Yayasan Aksi Cepat Tanggap telah memiliki Izin Kegiatan beroperasi dari Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta melalui surat nomor 155/F.3/31.74.04.1003/-1.848/e/2019 yang berlaku
sampai dengan 25 Februari 2024.
Yayasan Aksi Cepat Tanggap juga telah memiliki izin PUB (Pengumpulan Uang dan
Barang) dari Kementerian Sosial melalui Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 239/HUK-
UND/2020 untuk kategori umum dan nomor 241/HUK-UND/2020 untuk kategori Bencana,
izin tersebut selalu diperbaharui setiap 3 (tiga) bulan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Indonesia.
ACT didukung oleh donatur publik dari masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi
terhadap permasalahan kemanusiaan dan juga partisipasi perusahaan melalui program
kemitraan dan Corporate Social Responsibility (CSR). Sebagai bagian dari akuntabilitas
keuangannya ACT secara rutin memberikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik kepada donatur dan pemangku kepentingan lainnya, serta
mempublikasikannya melalui media massa.
PSAK 24 Imbalan Kerja (Revisi 2013) efektif berlaku pada 1 Januari 2015. Dimana terdapat
tiga perubahan besar dalam PSAK tersebut yaitu :
1) Cara perhitungan beban imbalan kerja dengan menggunakan bunga neto
2) Pengakuan laba rugi akturial sebagai penghasilan komprehensif lain
3) Tambahan pengaturan mengenai pengungkapan
Wewenang yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 ini sejalan
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, dimana dalam Undang-Undang tersebut BPK
mempunyai wewenang untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Peran BPK dalam memeriksa pengelolaan keuangan partai politik dirasa
penting karena pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel diawali dari partai politik
yang juga bersih, transparan dan akuntabel.
Selain itu alasan partai politik harus melakukan akuntabilitas keuangannya karena banyak
terjadi kasus-kasus politik uang yang melibatkan hampir semua partai politik di parlemen,
baik yang mengarah ke korupsi maupun pelanggaran aturan dana politik, senantiasa akan
mengemuka dan semakin memperburuk wajah perpolitikan nasional, di tengah dinamika
persaingan, dan pergantian politik yang cepat di setiap tingkatan dewasa ini. Persoalan terkait
akuntabilitas pendanaan partai politik terjadi sejak proses pencatatan keuangan hingga proses
audit. Di sisi pencatatan, persoalan yang muncul biasanya terkait entitas yang dicatat.
Terkadang Partai Politik menerima dana dalam bentuk sumbangan yang tidak dicatat. Hal ini
disebabkan ketiadaan sistem atau nomenklatur pencatatan yang lengkap sesuai dengan
sumber-sumber pencatatan partai politik. Hal ini bisa terjadi karena tidak luasnya cakupan
pengaturan pencatatan sumbangan partai politik, ketiadaan sistem pendukung seperti
software pencatatan yang baik serta keengganan partai di dalam mencatat sumbangan karena
permintaan penyumbang atau kesulitan dalam melacak asal sumbangan yang masuk.