Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kerajinan

BAJU BARBIE

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Mata Pelajaran


PKWU
Wirausaha Produk Kerajinan untuk Pasar Lokal

Disusun oleh :
Kelompok 3
Kelas XII IPS 1

SMA NEGERI TANJUNGSARI


Jalan Raya Tanjungsari No. 404 Tanjungsari-Sumedang
2021
NAMA ANGGOTA KELOMPOK DAN FOTO MASING-MASING ANGGOTA

Desy Lisendrina Nayla Keyza

M. Hilman AF Andhika Yudatama

Sahputra Junaedi
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kerajinan Limbah Batik untuk Pasar
Lokal yang berjudul Baju Barbie.

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Asri Puspitasari yang telah membantu kami
baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-
teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan kerajinan yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Semoga laporan kerajinan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Sumedang, 2 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Nama Anggota ............................................................................................ ii
Kata Pengantar ........................................................................................... iii
Daftar Isi ..................................................................................................... iv
Isi
a. Materi/bahasan tentang Wirausaha Pasar Lokal ...................................... 1
b. Materi/bahasan tentang batik .................................................................. 6
c. Alat dan bahan .......................................................................................... 10
d. Proses pembuatan .................................................................................... 10
e. Rincian biaya ............................................................................................. 11
f. Perhitungan harga jual ............................................................................. 11

Kesan selama proses pembuatan ................................................................ 12

Proses Penjualan ........................................................................................ 12


A. Materi/bahasan tentang Wirausaha Pasar Lokal

Hukum ekonomi dasar menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara ketersediaan barang
di pasar (supply) dengan permintaan pembeli (demand). Titik temu antara permintaan dan
pengadaan adalah penetapan harga jual produk.

Ketersediaan barang yang melebihi permintaan pembeli akan menurunkan harga barang.
Sebaliknya, ketersediaan barang yang lebih rendah daripada permintaan pembeli, dapat
menyebabkan harga barang menjadi tinggi.

Rancangan produk terwujud melalui kegiatan wirausaha dengan didukung oleh ketersediaan
sumber daya manusia, material, peralatan, cara kerja, pasar, dan pendanaan. Sumber daya yang
dikelola dalam sebuah wirausaha dikenal pula dengan sebutan 6M, yakni Man (manusia), Money
(uang), Material (bahan), Machine (peralatan), Method (cara kerja), dan Market (pasar).

Industri-industri yang termasuk ke dalam industri kreatif dikelompokkan ke dalam 14


subsektor. Subsektor tersebut adalah: arsitektur, desain, fesyen, kerajinan, penerbitan dan
percetakan, televisi dan radio, musik, film, video dan fotografi, periklanan, layanan komputer dan
piranti lunak, pasar dan barang seni, seni pertunjukan, riset dan pengembangan, dan permainan
interaktif. 
Kegiatan wirausaha dapat dibagi menjadi tiga tahapan.

Tahap 1

1) Pembentukan organisasi dan pembagian tugas

2) Menetapkan target dan strategi

3) Membuat jadwal kegiatan

4) Menetapkan biaya produksi dan harga jual, pembiayaan serta alur keuangan

Tahap 2

1) Melakukan produksi

2) Melakukan Quality Control (QC)

3) Melakukan pengemasan

4) Melakukan promosi, penjualan, dan distribusi

Tahap 3

1) Evaluasi kinerja dan keuangan

2) Penyusunan laporan evaluasi

1. Perencanaan Usaha Kerajinan untuk Pasar Lokal 

Berdasarkan luasannya, pasar dapat dibedakan menjadi pasar lokal, pasar nasional, dan pasar
global atau pasar internasional. Kebutuhan pasar lokal dapat diketahui dengan melakukan
pengamatan terhadap pasar sasaran. Ide pengembangan produk kerajinan untuk pasar lokal juga
dapat diperoleh dengan mengenali kebiasaan di daerah setempat, misalnya kebiasaan melepas alas
kaki saat masuk ke dalam rumah. Segmen pasar sasaran yang berbeda memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda. Setiap kebutuhan yang berbeda merupakan peluang pasar bagi wirausahawan.

Pasar sasaran adalah kelompok pasar atau konsumen yang ditargetkan untuk membeli suatu
produk. 

Tabel .Identifikasi Kebutuhan Pasar lokal


Tabel .Hasil Kuesioner Selera Estetis dan Daya Beli

Tabel .Pasar Sasaran Wirausaha Produk Kerajinan untuk Pasar Lokal

Sumber Daya Material, Teknik, dan Ide Produk Kerajinan. Sumber daya usaha yang
dibutuhkan untuk wirausaha kerajinan adalah bahan baku atau material, teknik dan alat, serta
keterampilan. Perancangan produk didasari beberapa faktor pertimbangan, yaitu fungsi produk,
pengguna produk, material, teknik pembuatan, nilai estetis, dan harga jual. 

2. Perancangan dan Produksi Kerajinan untuk Pasar Lokal 

a. Mencari Ide Produk dengan Curah Pendapat

Langkah selanjutnya adalah mencari ide produk apa yang tepat untuk pasar sasaran yang
telah dipilih. Cara yang dapat dilakukan adalah melalui curah pendapat (brainstorming) yang
dilakukan dalam kelompok. 

b. Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah proses mengevaluasi ide-ide yang muncul dengan beberapa


pertimbangan teknis, di antaranya, bagaimana cara menggunakan produk tersebut? Apakah material
yang ada sudah tepat untuk mewujudkannya?

c. Prototyping atau Membuat Studi Model

Studi model dapat dilakukan dengan material sebenarnya maupun bukan material
sebenarnya. 

d. Penentuan Desain Akhir

Studi model dapat menghasilkan 3 sampai 5 buah model. Penetapan desain akhir dapat
dilakukan melalui diskusi atau evaluasi. 
Produksi Kerajinan untuk Pasar Lokal

Tahapan produksi secara umum terbagi atas pengolahan bahan atau pembahanan, pembentukan,
perakitan, dan finishing.

Metode Produksi dan Keselamatan Kerja

Produksi dapat dilakukan dengan metode tradisional atau modern. Pada metode tradisional, satu
orang melakukan setiap tahapan produksi, sedangkan pada metode modern, satu orang hanya
melakukan satu tahap produksi. 

Kemasan sebagai Bagian Penting Kerajinan untuk Pasar Lokal

Kemasan produk kerajinan berfungsi untuk melindungi produk dari benturan dan cuaca, serta
memberikan kemudahan membawa. Kemasan juga berfungsi untuk menambah daya tarik dan
sebagai identitas atau brand dari produk tersebut. 

3. Penghitungan Harga Jual Produk Kerajinan untuk Pasar Lokal 

Metode penghitungan Harga Pokok Produksi dapat dibuat dengan dua pendekatan. Pendekatan
pertama adalah full costing dan pendekatan kedua adalah variable costing.

a. Full Costing
Pendekatan full costing memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja produksi, dan biaya overhead (tetap dan variabel), serta
ditambah dengan biaya nonproduksi, seperti biaya pemasaran, serta biaya administrasi dan
umum.

Tabel .Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Full Costing

b. Variable Costing

Pendekatan variable costing memisahkan penghitungan biaya produksi yang


berlaku variabel dengan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja produksi, dan overhead variable ditambah dengan biaya pemasaran variabel
dan biaya umum variabel.

Biaya tetap terdiri atas biaya overhead tetap, biaya pemasaran tetap, biaya
administrasi tetap, dan biaya umum tetap.
Tabel .Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Variabel Costing

Metode Penetapan Harga Produk secara teori dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Permintaan dan Penawaran (Supply and Demand Approach)

2. Pendekatan Biaya (Cost Oriented Approach)

3. Pendekatan Pasar (Market Approach)

Tabel . Harga Jual Produk

4. Media Promosi Produk Kerajinan untuk Pasar Lokal

Pengertian dan Jenis-Jenis Promosi Kerajinan untuk Pasar Lokal. Promosi merupakan salah satu
strategi pemasaran. Strategi pemasaran produk memanfaatkan bauran dari strategi product, place,
price, dan promotion atau dikenal pula dengan sebutan 4P. Tujuan promosi adalah untuk
mengenalkan produk kepada calon pembeli dan membuat pembeli membeli produk. 

Media promosi dapat dikelompokkan menjadi promosi Above The Line dan Bellow The Line.
Promosi Above The Line adalah promosi melalui iklan, seperti iklan di media cetak, iklan radio,
poster. Promosi Bellow the Line adalah promosi melalui kegiatan promosinya, contohnya
mengadakan peragaan busana untuk mempromosikan produk-produk fashion atau
menyelenggarakan lomba kreativitas untuk mempromosikan produk alat gambar.

5. Penjualan Sistem Konsinyasi Produk Kerajinan untuk Pasar Lokal 

Penjualan dengan sistem konsinyasi adalah penjualan dengan cara menitipkan produk kepada
pihak lain untuk dijualkan dengan harga jual dan persyaratan sesuai dengan perjanjian antara
pemilik produk dan penjual.
B. Materi/bahasan Tentang Batik

Etimologi
Secara etimologi, istilah "batik" berasal dari bahasa Jawa. Ambathik yang dihasilkan dari lakuran
kata  (amba) yang berarti "lebar" atau "luas" (merujuk kepada kain), dan (nithik) yang berarti
"membuat titik" dan kemudian berkembang menjadi istilah bahasa Jawa. Bathik, yang berarti
menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar. [3][4][5] Kata
dalam bahasa Jawa. Bathikan juga dapat bermakna sebagai "menggambar" atau
"menulis". Istilah bathik kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi "batik" dengan
menggantikan bunyi huruf "-th" sebagai "-t" dikarenakan orang non-Jawa tidak bisa melafalkannya
dengan mudah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "batik" didefinisikan sebagai kain bergambar yang
pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan lilin (atau dalam bahasa
Jawa. malam) pada kain itu, yang kemudian pengolahannya melalui proses tertentu. [7] Jadi, dapat
disimpulkan bahwa "batik" dapat merujuk kepada sebuah proses maupun hasil jadi (bersifat
bendawi) dari proses tersebut.

Sejarah Teknik Batik


Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam atau lilin adalah
salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal
semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam
untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti
T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti
batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.[8] Di Indonesia,
batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII
atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik
cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.[9]
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah
tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan
dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7.[8] Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda)
dan F.A. Sutjipto (sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah
seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area
yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik. [10]
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa
Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan
alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.
[10]
 Detail ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi
kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detail pakaian menampilkan pola sulur
tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat
ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat
dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal. [11] Pada
perempat terakhir abad ke-13, kain batik dari Jawa telah diekspor ke kepulauan Karimata, Siam,
bahkan sampai ke Mosul.[12]
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang
Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140
lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu
memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam
perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan
kecewa.[13] Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London,
1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa
semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van
Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke
Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa
keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik
Indonesia memukau publik dan seniman. [8]
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru
muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi
dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang
sama imigran dari Indonesia ke Wilayah Persekutuan Malaysia juga membawa Batik bersama
mereka.
Sekarang batik sudah berkembang di beberapa tempat di luar Jawa, bahkan sudah ke manca negara.
Di Indonesia batik sudah pula dikembangkan di Aceh dengan batik Aceh, Batik Cual di Riau, Batik
Papua, batik Sasirangan Kalimantan, dan Batik Minahasa.

Jenis Batik di Indonesia

 Batik
 Batik Kalimantan
 Batik Papua
 Batik Maluku
 Batik Nusa Tenggara
 Batik Sumatra
 Batik Bali
 Batik Cianjur

Budaya batik
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia
(khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan
keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu
pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang
memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena
ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega
Mendung", di mana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu
motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan
status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh
keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik
juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu
memakai batik pada Konferensi PBB.
Corak batik
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki
ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan
tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan
juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa,
yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik,
dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga
benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna
kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih
dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan
masing-masing.

Cara pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain
mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan
sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang
dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin
meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup
dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian
dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses
pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.

Jenis batik

Menurut teknik

 Batik tulis adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan.
Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
 Batik cap adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap
( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang
lebih 2-3 hari.
 Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
Menurut asal pembuatan
Batik Jawa
Sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa
dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini
biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar
akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama
animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik Jawa banyak berkembang di daerah Solo atau
yang biasa disebut dengan batik Solo, Yogyakarta atau biasa disebut Batik Jogja dan Kota Pekalongan
atau yang biasa disebut Batik Pekalongan.
Berdasarkan daerah asal

 Batik Bali
 Batik Banyumas
 Batik Betawi
 Batik Besurek
 Batik Jambi
 Batik Madura
 Batik Malang
 Batik Pekalongan
 Batik Tegal (Tegalan)
 Batik Solo
 Batik Yogyakarta
 Batik Tasik
 Batik Aceh
 Batik Cirebon
 Batik Kebumen[14]
 Batik Jombang
 Batik Banten
 Batik Tulungagung
 Batik Kediri
 Batik Kudus
 Batik Jepara / Batik Kartini
 Batik Brebes
 Batik Minangkabau
 Batik Minahasa
 Batik Belanda
 Batik Jepang
Berdasarkan corak

 Batik Kraton
 Batik Sudagaran
 Batik Cuwiri
 Batik Petani
 Batik Tambal
 Batik Sida Mukti
 Batik Sekar Jagad
 Batik Pringgondani
 Batik Kawung
 Batik Sida Luhur
 Batik Sida Asih
 Batik Semen Rama
 Batik Jlamprang
 Batik Gedog
C. Alat dan Bahan

1. Kain batik
2. Benang
3. Jarum
4. Gunting
5. Penggaris
6. Pensil

D. Proses Pembuatan

1. Siapkan seluruh alat dan bahan

2. Buat pola pada kain batik

3. Gunting kain sesuai pola


4. Jahit kain yang telah di gunting

5. Baju Barbie siap digunakan


E. Rincian Biaya

1. Kain batik Rp. 3000,00

2. Benang Rp. 3000,00

3. Jarum Rp. 500,00

4. Gunting Rp. 5000,00

5. Penggaris Rp. 2000,00

6. Pensil Rp. 4000,00

7. Tenaga Rp. 5000,00

___________ +

Jumlah Rp. 22.500,00

F. Perhitungan Harga Jual

Harga jual = Modal + Presentase laba

Harga jual = Rp. 22.500,00 + (10% x Rp. 22.500,00) = Rp. 24.750,00


G. Kesan Selama Proses Pembuatan

Selama pembuatan Baju Barbie sangat menyenangkan karena kita jadi dapat mengenal
jenis-jenis batik, dapat mengasah kreatifitas untuk mendesain pola baju barbie, dapat belajar
menjahit, dan dapat belajar mengenai bisnis.

H. Proses Penjualan

Anda mungkin juga menyukai