c. Rekreatif
Selain bersifat edukatif, wajib dibentuk menggunakan karakter
13

rekreatif, adalah fasilitas ini wajib bisa menaruh kesan yang


mendalam misalnya eksplorasi pengalaman bagi pengunjung
yang bertujuan agar intensitas waktu kunjungan ulangnya tinggi
dan pada saat berkunjung waktunya menjadi panjang. Sebagai
fasilitas rekreatif, desain bangunan wajib lengkap dengan
fasilitas-fasilitas yang telah sesuai dengan sifat rekreatif yang
mana sasaran pengunjungnya adalah seluruh usia.
d. Kreatif
Kreatif ini merupakan karakter gabungan dari tiga karakter
edukatif, informatif dan rekreatif. Supaya bisa memadai era
perkembangan materi pembelajaran, mengungkapkan dengan
baik sesuai dengan rencana dan bisa membentuk suasana
rekreatif yang tidak monoton, rancangan wajib kreatif. Maksud
kreatif merupakan kreatif pada merancang bentuk bangunan
juga pandangan baru ide bentuk bangunan fasilitas
pendukungnya.
2.1.3 Fasilitas penunjang education center
Beberapa benda koleksi pada Education Center sebagian besar
adalah indera peraga yang bersifat bisa disentuh dan dimainkan.
Benda- benda koleksi tadi disediakan buat menonjolkan aspek
kenyataan yang disampaikan media peraga bukan buat menonjolkan
aspek nilai historis. Peralatan yang digunakan buat melaksanakan
aktivitas administratif dan teknis menurut sarana ilmu pengetahuan
dan teknologi adalah:

a. Peralatan tempat kerja merupakan suatu indera yang bisa


beranjak dan bisa digunakan buat melaksanakan aktivitas-
aktivitas yang berkesinambungan menggunakan administrasi
kepengelolaan.

b. Peralatan teknis yaitu setiap jenis indera atau benda beranjak


yang bisa digunakan dalam melakukan aktivitas-aktivitas teknis
dan mendorong adanya wahana edukatif.
14

c. Peralatan pameran yaitu peralatan-peralatan yang mendukung


dilaksanakannya pameran, seperti:
1) Panel.
2) Boks standar
3) Foto-foto.
4) Replika.
5) Model.
6) Benda-benda peraga yang terkomputerisasi.
d. Diorama, dipakai pada galeri sejarah menggunakan fragmen-
fragmen tertentu yang lalu disalurkan kedalam bentuk benda-
benda dan ruang tiga dimensi sebagai akibatnya suasana bisa
diciptakan dan dirasakan lantaran materi yang dipamerkan
tersampaikan jelas.
e. Audio visual, yang berupa alat-alat audio termasuk headphone,
proyektor slide, TV, dan video, proyektor film, komputer
multimedia yang meramaikan suasana dan mendukung
informasi–informasi.
2.1.4. Studi preseden arsitektur bioklimatik pada bangunan
Berikut adalah beberapa studi banding yang menjadi pertimbangan dalam
merancang sebuah gedung edukasi untuk mengetahui bagian – bagian yang
perlu atau harus mengalami perubahan.

1. St Mary of the Cross Primary School

Gambar 7. Cross Primary School Australia


(Sumber : archdaily.com/632550/st-mary-of-the-cross-primary-school-baldasso-cortese-
architects, 2022)
15

Cross Primary School terletak di kota Point Cook, Australia.


Bangunan ini mewujudkan pemikiran dan pembelajaran selama satu
dekade di Baldasso Cortese, dikonsep dengan menyatukan ide-ide
terkini dalam pembelajaran kontemporer, keterlibatan komunitas,
keberlanjutan, dan teknologi untuk menciptakan sekolah bagi anak-anak
dan juga berfungsi sebagai "Pusat Komunitas".

Gambar 8. Denah Cross Primary School Australia


(Sumber: archdaily.com, 2022)

Lingkungan pembelajaran modern memberikan tantangan dalam


menciptakan ruang dengan skala yang tepat, konstruksi yang hemat
biaya dan efisien. Tata ruang yang sengaja tidak teratur direalisasikan
dalam struktur rangka yang menyediakan berbagai ruang internal
yang

mempunyai bukaan yang besar untuk mencapai lingkungan belajar yang


nyaman tanpa kehilangan rasa keakraban dan kesenangan.
16

Gambar 9. Interior Cross Primary School Australia


(Sumber: archdaily.com, 2022)

Transparansi keseluruhan antar ruang menghubungkan pelajar dan


menciptakan rasa kebersamaan yang hebat. Setiap ruang belajar
memiliki akses langsung ke 5 ruang kegiatan bersama. Beberapa
koneksi menghubungkan interior ke ruang belajar eksterior di segala
arah.

Gambar 10. Cross Primary School Australia


(Sumber: archdaily.com, 2022)

“Bee Hives” adalah konsep interior yang fokus dalam 2 area


pembelajaran, hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan bagi staf
untuk mengajar di dalam maupun di luar bangunan, atau memilih untuk
mengajak anak–anak untuk bekerja dalam kelompok dan atau individu.

Konsep "Bee Hives" bertujuan menjaga konektivitas dengan komunitas


belajar lainnya. Sekaligus juga memperbolehkan siswa untuk memajang
karyanya. Tata ruang yang menyenangkan dan memberi skala pada
lingkungan belajar yang sangat banyak.
17

Gambar 11. Fasilitas Cross Primary School Australia


(Sumber: archdaily.com, 2022)

2. Saugus Youth Education

Gambar 12. Gedung Saugus Youth Education


(Sumber: ArsitekHMFH.com, 2022)

Saugus Youth Education adalah pusat edukasi usia remaja yang


berada di kota saugus Amerika serikat di bangun untuk menyatukan
pelajar dengan basis STEAM yang dilengkapi fasilitas pembelajaran
untuk meningkatkan eksplorasi dan inovasi.

Gambar 13. Interior Saugus Youth Education


(Sumber: ArsitekHMFH.com, 2022)
Kota saugus memiliki sejarah yang membanggakan yang kaya
dengan industri, arsitektur kolonial klasik dan pemandangan alamnya,
maka dari itu disetiap ruang edukasi menghadirkan kesan historis yang
diaplikasikan pada dinding maupun konsep ruangnya. Bangunan ini
dibagi menjadi tiga ruang utama yaitu ruang besi, ruang es, dan ruang
18

lobstering, nama ruang ini diambil dari sejarah kota Saugus. Sistem
pencahayaan alami dengan skylight diterapkan di bangunan ini, hal ini
bertujuan untuk menghemat energi dan seolah menyampaikan pesan dari
cahaya yang masuk sebagai inspirasi yang tidak pernah habis.

Gambar 14. Potongan Saugus Youth Education


(Sumber: ArsitekHMFH.com, 2022)

Terdapat beberapa ruang seperti area proyek, perpustakaan, studio


penyiaran, pengkodean, lab desain web/grafis, dan desain 3D dengan

didukung fasilitas seperti komputer yang dapat mendukung


berkembangnya kreativitas dan eksplorasi.

Gambar 15. Ruang – ruang Saugus Youth Education


(Sumber: ArsitekHMFH.com, 2022)

2.1.5. Komparasi Studi Preseden Education Center


Aspek Nama Bangunan
Pembanding Cross Primary Saugus Education Center
School Australia
19

Fungsi Edukasi untuk anak Edukasi untuk remaja


– anak
Fasilitas / - perpustakaan - area proyek
wahana - area edukasi - perpustakaan
- ruang berkumpul - studio
- ruang teater - lab komputer
Konsep Konsep ruang Konsep ruang terhubuhng
ruang terhubung dengan dan dipisah sesuai fungsinya
ruang – ruang
fasilitas lainnya
Kelebihan Meningkatkan Pengunjung tidak
interaksi sosial dan mengalami kebingungan
keberanian untuk menggunakan fasilitas
berinteraksi dengan mana yang akan digunakan
pengunjung yang terlebih dahulu. bangunan
lebih hemat energi

lain, bangunan lebih


hemat energi
Kekurangan Dapat menimbulkan Kurang memperhatikan nilai
kebingungan sosial sesama pengunjung.
terhadap letak Perlu penigkatan untuk
wahana/fasilitas penghematan energi dalam
edukasi. Perlu konsep bangunan.
peningkatan untuk
penghematan energi
dalam konsep
bangunan.

2.2. Definisi arsitektur bioklimatik


Istilah “Bioklimatik” secara tradisional terkait menggunakan interaksi
antara iklim dan makhluk hidup atau menggunakan studi bioklimatologi
20

atau menekankan bidang biologi klimatologi dan arsitektur secara


bersamaan (Hyde, 2008; Olgyay,1963). Dalam konteks bangunan secara
umum dan tempat tinggal secara spesifik berhubungan dengan interaksi
antara 3 (tiga) faktor yaitu antara organisme hidup, iklim dengan bentuk dan
bahan bangunan (Hyde, 2008). Selanjutnya desain bangunan sebagai bagian
krusial sesuai dengan prinsip-prinsip bioklimatik yang menuju pencapaian
pembangunan ekologis yang berkelanjutan. Keberlanjutan bisa dicermati
menjadi hasil, bukan menjadi tujuan atau proses. Ini bisa direalisasikan
menjadi desain bangunan yang memanfaatkan banyak sekali elemen
biofisik. Ekosfer merupakan unsuk biofilik yang digunakan, yaitu panas,
cahaya, landscape, udara, hujan, dan material (Hyde, 2008). Sedangkan
menurut Kenneth Yeang “Bioclimatology is the study of the relationship
between climate and life, particulary the effect of climate on the health of
activity of living things”.
Arsitektur Bioklimatik adalah salah satu cabang ilmu berdasarkan
Arsitektur Ekologis Lingkungan (Frick & Suskiyatno, 2007). Prinsip dalam
arsitektur lingkungan ini merupakan memakai cara dan strategi dijalani
untuk membentuk tempat juga bangunan, yang bisa merespon iklim dalam
lokasi tempat pembangunan, skala iklim makro juga iklim mikro. Selain itu,
arsitektur lingkungan dibutuhkan bisa dinikmati sang pengguna dalam
bangunan dengan cara mencapai kenyamanan thermal.
Arsitektur bioklimatik merupakan pendekatan sinergis buat desain
arsitektural terhadap iklim, yang menyatukan ilmu psikologi manusia,
klimatologi dan integrasi ilmu fisika bangunan dalam arsitektur regional
(Krisdianto, A, & Ekomadyo, 2011). Arsitektur bioklomatik bertujuan buat
menyediakan kenyamanan thermal dan kenyamanan visual, dengan
memakai energi matahari dan sumber alami lainnya yang merujuk dalam
desain berdasarkan bangunan dan ruang (ruang dalam, ruang luar, dan
lingkungan

buatan) yang berdasarkan iklim lokal. Elemen dasar berdasarkan desain


bioklimatik merupakan passive solar system yang digabungkan
21

menggunakan bangunan dan sumber alami yang dapat dimanfaatkan yaitu


matahari, air, angin, udara, tanaman, dan tanah yang digunakan untuk
pemanasan, pendinginan dan pencahayaan dalam rancangan. Dalam
mencapai manfaat terkait lingkungan, sosial dan ekonomi arsitektur
bioklimatik ini menaruh peluang yang menarik. Banyak hal yang bisa
dipelajari dan diterapkan mengenai energi, lingkungan dan proses daur
kehidupan. Konsep berdasarkan arsitektur bioklimatik pasif layak dipelajari
lebih lanjut. Hipotesis berdasarkan gabungan ini (pengaplikasian desain
arsitektur bioklimatik dalam bangunan) berjalan mengarah respon positif
dalam artian berdasarkan kesehatan dan kondisi emosi yang stabil serta
performa manusia (Almusaed, 2004).
Terdapat beberapa model bangunan karya Arsitek Ken Yeang yang
menerapkan konsep arsitektur bioklimatik antara lain Menara Mesiniaga,
Plaza Atrium menggunakan penerapan vertikal landscape. Selain itu Solaris
Fusionopolisdan the High-rise National Library Board Building di
Singapura menggunakan fasade bangunan yang dipakai menjadi penangkap
air hujan dan adanya shaft matahari, ventilasi alami dan atrium besar yang
menangkap sinar matahari. Jadi arsitektur bioklimatik merupakan suatu
pendekatan yang mendorong perancang bangunan buat mencapai
permasalahan pada desain dengan lebih mempertimbangkan interaksi antara
bentuk arsitektur dengan lingkungan iklim wilayah tersebut. Pada akhirnya
bentuk arsitektur yang didapatkan dipengaruhi oleh budaya sekitar, dan hal
ini akan mempengaruhi arsitektur yang akan ditampilkan oleh suatu
bangunan, selain itu pendekatan bioklimatik akan mengurangi
ketergantungan karya arsitektur terhadap sumber energi yang tidak dapat
dipengaruhi.
Perkembangan solusi Arsitektur Bioklimatik menggabungkan masing-
masing sustainability, kepekaan terhadap lingkungan, alam natural, dan
pendekatan organik berdasarkan kondisi-kondisi yang terdapat dan
berdasarkan ciri yang terdapat dalam site, konteks lingkungan, dan iklim

mikro lokal dan topografi (Almusaed A. , 2011)). Praktik bioklimatik


22

merupakan output berdasarkan menyesuaikan iklim dan kondisi lingkungan


yang akhirnya menjadi bagian dari arsitektur vernakular. Dari waktu ke
waktu, dapat ditinjau bahwa banyaknya perumahan hunian yang memakai
passive solar energy yang dipakai menjadi prinsip dasar dalam menyimpan
panas (dalam iklim tertentu). (Almusaed A. , 2011). Menurut Almusaed
pada bukunya yang berjudul Biophilic and Bioclimatic Architecture:
Analytical Therapy for the Next Generation of Passive Sustainable
Architecture menyatakan bahwa pengaruh energi dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Energi terhadap suasana
Hal dasar pada diskusi teknologi merupakan temperature, yang bisa
ditinjau setiap hari bahwa bentuk umum berdasarkan mesin yang
melibatkan panas yang melibatkan energi, mesin merubah susu yang
tinggi (biasa dianggap source temperature) dan sebagai suhu yang lebih
rendah (dianggap sink temperature). Perubahan berdasarkan energi bisa
dilakukan melalui suhu dalam lingkungan sekitar yang kurang lebih
caranya dibagi menjadi 4, yaitu: konduksi, konveksi, radiasi, dan
evaporasi.
2. Energi terhadap konsepsi arsitektur
Kestabilan temperatur bumi dalam masing-masing iklim dan ciri
geologis. Saat proses perubahan yang dijalani, kita wajib menekankan
dalam impak pencucian alami dan kemampuan self-regeneration yang
umumnya ditemukan pada hutan dan sungai. Keberhasilan ekonomi
memakan banyak sumber yang terbatas juga menghancurkan
lingkungan yang hanya bisa menaruh kemakmuran yang sifatnya hanya
sementara; kurangnya keberlanjutan dan mengancam keberadaannya
buat digunakan pada era yang akan datang. Sudah waktunya buat balik
ke titik awal, untuk mengulik lebih dalam pengetahuan mengenai
lingkungan dan memperbaiki kesalahan pada eksploitasi hutan didalam
bumi, yang memerankan peran penting dalam membentuk dan
pengembangan jiwa manusia.

Peran arsitek yaitu menggunakan pendekatan arsitektur bioklimatik ini


23

membangun bangunan sesuai dengan prinsip dan konsepnya, yang kelak


dengan adanya bangunan yang dibuat, tidak merusak sifat efek pembersihan
alami dan kemampuan self- regeneration dari Bumi.
2.2.1 Konsep arsitektur bioklimatik
Arsitektur Bioklimatik merupakan pendekatan desain yang
mengkombinasikan lingkungan fisik dan ketenangan dalam manusia.
Lingkungan fisik adalah hal terpenting berdasarkan parameter yang
terdapat pada Arsitektur Bioklimatik, yang memiliki interaksi
eksklusif terhadap alat manusia (akustika, optik, dan thermal) dan
ketenangan fisik didapat berdasarkan penggunaan material yang
tepat, sebagai akibatnya menciptakan bangunan nyaman, kondusif
dan bersih (Dunlop, 1994). Hubungan antar Elemen Kunci pada
Perspektif Desain Bioklimatik. Pada saat musim panas (kemarau di
Indonesia, waktu saat penyinaran matahari panjang), sistem shading
dalam bangunan dapat membantu menghalangi suhu udara ruang
dalam naik terlalu banyak. Namun, dalam musim hujan, sistem
shading ini bermanfaat guna untuk mencegah tampias dari air hujan.

Aturan pertama pada Arsitektur Bioklimatik merupakan


mengambil sisi positif berdasarkan kondisi bioklimatik lokal dalam
site dan juga menggunakan manfaat dari lingkungan alami (kondisi
eksisting) berdasarkan site yang akan dibangun (Widera, 2015).
Beberapa konsep yang harus dilakukan yaitu:

a. Kenyamanan Pengguna pada Bangunan Bioklimatik salah satu


hal terpenting berdasarkan desain bioklimatik yang berguna
merupakan dalam penggunaan maksimum dari cahaya surya
buat memastikan pencahayaan alami pada ruang dalam yang
memadai. Pencahayaan alami seharusnya dilakukan secara
perlahan supaya tidak terjadinya glare dan overheating.
Kenyamanan thermal dalam bangunan bioklimatik bisa dicapai

menggunakan beberapa cara, salah satu cara yang paling efisien


24

adalah dengan cara menggunakan radiasi pada lantai dan langit-


langit.
b. Pelajaran berdasarkan Arsitektur Vernakular: PassiveCooling
dan Heating. Suatu tempat menggunakan temperatur yang tinggi
sebagai alasan primer suatu bangunan yang mengikuti keadaan
teknologi pendinginan alami secara efisien terhadap kondisi
lingkungan lokalnya. Teknologi berdasarkan Arsitektur
Vernakular antara lain merupakan penggunaan tritisan, louver,
pohon, dan elemen shading lainnya buat membantu mengurangi
thermal load yang ada pada fasad.

Gambar 16. Penggambaran Sistem Penghawaan Alami


(Sumber: Widera, 2015 diakses bulan September 2022)

Dari beberapa sistem pendinginan pasif yang berdasarkan dari


penghawaan alami dan diterapkan pada bagian yang tidak selaras
bisa dikategorikan dengan beberapa metode dasar pada
pengaplikasiannya (Dahl, 2008):
1. Cross ventilation menurut perbedaan tekanan dalam rancangan
2. Ventilasi cerobong asap menurut stack effect.
3. Tower udara dan penangkap angin menurut overpressure dan
underpressure.
Atas dasar metode dasar pelaksanaan diatas, modifikasi lokal
dikembangkan menjadi sebagai berikut:
1. Cross ventilation dipadukan menggunakan lantai yang
dinaikkan dan pendinginan secara radiasi berdasarkan tapak
yang panas dan lembab.
25

Gambar 17. Ventilasi Silang Kombinasi Lantai


(Sumber: Widera, 2015 diakses bulan September 2022)

2. Cross ventilation digabungkan menggunakan struktur panggung


dan pendinginan menggunakan metode evaporasi berdasarkan
permukaan air pada tapak yang mempunyai suhu panas dan
lembab yang berlokasi di dekat reservoir air

Gambar 18. Ventilasi Silang Kombinasi Struktur Panggung


(Sumber: Widera, 2015 diakses bulan September 2022)

2.2.2 Prinsip desain arsitektur bioklimatik


Elemen kunci berdasarkan desain bioklimatik merupakan
passive system yaitu sistem penghawaan yang berfungsi tanpa
bantuan dari alat mekanik. Terdapat berbagai kategori desain
bioklimatik di Indonesia, antara lain (Tze, 2015):
1. Passive Solar Heat Protection (Minimal Heat Gain). Sistem ini
bisa diraih menggunakan pemilihan lokasi dan orientasi hadap
bangunan yang diadaptasi menggunakan tapak. Hasil desain
seharusnya diadaptasi menggunakan arah jalannya matahari dan
penempatan vegetasi atau pengisi lansekap dan pemilihan

material yang dapat menyerap panas matahari dan radiasi


matahari sesuai kebutuhan.
2. Passive Cooling Techinque (Maximum Heat Loss). Sistem ini
26

memakai banyak macam Teknik misalnya penghawaan alami,


night flush cooling, direct dan indirect radiative cooling,
evaporative cooling dan juga earth coupling.
3. Natural Daylighting System. Sistem pencahayaan alami
berfungsi bila bukaan atau ventilasi dan bagian atas pantul
ditempatkan dalam bangunan pada lokasi yang berdasarkan pada
jalur matahari (sun path).
Keberhasilan pencapaian desain menggunakan metode
pendekatan bioklimatik secara keseluruhan, diperlukan kelengkapan
terhadap komponen-komponen yang terdapat dalam gambar.
Pertimbangan pada pemenuhan kebutuhan pada kenyamanan
didorong menggunakan penggunaan elemen-elemen arsitektural dan
diterapkan sesuai dengan output analisis terhadap iklim makro pada
tapak sesuai dengan wilayah sekitarnya. Arsitektur bioklimatik
memakai elemen-elemen arsitektural sebagai penunjang bertujuan
supaya bisa menghemat biaya konsumsi energi.
2.2.3 Penerapan arsitektur bioklimatik
Pendekatan Arsitektur Bioklimatik. Beberapa indikator yang
wajib dipenuhi menurut pendekatan desain bioklimatik memakai
elemen arsitektural. Contoh penggunaannya dalam iklim tropis
secara umum ditinjau menurut model perkara Rumah Misol di Bali
dan A Box in Disguise oleh Wahana Architect, sebagai berikut:
1. Penentuan Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan krusial untuk konservasi energi. Umumnya,
bentuk rancangan menggunakan bukaan menghadap ke utada
dan selatan menaruh keuntungan dalam mengurangi insulasi
panas. Orientasi bangunan paling baik yaitu luas bagian atas
diletakkan menghadap timur dan barat menaruh dinding
eksternal dalam luar

ruangan atau dalam emperan terbuka. Rumah Misol mempunyai


entrance pada sisi Timur, sehingga dalam sisi ini tidak terdapat
ada bukaan.
27

Gambar 19. Rumah Misol oleh Wahana Architect


(Sumber : Arch Daily diakses pada 9 Oktober 2022)

2. Peletakan Sun-Shading pada Bangunan


Sun-Shading ditempatkan dalam sisi paling intens terpapar
cahaya matahari yaitu sisi timur dan barat. Fungsi berdasarkan
Sun-Shading adalah supaya bisa mengurangi paparan cahaya
matahari langsung dalam bangunan, sebagai akibatnya suhu
pada ruang terjaga dan mengurangi glare walaupun efek terang
dari matahari permanen didapatkan.

Gambar 20. Sun-shading pada Rumah Misol oleh


Wahana Architect (Sumber : Arch Daily diakses pada 9 Oktober
2022)

3. Peletakan Bukaan pada Bangunan


Berupa Pintu, Jendela, dan Ventilasi Hal ini mempunyai
interaksi dalam kenyamanan pengguna, arah angin dan paparan
cahaya matahari. Penempatan bukaan umumnya pada sisi utara
dan selatan yaitu arah angin pada umumnya. Pada gambar
terlihat bukaan dalam Rumah Misol ditempatkan pada sisi Utara
dalam bangunan sebagai akibatnya bisa memaksimalkan
udara yang

masuk dalam bangunan. Rumah Misol telah mengadaptasi


penggunaan Cross-Ventilation dalam bangunannya. Penggunaan
bukaan yang ditempatkan sedemikian rupa bisa terjadi
pertukaran udara sebagai akibatnya dapat memberikan
28

kenyamanan thermal bagi penghuninya.

Gambar 21. Cross Ventilation Rumah Misol oleh


Wahana Architect (Sumber : Arch Daily diakses pada 9 Oktober 2022)
4. Pemilihan Material Bangunan
Material bangunan bisa mempengaruhi kenyamanan pengguna
dalam bangunan. Pemilihan material mempunyai beberapa
karakteristik spesial sebagai model untuk kenyamanan secara
akustik, material dengan kerapatan baik dipilih lantaran
menyerap suara lebih baik dan dipilih pula untuk kerapatan pada
dinding bangunan lantaran bisa membantu mengurangi dampak
radiasi matahari karena proses perambatannya lambat sebagai
akibatnya panas yang berlebih sulit masuk ke dalam rumah.
5. Pemilihan Warna Kulit Bangunan
Warna kulit bangunan dalam bagian luar yang dipilih umumnya
adalah warna putih yang bisa memantulkan cahaya dan panas
matahari sebagai akibatnya pada ruang tidak terlalu panas dalam
siang hari tetapi tetap hangat ketika malam hari.
6. Peletakan Vegetasi
Letak vegetasi dalam tapak mempengaruhi kenyamanan thermal
yang diterima sang pengguna pada bangunan. Selain
menghindarkan dari serangan matahari langsung, penempatan
vegetasi dalam tapak juga membuat penghawaan (pada hal ini

membantu dalam penyaringan udara yang masuk ke bangunan)


juga membantu pada penyerapan bunyi diluar bangunan, sebagai
akibatnya menyebabkan kenyamanan secara akustik.
2.2.4 Studi preseden arsitektur bioklimatik pada bangunan
1. Crete Bioclimatic School by Camvari Architects
29

Gambar 22. Fasad Bangunan Crete Building


( Sumber : www.archdaily.com/371851 kamvariarchitect, 2022)

Membawa keselarasan dan rasa untuk konteks sekitarnya,


proposal oleh Arsitek Kamvari untuk Sekolah Bioklimatik Kreta
menciptakan gerakan linier sederhana di seluruh situs, melihat ke
dalam menuju jantung sekolah. Eksterior yang halus ini
memperkenalkan kegembiraan dan kesenangan ke interior sambil
memberikan kesan tertutup dan keamanan pada sekolah, tetapi
mempertahankan nuansa pengaturan lanskapnya. Lebih banyak
gambar dan deskripsi arsitek setelah istirahat.

Gambar 23. Interior Bangunan


(Sumber : www.archdaily.com/371851 kamvariarchitect,2022)

Terletak hampir 4 meter di atas lanskap yang menghubungkan


2 tanggul, proposal kami membentang dari timur ke barat
menciptakan bar efisien yang mencoba membangun alam bersejarah
30

Kreta sebagai pintu gerbang antara timur dan barat. Dengan cara ini
proposal kami menjadi jembatan setinggi enam puluh meter, ditata
secara formal di lingkungan belajar yang menarik dan menarik
dikelilingi oleh pemandangan indah yang dikombinasikan dengan
permadani berbagai tanaman, rumput, kolam, teka-teki matematika,
dan objek ilmiah.

Gambar 24. Area Kawasan Bangunan


(Sumber : www.archdaily.com/371851 kamvariarchitect,2022)

Bangunan ini memenuhi brief yang kompleks – terlihat di


lanskap, namun ke dalam sekolah untuk membuat dan kandang
internal yang menarik. Ada kisah yang sama menariknya untuk
diceritakan sehubungan dengan bagaimana hal itu secara fisik
mewakili posisi filosofis liberal Kreta dan tren pendidikan saat ini.
Arsitek juga menggunakan algoritme untuk memperoleh kisi-kisi
dengan orientasi sehubungan dengan penggunaan internal, serta
kekuatan eksternal.
2. Community Mosque of Pamulang by RAD+ar

Masjid ini tidak seperti tempat ibadah kebanyakan memiliki


tujuan yang lebih dari sekedar tempat ibadah umat Islam, seringkali
berbentuk sebagai sentra komunitas, balai pertemuan, bahkan untuk
berkembang, dan ruang rekreasi. Masjid Komunitas Bioklimatik
bertujuan dalam mengatasi kasus fundamental yang membentuk
masjid dengan menjauhkan diri dalam diskusi arsitektur pada waktu
ini dari bentuk dan hanya serius dalam esensi ruang keagamaan.
31

Gambar 25. Bangunan Masjid Darul Ulum Pamulang


(Sumber: www.archdaily.com/945843 bioclimatic community mosque, 2022)

Terletak di tengah-tengah komunitas demografis muda, Masjid


Darul Ulum Pamulang dirancang dengan perawatan yang sangat
rendah dan swasembada karena lingkungan yang sangat tidak ramah
di mana panas langsung dan kelembaban tinggi sangat dominan.

Gambar 26. Potongan Gambar Masjid Darul Ulum


(Sumber: www.archdaily.com/945843 bioclimatic community mosque, 2022)

Desain bioklimatik merupakan arah yang kentara untuk


diadopsi yang memakai lumen ekstrim dari energi matahari sebagai
pencahayaan alami tidak langsung 12 jam menuju bagian besar
masjid dan sumber daya lingkungan terkait lainnya akan
memberikan kenyamanan termal manusia di dalam dan luar ruangan,
misalnya teknik rinci untuk membentuk ventilasi silang (variasi
inlet-outlet, memakai roster, bukaan berbayang samping dan atas
untuk efek tumpukan).
32

Gambar 27. Masterplan Masjid Darul Ulum


(Sumber: www.archdaily.com/945843 bioclimatic community mosque, 2022)

Sebagai upaya untuk mengurangi biaya untuk masjid


komunitas dan meningkatkan efisiensi, arsitek menetapkan untuk
mengubah 95% dari apa yang seharusnya menjadi partisi bata dan
merubahnya

menggunakan lebih dari 30.000 lembar roster block (yang


menyediakan lampu dan terowongan angin dengan tetap menjaga
privasi) yang pembuatannya secara manual oleh masyarakat sekitar
untuk masyarakat. Pendekatan geometris-volumetrik dasar sebagai
massa cekung (untuk menjadikan suhu yang lebih rendah) ditumpuk
di atas yang lain, kemungkinan banyak tingkat variasi kecepatan
angin melintasi bangunan yang menaruh naungan total dan suhu
ekstrim dan masih ada perbedaan tekanan udara yang memastikan
jendela silang 24 jam & efek cerobong termal.
33

Gambar 28. Interior Masjid Darul Ulum


(Sumber: www.archdaily.com/945843 bioclimatic community mosque, 2022)

Dengan daya tampung lebih kurang 1.000 orang, desain masjid


ini menyatu menggunakan alam dan budaya lokal. Dikarenakan
ruang interior dalam dasarnya merupakan ruang luar yang teduh,
kecepatan angin bervariasi, hal ini ternyata relatif efektif dalam
mengatasi masalah berkumpulnya banyak orang di dalam ruangan
selama pandemi udara misalnya Covid-19 yang sudah terjadi.

3. Bioclimatic and biophilic Boarding House by AndyRahman


Rumah kost yang berlokasi di Surabaya, Indonesia ini dibuat
oleh Arsitek Andyrahman berdasarkan info-info pada masa ini yang
beredar pada komunitas arsitektur, terutama info mengenai
bioklimatik dan biofilik pada konteks yang relatif luas. Arsitektur
bioklimatik, menggunakan iklim tropis menjadi tantangan dan
potensi desain, sedangkan biofilik bukan cuma berkaitan dengan
alam tetapi meninjau manusia untuk menjadi objek hidup yang wajib
diperlakukan secara manusiawi dan proporsional.

Gambar 29. Interior Rumah Kos


(Sumber: www.archdaily.com/784043 Andyrahman architect, 2022)

Isu bioklimatik (menanggapi iklim tropis) dapat dicermati


dalam penggunaan material panel atau dinding berlubang yang mana
sebagian besar bagian rumah. Dengan panel yang diadaptasi ini,
bangunan tampak menghirup udara segar misalnya makhluk hidup,
dengan penggunaan cahaya, udara yang mengalir secara bebas yakni
masuk dan keluar.
34

Gambar 30. Sirkulasi Void


(Sumber: www.archdaily.com/784043 Andyrahman architect, 2022)

Terdapat pula tambahan bukaan spasial yang mempunyai


tujuan untuk bisa mengoptimalkan cahaya dan udara di bagian
samping dan belakang rumah. Walupun bukaan kecil akan tetapi
sangat bermanfaat untuk mendapatkan penerangan secara alami dan
sirkulasi udara.

Gambar 31. Denah Sirkulasi Rumah Kos


(Sumber: www.archdaily.com/784043 Andyrahman architect, 2022)

Sedangkan secara biofilik, kost ini tidak mencari keuntungan


hanya dengan memaksimalkan ruang sewa, tetapi disediakan ruang
komunal bagi penyewanya, supaya bisa saling berinteraksi,

berkomunikasi, dan bersosialisasi satu sama lain. Ruang komunal


berada di lantai satu menggunakan atap terbuka dan satu lagi di
35

lantai atas.

Gambar 32. Potongan Rumah Kos


(Sumber: www.archdaily.com/784043 Andyrahman architect,2022)

Dalam konteks biofilik, tempat tinggal ingin menaruh apresiasi


pada pengguna yang memakai sepeda dengan menyediakan area
parkir khusus menggunakan perindikasi grafisnya. Sepeda adalah
alat transportasi yang murah dan ekonomis tenaga serta baik untuk
kesehatan, hal tadi menjadi alasan untuk menyediakan tempat parkir
yang layak.

2.2.5. Komparasi Studi Preseden Penerapan Arsitektur Bioklimatik


Aspek Nama Bangunan
Pembanding Crete Bioclimatic Community Bioclimatic and
School Mosque of Biophilic Boarding
Pamulang House
Jenis bangunan Sekolah anak – Masjid Rumah Kos
anak
Fungsi Sebagai tempat Sebagai tempat Sebagai tempat
bangunan belajar untuk beribadah dan istirahat dan tempat
anak – anak usia berkumpulnya singgah sementara
dini

masyarakat
setempat
36

Konsep Menggunakan Menggunakan Menggunakan


Bioklimatik fasad berlubang cahaya matahari panel dinding
dan mempunyai 12 jam penuh berlubang di
konsep ruang sebagai pengatur banyak titik dan
yang luas dan kelembapan pada pemaksimalan
tinggi bangunan dan sirkulasi udara
memaksimalkan yang mengalir pada
sirkulasi angin bangunan tersebut
secara
menyeluruh pada
bangunan
Kelebihan Memanjakan Dapat Mengutamakan
anak – anak yang menangulangi kenyamanan
bersekolah di masalah pengguna dengan
tempat tersebut kelembapan dan adanya konsep
dengan adanya biaya bhiophilic dan
ruang yang lega pembangunan penghawaan yang
yang dipadukan yang sangat bagus
dengan konsep efisien dan hemat
interior yang energi
ramah anak
Kekurangan Konsep Bangunan yang Kurang
bangunan yang terlalu terbuka memeprhatikan
modern dan akan memberikan cahaya yang masuk
penggunaan ketidak nyamaan ke masing masing
strukturnya kepada pengguna kamar pengguna
menjadikan Ketika ada hawa sehingga kamar
bangunan dingin akibat pengguna akan

tersebut mahal badai ataupun kekurangan sinar


dalam hujan deras matahari jika tidak
pembangunanya sering membuka
pintu kamar
37

2.3. Gagasan Perencanaan dan Perancangan


Dalam perencanaan dan perancangan Education Center di Kawasan
Kabupaten Sleman dengan pendekatan Arsitektur Bioklimatik ini
menggunakan dasar yang didapat dari kesimpulan studi literatur dan studi
presedan yang diperoleh dasar sebagai berikut:
a. Education Center bersifat rekreatif dan informatif.
b. Education Center diperuntukkan masyarakat yang ingin mempelajari
hal-hal baru.
c. Di area Education Center dilengkapi fasilitas edukasi yang dapat
menunjang kreatifitas anak.
d. Pelayanan dan fasilitas diwujudkan sesuai standar yang sudah di
tentukan.
Pendekatan yang digunakan dalam perancangan Education Center ini
menggunakan Arsitektur Bioklimatik dengan memperhatikan prinsip-prinsip
kaidah desain, efisiensi energi, passive design dan juga pemanfaatan
material dalam perancangan bangunan Education Center.
BAB III
TINJAUAN UMUM LOKASI PERENCANAAN

3.1. Data Fisik


3.1.1 Letak geografis
Secara geografis, Kabupaten Sleman terletak diantara 107o 15’ 03’’
dan 107o 29’ 30” Bujur Timur, 7o 47’ 51’’ dan 7o 47’ 30’’ Lintang
Selatan dengan batas – batas wilayah sebagai berikut:

Gambar 33. Peta Provinsi Yogyakarta


(Sumber: Badan Pusat Statistik Yogyakarta 2022)

 Sebelah Utara : Kabupaten Magelang

 Sebelah Timur : kabupaten Klaten

 Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul dan Yogyakarta

 Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo

Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82


km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
3.185,80 km2, dengan jarak terjauh Utara – Selatan 32 km, Timur –
38
39
Barat 35 km. secara administrative terdiri dari 17 wilayah Kecamatan,
86 Desa dan 1.212 Dusun.

3.1.2 Kondisi topografis


Kabupaten Sleman mempunyai kondisi tanah pada bagian
selatan relative datar selain kondisi tanah yang kebanyakan
merupakan perbukitan yang terletak pada daerah bagian tenggara
kecamatan Prambanan. Akan tetapi, jika ditelusuri semakin kea rah
utara kondisi tanahnya menjadi semakin miring dan pada daerah utara
di sekitar lereng Merapi tanahnya relative cukup curam dan terjal.

3.1.3 Kondisi geologi


Keberadaan Gunung Merapi mempunyai dampak positif
terhadap kondisi tanah di Kabupaten Sleman dimana ada endapan
vulkanik mewakili dari 90% dari segala daerah. Tidak hanya itu tipe
tanahnya mayoritas merupakan regosol, dengan tingkatan kesuburan
tanah yang lumayan baik.

3.1.4 Penggunaan tanah


Secara keseluruhan, luas Kabupaten Sleman sebagian digunakan
sebagai lahan persawahan. Sedangkan + 40% dari luas total
Kabupaten Sleman digunakan untuk ruang terbangun yang tata guna
lahannya terdiri atas waduk, sungai, permukiman dan juga
perkebunan. Tata guna lahan tersebut lebih berkembang secara organis
pada Kawasan sentra Pendidikan dan perumahan baru.
40

Gambar 34. Peta Rencana Kawasan Kabupaten


(Sumber: Badan Pusat Statistik Sleman 2022)

3.1.5 Klimatologi
Kabupaten Sleman mempunyai hawa tropis dengan tingkatan
curah hujan dekat 1. 500- 4. 000 milimeter/ th yang dipengaruhi oleh
masa penghujan serta masa kemarau. Bersumber pada informasi dari
Stasiun Meteorologi temperatur hawa rata- rata menampilkan angka
22o c- 35o c. Rata- rata curah hujan geser 31- hari sepanjang masa
panas di Sleman ialah pada dasarnya konstan, serta senantiasa dekat
272 mm selama waktu, serta tidak sering melebihi 466 mm ataupun
jatuh dibawah 126 mm.

3.2. Data Non Fisik


Pada data ini diperlihatkan data-data yang terkait dengan lokasi
potensial yang akan dijadikan site perancangan yaitu di Kabupaten Sleman.
3.2.1 Kependudukan
Kabupaten Sleman memiliki jumlah penduduk mencapai
1.125.804 jiwa yang terdiri dari 559.385 penduduk laki – laki dan
566.419 penduduk perempuan.
41
Tabel 1. Banyak Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten Sleman

Banyaknya Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten Sleman


No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Moyudan 16.672 16.842 33.514
2. Minggir 15.695 16.415 32.110
3. Seyegan 25.431 25.800 51.231
4. Godean 36.111 36.144 72.255
5. Gamping 51.363 51.829 103.192
6. Mlati 50.068 50.456 100.524
7. Depok 65.019 64.986 131.005
8. Berbah 29.336 29.668 59.004
9. Prambanan 26.212 26.901 53.113
10. Kalasan 42.860 43.303 86.163
11. Ngemplak 33.674 33.881 67.555
12. Ngaglik 52.552 53.060 105.612
13. Sleman 35.751 36.137 71.888
14. Tempel 26.633 26.995 53.628
15. Turi 18.231 18.328 36.559
16. Pakem 18.396 18.924 37.320
17. Cangkringan 15.381 15.750 31.131
Jumlah/Total 559.385 556.419 1.125.804
3.2.2 Pendidikan
42
(Sumber: Slemankab.go.id, 2022)

Pada Kabupaten Sleman jumlah sekolah yang paling banyak


terdapat pada jenjang Sekolah Dasar (SD) yang berjumlah 510 sekolah
yang tersebar di Kabupaten Sleman. Hal ini dapat dilihat dari tabel
sebagai berikut.

Tabel 2. Banyaknya Jumlah Sekolah pada Jenjang SD

(Sumber: Slemankab.go.id, 2022)

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 10


yang berbunyi bahwa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang sering
disingkat sebagai PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan
nonformal. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau lebih disingkat
dengan PKBM adalah suatu tempat berbagai kegiatan pembelajaran
masyarakat dituntun pada pemberdayaan potensi untuk menjalankan
pembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Program-
program yang diadakan di PKBM dapat sangat beragam antara lain
Pendidikan Kesetaraan (A,B dan C), Pendidikan Keaksaraan,
43
Pendidikan Kewarganegaraan, Kerumahtanggaan, dan lain-lainnya.
Kabupaten Sleman memiliki 22 kelompok PKBM antara lain:

Tabel 3. PKBM Kabupaten Sleman

Kecamatan Desa/Kelurahan NPSN Nama Satuan Pendidikan Program


No.

1 Kec. Berbah kalitirto P9959833 SKB A,B,C

2 Kec. Depok Maguwoharjo P2961861 PKBM P. DIPONEGORO A,B,C

Kec.
3 Gamping Trihanggo P9963028 PKBM JOGJA GREEN SCHOOL A,B

Kec.
4 Gamping Banyuraden P2961834 PKBM MANDIRI A,B,C

Kec.
5 Gamping Balecatur P2961835 PKBM PANCA USAHA A,B

Kec.
6 Gamping Kronggahan P2961833 PKBM WIDYA USAHA B,C

7 Kec. Kalasan kalasan P9984455 PKBM PERMATA UNGGUL A,B,C

8 Kec. Minggir Sendang Rejo P9963063 PKBM AL BAYAN C

9 Kec. Mlati Sinduadi P2961875 PKBM Sekar Melati A,B,C

10 Kec. Mlati Tirtoadi P2961831 PKBM TUNAS TIRTA A,B,C

Kec.
11 Moyudan Sumbersari P9970207 PKBM YAUMI A,B,C

PKBM ANUGRAH BANGSA


12 Kec. Ngaglik Sari Harjo P9934935 (ANSA) C

PKBM BINA KARYA SUNAN


13 Kec. Ngaglik Sardonoharjo P2961857 PANDANARAN A,B,C
44
14 Kec. Ngaglik ngaglik P2961829 PKBM GLONDONG A,B,C
45

15 Kec. Ngaglik Sari Harjo P9963002 PKBM LIFEWAY A

Kec.
16 Ngemplak Wedomartani P9959655 PKBM BIMA MANDIRI A,B,C

Kec.
17 Prambanan Boko Harjo P9970697 PKBM FUKUOKA C

18 Kec. Sleman sleman P9984456 PKBM AN NUUR A,B,C

19 Kec. Sleman sleman P2961821 PKBM SEJAHTERA A,B,C

20 Kec. Sleman Tridadi P2961826 PKBM SURYA PANDHAWA A,B,C

21 Kec. Tempel tempel P2961845 PKBM SUMBER MULYO C

22 Kec. Turi turi P2961851 PKBM BANGUN MULYA C

(Sumber: Slemankab.go.id, 2022)


Dari total Jumlah penduduk di Kabupaten Sleman bisa
diindentifikasi tingkat Pendidikan terakhir yang sudah terselesaikan,
berikut tabel jumlah penduduk berdasarkan tingkat Pendidikan pada
Kabupaten Sleman:

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Terakhir Kabupaten Sleman


46

(Sumber: Slemankab.go.id, 2022)

Dari data tersebut di dapat disimpilkan bahwa penduduk yang


tidak sekolah masih relatif tinggi yaitu 178.844 jiwa dengan tingkat
penduduk tidak sekolah tertinggi yaitu pada Kecamatan Depok yang
berkisar kurang lebih 20.171 jiwa

3.3. Penyelenggaran Bangunan


3.3.1. Fungsi bangunan gedung
Fungsi bangunan yang ditetapkan dalam Peraturan
Bupati Sleman Nomor 49 tahun 2012 dijelaskan sebagai
berikut :

1. Fungsi guna bangunan gedung merupakan ketetapan pemenuhan


persyaratan teknis bangunan gedung, baik ditinjau dari segi tata
bangunan serta area, ataupun keandalan bangunan gedungnya.
2. Fungsi guna bangunan gedung semacam yang diartikan pada
ayat( 1) meliputi guna hunian, guna keagamaan, guna usaha,
guna sosial serta budaya, guna spesial, ataupun guna ganda.

3.3.2. Persyaratan arsitektur bangunan gedung


Persyaratan teknis bangunan yang ditetapkan dalam Peraturan
Bupati Sleman Nomor 49 tahun 2012 dijelaskan sebagai berikut :

1. Persyaratan penampilan bangunan gedung yang dimaksud dalam


Pasal 20 huruf a dirancang dengan memperhatikan :
a. ruang luar bangunan yang nyaman dan serasi terhadap
daerah setempat;
b. tinggi peil lantai dasar suatu bangunan gedung paling tinggi
1,20 m (satu koma dua meter) dari tinggi rata-rata jalan;
c. tinggi peil pekarangan/persil ditentukan sebagai berikut:
1. Tinggi peil pekarangan/persil berkontur berdasarkan
tinggi peil ratarata pekarangan asli;
47

2. Ketinggiann tanah pekarangan/ persil diatas 1, 20( satu


koma 2) m dari ketinggian rata- rata jalur, besar optimal
lantai bawah diresmikan sama dengan besar rata- rata
muka tanah pekarangan asli. tanah pekarangan/persil
diatas 1,20 (satu koma dua) meter dari tinggi rata-rata
jalan, tinggi maksimal lantai dasar ditetapkan sama
dengan tinggi rata-rata muka tanah pekarangan asli;
3. Pekarangan / persil mempunyai kemiringan yang curam
ataupun perbandingan yang besar pada tanah asli
sesuatu perpetakan, besar optimal lantai bawah diambil
besar peil rata- rata pekarangan asli;
4. Perkarangan/ persil mempunyai lebih dari satu akses
jalur serta mempunyai kemiringan yang tidak sama,
besar peil lantai bawah didetetapkan dari peil rata- rata
permukaan jalur yang sangat besar.
2. Bangunan yang nantinya didirikan berdampingan dengan
bangunan cagar budaya wajib senada dengan bangunan cagar
budaya tersebut;
3. Lahan yang akan digunakan sebagai area parkir bersama tidak
diizinkan apabila mendirikan batas fisik atau pagar;
4. Rencana tata letak bangunan gedung untuk keperluan bangunan
yang mempunyai fungsi selain sebagai rumah tinggal pribadi,
yang dibangun, yang dikunjungi, dan digunakan oleh
masyarakat umum termasuk penyandang cacat ditambah pula
pemenuhan rencana aksesibilitas untuk penyandang cacat;
5. Jika bangunan gedung dibangun menggunakan cara membangun
renggang, sisi bangunan gedung yang nantinya didirikan wajib
mempunyai jarak bebas yang tidak dibangun pada kedua sisi
samping kiri, kanan dan bagian belakang yang berbatasan
dengan pekarangan;
48

6. Apabila bangunan gedung dibangun dengan cara membangun


rapat dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas
pekarangan;
b. Perbaikan atau perombakan bangunan gedung yang semula
menggunakan bangunan dinding batas bersama dengan
bangunan gedung di sebelahnya, disyaratkan untuk
membuat dinding batas tersendiri di samping dinding batas
terdahulu

3.3.3. Persyaratan keselamatan


Persyaratan keselamatan bangunan yang ditetapkan dalam
Peraturan Bupati Sleman Nomor 49 tahun 2012 dijelaskan sebagai
berikut :

1. Struktur bangunan Gedung


a. Struktur bangunan gedung sebagai berikut:
1. Kuat/kokoh dalam mengikuti peraturan dan standart teknis
yang berupa struktur bawah dan struktur atas bangunan
gedung;
2. Stabil dalam memikul beban/kombinasi beban diantaranya
beban muatan tetap dan /atau beban muatan sementara
yang disebabkan oleh gempa bumi, angin, debu letusan
gunung berapi sesuai dengan peraturan pembebanan yang
berlaku;
3. Melengkapi persyaratan kelayanan (serviceability) selama
umur layanan sesuai berdasarkan fungsi bangunan gedung,
lokasi, keawetan dan cara mlain mengenai pelaksanaan
konstruksinya;
4. Melengkapi persyaratan daktail supaya tetap berdiri pada
kondisi di ambang keruntuhan terutama akibat getaran
gempa bumi.
2. Pengaman kebakaran
49

a. Setiap bangunan gedung harus dilindungi dari bahaya


kebakaran dengan menerapkan sistem proteksi pasif dan
proteksi aktif, kecuali rumah tinggal sederhana.
b. Penerapan sistem proteksi pasif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didasarkan pada fungsi dan klasifikasi resiko
kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang,
dan/atau jumlah dan kondisi penghuni bangunan gedung.
c. Penerapan sistem proteksi aktif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian,
volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni
bangunan gedung
d. Setiap bangunan gedung dengan fungsi, klasifikasi, luas,
jumlah lantai, dan/atau dengan jumlah penghuni tertentu harus
memiliki unit manajemen pengamanan kebakaran.
e. Ketentuan mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem proteksi pasif dan proteksi aktif serta
penerapan manajemen pengamanan kebakaran mengikuti
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
3. Penangkal petir
a. Setiap bangunan gedung yang menurut letak, sifat geografis,
bentuk ketinggian, dan penggunaannya berisiko terkena
sambaran petir harus dilengkapi dengan instalasi penangkal
petir.
b. Sistem penangkal petir yang dirancang dan dipasang harus
dapat mengurangi risiko kerusakan yang disebabkan sambaran
petir terhadap bangunan gedung dan peralatan yang
diproteksinya, serta melindungi manusia didalamnya.
c. Ketentuan mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
pemeliharaan instalasi sistem penangkal petir mengikuti
pedoman dan standar teknis yang berlaku.
4. Pengaman instalasi tenaga listrik
50

a. Setiap bangunan gedung wajib dilengkapi dengan instalasi


listrik termasuk sumber daya listrik.
b. Ketentuan mengenai tata cara perencanaan, pemasangan,
pemeriksaan dan pemeliharaan instalasi listrik mengikuti
pedoman dan standar teknis yang berlaku.

3.4. Tinjauan Site


3.4.1. Pemilihan lokasi lite
Dalam pemilihan tapak yang dijadikan lokasi perancangan perlu
diperhatikan aspek-aspek yang dapat mendukung aktivitas dalam
bangunan tersebut. Lokasi yang dipilih akan diperhatikan mulai dari
lokasi yang strategis, kemudahan akses, dan kondisi site yang akan
dirancang. Berikut beberapa kriteria yang dijadikan untuk
pertimbangan dalam penentuan lokasi site:
1. Fungsi Lahan
Fungsi lahan sesuai dengan pemanfaatan ruang di Sleman dengan
Peraturan Daerah Sleman No. 12 Tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031.
Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten merupakan arahan
pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang wilayah sesuai dengan RTRW
2. Aksestabilitas
Lokasi site harus berada di daerah yang strategis agar dapat
memberikan kemudahan akses, baik kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum
3. Infrastruktur Kota
Lokasi site harus memiliki kelengkapan infrastruktur kota yang
menunjang serta fasilitas pokok yang dibutuhkan pada bangunan
umum seperti jaringan jalan, drainase, jaringan penerangan,
jaringan listrik dan telepon, saluran air bersih, dan saluran
pembuangan
51

limbah sehingga pengguna bangunan akan merasa nyaman


menggunakan bangunan tersebut.
4. Ketersediaan Lahan
Kondisi lahan cukup untuk menampung berbagai aktivitas dan
ruangan untuk menunjang fungsinya. Lahan dengan kontur datar
akan mempermudah dalam perancangannya
Diperoleh 3 alternatif site yang memiliki kriteria diatas :

1. Site Alternatif 1

Gambar 35. Site Alternatif 1


(Sumber: Google Earth ,2022)

Merupakan lahan milik masyarakat pribadi yang memiliki luas


sekitar 2,7 ha, lokasi site ini terletak di Jl. Stadion yang berbatasan
dengan warga di sebelah utara, timur dan barat, yang dapat dilalui
dengan kendaraan umum.
2. Site alternatif 2

Gambar 36. Alternatif Site 2


(Sumber: Google Earth,2022)
52

Merupakan lahan milik masyarakat pribadi yang memiliki luas


sekitar 1,3 ha, lokasi site ini terletak di Jl. Stadion yang berbatasan
dengan warga di sebelah selatan dan site alternatif 1 yang dapat dilalui
dengan kendaraan umum.
3. Site alternatif 3

Gambar 37. Alternatif Site 3


(Sumber: Google Earth,2022)

Merupakan lahan milik kementrian pertanian yang memiliki luas


sekitar 2,8 ha, lokasi site ini terletak di Jl. Stadion yang berbatasan
dengan warga di sebelah selatan dan site alternatif 1 dan 2 yang dapat
dilalui dengan kendaraan umum
3.4.2 Penentuan lokasi site
Berdasarkan kriteria diatas, selanjutnya akan dilakukan
penilaian terhadap masing-masing alternatif site.
Penilaian akan dilakukan dengan bobot kriteria sebagai berikut:
• Sangat Mendukung: 3
• Mendukung: 2
• Kurang mendukung: 1
53

Pemilihan lokasi site merupakan upaya yang dapat digunakan


untuk mengevaluasi potensi terbesar dari beberapa alternatif site.
Kemudian dari evaluasi tertinggi dapat digunakan sebagai tempat
untuk perencanaan Education Center. Berikut beberapa penilaian dari
masing-masing alternatif site:
Tabel 5. Tabel Kriteria Site

No Site Alternatif Site Alternatif Site


Kriteria
1 2 Alternatif 3
1. Fungsi Lahan (2) 2 2 2
2. Aksesibilitas (3) 1 2 2
3. Infrastruktur Kota (2) 3 2 2
4. Ketersediaan Lahan (2) 1 1 2
5. Fasilitas Pendukung (2) 2 2 2
TOTAL 9 9 10
(Sumber: Analisa Penulis, 2022)
Dari hasil penilaian alternatif tapak diatas yang paling sesuai
untuk Education Center yaitu pada alternatif 2 dikarenakan milik
masyarakat pribadi sedangkan alternatif 3 paling tinggi tetapi milik
pemerintah sehingga yang paling sesuai yaitu site alternatif 2. Lokasi
ini tepat untuk menjadi daerah hunian masyarakat mendatang di dekat
area Infrastruktur kota. Ketersediaan fungsi lahan sebagai tempat
pemanfaatan ruang dalam Education Center, terdapat fasilitas
pendukung dan juga infrastruktur kota.
54

BAB IV
ANALISIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4.1. Analisa dan Konsep Makro


4.1.1 Gambaran lokasi site

Gambar 38. Lokasi Site


Site terpilih berada pada pinggir jalan menuju Stadion
Maguwoharjo. Lokasi ini berada di Jl. Stadion, Desa Wedomartani,
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman. Site terpilih untuk
perancangan Education Center antara lain:
1) Luas Total lahan : 1,3 hektar
2) Topografi Tanah : Tanah datar/tidak berkontur
3) Kondisi lingkungan : Merupakan lahan perkebunan
4) Status lahan : Milik Masyarakat Pribadi
5) Batasan site:
 Utara : Jl. Stadion
 Barat : Lahan perkebunan
 Selatan : Permukiman warga
 Timur : Jalan desa dan lahan perkebunan

Dilihat dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman


dan dari lokasi site yang berada di kawasan permukiman, lokasi site
termasuk kategori perkotaan dengan kepadatan tinggi karena. Berikut

54
55

hasil perhitungan KDB site terpilih:

 KDB Kepadatan Bangunan di lokasi padat diatas 60%


= 60% x luas site
= 60% x 13.000
=7.800 m2

Sehingga untuk Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada site


terpilih tidak diperbolehkan melebihi 16.800m2.
 KDH minimal sebesar 20% (duapuluh persen) dari luas tanah
untuk nilai KDB 31% (tiga puluh satu persen) hingga dengan
70% (tujuh puluh persen
= 20% x KDB
= 20% x 7800
= 1.560 m2
Sehingga untuk Koefisien Dasar Hijau (KDB) pada site
terpilih adalah 3.360m2.
 KLB paling tinggi yang diboleh dibangun adalah 3
= 3 x KDB
= 3 x 7.800
= 23.400 m2
Sehingga untuk Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
pada site terpilih adalah 23.400m2.

4.1.2 Analisa jaringan jalan arteri


A. Analisa
Analisa jaringan jalan arteri bertujuan untuk mengetahui akses
menuju lokasi tapak selain itu analisa ini bertujuan untuk
memilih letak jalan masuk utama (main entrance) dan
alternatif sirkulasi masuk (side entrance) dan pintu keluar pada
lokasi tapak.
56

Gambar 39. Analisa Lokasi Site


(Sumber: Analisa Penulis,2022)

Berikut adalah pengertian jalan arteri sekunder, kolektor sekunder


dan kolektor primer:
1) Jalan arteri sekunder mempunyai definisi yaitu jalan yang
digunakan untuk angkutan umum yang memiliki ciri – ciri
mempunyai kecepatan rata – rata yang tinggi dan dapat
melakukan perjalanan jarak jauh. Jumlah jalan masuk dibatasi,
di daerah perkotaan sering disebut sebagai jalur protocol. Jalur
ini mempunyai lebar badan jalan tidak melebihi 8 (delapan)
meter.
2) Jalan kolektor sekunder dapat didefinisikan sebagai jalan yang
dilalui angkutan pengumpul atau pembagian yang memiliki
ciri
– ciri berkecepatan sedang dan jarak perjalanan yang tidak
jauh dengan jumlah masuk yang dibatasi, angkutan umum
pada jalan kolektor sekunder memiliki peranan sebagai
pelayanan jasa transportasi untuk masyarakat di dalam kota.
Lebar badan jalan kolektor sekunder berkisar antara 7 (tujuh)
meter.
3) Jalan kolektor primer merupakan jalan yang diindikasikan
untuk melayani serta menghubungkan antara pusat kegiatan
local yang notabene adalah kawasan – kawasan dengan skala
kecil dengan pusat kegiatan wilayah. Jalan kolektor primer
juga menghubungkan Pelabuhan pengumpan regional dan
Pelabuhan
57

pengumpan local. Untuk lebar jalan kolektor primer tidak


kurang dari 6 (enam) meter.
B. Konsep
Berdasarkan analisa dan penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa lokasi tapak perancangan Education Center berada tidak
jauh dari jalur arteri sekunder, dan dikelilingi oleh jalur kolektor
sekunder dan kolektor primer. Dengan ini akses menuju lokasi
tapak lebih mudah dijangkau, selain itu pemilihan pintu masuk
utama (main entrance), pintu keluar dari site, dan pintu masuk
alternatif dapat ditempatkan sesuai dengan Analisa data yang
didapat.
4.2. Analisa dan Konsep Makro
4.2.1 Analisa dan konsep pencapaian
A. Analisa

Analisa ini memiliki tujuan untuk menentukan letak akses ke dalam


tapak bangunan, dimana hal tersebut mempertimbangkan beberapa
aspek, yaitu:
1) Pintu masuk utama kedalam lokasi site merupakan jalur yang
mudah diakses kendaraan umum, kendaraan roda dua, maupun
kendaraan roda empat. Pintu masuk utama juga membutuhkan
sirkulasi yang luas supaya tidak menimbulkan penumpukan
kendaran pada pintu masuk untuk kedepannya.
2) Pintu alternatif (side entrance) merupakan akses sekunder yang
akan sering digunakan untuk pengelola kawasan tersebut. Pintu
alternatif membutuhkan akses masuk dan keluar yang tidak
begitu luas disbandingkan dengan pintu keluar dan pintu
masuk utama, pintu masuk alternatif bertujuan untuk
mempermudah akses sirkulasi tambahan yang akan sering
digunakan untuk pengelola area site.
58

3) Pintu keluar diletakkan dengan mempertimbangkan aspek


supaya tidak mengganggu sirkulasi umum yang searah dengan
jalan.

Gambar 40. Analisa Pencapaian Gambar 41. Konsep Pencapaian


(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

Dari analisa yang sudah diperoleh diatas bahwa terdapat jalur


kolektor sekunder disebelah utara kawasan area site, jalur ini
mempunyai lebar 8 meter dan jalur kolektor primer pada timur dan
selatan site.
B. Konsep Pencapaian
1) Pintu masuk pintu keluar terletak di sebelah utara kawasan site
karena adanya jalur kolektor sekunder di sebelah utara kawasan
site.
2) Pintu masuk alternatif terletak di sebelah timur kawasan site
karena terdapat jalur kolektor primer.
4.2.2 Analisa dan konsep view
A. Analisa

Analisa View bertujuan untuk mengetahui potensi view dari titik


lokasi site agar dapat menikmati keindahan lingkungan sekitar dan
desain fasad bangunan dapat dinikmati dari area sekitar yang paling
ramai.
59

Gambar 42. Analisa View


(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

View paling menonjol dari site adalah pada bagian utara site yang
terdapat jalan kolektor sekunder yang pada sore dan malam hari di
ramaikan oloeh pedagang – pedagang kaki lima dan aktivitas
keramaian oleh warga sekitar dan pada barat site yang terlihat
Stadion Maguwoharjo.
B. Penerapan Konsep

Gambar 43. Konsep View


(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

1) Bangunan akan dirancang berada pada selatan site supaya


fasad keseluruhan dapat terlihat dari pintu masuk utama
sekaligus jalan raya
2) Sisi yang menghadap Barat dan Utara akan diberikan bukaan
untuk mendapatkan view jalan raya dan stadion.
60

4.2.3 Analisa dan konsep sirkulasi


A. Analisa

Analisa sirkulasi bertujuan untuk menentukan letak akses untuk


menjangkau lokasi tapak untuk kendaraan maupun pejalan kaki,
selain itu juga bertujuan untuk menganalisa alur keluar dan masuk
kendaraan atau pengunjung ke dalam site.

Gambar 44. Analisa Sirkulasi Site


(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

Berdasarkan dari hasil Analisa capaian site, akses keluar masuk ke


kawasan site berada di sebelah uatara dan timur yang berhadapan
langusng dengan jalan kolektor sekunder pada bagian utara dan
jalan kolektor primer pada bagian selatan.
61

B. Penerapan Konsep

Gambar 45. Konsep Sirkulasi Site


(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

Alur sikulasi akan dibuat mengitari site dengan area parker utama
berada pada bagian utara dan pakir pengelola berada di bagian
selatan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan akses masuk dan
drop off untuk pengunjung, serta akan ditambahkan area pedestrian
yang mengelilingi site untuk memudahkan akses pejalan kaki.
4.2.4 Analisa dan konsep matahari
A. Analisa

Analisa matahari memiliki tujuan untuk memilih orientasi


bangunan, pencahayaan alami dan juga terdapat konsep vegetasi
buatan yang dapat mengurangi cahaya matahari yang datang.
62

Gambar 46. Analisa Matahari


(Sumber: Analisa Penulis , 2022)

Sinar matahari masuk selama 12 jam penuh, dan sinar matahari


berada pada titik terpanas dan terpanas antara pukul 12:00 dan
14:00. Tanpa objek pengurang panas matahari, suhu bangunan
yang relatif panas dapat terpengaruh.
B. Penerapan Konsep

Gambar 47. Konsep Matahari terhadap Bangunan


(Sumber: Analisa Penulis, 2022)
63

1) Memberikan pohon – pohon peneduh pada area parkir


2) Memberikan secondary skin pada beberapa bagian untuk
mereduksi cahaya matahari yang masuk
3) Memberikan taman yang terdapat di dalam bangunan untuk
untuk menjaga kenyamanan termal pada bangunan.
4.2.5 Analisa dan konsep drainase
A. Analisa

Analisa drainase bertujuan untuk mengetahui area site yang


kemungkinan terjadi genangan setelah terjadinya hujan,

B. Konsep

Gambar 48. Konsep Drainase


(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

1) Memberikan lubang biopori pada area yang akan terkena


perkerasan
2) Air hujan akan ditampung pada tangki penampung dan sisanya
akan dialirkan ke riol kota.
4.2.6 Analisa dan konsep akustik
A. Analisa

Analisa Akustik bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di


sekitar site. Selain itu analisa ini juga mempengaruhi pemilihan
64

material bangunan dan letak tata ruang bangunan untuk dapat


mereduksi kebisingan.

1) Tingkat kebisingan paling tinggi dari arah utara site, hal ini
dikarenakan sebelah utara site adalah jalan raya yang ramai
dengan lalu lalang kendaraan.
2) Tingkat kebisingan dari arah selatan dan timur relative lebih kecil
dikarenakan jalan tersebut tidak sebesar jalan raya yang berada
pada bagian utara.
3) Tingkat kebisingan paling rendah berada pada bagian barat yang
merupakan lahan perkebunan, namun pada sisi barat bisa menjadi
agak bising jika terdapat pertandingan sepak bola di Stadion
Maguwo.
B. Konsep

Gambar 49. Konsep Akustik


(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

1) Perlunya vegetasi buatan untuk mereduksi kebisingan dengan


cara penaman pohon dengan daun yang lebat dan juga batang
yang tinggi. Vegetasi buatan ini sebaiknya dibuat di sebelah
utara, selatan dan barat site, dengan kerapatan pohon yang
berbeda yaitu bagian barat dan utara lebih rapat.
2) Pemilihan material bangunan untuk mengatasi kebisingan
dikhususkan di beberapa sisi bangunan yaitu di sebelah utara, dan
65

barat untuk mengantisipasi kebisingan yang disebabkan adanya


pertandingan sepak bola.
4.3. Analisa dan Konsep Ruang
4.3.1 Analisa aktifitas
Berikut adalah tabel analisis aktifitas pengguna bangunan
Education Center.

Tabel 6. Analisa Aktivitas Pengguna


Nama Area User Aktivitas Kebutuhan Ruang
Literature Area Costumer Service  Melayani  Wahana
pengunjung  Musholla
 Mengedukasi  Toilet
pengunjung  ATM
 Memberi arahan
penggunaan
fasilitas
 Ibadah
 Ke toilet
 Mengambil uang
Pengunjung  Menikmati  Wahana
fasilitas  Musholla
 Belajar / berlatih  Toilet
 Membeli  ATM
makanan /  Cafetaria
minuman
 Bermain
 Ibadah
 Ke toilet
 Mengambil uang
Pengelola  Membersihkan  Wahana
area edukasi  Musholla
 Mengoperasikan  Toilet
alat  ATM
 Ibadah
 Ke toilet
66

 Mengambil uang
Pengajar / Pelatih  Mengedukasi  Wahana
pengunjung  Musholla
 Memberikan  Toilet
pembelajaran  ATM
sesuai bidangnya
 Ibadah
 Ke toilet
 Mengambil uang
Sport Area Costumer Service  Melayani  Wahana
pengunjung  Musholla
 Mengedukasi  Toilet
pengunjuzng  ATM
 Memberi arahan
penggunaan
fasilitas
 Ibadah
 Ke toilet
 Mengambil uang
Pengunjung  Menikmati  Wahana
fasilitas  Musholla
 Belajar / berlatih  Toilet
 Membeli  ATM
makanan /  Cafetaria
minuman
 Bermain
 Ibadah
 Ke toilet
 Mengambil uang
Pengelola  Membersihkan  Wahana
area edukasi  Musholla
 Mengoperasikan  Toilet
alat  ATM
 Ibadah
 Ke toilet
 Mengambil uang
67

Pengajar / Pelatih  Mengedukasi  Wahana


pengunjung  Musholla
 Memberikan  Toilet
pembelajaran  ATM
sesuai bidangnya
 Ibadah
 Ke toilet
 Mengambil uang
Office Pengunjung  Mencari  Ruang
informasi Administrasi
Pengelola  Membersihkan  Ruang Pengelola
area kerja  Cafetaria
 Bekerja di ruang  Ruang Servis
masing-masing  Pos jaga
 Beribadah  Toilet
 Ke toilet
 Makan/minum
 Istirahat
Roof Garden Pengunjung  Menikmati  Wahana
fasilitas  Musholla
 Belajar / berlatih  Toilet
 Membeli  Cafetaria
makanan /  ATM
minuman  Spot View
 Berkumpul  Study space
 Mengambil uang  Toilet
 Belajar kelompok
 Berolahraga
 Bermain
 Ibadah
 Ke toilet
 Bersantai
Pengelola  Membersihkan  Wahana
area edukasi  Musholla
 Mengoprasikan  Toilet
alt  Cafetaria
68

 Ibadah  ATM
 Ke toilet  Spot View
 Mengambil uang  Study space
 Toilet
(Sumber: Analisa Penulis, 2022)
Berikut adalah tabel analisa kebutuhan ruang pada bangunan
Education Center.

Tabel 7. Analisa Kebutuhan Ruang


Nama Area Kebutuhan Ruang Civitas
Literature Area  Receptionsist  Pustakawan
 Perpustakaan  Pengunjung
 Wahana sensorik  Costumer Service
 Wahana motoric  Kasir
 Cafetaria  Koki
 Art space  Waiters
 Study space  Security
 Mini bioskop  Pengelola
 Ruang sebaguna
 Tempat istirahat
 Workshop
 Ruang ibu
 Ruang jaga
 ATM
 Toilet
Sport Area  Receptionsist  Pelatih
 Bela diri  Pengunjung
 Tenis meja  Pengelola
 E-sport  Security
 Bulu tangkis
 Volley
 Tenis
 Basket
 Tempat istirahat
 Toilet
69

 Gudang alat
Office  Ruang administrasi  Pengunjung
 Ruang pengelola  Staff pekerja
 Pantry  Cleaning service
 Ruang jaga  Tenaga ahli
 Ruang servis  Security
 Toilet
Roof Garden  Spot view  Pengunjung
 Study space  Pngelola
 Toilet
Sumber: Analisa Pribadi, 2022

4.3.2 Analisa fungsi ruang


Pengelompokan serta penjabaran fasilitas bangunan berdasarkan
tingkat kepentingannya adalah;

Fungsi Ruang Unit Fungsi Civitas


Primer Edukasi  Wahana sensorik
 Wahana motoric
 Sport area
 Mini bioskop
Informasi  Perpustakaan
 Receptionsit
Sekunder Rekreasi  Study space
 Art space
 Spot view
Pelatihan  Workshop
Tersier  Musholla
 Pos keamanan
 ATM
 Cafetaria
 Gudang
 Ruang administrasi
 Ruang service
 Area parkir
 Area hijau
70

(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

4.3.3 Analisa fungsi kebutuhan ruang


Zoning Ruang per-lantai

Skema gambar disamping


merupakan zoning ruang pada
lantai 1, lantai 2 dan lantai 3
berdasarkan Analisa ruang.

Berikut adalah tabel analisa kebutuhan besaran ruang lantai 1


bangunan Education Center.

Tabel 8. Analisa Besaran Ruang Lantai 1


Ruang Sub Ruang Jml Kapasita Standa Sumbe Jumlah Luas
Ruan s r (m )2
r Ruang
g (m2)
Perpustakaa Rak buku 1 50 rak 8 AS 50 x 8 400
n Tempat baca 1 100 2 SR 100x2 200
orang
R. 1 5 orang 2 SR 5x2 10
Perpustakaa
n
Gudang 1 12 AS 12 12
Toilet 3 5 orang 3 NAD 3x5x3 45
Sirkulasi AS 124,4 133,4
20%
Total 800,4
Wahana Receptionist 2 4 orang 2 SR 2x3x2 16
sensorik R. wahana 2 20 orang 2 NAD 2x20x2 80
R. Istirahat 2 10 orang 2 SR 2x10x2 40
Sirkulasi AS 27
20%
71

Ruang Sub Ruang Jml Kapasita Standa Sumbe Jumlah Luas


Ruan s r (m2) r Ruang
g (m2)
Total 163
Wahana Receptionist 2 4 orang 2 SR 2x4x2 16
motorik R. wahana 2 20 orang 2 NAD 2x20x2 80
R. istirahat 2 10 orang 2 SR 2x10x2 40
Sirkulasi AS 27
20%
Total 163
Cafetaria R. makan 1 40 orang 2 AS 40x2 80
Dapur 1 6 orang 60% r. NAD 0.6x80 48
makan
Kasir 1 1 orang 2 SR 1x2 2
Sirkulasi AS 38
20%
Total 168
Tempat 1 10 orang 3 AS 10x3 30
istirahat
Hall 1 80 orang 2 AS 80x2 160
Sirkulasi AS 38
20%
Total 228
Ruang Ibu 1 10 orang 4 AS 10x4 40
Sirkulasi AS 8
20%
Total 48
Ruang Jaga Pos 1 2 orang 4 NAD 2x4 8
keamanan
ATM 2 4 mesin 4 NAD 2x4x4 32
Sirkulasi AS 6
20%
Total 38
Toilet 4 6 3 NAD 4x6x3 72
Sirkulasi AS 14
20%
72

Ruang Sub Ruang Jml Kapasita Standa Sumbe Jumlah Luas


Ruan s r (m2) r Ruang
g (m2)
Total 86
Sport Area R. Bela diri 2 50 3 AS 2x50x3 300
Tenis meja 2 SI 2,74x1,53x 16,77
4
Tenis 2 SI 23,77x10,9 163,48
7
R. E-Sport 1 40 AS 40x2 80
Volley 2 SI 18x9 162
Basket 1 SI 26x14 364
Bulu tangkis 1 SI 13,4x6,1 81,74
Tempat 2 10 3 SR 2x10x3 60
istirahat
Toilet 4 4 3 NAD 4x4x3 48
Sirkulasi AS 255,2
20%
Total 1.531,
2
Total Luas Bangunan Lantai 1 3.225,
6
(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

Berikut adalah tabel analisa besaran ruang lantai 2 bangunan


Education Center;

Tabel 9. Analisa Besaran Ruang Lantai 2

Ruang Sub Ruang Jml Kapasitas Stan Sum Jml Luas


Ruang dar ber Ruang
( m2) (m2)
Perpustakaan Rak buku 1 30 rak 8 AS 30 x 8 240
Tempat baca 2 50 orang 2 SR 2x50x2 200
73

Ruang 1 5 orang 2 SR 5x2 10


pustakawan
Gudang 1 12 AS 12 12
Toilet 3 5 orang 3 NAD 3x5x3 45
Sirkulasi AS 101,4
20%
Total 608,4
Art space Ruang 1 50 orang 4 NAD 50 x 4 200
pameran
Digital Art 1 50 orang 5 NAD 50 x 5 250
Sirkulasi AS 90
20%
Total 540
Ruang Sub Ruang Jml Kapasitas Stan Sum Jml Luas
Ruang dar ber Ruang
( m2) (m2)
Gudang Info Ruang 1 20 unit 3 NAD 20 x 3 60
komputer
Ruang visual 1 20 unit 2 AS 20 x 2 40
Sirkulasi 20
20%
Total 120
Study space Wifi corner 2 40 2 AS 2x40x2 160
Sitting group 5 50 3 AS 5x50x 3 750
Sirkulasi 182
20%
Total 1.092
Mini bioskop Bioskop 1 50 2 AS 50 x 2 100
Ruang jaga 1 2 2 AS 4x2 8
Ruang 1 20 2 AS 20 x 2 40
tunggu
Sirkulasi AS 30
20%
74

Total 178
Cafetaria Dapur 1 6 orang 2 SR 6x2 12
Kasir 1 1 orang 2 SR 1x2 2
Ruang 1 40 orang 3 AS 40 x 3 120
makan
Sirkulasi AS 27
20%
Total 161
Ruang Jaga Pos 1 1 orang 4 NAD 1x4 4
keamanan
ATM 2 2 unit 4 NAD 4x4 12
Sirkulasi AS 2
20%
Total 18
Ruang Auditorium 1 100 orang 5 NAD 100 x 5 500
Serbaguna Sirkulasi AS 100
20%
Total 600
Mushola Tempat 1 30 orang 3 AS 30 x 3 90
Ibadah
Hall 1 100 orang 2 AS 100x2 200
tempat 2 6 orang 2 SR 2x6x2 24
wudhlu
Sirkulasi AS 63
20%
Total 377
Ruang Sub Ruang Jml Kapasitas Stan Sum Jml Luas
Ruang dar ber Ruang
( m2) (m2)
Workshop Ruang 1 20 orang 3 AS 20 x 3 60
komputer
Ruang 4 20 orang 3 AS 20 x 3 60
pelatihan
75

Ruang 1 10 orang 2 AS 10 x 2 20
Tunggu
Sirkulasi 28
20%
Total 168
Toilet 4 4 orang 3 NAD 4x4x3 48
Sirkulasi AS 9
20%
Total 57
Total Luas Bangunan Lantai 2 3.919,4
(Sumber: Analisa Penulis, 2022)
76

Berikut adalah tabel analisa besaran ruang lantai 3 bangunan


Education Center;

Tabel 10. Analisa Besaran Ruang Lantai 3

Ruang Sub Jml Kapasit Stand Sumb Jumla Luas


Ruang Ruan as ar er h Ruan
g ( m2) g
(m2)
Perpustaka Rak buku 1 30 rak 8 AS 30 x 8 240
an Tempat 2 50 orang 2 SR 2x50x 200
baca 2
Ruang 1 5 orang 2 SR 5x2 10
pustakawa
n
Gudang 1 12 AS 12 12
Toilet 3 5 orang 3 NAD 3x5x3 45
Sirkulasi AS 101,4
20%
Total 608,4
Administra Lobby dan 1 50 orang 2 AS 50 x 2 100
tif waiting
room
Ruang 1 2 orang 3 AS 2x3 6
pimpinan
Ruang 1 15 orang 2 AS 15 x 2 30
tamu
Ruang 1 2 orang 2 AS 2x2 4
sekretaris
77

Ruang Sub Jml Kapasit Stand Sumb Jumla Luas


Ruang Ruan as ar er h Ruan
g ( m2) g
(m2)
Perpustaka Rak buku 1 30 rak 8 AS 30 x 8 240
an Tempat 2 50 orang 2 SR 2x50x 200
baca 2
Ruang 1 5 orang 2 SR 5x2 10
pustakawa
n
Gudang 1 12 AS 12 12
Toilet 3 5 orang 3 NAD 3x5x3 45
Sirkulasi AS 101,4
20%
Total 608,4
Ruang 1 10 orang 2 AS 10 x 2 20
istirahat
Ruang 1 20 2 AS 20 x 2 40
rapat
Toilet 6 4 orang 3 AS 6x4x3 72
Sirkulasi AS 55
20%
Total 327
Ruang Lobby 1 20 2 AS 20 x 2 40
pengelola Ruang 1 4 2 AS 4x2 8
arsip
78

Ruang Sub Jml Kapasit Stand Sumb Jumla Luas


Ruang Ruan as ar er h Ruan
g ( m2) g
(m2)
Perpustaka Rak buku 1 30 rak 8 AS 30 x 8 240
an Tempat 2 50 orang 2 SR 2x50x 200
baca 2
Ruang 1 5 orang 2 SR 5x2 10
pustakawa
n
Gudang 1 12 AS 12 12
Toilet 3 5 orang 3 NAD 3x5x3 45
Sirkulasi AS 101,4
20%
Total 608,4
Ruang 1 4 2 AS 4x2 8
dokument
asi
Cleaning 1 6 2 AS 6x2 12
service
Toilet 1 2 3 NAD 2x3 6
Sirkulasi AS 12
20%
Total 54
Cafetaria Dapur 1 6 orang 2 SR 2x2 4
Kasir 1 1 orang 2 SR 1x2 2
Ruang 1 50 orang 3 AS 50 x 3 150
makan
79

Ruang Sub Jml Kapasit Stand Sumb Jumla Luas


Ruang Ruan as ar er h Ruan
g ( m2) g
(m2)
Perpustaka Rak buku 1 30 rak 8 AS 30 x 8 240
an Tempat 2 50 orang 2 SR 2x50x 200
baca 2
Ruang 1 5 orang 2 SR 5x2 10
pustakawa
n
Gudang 1 12 AS 12 12
Toilet 3 5 orang 3 NAD 3x5x3 45
Sirkulasi AS 101,4
20%
Total 608,4
Sirkulasi AS 31
20%
Total 187
Ruang Pos 1 2 orang 4 NAD 2x4 8
Jaga keamanan
Ruang R Genset 1 2 mesin 4 MEE 2x4 8
Service R. PLN 1 2 orang 4 MEE 2x4 8
R. pompa 1 2 mesin 4 MEE 2x4 8
R. AHU 1 2 4 SR 2x4 8
R, CCTV 1 2 orang 4 AS 2x4 8
Gudang 1 2 4 NAD 2x4 8
Sirkulasi 11
20%
80

Ruang Sub Jml Kapasit Stand Sumb Jumla Luas


Ruang Ruan as ar er h Ruan
g ( m2) g
(m2)
Perpustaka Rak buku 1 30 rak 8 AS 30 x 8 240
an Tempat 2 50 orang 2 SR 2x50x 200
baca 2
Ruang 1 5 orang 2 SR 5x2 10
pustakawa
n
Gudang 1 12 AS 12 12
Toilet 3 5 orang 3 NAD 3x5x3 45
Sirkulasi AS 101,4
20%
Total 608,4
Total 67
Toilet 4 4 orang 3 NAD 4x4x3 48
Sirkulasi AS 9
20%
Total 57
Garden Spot view 1 200 2 AS 200 x 400
Roof orang 2
Study 1 100 2 SR 100 x 200
space orang 2
Toilet 4 4 orang 3 NAD 4x4x3 48
Sirkulasi AS 130
20%
Total 778
81

Ruang Sub Jml Kapasit Stand Sumb Jumla Luas


Ruang Ruan as ar er h Ruan
g ( m2) g
(m2)
Perpustaka Rak buku 1 30 rak 8 AS 30 x 8 240
an Tempat 2 50 orang 2 SR 2x50x 200
baca 2
Ruang 1 5 orang 2 SR 5x2 10
pustakawa
n
Gudang 1 12 AS 12 12
Toilet 3 5 orang 3 NAD 3x5x3 45
Sirkulasi AS 101,4
20%
Total 608,4
Total Luas Bangunan Lantai 3 2.078,
4
(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

Keterangan:
SR: Studi Ruang NAD : Nefert Architec Data
AS : Analisa MEE : Mechanical Electrical Engineering

Tabel 11. Analisa Kebutuhan Lahan Parkir


Area Parkir Parkir Roda 4 Parkir Roda 2
Kapasitas Standar Kapasitas Standar
(m2) (m2)
Pengelola 50 50x12 100 4
Pengunjung 150 150x12 400 4
82

Sirkulasi 40% 960 800


Total 3.360 2.800
Lahan parkir menggunakan grass block maka
koefisieannya dibagi setengah (50%), maka 5.660 x 50% = 2.830 m2
total lahan parkir yaitu:
(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

Tabel 12. Analisa Total Besaran Ruang Lantai Bangunan

Total Besaran Ruang Jumlah


Lantai 1 3.225,6 m2
Lantai 2 3.919,4 m2
Lantai 3 2.078,4 m2
Total 9.223,4 m2
(Sumber: Analisa Penulis, 2022)
Perhitungan aturan bangunan
1. Perhitungan KDB
KDB = 60%
Luas Lahan = 13.000m2
Luas lantai dasar + luas parkir
luas site x100
3.225,6 + 3.500
13.000 x100 = 51,7%
2. Perhitungan KLB
KLB = 3
Luas Lahan = 13.000m2
9.223,4
= 0,71
13.000
3. Perhitungan KDH
KDH = 40% KDB
40% KDB
40% x 6725,6 = 2.690,24m2
83

4.3.4 Zonifikasi
Zonifikasi dibagi menjadi dua bagian yaitu zonifikasi horizontal
dan zonifikasi vertikal

1. Zonifikasi horizontal
Entrance terdapat pada sisin utara bangunan yang terhubung
dengan lobby, area lobby terhubung langsung dengan taman,
fungsi taman digunakan sebagai pengatur suhu ruangan dan
keindahan pada interior bangunan tersebut

Gambar 50. Zonafikasi Horizontal


(Sumber: Analisa Penulis, 2022)
2. Zonifikasi vertical
Bangunan Education Center dibagi menjadi 3 lantai dimana
setiap lantai tersebut terdapat fasilitas dengan fungsi yang
berbeda, hal ini bertujuan agar pengunjung dapat bergerak secara
praktis dalam tiap lantainya.

Gambar 51. Zonafikasi Vertikal


(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

4.4. Analisa dan Konsep Massa Bangunan


84

4.4.1 Penerapan arsitekur bioklimatik


Dalam menerapkan Arsitektur Bioklimatik, terdapat beberapa
indikator yang perlu dipenuhi, antara lain:

1. Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan yang terbaik yakni menempatkan luas
bangunan terkecil di sebelah timur serta barat dengan
membagikan bilik luar di luar ruangan ataupun di kantilever
terbuka.
2. Perletakan Sun-shading pada bangunan
Sun - shading diletakkan pada sisi yang sangat terserang cahaya
matahari, ialah timur serta barat. Solar shading mempunyai guna
buat meredam cahaya matahari langsung yang masuk ke dalam
bangunan, melindungi temperatur ruangan serta kurangi silau
sekalian mempertahankan dampak cerah matahari.
3. Perletakaan Bukaan pada Bangunan
Penempataan bukaan yang dapat mengalirkan sirkulasi angin
kedalam bangunan termasuk cara efisien untuk mengatasi
masalah kenyamanan thermal. Teknik ini dilakukan dengan cara
menempatkan bukaan seperti pintu, jendela, maupun ventilasi
yang berintegrasi dengan arah angin sehingga dapat mengalirkan
angin kedalam bangunan.
4. Pemilihan Material Bangunan
Material pula mempengaruhi besar terhadap kenyamanan yang
diterima pengguna. Pemilihan material mempunyai sebagian
kriteria, misalnya buat kenyamanan akustik, diseleksi material
dengan kerapatan yang baik sebab lebih meresap suara. Material
dengan kepadatan yang baik pula bisa diseleksi buat konstruksi
bilik sebab bisa menolong kurangi akibat radiasi matahari sebab
proses perambatannya lelet serta panas berlebih susah buat
menembus ke dalam rumah.
5. Pemilihan Warna Bangunan
85

Warna terang dapat menjadi opsi terbaik dalam pemilihan warna


kuliat bangunan karena dapat memantulkan cahaya dan
kehangatan matahari. Hal ini menyebabkan ruangan tidak terlalu
panas karena dinding tidak menyerap panas di siang hari namun
akan tetap hangat pada malam hari.
4.2 Ide Bentuk
Bangunan yang akan dirancang akan menggunakn persegi
sebagai bentuk dasar. Hal ini guna membuat ruang gerak atau sirkulasi
yang efektif untuk mendukung aktifias di dalam bangunan.

Selain itu, terdapat pula pendapat Imron Amrulloh (2019),


mengenai bentuk massa Persegi Panjang memilki beberapa
karakteristik, diantaranya adalah:

- Mempunyai tampilan yang efisien dalam ruang gerak kegiatan di


dalamnya.
- Memilki dampak psikologi yang membuat pengguna aman sebab
wujud yang sering di dengar dalam visual
- Bentuknya menggambarkan kesederhanaan minimalism dan
modernism.
86

Ide bentuk berasal dari bentuk persegi kemudian menjadi balok


dan dibagi menjadi dua menjadi perpustakaan dan ruang lainnya, lalu
dibagi lagi menjadi beberapa lantai bangunan.

4.5. Analisa dan Konsep Interior dan Eksterior


4.5.1 Analisa dan konsep Interior
Dalam perancangan interior pada Education Center ini
memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut:
1. Proporsi

Keelokan ataupun nilai estetika sesuatu objek ataupun ruang


bergantung pada proporsinya; ialah perbandingan antara satu
bagian dengan bagian lain pada barang ataupun ruang itu sendiri,
misalnya ikatan antara panjang, lebar serta besar ruang. Dikala
mendesain wujud ataupun ruang, proporsinya wajib dipelajari
dengan teliti. Pertimbangan berbagi dirancang buat menghindari
permasalahan area site.
2. Tekstur dan Warna
87

Bagian- bagian yang membuat permukaan jadi halus serta


bersambung diucap tekstur. Tekstur yang bisa diraba ataupun
dilihat tidak bisa didetetapkan dimensi serta wujudnya, yang erat
kaitannya dengan pemakaian bahan merupakan warna. Bahan
wajib diseleksi serta dinilai dengan teliti supaya tidak membuat
tekstur serta warna yang tidak serasi.
3. Penekanan

Gambar 52. Konsep Interior dalam penekanan

Sorotan atau penekanan digunakan buat membedakan wujud,


dimensi, serta warna buat kepentingan serta pemakaian. Misalnya,
perbandingan dimensi ruangan membuat ruangan- ruangan yang
terus menerus berganti ukurannya bergantung gimana
penggunaannya, publik, semi publik, privat, ataupun semi privat,
ataupun apalagi bergantung minatnya, sampai sesuatu dikala
orang tiba ke situ. ruang dominan selaku pusatnya.
4. Sirkulasi Ruang
Pengelola sirkluasi pergerakan dalam sesuatu aktivitas pameran
butuh dicoba supaya memberikankenyamanan pula hendak
membagikan kesan menarik serta komunikatif antara penataobyek
pameran serta pengunjungnya. Yang butuh dicermati merupakan
88

kecenderungan sirkulasi yang diperlukan pada tempat- tempat


spesial pengamatan yang relatifsibuk( ruang dengan metode
presentasi aktif serta demonstrasi).
Bagi Ormsbee( 1961), kecenderungan wisatawan buat
melaksanakan gerakan yang berlawanan dengan emosi manusia.
Gerakan tersebut secara sadar ataupun tidak sadar dipengaruhi
oleh kemauan buat memuaskan kebutuhannya, antara lain :
a. Kecenderungan berpindah ke tempat yang menarik,
perubahan (ruang terbuka, suasana berbeda).
b. Tempat tersebut memiliki kontras yang kuat.
c. Sesuatu yang nyata, sekelompok orang, atau aktivitas yang
menarik.
4.5.2 Analisa dan konsep eksterior
Dalam perancangan pusat pembelajaran ini, kami
mempraktikkan style arsitektur kontemporer. Prinsip- prinsip desain
arsitektur kontemporer menampilkan style yang lebih baru serta
diperbarui. Suatu style baru bernama Kontemporer hendak bawa
wujud desain arsitektur yang lebih fresh serta berbeda. Style arsitektur
kontemporer menunjukkan bentuk- bentuk yang unik, menarik serta
sangat lingkungan. Pemilihan warna serta wujud tertentu jadi ilham
dini buat menghasilkan energi tarik bangunan.( Schirmbeck, E.(
1988).

Gambar 53. Konsep Eksterior


(Sumber: Google, 2022)
89

Penerapan arsitektur kontemporer pada eksterior akan


dikombinasikan dengan beberapa aspek pendekatan – pendekatan
antara lain:

1. Responsif Bangunan Terhadap Matahari

Gambar 54. Responsive terhadap matahari


(Sumber: Google, 2022)
Cahaya alami yang dihasilkan oleh pantulan kaca (fasad
bangunan) adalah 50%. Sistem pencahayaan fasad terdiri dari rak
lampu cermin yang dicat putih di ambang jendela. Keduanya sinar
matahari langsung ke langit-langit putih untuk meningkatkan
distribusi cahaya alami hingga 5 meter dari fasad ditambah 2
meter meter dari koridor. Kisi-kisi putih tetap dengan permukaan
cermin di atas kepala pada sudut 30°, dipasang di atas panel
lampu untuk mengurangi silau saat cahaya diarahkan ke langit-
langit. Untuk kualitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan,
langit-langit dan lantai dipisahkan 3,7 m.
Untuk lebih mengoptimalkan pencahayaan alami di dalam
gedung, inti bangunan adalah atrium pusat besar yang dirancang
untuk mengatur pencahayaan alami melalui "Roller Blind System"
otomatis berdasarkan intensitas dan sudut datang dari reaksi sinar
matahari. agar lampu insiden dapat menyesuaikan dengan baik
dengan kebutuhan yang tidak terlalu terang ataupun terlalu gelap.
90

2. Responsif Bangunan terhadap Suhu


Pada bangunan ini, wujud fasad serta material fasad digunakan
buat meredam cahaya matahari langsung pada bangunan. Meski
segala fasad bangunan ini dilapisi cermin, tetapi cahaya matahari
tidak bisa langsung masuk ke dalam bangunan sebab bangunan ini
memakai material cermin Lutsinar yang membiaskan cahaya
matahari serta kurangi keseriusan sinar yang masuk ke dalam
bangunan.

Gambar 55. Responsif terhadap suhu


(Sumber: Google, 2022)
Hal ini juga didukung dengan adanya secondary skin yang
terpasang pada fasad bangunan yang berguna untuk mengurangi
intensitas cahaya memasuki ruangan sehingga suhu lebih terjaga.
3. Responsif Bangunan terhadap Tapak
91

Responsif terhadap tapak diaplikasikan pada bagian landscape,


dimana pemilihan hard scape maupun shoft scape perlu
diperhatikan dalam segi fungsional dan keindahannya. Kemudian
pada bagian atap diterapkan greenroof untuk enambah area hijau
selain itu dapat difungsikan sebagai resapan air hujan.
4.6. Analisa Struktur dan Utilitas
4.6.1 Analisa dan konsep struktur
Education Center ini dirancang dengan ketinggian 3 lantai,
maka dari itu perlu penerapan struktur yang sesuai sehingga mampu
menahan beban mati maupun beban hidup dari bangunan itu sendiri.
Selain itu mampu menahan pengaruh alam seperti angin, hujan, atau
gempa. Berdasarkan konsep massa bangunan struktur yang di pakai
dalam desain bangunan Education Center yaitu Sistem Struktur
Kantilever.
Balok kantilever merupakan balok yang salah satu ujungnya
ada tumpuan jepit serta ujung lain menggantung( leluasa). Balok
kantilever yang menahan beban gravitasi menerima momen negatif
pada totalitas panjang balok tersebut, dampaknya tulangan balok
kantilever ditempatkan pada bagian atas ataupun sisi tariknya, momen
maksimum terjalin pada penampang di bagian peletakan, dampaknya
beberapa besar tulangan dibutuhkan pada titik ini.
92

Tulangan tidak bisa cuma hingga pada tumpuan, wajib


dipanjangkan ataupun diangkur pada beton di sebelah luar tumpuan.
Perpanjangan ini diucap selaku panjang penyaluran( development
length). Panjang penyaluran ini tidak wajib lurus semacam yang
diperlihatkan pada foto, sebab tulangan akat berhubungan pada 90
derajat ataupun 180 derajat.
Ada beberapa macam bentuk struktur kantilever, namun yang
digunakan pada perancangan Education Center ini yaitu bentuk
struktur kantilever dua sisi.
Untuk mencapai kekuatan sistem kantilever ini perlu adanya
Core atau kolom dengan balok kantilever terjadi hubungan jepit dan
merupakan suatu kesatuan yang utuh stabil dan monolit atau struktur
yang rigid. Core merupakan inti struktur suatu hubungan tingkat
tinggi sehingga semua sistem struktur berhubungan langsung dengan
core atau kolom.

Gambar 56. Sketsa Struktur Kantilever


(Sumber: strukturbangun.com, 2022)

Berhubungan dengan konsep Arsitektur Bioklimatik pemilihan


material untuk pembuatan struktur juga perlu diperhatikan. Material
yang digunakan dalam pembuatan struktur bangunan yaitu beton.
Beton didefinisikan sebagai kombinasi dari agregat halus serta agregat
agresif( pasir, kerikil, batu rusak, ataupun tipe agregat lain), dengan
93

semen, yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan tertentu(


Wuryati& Candra, 2001).

4.6.2 Analisa dan konsep utilitas


Perancangan Education Center ini berhubungan dengan
pendekatan konsep Arsitektur Bioklimatik maka utilitas bangunan
menggunakan prinsip Arsitektur Bioklimatik, sehingga dapat men-
guatkan konsep tersebut dan dapat menghemat energi serta
mengurangi produksi CO2. Berikut adalah analisa dan konsep utilitas
bangunan:
1. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada bangunan menggunakan pencahayaan
alami, dengan memperbanyak bukaan di fasad bangunan
bertujuan agar cahaya dapat masuk dan menerangi ruangan.
Namun perlu adanya vegetasi atau barrier untuk menyaring
cahaya sehingga tidak langsung masuk kedalam ruangan. Cahaya
yang mengalami penyaringan lebih sehat di banding dengan
cahaya yang langsung tanpa adanya barrier. Berikut adalah
sekema pencahayaan alami pada bangunan Education Center.

Gambar 57. Skema Sistem Pencahayaan


(Sumber: pinterest.com, 2022)
2. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan pada bangunan Education Center
berdasarkan konsep Arsitektur Bioklimatik menggunakan sistem
penghawaan alami, sistem ini memanfaatkan bukaan dan arah
datangnya angin
94

dengan berdasarkan analisa angin yang sudah dijelaskan


sebelumnya.
Dengan pembuatan bukaan yang cukup mempunyai tujuan angin
dapat masuk dan didistribusikan ke ruang – ruang sehingga
penghawaan alami dapat di fungsikan secara maksimal.

Gambar 58. Sketsa Penghawaan Bangunan


(Sumber: pinterest.com, 2022)

3. Sistem Plumbing
Sistem plumbing pada bangunan Education Center menggunakan
konsep daur ulang air, hal ini bertujuan untuk menghemat energi
dan efesiensi air sehingga berdampak baik terhadap ekologi
sekitar tapak bangunan.

Gambar 59. Sketsa Daur Ulang Air


(Sumber: pinterest.com, 2022)
95

4.7. Analisa dan Penekanan Konsep Arsitektur Bioklimatik


4.7.1 Konsep orientasi
Sisi bangunan dengan lebar permukaan relatif besar dibuat
menghadap ke arah Utara-Selatan, sedangkan sisi permukaan terkecil
dihapakan ke arah Timur-Barat. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
permukaan bangunan yang terpapar sinar panas matahari secara
langsung, sehingga selain memperpanjang umur bangunan, juga
membantu meningkatkan kenyamanan baik pengunjung maupun
pengelola bangunan.

Gambar 60. Sketsa Orientasi Bangunan terhadap Matahari


(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

4.7.2 Konsep sun shading


Meski orientasi bangunan dapat diarahkan untuk menghindari
paparan secara langsung, namun bagian Utara dan Selatan bangunan
pun tetap rentan terkena sinar matahari. Hal ini terjadi dikarenakan
fase matahari atau yang dinamakan juga Sun-Path. Gerakan semu
matahari atau sun-path dimana matahari bergeser setiap bulannya
membuat bagian Utara dan Selatan bangunan pun juga terkena sinar
panas matahari, oleh karena itulah perlunya pemasangan sun shading
di bagian tersebut untuk menyaring kembali sinar dan panas matahari
yang akan masuk ke dalam bangunan.
96

Gambar 61. Sketsa Konsep Penempatan Sun Shading terhadap Sun Path
(Sumber: Analisa Penulis, 2022)

4.7.3 Konsep perletakan bukaan


Penempatan ventilasi yang sesuai dapat memberikan
pencahayaan alami yang dapat mengurangi kebutuhan penerangan
buatan pada siang hari, manfaat lain dari penempatan ventilasi yang
baim juga dapat membantu melancarkan sirkulasi udara pada
bangunan sehingga membantu kenyaman termal pada ruangan.
Penerapan konsep ini jika dimaksimalkan juga bisa mengurangi biaya
perawatan bangunan secara tidak langsung.

Gambar 62. Sketsa Bukaan Alami pada Bangunan terhadap Cahaya


Matahari
(Sumber: Analisa Penulis, 2022)
97

4.7.4 Konsep pemilihan material


Pemilihan material yang tepat untuk pembuatan struktur
bangunan merupakan upaya mengurangi kandungan CO2 pada
bangunan. Material yang digunakan dalam pembuatan struktur
bangunan ini yaitu beton. Beton adalah campuran dari agregat halus
dan agregat kasar (pasir, kerikil, batu pecah, atau jenis agregat lain),
dengan semen, yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan
tertentu (Wuryati & Candra, 2001).

4.7.5 Konsep pemilihan warna eksterior

Untuk warna yang dipilih untuk eksterior adalah warna putih atau
warna-warna yang terlihat terang. Warna ini dipilih dikarenakan dapat
membantu bangunan untuk memantulkan sinar matahari yang
mengenai bangunan
DAFTAR PUSTAKA

"Bioclimatic and Biophilic Boarding House / Andyrahman Architect" 21 Mar


2016. ArchDaily. Accessed 26 Sep 2022.
<https://www.archdaily.com/784043/bioclimatic-and-biophilic-boarding-
house-andyrahman-architect> ISSN 0719-8884. (n.d.).

"Bioclimatic Community Mosque of Pamulang / RAD+ar (Research Artistic Design


+ architecture)" 18 Aug 2020. ArchDaily. Accessed 26 Sep 2022.
<https://www.archdaily.com/945843/bioclimatic-community-mosque-of-
pamulang-rad-plus-ar-research-artistic-design-plu. (n.d.).

Abdel, H. (2022, September 26). Archdaily. Retrieved from Archdaily:


https://www.archdaily.com/945843

Alice, L. L. (2009). IMPLEMENTASI KONSEP EDU-FUN PADA PUSAT


EDUKASI DAN KETERAMPILAN BAGI KOMUNITAS SAVE STREET
CHILD SURABAYA. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Alison Furuto. "Crete Bioclimatic School Competition Entry / Kamvari Architects"


14 May 2013. ArchDaily. Accessed 26 Sep 2022.
<https://www.archdaily.com/371851/crete-bioclimatic-school-
competition-entry-kamvari-architects> ISSN 0719-8884. (n.d.).

Almusaed. (2004). Intelligent Sustainable Strategies Upon Passive Bioclimatic


HOuses. Denmark: Arkitektskole Århus.

Almusaed, A. (2011). Bioclimatic Architecture: Analytical Therapy for the Next


Generation of Passive Sustainable Architecture. New York: Springer-
Verlag London Limited.

Dahl, T. (2008). Climate and Architecture. Routledge: Oxon.

Diwari, B. D., & Setianji. (2016). Pendekatan Arsitektur Bioklimatik Pada


Bangunan Pesisir. Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(2).
98
99

Dunlop, P. D. (1994). Solar Photovoltanic Air Conditioning of Residential


Buildings. In: Proceedings of the 1994 summer study on neregy efficiency,
vol 3. FSEC, USA, 190.

Fahariyanti, G. (2021). Perancangan Resort Hotel di Kawasan Pantai Glagah


Kabupaten Kulon Progo dengan Pendekatan Desain Arsitektur
Bioklimatik. Surakarta: Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Frick, H., & Suskiyatno, B. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:


Kanisius.

Hyde, R. (2008). Bioclimatic Housing Innovative Design for Warm Climates


Earthscan.

KBBI. (2022, September 26). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Retrieved from
KBBI Online: https://kbbi.web.id

Krisdianto, J., A, A., & Ekomadyo, A. S. (2011). Bioclimatic Architecture as a


Design Approach with a Middle Apartement in Surabaya as a Case Study.
Architecture & Environtment, Vol. 10 No, 1, 21-23.

maps.google.co.id. (2022, Oktober 01). Retrieved from Google Maps:


maps.google.co.id

Marlina. (2008). Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta: ANI.

Matualage, G. T., & Rompas, L. (2018). Perancangan Perpustakaan Digital di


Kota Manado. Manado: Arsitektur Dekonstruksi. neliti.com.

Oemar, H. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Olgyay, V. (1963). Towards an Evaluation framework for sustainability in retail


design 2004. Leeds Metropolitan University, P. 6,7.

Rindang, G. (2019). PERANCANGAN PUSAT EDUKASI INTERAKTIF DENGAN


PENDEKATAN SMART BUILDING DI KOTA MALANG. Malang:
Fakultas
100

Sains dan Teknologi Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malik Ibrahim.

Sih Handoko, J. P., & Ikaputra. (2019). Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik
Pada Iklim Tropis. Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, 6 No. 2.

slemankab.go.id. (2022, September 26). Badan Pusat Statistik Sleman. Retrieved


from https://slemankab.go.id/

Tze, J. B. (2015). Bioclimatic Architecture: A Sustaniable Design Approach in


Attemp to connect with Nature while Maintain Building Comfort Based on
Local Climate in Sekeping Serendah. Selangor: Taylor's University.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(2022). Jakarta: DKI Jakarta.

Widera, B. (2015). Bioclimatic Architecture. Journal of Civil Engineering and


Architecture Research, Vol. 2 No. 4, 567-578.

https://www.bolasport.com/read/311755373/demi-fans-alasan-pss-sleman-masuk-
ke-dunia-esport

http://etheses.uin-malang.ac.id/13742/1/16660105.pdf (2022, Oktober 9)

https://www.google.com/search?q=education+center+adalah&oq=educ&aqs=chro
me.2.69i59l3j69i57j0i433i512j46i433i512j0i131i433i512j69i60.3437j0j7&source
id=chrome&ie=UTF-8

https://referensi.data.kemdikbud.go.id/pendidikan/dikmas/040200/2/jn/all/all

www.Arsitek.HMFH.com

https://www.archdaily.com/632550/st-mary-of-the-cross-primary-school-
baldasso-cortese-architects

Anda mungkin juga menyukai