BAB III
METODOLOGI PENGUMPULAN DAN KAJIAN DATA LAPANGAN
Kondisi geometrik jalan eksisting (secara pengamatan visual) diketahui bahwa umumnya
berupa ruas jalan Teminabuan – Kambuaya merupakan jalan dataran rendah dengan
banyak tikungan hingga sta.19+000. Jalan akan mulai menanjak secara signikan pada sta.
19+400 dan selanjutnya kondisi jalan terletak pada dataran tinggi dengan beberapa lokasi
rawan longsor. Berikut ini kondisi alinyemen vertikal dan horisontal yang disusun secara
tabulasi untuk memudahkan desain geometrik setelah dilakukan pengukuran topografi.
a. Alinyemen Vertikal
Ruas Teminabuan – Kambuaya memiliki alinyemen vertikal yang relatif datar. Bagian
yang memiliki alinyemen vertikal yang cukup signifikan berupa daerah tanjakan dan
turunan antara lain:
b. Alinyemen Horisontal
Ruas Teminabuan – Kambuaya memiliki alinyemen horisontal yang relatif banyak
tikungan. Bagian ruas jalan yang memiliki alinyemen horisontal yang memiliki
jari-jari tikungan kecil ( < 100 m) antara lain:
3.3. Kajian dan Analisis Data Lapangan : Survey Geologi dan Geoteknik
Berdasarkan Peta Geologi, lokasi studi merupakan tanah yang tersusun atas
konglomerasi batu gamping disertai butiran kerikil dan pasir. Tanah di lokasi
tergolong tanah normal yang cukup keras.
Lokasi
Berdasarkan data DCP diperoleh besarnya CBR untuk lokasi studi berkisar 4.9% s/d 12.6
%
Gambar 3.6 Sebaran Data CBR DCP Teminabuan Kambuaya Km 0+000 s/d Km. 15+800)
Gambar 3.7 Sebaran Data CBR DCP Teminabuan Kambuaya Km 16+000 s/d Km. 15+800)
STA : 0 + 200
Panjang longsor : 12 m
Dalam longsor : 1,6 m
STA : 0 + 800
Panjang longsor : 9 m
Dalam longsor : 1,5 m
STA :
Panjang longsor : 20 m
Dalam longsor : 1,9 m
STA :
Panjang longsor : 11 m
Dalam longsor : 1,2 m
3.4. Kajian dan Analisis Data Lapangan : Survey Hidrologi dan Hidrolika
Data di bawah ini merupakan data curah hujan yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi
BMKG Manokwari. Asumsi penyusunan besarnya curah hujan diambil dari curah hujan
harian maksimum. Stasiun Meteorologi Manokwari merupakan stasiun curah hujan yang
dianggap paling dekat dengan ruas jalan Teminabuan – Kambuaya.
Gambar 1 Data Curah Hujan Bulanan Selama 10 tahun dari BMKG Manokwari
Tata guna lahan tanah untuk di sepanjang Ruas Teminabuan - Kambuaya lebih banyak
diperuntukkan sebagai daerah tangkapan air hujan, karena sebagian besar masih
merupakan daerah hutan yang masih ditumbuhi tanaman liar. Ruas ini melintasi beberapa
lokasi perkampungan yang jumlah perumahan penduduknya masih jarang yaitu Kampung
Sandropoyo, Kampung Haha dan Kampung Klamit. Kondisi terrain pada ruas Teminabuan
– Kambuaya untuk sta 0+000 – 19+400 merupakan dataran rendah yang melintasi
beberapa buah sungai, sedangkan sta 19+400 – sta 30+000 merupakan dataran tinggi
dengan beberapa daerah yang banyak ditumbuhi tanaman liar. Sehingga kemungkinan
terjadinya banjir hanya pada bagian ruas jalan yang terletak pada dataran rendah.
Karakteristik aliran sungai di sepanjang ruas jalan yang melintasi ruas Teminabuan –
Kambuaya tergolong aliran sungai yang sedang. Morfologi sungai relatif sedikit kelokan,
dan memiliki kedalaman dasar sungai yang tidak terlalu dalam. Telah diketahui 3 sungai
besar beserta anak sungai yang melintasi ruas jalan Teminabuan – Kambuaya; yaitu Sungai
Keyen, Sungai Sungguer dan Sungai Waren. Dalam melakukan analisa hidrologi di
lokasi kegiatan, hal utama yang perlu diperhatikan adalah daerah pengaliran sungai di
lokasi kegiatan. Setiap lokasi akan diwakili oleh catchment area yang memiliki debit
banjir rencana (5 tahun) yang paling besar.
Dari gambar di atas, besarnya luas daerah tangkapan (catchment area) dan panjang
pengaliran yang diperhitungkan dalam perhitungan debit banjir rencana adalah sepanjang
rencana desain jalan yang diperlebar dengan pertimbangan akan dibuatnya saluran baru
di samping kiri dan kanan jalan yang didesain.
Pada analisa hidrologi ini menggunakan beberapa metoda analisa distribusi untuk
memperkirakan curah hujan dengan tahun periode ulang tertentu. Metoda yang dipakai
nantinya harus ditentukan dengan melihat karakteristik distribusi hujan daerah setempat.
Periode ulang yang akan dihitung pada masing-masing metode adalah untuk periode ulang
2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun.
1. Metode Distribusi Normal
Merupakan fungsi distribusi kumulatif (CDF) Normal atau dikenal dengan
distribusi Gauss (Gaussian Distribution). Distribusi normal memiliki fungsi
kerapatan probabilitas yang dirumuskan:
[ ( )]
2
1 x −μ
f ( x )= . exp −1/2 -∞<x<∞
σ √2 π σ
Di mana:
μ dan ó adalah parameter statistik, yang masing-masing adalah nilai rata-rata
dan standar deviasi dari variate.
2. Metode Distribusi Log Normal 2 Parameter
[ ( )]
2
1 lnx− λ
f ( x )= . exp −1/2
ξ . x √2 π ξ
Di mana :
λ = E ln x
ξ = √ Var . ln x
Persamaan : log XTR = log + k.Slogx
S logx
Cv =
logx
Slogx =
Di mana :
√ ∑ ( logx−logxi ) 2 ; log = ∑ logxi
n−1 n
K = Faktor frekuensi
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi variat, nilainya tergantung dari jumlah data
Sn = Deviasi standar dari reduksi variat, nilainya tergantung dari jumlah data
logX =
∑ logxi
N
Si = Standar deviasi =
√ ∑ ( logX i−logX )2
N−1
∑ ( logX i −logx )2
Cs = Koefisien skewness =
( N −1 )( N −2 ) Si3
Dimana : KT = Koefisien frekuensi didapat dari table
Berikut ini disajikan tabel resume perhitungan frekuensi hujan pada yang dihitung
dengan mempergunakan 6 metode perhitungan distribusi frekuensi.
1. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya
peluang dari masing-masing data tersebut:
X1 P(X1)
X2 P(X2) XN P(XN)
2. Tentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data
X1 P’(X1)
X2 P’(X2) XN P’ (XN)
Apabila D lebih kecil dari Do maka distribusi teoritis yang digunakan untuk
menentukan persamaan distribusi dapat diterima, tetapi apabila D lebih besar dari Do
maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan distribusi tidak dapat
diterima. Resume perhitungan uji distribusi stasiun curah hujan dengan tiap metode
analisa distribusi frekuensi dapat dilihat pada Tabel Resume Uji Hasil Analisa Frekuensi
Kolmogorov - Smirnov.
Tabel 3. Resume Uji Hasil Analisa Frekuensi Kolmogorov – Smirnov Sta. Manokwari
Dari hasil perhitungan maka diperoleh kesimpulan bahwa analisis yang memenuhi
perhitungan uji frekuensi untuk Sta. Manokwari dengan selisih maksimum terkecil adalah
hasil metoda Gumbel. Sehingga untuk perencanaan dipilih hasil analisa frekuensi dari
metode Gumbel.
Penentuan debit banjir rencana, dilakukan menurut ketentuan Tata Cara Perhitungan Debit
Banjir Rencana, SNI. Penentuan debit banjir yang dilakukan adalah dengan Metode Unit
Hidrograf (Hidrograf Sintetik) dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
C A Ro
Q p=
3,6 ( 0,3 T p + T 0,3 )
dimana:
Qp = debit banjir (m3 / detik)
Ro = Unit curah hujan (mm)
Tp = Waktu konsentrasi (jam)
Qa=Q p
( )
t
Tp
2,4
dimana:
Qa = debit banjir sebelum debit puncak
t = waktu (jam)
2. Kurva menurun
t −Tp
T 0,3
a. Qd >0,3 Qp : Qd =Q p∗0 .3
t −T p+0,5 T 0,3
1,5 T 0,3
b. 0,3 Qp > Qd >0,32 Qp : Qd =Q p∗0,3
t−T p +1,5T 0,3
2T 0,3
c. 0,32 Qp > Qd : Q d =Q p∗0 .3
3. Tp = tg + 0,8 tr
untuk
L < 15 km tg = 0,21 L0,7
L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 L
dimana:
L = panjang sungai/aliran (km)
tg = waktu konsentrasi (jam)
tr = 0,5 tg sampai tg (jam)
T 0,3 = αtg( hour)
4. Dengan besarnya α =
a. daerah pengaliran biasa α = 2
b. bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat α = 1
c. bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat α = 3
5. Asumsi yang dipergunakan dalam perhitungan ini adalah :
a. Panjang sungai
b. Luas catchment area dan koefisien pengaliran
Berikut dijabarkan perhitungan debit banjir rencana untuk masing-masing kondisi
catchment area.
Dalam perhitungan besarnya debit banjir rencana yang dilayani saluran jalan ini, besaran
luas daerah tangkapan yang diperhitungkan sebesar 0,6 km 2, dengan panjang pengaliran
2,9 km.
0.8
Debit (m3/dt)
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Waktu (jam)
Untuk penentuan periode ulang yang digunakan, dilakukan sesuai standar perencanaan di
mana untuk bangunan drainase jalan menggunakan periode ulang 5 tahun, sehingga
digunakan debit banjir sebesar 1,02 m3/dtk.
Berdasarkan survey pendahuluan, diketahui bahwa beberapa ruas jalan telah memiliki
drainase, terutama ruas jalan yang melintasi daerah perkampungan. Namun tidak sepanjang
ruas jalan tersebut telah dibangun saluran drainase, karena pembangunan drainase tersebut
terputus pada km tertentu. Beberapa saluran ditemukan dalam kondisi yang tidak tergenang
air atau dengan kata lain saluran dalam kondisi tidak berfungsi. Sebagian saluran eksisting
merupakan saluran yang tidak diperkeras.
Gambar 3.10 Salah satu bangunan drainase jalan di Ruas Teminabuan - Kambuaya
Catatan :
Lokasi pos untuk survei pencacahan lalulintas diambil pada titik- titik yang berpotensi
dilalui pergerakan lalu lintas, sesuai kriteria yang ditetapkan dalam Pedoman Survey
Pencacahan Lalu Lintas (Pd. T-19-2004-B) yaitu:
berdekatan dengan lampu penerangan dan tempat berteduh
lalu lintas tidak dipengaruhi oleh lalu lintas ulang alik (commuter traffic)
mempunyai jarak dan kebebasan pandang yang cukup untuk kedua arah
karakter pergerakan lalu lintas mewakili pergerakan lalu lintas pada ruas jalan
Pada paket pekerjaan ini, lokasi pos telah ditetapkan untuk dilakukan Survey Pencacahan
Lalu Lintas sebagai berikut:
Tabel 3.2 : Lokasi Pos Survey
No
Ruas Jalan Lokasi Pos STA
.
ke Teminabuan
ke Kambuaya
Dari hasil survei lalu lintas yang dilakukan, kondisi di seluruh ruas masih belum ditemukan
adanya kepadatan volume lalu lintas kendaraan yang begitu berarti. Hal ini dikarenakan
lokasi survey merupakan daerah pemekaran yang relatif sedikit jumlah penduduknya.
Sebagian besar kendaraan bermotor yang melewati pos merupakan kendaraan roda dua
(sepeda motor) dan beberapa kendaraan minibus (jenis Avansa, Xenia, Inova) yang banyak
digunakan untuk mengangkut penumpang. Pada jalan di Ruas Teminabuan - Kambuaya,
dijumpai beberapa buah kendaraan truk pengangkut material bangunan seperti pasir dan
batu dengan frekuensi tidak terlalu banyak. Fakta yang menarik, bahwa di Teminabuan
Kambuaya masih jarang dijumpai bus, terutama bus besar sebagai sarana angkutan umum.
Sebagian besar, masyarakat di daerah tersebut lebih banyak memilih penggunaan angkutan
desa atau kendaraan minibus (jenis Avansa, Xenia, Inova) dengan keluaran mutakhir.
Mengingat lebar jalan yang masih sempit (sebagian besar memiliki lebar 4.5 m) dan
keperluan logistik yang masih kecil pada jalan-jalan di lokasi tersebut masih jarang
dilintasi truk dengan jumlah sumbu 3 atau lebih. Pihak pencacah, jarang menemukan truk
jenis tersebut.
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Survei Lalu Lintas di Ruas Teminabuan – Kambuaya
HARI 1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c Arah
99 45 83 32 2 0 11 6 0 0 0 Teminabuan - Kambuaya
RABU
97 50 80 35 1 0 26 3 0 0 0 Kambuaya -Teminabuan
87 27 88 41 1 0 12 2 0 0 0 Teminabuan - Kambuaya
KAMIS
100 35 78 39 1 0 35 4 0 0 0 Kambuaya -Teminabuan
90 35 76 36 2 0 24 4 0 0 0 Teminabuan - Kambuaya
JUMAT
87 33 90 33 1 0 24 2 0 0 0 Kambuaya -Teminabuan
88 40 86 39 1 0 19 0 0 0 0 Kambuaya -Teminabuan
93 47 75 34 1 0 38 3 0 0 0 Teminabuan - Kambuaya
SENIN
95 45 70 32 1 0 23 3 0 0 0 Kambuaya -Teminabuan
96 38 82 31 1 0 26 3 0 0 0 Teminabuan - Kambuaya
SELASA
90 45 74 35 1 0 31 5 0 0 0 Kambuaya -Teminabuan