Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Esensi dari Pendidikan Nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal
tersebut akan terwujud apabila ada revitalisasi mutu pendidikan di Indonesia. Faktanya
selama ini mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong memprihatinkan. Sebagaimana
artikel yang dirilis di Media Indonesia pada 17 Juni 2022 yang menyebutkan Pendidikan di
Indonesia berdasarkan pemeringkatan dari word population review menempati urutan ke-54
dari 78 negara yang masuk dalam pemeringkatan pendidikan dunia 1 (sumber: https://media
Indonesia.com). Tidak hanya itu, Berdasarkan survei yang dilakukan Program for
International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari
70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Sementara UNESCO menyebutkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001persen.
Artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca. 2

Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan gambaran mutu pendidikan di tingkat
daerah seperti halnya di Banten, dimana berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2019 lalu tercatat angka putus sekolah sebanyak 312.409 orang dari 604.812 anak usia
16-18 tahun di Provinsi Banten. 3 Angka putus sekolah yang masih tinggi juga masih terjadi
di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kenari. Setiap tahunnya rata-rata 5-10 orang murid yang
lulus dari SDN Kenari memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah. Sebagai Sekolah yang
berada di pinggiran kota tepatnya di Kampung Kenari, Desa Kasunyatan, Kecamatan
Kasemen, mayoritas Murid SDN Kenari berasal masyarakat yang homogen dengan mata
pencaharian sebagian besar petani dan pedagang yang juga tinggal di desa setempat.

Lebih spesifik kondisi mutu pendidikan di SDN Kenari Berdasarkan raport pendidikan
tahun 2023 memperlihatkan kondisi kemampuan literasi dengan indicator dengan pencapaian
terendah dimana hanya 10% siswa yang dianggap sudah mencapai kemampuan minimum
kondisi ini mengalami penurunan 70% dibanding tahun 2022 dengan skor 33,33. Penurunan
indicator juga ditunjukkan pada kualitas pembelajaran yang turun 4,14% dibanding tahun
lalu dengan skor 55,7. Adapun untuk untuk numerasi mengalami peningkatan 79,89%
dibanding tahun lalu, namun demikian secara umum kemampuan numerasi di SDN Kenari
masih berada pada grafik merah dimana hanya 13,33% siswa yang mencapai kompetensi

1
Membenahi Kualitas Pendidikan Kita, Dalam Berita Media Indonesia, Terbit 17 Juni 2022, Sumber
dari https://mediaindonesia.com, 19/11/2023, diakses pukul 07.02 WIB.
2
Bahrul Ulum Ilham, “Harbuknas 2022 : Literasi Indonesia Peringkat Ke-62 Dari 70 Negara”.
(https://bisniskumkm.com) diakses pada 19/11/2023 pukul 07.05 WIB.
3
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten (Persen) tahun
2020-2022, (https://banten.bps.go.id.) diakses 19/11/2023 pukul 09.18 WIB.
minimum.4 Menurunnya nilai mutu raport pendidikan di SDN Kenari merupakan dampak
dari pembelajaran daring saat pandemi Covid-19 yang terjadi hampir 2 (dua) tahun dan
mengakibatkan keadaan Learning Loss. Learning Loss merupakan “berkurangnya
pengetahuan dan keterampilan secara akademis”. Keadaan ini memperlihatkan bahwa siswa
dianggap kehilangan pembelajaran atau tidak belajar apa-apa akibat terganggunya proses
pembelajaran dalam dunia pendidikan. Merujuk pernyataan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikburistek), Nadiem Makarim, ia mengatakan
bahwa Learning Loss diartikan hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum
maupun spesifik atau terjadinya kemunduran proses akademik. 5

Kondisi tersebut tentu tidak boleh di biarkan begitu saja, dibutuhkan upaya
komperehensif dan berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan dalam upaya
meningkatkan rapot mutu pendidikan SDN Kenari salah satunya dengan meningkatkan minat
literasi murid. Sebab literasi menjadi pondasi dasar siswa dalam proses pembelajaran.
Pemerintah sendiri berkomitmen untuk meningkatkan budaya literasi siswa secara nasional
yang termuat dalam Sembilan agenda prioritas pembangunan Presiden Joko Widodo yang
dikenal dengan ‘Nawa Cita’. Pada poin enam dan delapan disebutkan bahwa literasi
merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing masyarakat, serta dapat
membantu merevolusionerkan basis karakter bangsa melalui Gerakan Literasi Sekolah.
Program literasi nasional ini juga diperkuat dengan dikeluarkannya Permendagri Nomor 31
Tahun 2019 mengenai Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2020
yang menggarisbawahi Pemerintah Daerah perlu melakukan peningkatan dan pengembangan
pendidikan literasi di lingkung provinsi maupun kabupaten/kota.6

Sejalan dengan kebijakan nasional di atas, dalam kaitannya untuk meningkatkan minat
literasi siswa sekaligus meningkatkan mutu rapot pendidikan SDN Kenari maka pihak
Sekolah berkomitmen untuk menjalankan Giat Literasi Sekolah (Gilas) sebagai program
solutif mengatasi dampak learning loss pada siswa akibat pandemi dengan pendekatan Asset
Based Cummunity Development (ABCD). ABCD yang juga dikenal dengan Pengembangan
Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh
John McKnight dan Jody Kretzmann yang menekankan dan mendorong komunitas untuk
dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset
tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman
(2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif. Pendekatan berbasis aset
membantu komunitas melihat kenyataan kondisi internal dan kemungkinan perubahan yang
dapat dilakukan. Pendekatan ini mengarahkan pada perubahan, fokus pada apa yang ingin
dicapai oleh komunitas, serta membantu komunitas dalam mewujudkan visi mereka. 7

4
Raport Pendidikan SD Negeri Kenari (https://raportpendidikan.kemendikbud.go.id/), diakses
18/11/2023, pukul 11.17 WIB.
5
Learning Loss di Masa Pandemi, dalam Berita Kompas, Terbit 21 Maret 2022, Sumber
https://www.kompas.id, 19/11/2023, diakses pukul 08.14 WIB,
6
Risalah Kebijakan – Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia Kemitraan Australia Indonesia, (Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019), Hlm 1.
7
Christoper Dereau, Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan, (Australia: Australian

2
Dengan demikian metode ABCD ini dharapkan dapat mengoptimalkan potensi sekolah
dalam mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga mendukung keberhasilan program.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi penulis penyebab rendahnya mutu pembelajaran


khususnya terkait dengan dengan rendahnya minat literasi murid SDN Kenari diantaranya:

1. Profil orangtua murid yang sebagian besar memiliki latar belakang ekonomi menengah
kebawah dan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan dukungan keluarga terhadap
proses belajar siswa SDN Kenari kurang
2. Rendahnya motivasi belajar murid dan minat murid terhadap buku bacaan
3. Sekolah belum pernah menjalan Program Literasi secara berkesinambungan
4. Sekolah memiliki koleksi buku yang minim dan hanya ada buku pelajaran di
perpustakaan, sehingga kegiatan perpustakaan tidak berjalan sebagaimana mestinya

Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, 2013), hlm.3

3
BAB II

METODE

2.1. Prosedur Pemecahan Masalah

Jenis penelitian ini adalah best practice dengan penulisan alur STAR (Situasi,
Tantangan, Aksi dan reflesski). Adapun metode yang digunakan yaitu metode deskriptif
untuk memberikan gambaran bagaimana penerapan program Giat Literasi Sekolah (Gilas)
dengan menggunakan pendekatan ABCD dalam menumbuhkan minat literasi di SD Negeri
Kenari sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran. Waktu Pelaksanaan September –
Desember 2023. Tempat pelaksanaan adalah SD Negeri Kenari, dengan sasaran kegiatan
yaitu 198 Siswa..

Adapun prosedur pemecahan masalah menggunakan pendekatan ABCD adalah dengan


mengidentifikasi potensi asset yang dimilki sekolah mengunakan paradigam manajemen
perubahan inkuiri apresiatif. Inkuri Apresiatif adalah suatu landasan berpikir yang berfokus
pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi
dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan. Adapun aset yang
dimaksud dalam hal ini adalah aset SDM, asset sosial, aset politik, asset agama dan budaya,
asset fisik, asset finansial. Artinya, makna pemilikan aset dalam hal ini sangat luas, tidak
terbatas pada kepemilikan aset fisik seperti halnya kepemilikan tanah dan gedung. Aset yang
dimaksud bermakna segala sesuatu yang berharga, bernilai sebagai kekayaan atau
perbendaharaan. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan tahapan
BAGJA yang merupakan akronim dari Buat Pertanyaan Utama, Ambil Pelajaran, Gali
Mimpi, Jabarkan Rencana dan Atur Eksekusi. 8

2.2. Alasan Pemilihan Prosedur Pemecahan Masalah

Guru merupakan pelopor perubahan, terkait dengan perannya sebagai pemimpin


pembelajaran tugas guru bukan hanya mengajar di kelas tetapi juga harus mampu
menggerakkan komunitas sekolah agar tercipta ekosistem pendidikan yang positif yang
senantiasa bergerak maju ke depan dan memiliki pola pikir bertumbuh (grow mindset).

Sebagai guru kita perlu melihat dan peka terhadap segala persoalan yang terjadi di
sekitar lingkungan kita, tanggung jawab guru bukan saja sekedar memahami, strategi, metode
dan model pembelajaran tetapi lebih luas dari itu guru perlu menyadari aspek apa saja yang
harus diperhatikan yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah secara
keseluruhan. Sehingga atas dasar inilah perlu adanya sebuah prakarsa perubahan yang dapat
memberikan gambaran solutif dari persoalan yang dihadapi SDN Kenari berkenaan dengan

8
Agus Afandi, Modul Participatory Action Research. (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014).
Hlm. 309-324.

4
dampak learning loss yang terlihat dari rendahnya mutu pembelajaran khususnya pada
indikator kemampuan literasi murid.

Alasan pemilihan program Gilas Dengan Pendekatan Aset Based Community


Development (ABCD) dinilai sebagai sebuah program yang paling tepat untuk mengatasi
rendahnya kemampuan literasi murid di SDN Kenari. Pendakatan ABCD ini berfokus pada
pengembangan komunitas sekolah agar dapat melihat kenyataan kondisi internal yang akan
membuka peluang perubahan yang dapat dilakukan. Pendekatan ini mengarahkan pada
perubahan, fokus pada apa yang ingin dicapai oleh komunitas, serta membantu komunitas
dalam mewujudkan visi sekolah. Dalam implementasi metode ABCD keberadaan fasilitator
pada komunitas tidak hanya sekedar sebagai pengamat yang melihat keseharian komunitas,
akan tetapi ikut berperan penting dalam mendorong kemandirian komunitas untuk
meningkatkan kualitas sekolah sebagai sebuah ekosistem pendidikan.9

9
Rinawati, Atim., Umi Arifah, dkk. Implementasi Model Asset Based Community Development (ABCD)
dalam Pendampingan Pemenuhan Kompetensi Leadership Pengurus MWC NU Adimulyo. (Kebumen: Ar-
Rihlah Jurnal Inovasi Pengembangan Pendidikan Islam Vol. 7 No.1. 2022 ISSN: 2809-5693), hlm.4.

5
BAB III

PENERAPAN BEST PRACTICE

3.1. Hasil dan Pembahasan

Giat Literasi Sekolah (Gilas) merupakan gerakan literasi yang aktivitasnya banyak
dilakukan di sekolah dengan melibatkan siswa, pendidik dan tenaga kependidikan, serta
orang tua. Gilas dilakukan dengan menampilkan praktik baik tentang literasi dan
menjadikannya sebagai kebiasaan serta budaya di lingkungan sekolah (Kemendikbud, 2015).
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks Giat Literasi Sekolah adalah kemampuan
mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas,
antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara (Kemendikbud, 2019).10

1. Prinsip Program Giat Literasi Sekolah (Gilas), diantaranya:


- Literasi sekolah harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik berdasarkan
karakteristiknya.
- Pelaksanaannya harus berimbang dengan berbagai jenis/ragam teks serta memperhatikan
hal-hal yang dibutuhkan peserta didik. 3
- Berlangsung secara terintegrasi dan menyeluruh untuk semua kurikulum.
- Literasi sekolah harus dijalankan secara berkelanjutan.
- Literasi harus disertai kegiatan kecakapan dalam berkomunikasi secara lisan.
- Dilakukan dengan mempertimbangkan keberagaman.

2. Jenis Kegiatan Giat Literasi Sekolah (Gilas), diantaranya:

Tabel 3.1
Kegiatan Literasi di SDN Kenari

No Jenis Kegiatan Sasaran Kelas Waktu/Teknis Kegiatan


1. Literasi Dasar mencakup sasaran utama Seminggu 3 kali di luar jam pelajaran
bimbingan baca tulis murid kelas dengan pembimbing wali kelas dan dibantu
hitung (calistung) rendah dan kelas oleh 1 orang tenaga perpustakaan
atas yang belum
bisa calistung
2. Pojok Baca Kelas 1-6 Direalisasikan maksimal minggu Pertama di
bulan September 2023
3. Pembiasaan membaca 1-6 Dilaksanakan hari baik di awal, tengah atau
buku teks non pelajaran akhir pelajaran
15 menit
4. Program keperpustakaan, 1-6 Direalisasikan maksimal minggu kedua
seperti Donasi Buku Bulan Desember 2023
untuk perpustakaan
5. Kunjungan Rutin ke 1-6 Minimal siswa berkunjung 3 kali dalam
Perpustkaan sepekan dibuktikan pada catatan jurnal
membaca buku yang di monitor oleh wali
kelas

10
Setiawan, R., Dwi Nuran, dkk. Panduan Gerakan Literasi Di Sekolah Dasar. (Jakarta: Kemendikbud,
2019), Hlm. 9.

6
6. Story Telling 4-6 Waktu Tentatif. Terintegrasi dalam kegiatan
belajar mengajar penanggung jawab wali
kelas di catat pada progress pencapaian
kegiatan literasi kelas yang di laporkan pada
saat rapat mingguan sekolah kepada Kepala
Sekolah
7. Mendatangkan 1-6 Dilaksanakan pada 10 November 2023
Perpustakaan Keliling ke
Sekolah
8. Literasi Digital 4-6 Waktu Tentatif. Terintegrasi dalam kegiatan
belajar mengajar, bentuk kegiataannya dapat
berupa pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran, penanggung jawab wali kelas
di catat pada progress pencapaian kegiatan
literasi kelas yang di laporkan pada saat
rapat mingguan sekolah kepada Kepala
Sekolah
9. Panggung Literasi 1-6 Setiap perwakilan kelas menampilkan ragam
karya siswa seperti pantun, puisi, pidato,
menanyi, drama dan lain-lain.Tahap
latihan/pembiasaan perform dilakukan
setiap hari Jum’at pagi bersamaan dengan
kegiatan Kultum. Kegiatan Puncak
Panggung Literasi ini dintegrasikan dengan
kegiatan penguatan projek profil pelajar
pancasila (P5) dilaksanakan pada Minggu
Kedua Bulan Desember 2023.
10. Kunjungan Belajar ke 3-6 Kegiatan ini dimaksudkan untuk
Perpustakaan Daerah memberikan wawasan keperpustakaan
kepada murid dan mendorong kecintaan
terhadap buku. Dilaksanakan pada 16
November 2023 (kelas 5-6), 30 November
2023.

3. Uraian Prosedur Pemecahan Masalah (STAR)

Laporan Pelaksanaan program Gilas terangkum dalam alur STAR yang merupakan singkatan
dari Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil dan Dampak sebagai berikut:

Lokasi SD Negeri Kenari


Lingkup Pendidikan Sekolah Dasar
Tujuan yang Ingin Dicapai Meningkatkan Mutu Pembelajaran dan Minat Literasi Siswa
Penulis Ayu Wahyuni, M.Pd
Waktu Pelaksanaan September-Desember 2023
1. Situasi 1. Kondisi yang menjadi latar belakang Masalah:
Kondisi yang menjadi latar belakang
masalah, mengapa praktik ini penting Adanya kondisi kesenjangan belajar pada siswa dimana
untuk dibagikan, apa yang menjadi kemampuan akademik siswa masih jauh dibawah jenjang
peran dan tanggung jawab anda dalam kelasnya saat ini. Misal murid kelas 4 masih banyak yang
praktik ini ditemui tidak mampu menyelesaikan soal uraian karena tidak
mampu memahami isi teks bacaan. Hal ini disebabkan masih
banyak siswa yang belum dapat calistung sebagaimana
ditunjukkan pada tabel 3.2 berikut:

7
Kelas Jumlah siswa yang Jumlah siswa
belum dapat Calistung seluruhnya
2022 2023 2022 2023
1 39 27 39 27
2 8 25 19 38
3 25 4 36 20
4 4 7 36 36
5 4 4 38 36
6 3 4 27 38
Jumlah 82 44 195 195
(Sumber: hasil observasi, Juli 2022 s/d November 2023)

Data tersebut menunjukkan jumlah murid dari kelas 2-6 yang


belum dapat membaca mengalami penurunan dari 82 siswa
menjadi 44 per November 2023. Yang artinya jumlah
prosentase murid yang belum dapat membaca berdasarkan
data per-Juli sebesar 42% turun menjadi 23%. Meskipun
demikian, angka ini masih dinilai begitu besar dan perlu
adanya upaya berkelanjutan untuk terus menurunkan
prosentase tersbebut. Sebab kemampuan belajar siswa SDN
Kenari masih berada pada grafik merah atau di bawah jenjang
kelas seharusnya. Kondisi tersebut sesuai dengan gambaran
raport mutu pendidikan SDN Kenari Tahun 2023, dimana nilai
indikator pencapaian terendah ada pada indikator kemampuan
literasi sehingga perlu ada program yang dapat menjadi solusi
dalam menumbuhkembangkan minat literasi murid dalam
rangka memperbaiki kondisi learning loss pasca pandemi.

2. Mengapa Praktik ini penting untuk dibagikan:


Karena rendahnya minat literasi dapat terjadi pada siapa saja,
bukan hanya di SDN Kenari, sehingga diharapkan praktik ini
bisa menjadi salah satu bahan referensi bagi sekolah lain yang
akan mejalankan program serupa

3. Apa yang menjadi Peran dan Tanggung Jawab Anda


dalam Praktik Ini:

Saya berperan sebagai pendidik yang memiliki tanggung


jawab dalam menggerakkan komunitas sekolah agar tercipta
lingkungan belajar yang mendukung terselenggaranya proses
pembelajaran yang bermutu melalui program Giat Literasi
Sekolah (Gilas)

2. Tantangan 1. Tantangan dari Siswa:


Apa saja yang menjadi tantangan a. Siswa kurang memiliki ketertarikan terhadap buku
untuk mencapaitujuan tersebut? bacaan;
Siapa saja yang terlibat b. Lingkungan keluarga yang kurang mendukung proses
belajar siswa, orang tua sering kali abai dengan
perkembangan belajar anaknya bisa karena faktor
pendidikan orang tua yang rendah ataupun karena
kondisi keluarga yang tidak utuh;
c. Motivasi belajar siswa masih rendah dan masih sering
ditemui siswa yang tidak memiliki keinginan untuk
dapat melanjut sekolah ke jenjang yang lebih tinggi;

8
d. Waktu di luar sekolah lebih banyak dihabiskan dengan
bermain;
e. Siswa masih banyak yang gagap teknologi sehingga
saat ANBK siswa tidak fokus dalam pengerjaan soal
karena sering mengalami kendala saat
mengoperasikan laptop secara mandiri;
f. Hampir tidak ada siswa yang memiliki buku bacaan
pribadi, Buku yang ada hanyalah buku pelajaran
pinjaman sekolah itupun tidak dapat dibawa ke rumah
sehingga siswa tidak memiliki pegangan belajar;

2. Tantangan dari lingkungan Sekolah:


a. Sekolah sebelumnya belum pernah melaksanakan
program literasi sekolah;
b. Guru belum menerapkan pembelajaran berbasis
literasi yang menyenangkan (aktivitas membaca);
c. Sekolah memiliki perpustakaan, namun belum
dimanfaatkan secara optimal dimana koleksi bukunya
hanya buku pelajaran, dan tidak memiliki koleksi
buku non pelajaran;
d. Kelas tidak memiliki pojok baca kelas;
e. Sekolah sebelumnya tidak pernah melakukan
kunjungan belajar di luar sehingga wawasan murid
sangat terbatas;
f. Sekolah sangat jarang mengadakan diskusi mengenai
perencanaan program ko-kurikuler di luar program
pembelajaran reguler.

Yang terlibat pada program Giat Literasi Sekolah yaitu Kepala


Sekolah, Dewan Guru, Komite Sekolah, Orang tua Murid, dan
Murid.

3. Aksi 1. Langkah-Langkah yang dilakukan:


Langkah-langkah apa yang dilakukan
untuk menghadapi tantangan a. Melakukan pembicaraan awal dengan Kepala Sekolah
tersebut/ strategi apa yang untuk Meminta dukungan, saran dan masukan terkait
digunakan/ bagaimana prosesnya, dengan rencana prakarsa perubahan terkait dengan inisiasi
siapa saja yang terlibat / Apa saja program Giat Literasi Sekolah (Gilas)
sumber daya atau materi yang b. Membentuk dan menggerakkan komunitas pembelajaran
diperlukan untuk melaksanakan ‘GEMAR (Gerakan Merdeka Mengajar) di sekolah yang
strategi ini mitranya adalah guru rekan sejawat untuk berbagi praktik
baik dalam meningkatkan keterampilan literasi guru dalam
pembelajaran seperti pembuatan Modul Ajar yang
interaktif, pembuatan LKPD yang berpusat pada
kebutuhan belajar murid, dan pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran
c. Mengadakan musyawarah yang mengundang Kepala
Sekolah, Komite Sekolah, Rekan Guru untuk
mendiskusikan persoalan rendahnya minat literasi dan
menguatkan gagasan program Gilas serta menyusun
jadwal pelaksanaan kegiatan yang masuk pada program
Gilas.

9
d. Mensosialisasikan Program kepada seluruh Warga
Sekolah utamanya murid dan orang tua.
e. Implementasi Kegiatan Program Gilas dan Rapat evaluasi
secara terjadwal pasca kegiatan

2. Strategi yang dilakukan:

Program Gilas dilakukan dengan menggunakan pendekatan


Asset Based Community Development (ABCD) yang
melibatkan partisipasi seluruh stake holders di sekolah. Pada
tahap awal impelemnetasi ABCD ini dilakukan dengan
mengikuti tahapan manajemen perubahan inkuiri Apresitif
BAGJA yang mana tahapan operasionalnya dapat dilihat pada
lampiran 1.1. Rancangan BAGJA ini akan memberikan
gambaran strategis bagaimana program ini di diljalankan.

3. Bagaimana Prosesnya
Setelah tahap perencanaan dan penyusunan strategi atau
rancangan program langkah selanjutnya adalah implementasi
program yang terdiri dari 3 tahap diantaranya:
a. Tahap Pembiasaan: Tahap pembiasaan ialah
penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit
membaca (Permendikbud No.23 Tahun 2015).
Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat
terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam
diri warga sekolah. Kegiatan pembiasaan membaca disini
untuk kelas bawah atau murid yang belum dapat membaca
dapat dimanfaatkan untuk belajar calistung, sedangkan
kelas atas dimanfaatkan untuk membaca buku non
pelajaran yang dicatat di dalam jurnal membaca oleh wali
kelas.
b. Tahap Pengembangan: Kegiatan literasi pada tahap ini
bertujuan mengembangkan kemampuan memahami
bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman
pribadi,berpikir kritis, dan mengolah kemampuan
komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi
bacaan pengayaan dengan membentuk kelompok diskusi.
Guru dapat mengapresiasi capaian literasi siswa.
c. Tahap Pembelajaran: Kegiatan literasi pada tahap
pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan
memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman
pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan
komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi
teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran. Pada
tahap ini kegiatan literasi juga dapat divariasikan dalam
berbagai bentuk kegiatan ko-kurikuler secara berkala dan
rutin untuk melatih kecakapan literasi siswa. Seperti story
telling, panggung literasi, pelatihan literasi digital, dan
lain-lain.

10
4. Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan
untuk melaksanakan strategi ini
Melakukan identifikasi sumber daya sekolah sebagai aset
yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya untuk mendukung
program Gilas diantaranya:

a. Sumber Daya Manusia (SDM) :

- Kepala Sekolah memiliki komitmen peningkatan


fasilitas sarana/prasarana sekolah yang
mendukung program giat literasi sekolah.
- SDM Guru yang kompeten berjumlah 10 orang
dengan Strata pendidikan minimal 1 dan terdapat
2 orang guru yang mengikuti program guru
penggerak.
- Komite sekolah orang setempat dan aktif dalam
kegiatan sekolah.

SDM ini akan menunjang pengembangan mutu


pembelajaran dan medorong berjalannya program
sekolah sesuai dengan tujuan yang diharapkan

b. Sosial: Kolaborasi antar seluruh warga sekolah dalam


mendukung program sekolah
c. Politik: Kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan
Badan Perpustakaan Daerah
d. Agama dan Budaya: Masyarakat setempat yang religius
dan terkenal dengan budaya sopan santun dan saling
menghargai
e. Fisik : Pojok baca dan perpustakaan sekolah yang
nyaman
f. Lingkungan: Lingkungan Sekolah yang mendukung
untuk menunjang rangkaian kegiatan literasi
g. Finansial: Dana BOS sebagai sumber pembiayaan
program, serta Donasi Buku dari Orangtua Murid

4. Refleksi dan Dampak 1. Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah


Bagaimana dampak dari aksi dari yang dilakukan?
Langkah-langkah yang dilakukan?
Apakah hasilnya efektif? Atau tidak - Terbentuknya kemunitas pembelajaran (learning
efektif? Mengapa? Bagaimana community) yang anggotanya saling berkolaborasi,
respon orang lain terkait dengan mengembangkan diri dan meningkatkan keterampilan
strategi yang dilakukan, Apa yang literasi dalam upaya mendukung program Gilas
menjadi faktor keberhasilan atau - Prosentase siswa yang tidak bisa membaca mulai
ketidakberhasilan dari strategi yang mengalami penurunan yang semula di bulan Juli
dilakukan? Apa pembelajaran dari sebanyak 42% turun menjadi 23% dari total 196 murid
keseluruhan proses tersebut - Nilai rata-rata siswa hasil asessment sumatif tengah
semester ganjil untuk pelajaran kebahasaan seperti
bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa Serang khususnya di
kelas atas (4-6) yaitu diatas nilai Kriteria Ketercapaian
Tujuan Pembelajaran (KKTP) untuk kelas 4 yaitu 75
(Bahasa Indonesia) dan 78 untuk Bahasa Jawa, Kelas 5
yaitu 77 (Bahasa Indonesia) dan 80 untuk Bahasa Jawa,
dan kelas 6 yaitu 77 (Bahasa Indonesia) dan 74 untuk
Bahasa Jawa.

11
- Mulai berjalannya program keperpustakaan seperti
donasi buku dan juga kunjungan rutin keperpustakaan
yang perkembangannya dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik Pengunjung Perpustakaan


SDN Kenari
80
66
60

40
32
20
12
7
0 5% 9% 23% 47%
Agustus September Oktober November
jumlah pengunjung prosentase
Bulan

- Terbangunnya kepercayaan diri dan semangat siswa


dalam pembelajaran seiring dengan bertambahnya kosa
kata dan wawasan siswa karena aktivitas membaca buku

- Sekolah memiliki beragam kegiatan literasi yang


mendorong semangat kreatifitas siswa untuk
mengeskplore minat dan bakatnya di bidang literasi
- Sekolah memiliki pojok baca kelas yang dapat
memfasilitasi siswa dalam pembiasaan membaca
- Mendorong siswa kelas atas untuk terampil dalam
memanfaatkan gadget sebagai sarana dalam kegiatan
belajar berbasis TIK

2. Apakah hasilnya efektif? Atau tidak


efektif? Mengapa?
Hasilnya cukup efektif meskipun memang belum
menunjukkan perkembangan yang signifikan, namun
manfaatnya cukup terasa sebab Gilas menyajikan beragam
kegiatan literasi yang menarik dan mampu mendorong
kreatifitas murid untuk dapat menyalurkan minat/potensi yang
di miliki di bidang literasi seperti membaca puisi, pantun,
menyanyi dan lain-lain.
Keterukuran efektifitas ini juga di nilai dari naiknya grafik
jumlah pengunjung perpustakaan selama 2 bulan terahir
mencapai 47% dari yang sebelumnya hanya mencapai rata-
rata 5%-10% saja.

3. Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi


yang dilakukan?
Dari hasil observasi penulis dari angket dan wawancara
kepada guru, murid dan wali murid sebagian besar
mengapresiasi berjalannya program Gilas. Program ini
dianggap memberikan manfaat positif dalam menumbuhkan
minat baca siswa dan juga membangun pemahaman siswa
terhadap pentingnya kemampuan literasi yang akan
menunjang proses belajar di sekolah.

12
Dewan Guru sendiri merasa sekolah menjadi jauh lebih hidup
dengan dibuatnya berbagai kegiatan literasi sebab yang telah
berjalan selama ini sekolah hanya menjalankan kegiatan KBM
di kelas secara regular tanpa di selingi kegiatan ekstrakurikuler
maupun ko kurikuler.

4. Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau


ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan?

Yang menjadi factor keberhasilan program Gilas adalah


dukungan dari seluruh warga sekolah utamanya adalah Kepala
Sekolah sebagai penentu kebijakan, kerjasama yang baik antar
rekan sejawat sebagai mitra pelaksana juga menjadi faktor
penentu keberhasilan program sebab proses kolaboratif dalam
hal ini sangat diperlukan mulai dari proses perencanaan dan
pelaksanaan program.
Untuk memastikan program ini berjalan secara berkelanjutan
maka peran dan dukungan keluarga/orang tua juga tidak kalah
penting. Sebab proses belajar dalam upaya menumbuhkan
minat literasi pada siswa sebaiknya tidak hanya dilakukan di
sekolah tetapi juga perlu ada pembiasaan dari rumah.

Selain dukungan dari para pemangku kepentingan di sekolah,


sarana dan prasarana yang mnunjang kegiatan literasi juga
menjadi hal yang penting khususnya terkait dengan
penambahan jumlah koleksi buku bacaan yang menarik bagi
siswa dan juga layanan perpustakaan yang optimal. Hal
terakhir yaitu berkenaan dengan peningkatan kompetensi guru
dalam pembelajaran yang menunjang kegiatan literasi pada
siswa agar pembelajaran tidak hanya fokus pada pencapaian
target pembelajaran regular tetapi lebih pada bagaimana guru
mampu mengintegrasikan kegiatan proses belajar di dalam
kelas dengan upaya peningkatan kemampuan literasi siswa
dengan pembuatan media pembelajaran yang interaktif, LKPD
dan juga variasi kegiatan belajar yang juga menarik.

5. Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut?

Keseluruhan dari proses pembelajaran terkait dengan


penerapan best practice ini adalah bagaimana kita mampu
mengoptimalkan peran kita bukan hanya sebagai guru di
dalam kelas tetapi juga sebagai pemimpin pembelajaran yang
mana setiap gagasan, ide atau kreatifitas kita sepenuhnya
adalah untuk memberikan trasformasi/perubahan yang lebih
baik kepada peserta didik bukan saja berfikir tentang
bagaimana menguasai metode, strategi model pembelajaran.

Tidak kalah penting adalah bagaimana kita dapat menjadi


pelopor perubahan dengan menginisiasi program-program
yang positif dan dapat menggerakkan orang lain untuk ikut
berkontribusi didalam merencanakan program yang
memberikan pengalaman belajar sekaligus dapat mendorong
pada terbentuknya pola pikir bertumbuh (grow mindset)

13
peserta didik kita agar dapat menjadi insan pembelajar
sepanjang hayat yang bernalar kritis dan berwawasan global.

Adapun dalam perencanaan program yang berdampak positif


bagi murid tentu perlu dilakukan dengan proses klaboratif
yang melibatkan partisipasi seluruh warga sekolah dengan
mengoptimalkan potensi/asset sumber daya yang mendukung
keberhasilan program sesuai dengan paradigma Asset Based
Community Development.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Program Gilas di SDN Kenari merupakan program yang dibuat untuk dampak learning
loss karena pembelajaran daring selama masa pandemic covid-19 sekalus sebagai upaya
untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SDN Kenari. Program Gilas di SDN Kenari di
implementasikan dengan menggunakan pendekatan Asset Based Community Development
(ABCD) yang memberikan gambaran/kerangka kerja yang berbasis pada optimasilasi
pemberdayaan sumber daya/asset sekolah. Metode ABCD yang diterapkan pada program
Gilas dinilai dapat mengoptimalkan potensi sekolah dalam mengelola sumber daya yang
dimiliki sehingga mendukung keberhasilan program. Implementasi Gilas memberikan
banyak perubahan positif bagi siswa terkait dengan peningkatan minat literasi pada proses
pembelajaran. Implementasi program Gilas di SDN Kenari menjadi harapan sekaligus
alternatif solusi yang dapat mengeluarkan SDN Kenari dari kondisi learning loose akibat
pandemi sehingga di masa mendatang mutu pembelajaran di SDN Kenari dapat berangsung-
angsur meningkat lebih baik.

4.2 SARAN

Berdasarkan hasil observasi penulis selama pelaksanaan program Gilas berlangsung


maka penulis memberikan rekomendasi perbaikan program di masa mendatang yaitu adanya
komitmen dari seluruh warga sekolah (kepala sekolah, guru, murid, komite, orang tua murid,
murid) untuk bersama-sama menjalankan dan konsisiten dalam melakukan pembiasaan
membaca dalam upaya menumbuhkan kecintaan/minat terhadap kegiatan literasi dengan
pembagian peran sebagai berikut:
a. Bagi siswa kelas rendah, diharapkan untuk selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan program literasi sekolah utamanya pada bimbingan baca tulis dan hitung
agar dapat memiliki kompetensi pembelajaran sesuai dengan jenjang kelas serta
terbangunnya pemahaman tentang pentingnya kebiasaan membaca. Dengan demikian,
proses pembelajaran di dalam kelas juga diharapkan akan semakin lancar.
b. Bagi Orang tua, sekolah mengkomunikasikan program literasi kepada orangtua agar
terbangun pemahaman akan pentingnya literasi bagi anak sehingga turut mendukung
proses pendampingan pembiasaan membaca dari Rumah.
c. Bagi guru kelas, diharapkan untuk senantiasa melakukan pendampingan dan manajemen
kelas yang baik agar pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan program
literasi sekolah semakin baik dan lancar.
d. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa
untuk menggiatkan sosialisasi tentang literasi sekolah agar siswa tetap rajin membaca saat
di rumah. Selain itu, memberikan kesempatan kepada semua guru kelas untuk mengikuti
pelatihan tentang pelaksanaan literasi sekolah.
e. Bagi Pustakawan, diharapkan senantiasa bekerjasama dengan guru kelas dalam
mendukung dan melaksanakan program literasi sekolah. Serta mengadakan
pendampingan khusus saat siswa melaksanakan kegiatan membaca di perpustakaan.

15

Anda mungkin juga menyukai