Anda di halaman 1dari 10

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

PELATIHAN BAHASA ASING DAN TEKNOLOGI


INFORMASI
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENGABDIAN MASYARAKAT

Diusulkan oleh :

Arnel Willim 120210180114 2018

Nurunnadiya Savitri 120310180081 2018

Rasis Wijdani Rahman 120310180100 2018

Reza Galih Renaldi 120210180076 2018

Shavira Salsabila Salim 120210180110 2018

UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
RINGKASAN
Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat meningkatkan sumber
daya manusia masyarakat nya. Dalam skala nasional, pendidikan kita harus
sampai pada taraf memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang saat ini
kurang mampu bersaing dalam skala internasional. Namun, sayangnya kualitas
pendidikan Indonesia saat ini masih tergolong rendah, hal ini dibuktikan oleh
posisi Indonesia yang secara konstan selalu berada di urutan bawah pada setiap
hasil survei lembaga internasional. Rendahnya kualitas pendidikan ini antara lain
disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana pendidikan serta rendahnya
kompetensi guru. Oleh karena kesadaran itu, penulis tertarik untuk
mengidentifikasi kualitas pendidikan di daerah Jatinangor, Kabupaten Sumedang
yang dicanangkan sebagai Kawasan Pendidikan dengan cukup banyak jumlah
Perguruan Tinggi yang telah berdiri sampai saat ini. Penulis menemukan bahwa di
daerah desa Cipacing, kualitas sekolah nya masih dibawah standar, yaitu salah
satu nya terdapat SMK dengan jurusan komputer, namun tanpa adanya penyediaan
sarana komputer sebagai media pembelajaran. Selain itu, keadaan ruangan kelas
dan kualitas guru juga tergolong di bawah rata-rata karena terbatasnya
kemampuan finansial sekolah. Atas dasar itulah, penulis memilih untuk menyusun
kegiatan pengabdian masyarakat dengan siswa SMK sebagai sasaran kegiatan.
Kegiatan ini diharapkan dapat mengasah kemampuan dasar siswa dalam
berbahasa Inggris dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
praktik langsung dengan sarana komputer yang tersedia di Gedung PPBS,
Kampus Universitas Padjajaran, Jatinangor.
Kata Kunci: Pendidikan, Kualitas, Sarana
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kurangnya penguasaan bahasa Inggris dan kecakapan pada bidang


teknologi informasi masih menjadi masalah pada sumber daya manusia di
Indonesia. Kedua nya seringkali menjadi faktor utama yang menghambat daya
saing tenaga kerja dalam negeri di kancah internasional. . Menurut Sonny
Sumarsono (2003), SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu
melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis. Hal ini mempunyai
korelasi bahwa tenaga kerja di Indonesia masih tergolong kurang mampu
melakukan kegiatan ekonomis dengan nilai jual yang tinggi dikarenakan
terbatasnya kemampuan.
Dalam skala besar, hal ini terutama dipengaruhi oleh rendahnya kualitas
pendidikan dalam setiap jenjang pendidikan, baik sektor formal maupun informal.
Ini dibuktikan melalui survei Political and Economic Risk Consultant (PERC)
yang menyatakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-
12 dari 12 negara di Asia. Sedangkan dalam peringkat dunia, Indonesia
menduduki peringkat ke-71 dari 72 negara pada tahun 2013, dan naik ke peringkat
62 dari 72 negara pada tahun 2015, berdasarkan laporan Programme for
International Student Assessment (PISA).
Berdasarkan identifikasi dari CNN Indonesia, rendahnya kualitas
pendidikan ini disebabkan oleh beberapa faktor, dengan dua diantaranya yaitu
rendahnya kualitas sarana fisik dan rendahnya kecakapan guru. Penyediaan sarana
fisik sangat penting dalam menghadirkan suasana belajar-mengajar yang kondusif,
terutama penyediaan sarana prasarana seperti ruangan kelas yang memadai.
Menurut data dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 2016 terdapat 152
ribu sekolah di Indonesia yang mengalami kerusakan berat pada bangunan nya.
Bila dari bangunan nya saja sekolah-sekolah di Indonesia tidak layak, maka dapat
dipastikan bahwa sekolah-sekolah tersebut juga nihil akan penyediaan media
teknologi informasi karena tidak adanya sarana dan prasarana seperti
laboratorium. Jumlah sekolah yang tidak mempunyai sarana dan prasarana
teknologi informasi bisa dipastikan lebih dari 152 ribu sekolah.
Menurut data UNESCO dalam Global Education Mentoring (GEM)
Report 2016, kompetensi guru di Indonesia menempati urutan ke-14 dari 14
negara berkembang di dunia. Sedangkan itu, di tahun yang sama, hasil Uji
Kompetensi Guru (UKG) menunjukkan bahwa nilai rata-rata guru hanya 56,59
dari angka 100, jauh dibawah nilai standar 75. Jumlah guru yang tidak
berpendidikan minimal Strata-1 juga besar. Dari 3,9 juta guru yang ada saat ini,
sebanyak 25% belum memenuhi syarat kualifikasi akademik dan 52% guru belum
memiliki sertifikat profesi.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengidentifikasi pula kualitas
pendidikan di daerah Jatinangor, Kabupaten Sumedang yang dicanangkan sebagai
Kawasan Pendidikan. Kualitas pendidikas setempat seharusnya mengalami
peningkatan seiring dengan berdirinya beberapa Perguruan Tinggi di daerah
Jatinangor, yaitu Universitas Padjajaran (1983), Institut Tekonologi Bandung
(2012) dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (1990), serta Institut Manajemen
Koperasi Indonesia (1984).
Sebagai daerah identifikasi, penulis mengambil desa Cipacing karena di
dalam nya terdapat cukup banyak institusi pendidikan, yaitu satu TPA (Taman
Pendidikan Al Qur’an), satu PAUD, dua SD, satu SMP, satu SMA, dan satu SMK.
Penulis kemudian menemukan bahwa di SMK sendiri kualitas pendidikan sangat
minim, dengan indikator kurang lengkapnya sarana dan prasarana seperti ruangan
kelas dan laboratorium komputer. Hal ini sejalan dengan penuturan Kepala
Sekolah SMK yang mengeluhkan kurangnya ruangan kelas, yaitu hanya tiga kelas
untuk tiga angkatan. Kelas-kelas ini harus digunakan semaksimal mungkin dengan
diberi sekat buatan agar siswa dapat tertampung. Selain itu, untuk jurusan terapan
komputer, SMK ini tidak mempunyai unit komputer yang seharusnya menjadi
media utama pembelajaran. Siswa hanya mempelajari teori sesuai dengan buku
panduan tanpa adanya praktik lapangan secara langsung dengan media komputer.
Guru yang ada pun dalam jumlah terbatas dan hanya mempunyai kemampuan
dasar dalam pengoperasian komputer karena jarangnya praktik langsung yang
sangat dibutuhkan dalam pemahaman konsep multimedia dan informatika.
Atas dasar itulah, penulis menilai bahwa kualitas pendidkan di beberapa
sekolah di Jatinangor secara rata-rata masih dibawah standar, terlebih untuk titel
Kawasan Pendidikan yang disematkan pada daerah ini. Penulis sebagai bagian
dari golongan mahasiswa merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk terjun
secara langsung dalam membangun masyarakat, yaitu melalui program
pengabdian masyarakat yang berjudul “Pelatihan Bahasa Asing dan Tekonologi
Informasi” dengan siswa SMK Cipacing sebagai sasaran utama. Penulis menilai
bahwa siswa SMK secara umum dituntut untuk berkompetensi lebih supaya dapat
langsung terjun ke lapangan pekerjaan tepat setelah lulus.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang penulis ajukan
dalam PKM-M ini adalah bagaimana cara menyalurkan pengetahuan yang lebih
pada pelajar di SMK PUI Jatinangor melalui program “Pelatihan Bahasa Asing &
Teknologi Informasi”?
1.3 Tujuan
Tujuan dari diadakannya PKM-M ini adalah membentuk pengetahuan dan
pembelajaran yang lebih baik untuk para pelajar di SMK PUI Jatinangor melalui
“Pelatihan Bahasa Asing & Teknologi Informasi”.
1.4 Luaran yang diharapkan
1. Terciptanya pelajar di SMK PUI Jatinangor menjadi pelajar yang
membuka diri terhadap pengaruh global.
2. Terciptanya pelajar di SMK PUI Jatinangor menjadi pelajar yang
lebih berwawasan dan memahami bahasa asing dan teknologi
informasi.
3. Terbentuknya kesadaran diri bahwa ilmu merupakan hal yang
penting untuk kita peroleh.

1.5 Kegunaan Program


1. Hasil pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat membentuk karakter
generasi muda bangsa untuk lebih siap menghadapi pengaruh global.
2. Hasil pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam hal lebih memperhatikan
sekolah-sekolah di daerah kecil seperti SMK PUI Jatinangor.
3. Hasil pengabdian ini diharapkan dapat membantu memberikan
pemahaman lebih dalam tentang materi yang akan diberikan pada pihak
terkait.
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN

Masyarakat yang dijadikan sasaran Pengabdian Masyarakat ini


adalah SMK PUI Jatinangor yang berlokasi di Desa Cipacing RW 16.
Sekolah ini memiliki tiga kelas yang mana setiap kelas terdapat sekitar 24
siswa dengan jumlah siswa 72 Orang.
Kelas dan siswa yang terbatas ini tentunya diakibatkan
perekonomian masyarakat desa Cipacing yang mayoritasnya masih bisa
disebut rendah. Tetapi, semangat belajar disana benar-benar sangat
menakjubkan karena berdasarkan pengalaman kami ketika berkunjung
kesana mereka sangat aktif dan penuh antusias. Ini juga bisa dibuktikan
dengan ekstrakulikuler yang baik dan terus berjalan seperti pramuka, voli,
dan marching band.
Tetapi tidak semua hal disana sudah baik karena masih ada
kendala yang mereka hadapi seperti kurangnya guru bahasa inggris dan
masih kurangnya kesadaran mereka untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi seperti kuliah. Walaupun sebenarnya masih ada
sebagian siswa yang sangat peduli dan ingin melanjutkan pendidikan
mereka. Tetapi, faktor ekonomi merupakan faktor nomor satu sebagai
faktor penghambat mereka. Ini disebabkan karena mereka lebih
mementingkan untuk langsung bekerja dibandingkan melanjutkan
pendidikan agar bisa lebih cepat membantu perekonomian keluarganya.
Mengingat semangat dan antusias siswa disana, seharusnya mereka
bisa menjadi sosok yang lebih baik dan tentunya akan berguna bagi
Indonesia kelak. Maka dari itu dalam program Pengabdian Masyarakat ini,
tim lebih mengarahkan kegiatan ini di SMK PUI Jatinangor mengingat
bahwa SMK merupakan sasaran penting karena mereka yang sebentar lagi
akan menjadi aktor penggerak negara Indonesia untuk bisa menjadi negara
yang lebih maju.
BAB III METODE PELAKSANAAN
Dewasa ini, penggunaan bahasa asing terutama bahasa Inggris sangat
dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan. Tak kalah pentingnya degan
penggunaan bahasa asing, penggunaan teknologi informasi juga telah menjadi hal
yang sangat penting dalam kehidupan masa kini. Pelatihan Bahasa Asing dan
Teknologi Informasi merupakan program yang ditujukan untuk mengatasi
permasalahan di Desa Cipacing terutama RW 16 dalam hal penggunaan bahasa
asing dan teknologi informasi. Hal ini terkait dengan minimnya kesadaran para
warga Desa Cipacing terutama RW 16 untuk mempelajari bahasa asing dan untuk
mempelajari teknologi informasi. Sehubungan dengan hal ini, tim kami telah
menyusun metode pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Tahap Administrasi
Pada tahap ini, tim akan mengurus perijinan terkait dengan kegiatan yang
akan dilaksanakan di Desa Cipacing RW 16 ini. Tim akan melakukan perijinan
kepada Dekanat, dan juga kepada Kepala Sekolah SDN Cipacing 1 dan SDN
Cipacing 2. Dalam tahap ini juga, tim akan melakukan survei kepada warga Desa
Cipacing RW 16 dengan range kelas 1 sampai kelas 3 SD guna mengetahui
seberapa besar pengetahuan mereka tentang bahasa asing dan juga tekologi
informasi
2. Tahap Pembinaan
Tim pengajar untuk kegiatan Pelatihan Bahasa Asing dan Teknologi
Informasi yaitu adalah dari tim dan dibantu oleh mahasiswa-mahasiswa yang
tergabung dalam kelompok TPB-OKK Fakultas Ilmu Komunikasi 51.
3. Tahap Implementasi
Tim membagi tahap implementasi Pelatihan Bahasa Asing dan Teknologi
Informasi menjadi empat bagian, yaitu:
a) Grand Opening Day
Tahap implementasi yang paling awal ini bertujuan untuk
memperkenalkan program Pelatihan Bahasa Asing dan Teknologi
Informasi kepada para warga desa khususnya anak-anak dengan range
kelas 1 sampai dengan kelas 3 SD.
b) English Day
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari bahasa
asing di dalam ruangan yang berisi tentang pembelajaran bahasa asing
terutama Bahasa Inggris kepada adik-adik kelas 1 sampai kelas 3 SD
dengan metode yang menyenangkan karena diselingi dengan games-
games menarik untuk anak-anak agar pelajaran tidak berlangsung
membosankan. Pada tahap ini pula, akan dilakukan tes Bahasa Inggris
dan akan dilakukan dengan listening test.
c) Pelatihan Penggunaan Teknologi Informasi
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang akan melatih para anak-anak
Desa Cipacing RW 16 untuk menggunakan Teknologi Informasi,
terutama komputer. Tim akan meminta izin untuk menggunakan
ruangan PPBS yang berada di Universitas Padjadjaran Jatinangor
untuk tempat kegiatan pelatihan teknologi informasi. Namun, apabila
ruangan PPBS sedang tidak tersedia, tim akan melaksanakan kegiatan
Pelatihan Penggunaan Teknologi Informasi ini dalam ruangan kelas di
SMK PUI yang terletak di Desa Cipacing RW 16.
4. Evaluasi
Evaluasi program Pelatihan Bahasa Asing dan Teknologi Informasi akan
dilakukan setelah setengah semester terlalui. Untuk mengevaluasi anak-anak yang
mengikuti program ini, akan diadakan tes evaluasi pada tiap-tiap pertemuan.
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp.)


1 Speaker Rp150.000
2 Spidol satu pak dan penghapus Rp135.000
3 Konsumsi guru dan satpam Rp700.000
4 Biaya Perjalanan (Akomodasi) Rp200.000
5 Modul Bahasa Inggris dan TIK Rp1.500.000
6 Kertas perizinan Rp50.000
7 Kertas untuk soal (kuis dan test) Rp80.000
JUMLAH Rp2.815.000
Tabel. 2 Ringkasan Anggaran Biaya PKM-PENGABDIAN MASYRAKAT

4.2 Jadwal Kegiatan

Bulan Ke
No 1 2 3 4 5 6
Kelas Pekan Pekan Pekan Pekan Pekan Pekan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Kelas 1
Test
2. Kelas 2 test tengah akhir
3. Kelas 3 semester
Tabel. 3 jadwal kegiatan

Anda mungkin juga menyukai