Anda di halaman 1dari 51

Peradaban

Mesir Kuno
Afrika (120.000SM) Afrika (50.000 SM – sekarang)
Mesir Kuno adalah suatu peradaban
yang berkembang di bagian timur
laut Afrika. Peradaban ini terpusat
di sepanjang Sungai Nil yang
panjangnya 6400 km

“Egypt is the gift of the Nile”

Karena wilayah di sepanjang aliran


dan muara delta sungai Nil
sangatlah subur akibat endapan
aluivial dan karena aliran sungai Nil
menyediakan suplai air bagi
penduduk Mesir yang dikelilingi
gurun pasir tandus
Kondisi Sosial Politik
Sejarah politik di Mesir berawal dari terbentuknya komunitas di desa-desa sebagai
kerajaan kecil. Desa ini berkembang menjadi kota dan berkembang lagi menjadi dua
kerajaan kecil yaitu kerajaan Mesir Hilir dan kerajaan Mesir Hulu sekitar tahun
4000SM. Pada tahun 3050 SM seorang penguasa bernama Menes mempersatukan
kedua kerajaan menjadi kerajaan Mesir Besar. Sejak saat itu, Mesir menjadi sebuah
kerajaan yang diperintah oleh raja yang bergelar firaun, ia berkuasa mutlak. Firaun
dianggap dewa dan dipercaya sebagai putra Dewa Osiris. Dalam menjalankan
perintahannya, firaun mengangkat para pejabat yang umumnya berasal dari
golongan bangsawan. Mesir dikuasi oleh 30 dinasti yang berbeda.
Periode Pra-Dinasti (3100 – 3050 SM)
Kebudayaan Badaria (5000 – 4000 SM)
• Melanjutkan praktik pertanian dan penggembalaan
dari kebudayaan proto-Neolitik.
• Memiliki keterampilan artistik dan teknis yang
meningkat pesat.
• Kebudayaan : tembikar, barang-barang pribadi (sisir,
sendok dari gading, gelang tangan, dan manik),
peralatan batu, patung wanita dan penggunaan
tembaga yang diperkirakan berasal sekitar 4000SM
• Disusul oleh peradaban Amratia dan Gerzia,

Kebudayaan Naqada (3200 - 3000 SM)


 Disebut dengan Periode Protodinastik
 Memiliki perkembangan layaknya sebuah kerajaan
seperti (ekspansi wilayah, melakukan impor, adanya
pemimpin yang berkuasa penuh atas rakyat dan,
dibangunnya pemakaman kerajaan pertama,
didirikannya pusat kekuatan di Hierakonpolis, dan
Abydos.
 Kebudayaan : tembikar yang dicat, vas batu dekoratif
yang berkualitas tinggi, palet dan perhiasan yang terbuat
dari emas lapis dan gading.
 Pengembangan system tulisan symbol yang kelak akan
berkembang menjadi sistem hieroglif.
Periode Dinasti Awal (3050 – 2686 SM)

Ditandai dengan adanya dua kerajaan


besar, yakni kerajaan Mesir Hulu
(Upper Egypt) dengan ibukotanya di
Tinis dan kerajaan Mesir Hilir (Lower
Egypt) yang beribukota di Memphis.
Kedua kerajaan ini, kelak disatukan
oleh Narmer (Menes) dari Mesir Hulu
Dinasti Pertama Dinasti ke-2

Kemudian Menes
menjadi “Firaun atau
(Pharaoh)” pertama
Mesir dan mendirikan
dinasti pertama dalam
sejarah Mesir Kuno.
Serta memusatkan
ibukota Mesir di Tinis.
Periode Kerajaan Tua (2686 – 2181 SM)
Dimulai ketika Firaun Djoser dari dinasti
ketiga yang memindahkan ibukota Mesir
dari Tinis ke Memphis. Sistem
adminitrasi dibentuk, dimana mesir
dibagi atas provinsi-provinsi yang
disebut “nome” (pemimpinnya :
Firaun Djoser
Nomark).

 Kemajuan dalam bidang arsitektur, seni, dan teknologi dibuat pada masa ini
yang didorong oleh meningkatnya produktivitas pertanian, yang
dimungkinkan karena pemerintahan pusat dibina dengan baik.
 Di bawah pengarahan wazir (penasehat utama firaun), pejabat-pejabat negara
mengumpulkan pajak, mengatur proyek irigasi untuk meningkatkan hasil
Wazir
panen, mengumpulkan petani untuk bekerja di proyek-proyek pembangunan
dan menetapkan sistem keadilan untuk menjaga keamanan.
 Dengan sumber daya surplus yang ada karena ekonomi yang produktif dan
stabil, negara mampu membiayai pembangunan proyek-proyek kolosal dan
menugaskan pembuatan karya-karya seni istimewa.
Nanti ketika tiba
waktunya, Aku
ingin dimakamkan
di piramida ku,
Piramida Djoser

Djoser
Piramida mesir pertama dibangun
pada 2630SM atas raja Djoser, ia
Piramida Djoser/Step Pyramid memerintahkan seorang pejabat tinggi
(Imhotep) memimpin pembangunan
piramida pertama di Saqqara.
Imhotep

Piramida Agung Giza & Sphinx


Membangun sebuah piramida bukan
sekedar urusan mengangkat material
berat, butuh perencanaan dan
perhitungan yang tepat. Masyarakat
Mesir Kuno telah menguasai konsep
matematika, seperti trigonometri
(pengukuran sudut piramida)

Bangsa Mesir Kuno juga mengenal


metode mumifikasi (pengawetan
manusia), karena mereka menganggap
bahwa roh orang mati akan hidup terus
asalkan jasadnya tidak rusak. Praktek
mumifikasi juga memungkinkan bangsa
mesir kuno belajar banyak tentang tubuh
manusia dan diduga mendapatkan
pengethuan maju dalam bidang
kedokteran
masyarakat Mesir Kuno
telah melakukan hubungan
perdagangan hingga di bumi
timur (nusantara) karena
kapur barus hanya
dihasilkan di pulau barus,
Sumatra.

Seiring dengan meningkatnya


kepentingan pemerintah pusat,
muncul golongan juru tulis
(sesh) dan pejabat berpendidikan
Dinasti ke-3 Dinasti ke-4

Dinasti ke-5 Dinasti ke-6


praktik-praktik feudal pelan-pelan mengikis kekuatan ekonomi Mesir.
Firaun tak lagi mampu membiayai pemerintahan terpusat yang besar.
Hal ini diperburuk dengan terjadinya kekeringan besar tahun 2200-
2150 SM. Akibatnya, Mesir Kuno memasuki periode kelaparan dan
perselisihan selama 140 tahun
Periode Menengah Pertama (2181 – 1991 SM)
Setelah pemerintahan pusat Mesir
runtuh pada akhir periode Kerajaan
Lama, pemerintah tidak lagi mampu
mendukung/menstabilkan ekonomi
negara. Nomark tidak dapat
menggantungkan diri kepada firaun
pada masa krisis. Dan sebagaian
memunculkan perlawanan

Kekurangan pangan dan sengketa politik meningkat


menjadi kelaparan dan perang saudara berskala kecil
Pemimpin-pemimpin lokal, yang tidak
berhutang upeti kepada firaun, menggunakan
kebebasan baru mereka untuk mengembangkan
budaya di provinsi-provinsinya. Setelah
menguasai sumber daya mereka sendiri,
provinsi-provinsi menjadi lebih kaya. Fakta ini
dibuktikan dengan adanya pemakaman yang
lebih besar baik di antara kelas-kelas sosial
lainnya (selain kelas bangsawan).

Dengan meningkatnya kreativitas, pengrajin-pengrajin provinsial


menerapkan dan mengadaptasi motif-motif budaya yang sebelumnya
dibatasi oleh Kerajaan Lama. Juru-juru tulis mengembangkan gaya yang
melambangkan optimisme dan keaslian periode.
Dinasti ke-7 & ke-8 Dinasti ke-9

? - 2160

Dinasti ke-11
Dinasti ke10
Pada 2160 SM, penguasa-penguasa di Herakleopolis
menguasai Mesir Hilir, sementara keluarga Intef
(dinasti ke11) di Thebes mengambil alih Mesir Hulu.
Dengan berkembangnya kekuatan Intef, serta
perluasan kekuasaan mereka ke utara, maka
pertempuran antara kedua dinasti sudah tak
terhindarkan lagi.

Hilir

Mentuhotep II
Sekitar tahun 2055 SM, tentara Thebes
di bawah pimpinan Nebhepetre
Mentuhotep II berhasil mengalahkan
penguasa Herakleopolis, menyatukan
kembali kedua negeri, dan memulai
Hulu periode renaisans budaya dan
ekonomi
Periode Kerajaan Pertengahan (2134 – 1690 SM)
sekitar tahun 1985 SM, Amenemhat I (raja pertama dari
dinasti ke-12) memindahkan ibu kota ke Itjtawy di
Oasis Faiyum

 Dibangunnya terusan, tanggul dan waduk.


 Tentara kerajaan berhasil merebut kembali
wilayah yang kaya akan emas di Nubia
 Dibangunnya struktur pertahanan di Delta Timur,
yang disebut "tembok-tembok penguasa”
 Populasi, seni, dan agama negara mengalami
perkembangan
Dinasti ke-12

 Semenjak firaun Amenemhat III, pendatang dari


Asia diperbolehkan untuk tinggal di wilayah
delta .
 Lalui meluapnya sungai Nil, membebani ekonomi
dan mempercepat kemunduran selama masa
dinasti ke-13 dan ke-14.
 Semasa kemunduran, pendatang dari Asia mulai
menguasai wilayah delta, yang selanjutnya mulai
berkuasa di Mesir sebagai Hyksos

Bangsa Hyksos
Periode Menengah Kedua & Bangsa Hyksos (1674 – 1549 SM)

Sekitar tahun 1650 SM, seiring dengan melemahnya


kekuatan firaun Kerajaan Pertengahan, imigran Asia
yang tinggal di kota Avaris mengambil alih
kekuasaan dan memaksa pemerintah pusat mundur
ke Thebes. Di sana firaun diperlakukan sebagai vasal
dan diminta untuk membayar upeti. Hyksos
("penguasa asing") meniru gaya pemerintahan Mesir
dan menggambarkan diri mereka sebagai firaun
Dinasti ke-13 Dinasti ke-14 Dinasti ke-15

Dinasti ke-17

Dinasti ke-16
Ahmose I
Pada tahun 1555 SM, Thebes telah
mengumpulkan kekuatan yang cukup untuk
melawan Hyksos dalam konflik selama 30 tahun.
Firaun Seqenenre Tao II dan firaun Kamose
(dinasti ke-17) berhasil mengalahkan orang-
orang Nubia. Pengganti Kamose, Ahmose I (raja
pertama dinasti 18) berhasil mengusir Hyksos
dari Mesir.

Kahmose
Periode Kerajaan Baru (1549 – 1069 SM)

Zaman ini merupakan zamaan puncak keemasan Mesir


kuno, dimana mesir menjadi negara berorintasi militer
dan ekspansionis. Dengan belajar dari pengalaman
dijajah oleh bangsa Hyksos, kini Mesir memilih untuk
lebih baik menjajah daripada dijajah kembali
Nusantara
(kapur barus) Hubungan
dagang

Mesir
Tuthmose III

Nubia
Ethiopia
(emas)
(Obsidian)
Tuthmose I
Suriah

 Perbatasan diamankan dan hubungan diplomatik dengan tetangga-


tetangga diperkuat.
 Kampanye militer yang dikobarkan oleh Tuthmosis I dan cucunya
Tuthmosis III memperluas pengaruh firaun ke Suriah dan Nubia,
memperkuat kesetiaan,
 Dan membuka jalur impor komoditas yang penting seperti perunggu
dan kayu.
pembangunan besar untuk mengangkat dewa Amun, yang
kultusnya berbasis di Karnak
Para firaun juga membangun monumen untuk
memuliakan pencapaian mereka sendiri, baik nyata
maupun imajiner. Firaun perempuan Hatshepsut
menggunakan propaganda semacam itu untuk
mengesahkan kekuasaannya. Masa kekuasaannya yang
berhasil dibuktikan oleh ekspedisi perdagangan ke Punt, Monumen
kuil kamar mayat yang elegan, pasangan obelisk kolosal

Hatshepsut
Obelisk

Kuil Karnak
Dewa Aten (matahari)

Amenhotep IV /
Akhenaten

Sekitar tahun 1350 SM, stabilitas Kerajaan Baru


terancam ketika Amenhotep IV naik tahta dan
melakukan reformasi yang radikal dan kacau. Ia
mengubah system kepercayaan mesir dari
politeisme menjadi monoteisme dengan hanya
memuja dewa matahari Aten sebagai dewa
tertinggi. Ia lalu menekan pemujaan dewa-dewa
lain Akhenaten juga memindahkan ibu kota ke
kota baru yang bernama Akhetaten (kini
Amarna). Ia tidak memperdulikan masalah luar
negeri dan terlalu asyik dengan gaya religius
dan artistiknya yang baru.
Rames II

Perang Kades
traktat perdamaian
pertama (1258SM)

Ramses II naik tahta pada tahun 1279 SM.


Ia membangun lebih banyak kuil,
mendirikan patung-patung dan obelisk,
serta dikaruniai anak yang lebih banyak
daripada firaun-firaun lain dalam sejarah.
Sebagai seorang pemimpin militer yang
berani, Ramses II memimpin tentaranya
melawan bangsa Het dalam pertempuran
Kadesh. Setelah bertempur hingga
mencapai kebuntuan (stalemate), ia
menyetujui traktat perdamaian pertama
yang tercatat sekitar 1258 SM.
Dinasti ke-18

Dinasti ke-20

Dinasti ke-19
Di masa kerajaan baru ini, firaun tidak lagi dimakamkan di dalam piramida
melainkan di “Valley of the kings” atau lembah para raja yang terletak di Luxor
Kekayaan menjadikan Mesir sebagai target serangan, terutama oleh orang-orang Laut dan
Libya. Tentara Mesir mampu mengusir serangan-serangan itu, namun Mesir akan kehilangan
kekuasaan atas Suriah dan Palestina. Pengaruh dari ancaman luar diperburuk dengan masalah
internal seperti korupsi, penjarahan makam, dan kerusuhan. Pendeta-pendeta agung di kuil
Amun, Thebes, mengumpulkan tanah dan kekayaan yang besar, dan kekuatan mereka
memecahkan negara dan memasuki Periode Menengah Ketiga
Periode Menengah Ketiga (1069 – 653 SM)
Smendes (Nesbanebdjed I ) mengambil
alih kekuasaan Mesir utara. Dan
mendirikan dinasti ke-21. Ia berkuasa
dari kota Tanis. Sementara itu, wilayah
selatan dikuasai oleh pendeta-pendeta
agung Amun di Thebes, yang tidak
mau mengakui nama Smendes. Pada
Smendes
masa ini, orang-orang Libya mulai
menetap di delta barat, dan
meningkatkan otonomi mereka.
Pangeran-pangeran Libya mengambil
alih delta di bawah pimpinan
Shoshenq I pada tahun 945 SM.
Shoshenq I Mereka lalu mendirikan dinasti
Bubastite/dinasti 22 yang berhasil
menyatukan Dinasti 21 di utara dan
para pendeta di Selatan.
Dinasti ke-21 Dinasti ke-22/Bubastite Dinasti ke-23

Dinasti Libu

Dinasti ke-24
Periode Akhir (672-332 SM)
Sekitar tahun 727 SM, bangsa kush menyerbu
ke arah utara dan mendirikan dinasti ke-25. Ia
berhasil menguasai Thebes dan delta.
Dilanjutkan pada 700 SM, Bangsa Kush juga
berniat untuk menguasai bangsa Asiria di
Mesopotamia namun mereka salah sasaran.
Kekuatan militernya jauh lebih lemah
dibandingkan dengan kekuatan militer bangsa
Asiria. Maka antara tahun 671 hingga 667 SM,
bangsa Asiria berhasil memukul mundur
Kush kembali ke daerah asalnya di Nubia.
Dan menguasai mesir. Mereka juga
menduduki Memphis dan menjarah kuil-kuil
di Thebes.

Untuk mempermudah adminitrasi daerah, bangsa


Asiria tidak secara lagsung memerintah Mesir.
Melainkan mengangkat firaun Psamtik I (raja
pertama dinasti 26) untuk memerintah atas nama
kerajaan Asiria.
Cambyses II

pada 525 bangsa Persia yang dipimpin oleh Cambyses II memulai penaklukan terhadap Mesir.
Mereka berhasil menangkap firaun Psamtik III dalam pertempuran di Pelusium. Cambyses II
lalu mengambil alih gelar firaun. Ia berkuasa dari kota Susa, dan menyerahkan Mesir kepada
seorang satrapi (gubernur provinsi)
Dinasti ke-25 Dinasti ke-26 Dinast ke-27

Dinasti ke-28

Dinasti ke-29 Dinasti ke-30

Dinasti ke-31 Dinasti Argead


Pemberontakan-pemberontakan meletus pada abad ke-5 SM (500-401 SM.) tetapi tidak ada
satupun yang berhasil mengusir bangsa Persia secara permanen. Setelah dikuasai Persia, Mesir
digabungkan dengan Siprus dan Fenisia dalam satrapi ke-6 Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Periode pertama kekuasaan Persia atas Mesir, yang juga dikenal sebagai dinasti ke-27, berakhir
pada tahun 402 SM. Dari 380–343 SM, dinasti ke-30 berkuasa sebagai dinasti asli terakhir Mesir.
Restorasi singkat kekuasaan Persia, kadang-kadang dikenal sebagai dinasti ke-31, dimulai dari
tahun 343 SM. Akan tetapi, pada 332 SM, penguasa Persia, Mazaces, menyerahkan Mesir kepada
Alexander yang Agung (Yunani) tanpa perlawanan
Alexander
Agung

Pada pemerintahan Alexander Agung ibu kota berada di Iskandariyah.


Kota tersebut menunjukkan kekuatan dan martabat kekuasaan Yunani,
dan menjadi pusat pembelajaran dan budaya yang berpusat di
Perpustakaan Iskandariyah. Mercusuar Iskandariyah membantu navigasi
kapal-kapal yang berdagang di kota tersebut,
Namun disayangkan, Alexander Agung harus wafat dalam
pertempurannya untuk menaklukan daerah jajahan di usianya yang masih
muda. Sehingga imperium luas yang ditaklukannya terpecah-pecah dan
dikuasai oleh jendral-jendralnya. Salah satunya adalah Ptolomeus I yang
mengklaim Mesir sebagai wilayahnya dan mengangkat dirinya sebagai
Firaun serta mendirikan Dinasti Ptolomeus
Periode Dinasti Ptolemeus (332-30 SM)
Penguasa dinasti Ptolemeus
mendukung tradisi lokal untuk
menjaga kesetiaan rakyat. Mereka
membangun kuil-kuil baru dalam gaya
Mesir, mendukung kultus tradisional,
dan menggambarkan diri mereka
sebagai firaun. Beberapa tradisi
akhirnya bergabung Bentuk skulptur
Yunani Kuno juga memengaruhi
motif-motif tradisional Mesir.

Pemberontakan yang terus berlanjut,


politikus yang ambisius, serta musuh
yang kuat di Suriah membuat kondisi
menjadi tidak stabil, sehingga bangsa
Romawi mengirim tentaranya untuk
mengamankan Mesir sebagai bagian dari
kekaisarannya.
Dinasti
Ptolomeus
Periode Kekuasaan Romawi ( 30 SM- 300an M)

Mark Antony Oktavianus


Ratu Cleopatra VII Augustus

Mesir menjadi provinsi Kekaisaran Romawi pada tahun 30 SM setelah


Augustus berhasil mengalahkan Mark Antony dan Ratu Cleopatra VII
dalam Pertempuran Actium
Romawi sangat memerlukan gandum dari
Mesir, dan legiun Romawi, di bawah
kekuasaan praefectus yang ditunjuk oleh
kaisar, memadamkan pemberontakan,
memungut pajak yang besar, serta mencegah
serangan bandit.

Meskipun Romawi berlaku lebih kasar


daripada Yunani, beberapa tradisi, seperti
mumifikasi dan pemujaan dewa-dewa,
tetap berlanjut
Pada pertengahan abad pertama, Kekristenan mulai mengakar di Iskandariyah. Agama tersebut
dipandang sebagai kultus lain yang akan diterima. Akan tetapi, Kekristenan pada akhirnya
dianggap sebagai agama yang ingin menggantikan paganisme dan mengancam tradisi agama
lokal, sehingga muncul penyerangan terhadap orang-orang Kristen. Penyerangan terhadap orang
Kristen memuncak pada masa pembersihan Diokletianus yang dimulai tahun 303. Akan tetapi,
Kristen berhasil menang. Pada tahun 391, kaisar Kristen Theodosius memperkenalkan undang-
undang yang melarang ritus-ritus pagan dan menutup kuil-kuil. Iskandariyah menjadi latar
kerusuhan anti-pagan yang besar. Akibatnya, budaya pagan Mesir terus mengalami kejatuhan.
Meskipun penduduk asli masih mampu menuturkan bahasa mereka, kemampuan untuk membaca
hieroglif terus berkurang karena melemahnya peran pendeta kuil Mesir. Sementara itu, kuil-kuil
dialihfungsikan menjadi gereja, atau ditinggalkan begitu saja
Kehidupan Ekonomi
Sebagaian besar penduduk mesir
berprofesi sebagai petani. Mereka
mengairi & mengolah pertaniannya di
sepanjang sungai nil. Komoditasnya
berupa gandum, barley, kapas,
jagung, sekoi (milet) dan sayuran.
Masyarakat mesir juga mengadopsi
kebudayaan neolitik berupa beternak,
seperti ternak sapi, domba dan
kambing. Seiring kompleknya
perkembangan ekonomi, masyarakat
mesir telah mengenal pasar sebagai
tempat jual beli dengan alat tukar
barter untuk itu diberlakukan system
debbel (satuan berat untuk
memperlancar perdagangan).
Disamping itu, mesir juga melakukan
kegiatan impor, seperti kayu,
perunggu, obsidian dan kapur barus.
Terlebih, jalur perdagangan sangat
berkembang pesat di masa kerajaan
baru
Kehidupan Sosial
Masyarakat Mesir Kuno
dikelompokkan ke dalam sistem
hierarki dengan firaun berada di posisi
paling puncak serta budak diposisi
paling bawah.
Corak Politik
Pada masa Mesir Kuno, para penguasa atau firaun dianggap sebagai jelmaan dewa. Dengan
menganut corak politik teokratis, dimana penguasa menggunakan agama atau kepercayaan
sebagai alat politik untuk mendapatkan dukungan rakyat. Firaun dibantu oleh wazir
(perwakilan raja) yang mengkordinir survey tanah, kas negara, proyek pembangunan, sistem
hukum, dan arsip-arsip kerajaan. Di level regional, kerajaan dibagi menjadi 42 wilayah
administratif yang disebut nome (dipimpin oleh seorang nomark)
Kepercayaan
 Politeisme (banyak dewa)
 semuanya di bumi ini tercipta
dari kata-kata yang diucapkan
dewa Ra (matahari), manusia
lahir dari air mata dewa Ra
 menganggap bahwa roh orang
mati akan hidup terus asalkan
jasadnya tidak rusak. Maka
masyarakat Mesir melakukan
mumifikasi
Pencapaian IPTEK
Tulisan Hieroglif
Tulisan ini diadopsi dari suku Naqada (pra-dinasti), berupa aksara
bergambar yang kemudian dikembangkan menjadi tulisan hieratis (suci)
dan demotis (rakyat)
Astronomi
Bangsa Mesir Kuno mampu membuat kalender peredaran matahari dalam
perhitungan 1 tahun = 12 bulan/365 hari.
Matematika
Awalnya, Mesir Kuno mengenal matematika sederhana seperti
pemjumlahan (:-+), kemudian dikembangkan menjadi ilmu ukur seperti
geometri (pengukuran sudut piramida), mengetahui prinsip-prinsip yang
mendasari teorema Pythagoras. Mereka juga dapat memperkirakan luas
lingkaran.
Penemuan jam (jam matahari & air)
Piramida
Obelisk
Sphinx
Mumi
Ilmu Pengobatan

Anda mungkin juga menyukai