Anda di halaman 1dari 21

Yth : 1. Bawaslu Provinsi Seluruh Indonesia.

2. Panwaslih Provinsi Aceh.


3. Bawaslu Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia
4. Panwaslih Kabupaten/Kota Seluruh Provinsi Aceh

SURAT EDARAN
NOMOR 1 Tahun 2023
TENTANG
PENCEGAHAN DUGAAN PELANGGARAN DAN PENGAWASAN TAHAPAN
PEMUTAKHIRAN DATA DAN PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DALAM
PEMILIHAN UMUM TAHUN 2024

A. Latar Belakang

Sebagai upaya mewujudkan Pemilihan Umum yang demokratis adalah memastikan


pelaksanaannya berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Bawaslu dan jajaran Pengawas lainnya diamanatkan Undang-Undang untuk
melakukan pengawasan terhadap semua tahapan penyelenggaraan Pemilihan.

Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun


2022 tentang Penyusunan Daftar Pemilih dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum
dan Sistem Informasi Data Pemilih, Bawaslu Provinsi/Panwaslih Aceh, Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslih Kabupaten/Kota Se-Aceh, Panwaslu Kecamatan,
Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa perlu melakukan pengawasan terhadap tahapan
dimaksud.

Berdasarkan ketentuan Pasal 93 huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017


tentang Pemilihan Umum, Bawaslu bertugas melakukan pencegahan dan
penindakan pelanggaran dan sengketa proses Pemilu. Dalam ranah pencegahan,
Bawaslu berkewajiban mengidentifikasi potensi kerawanan pada setiap tahapan
Pemilu sebagaimana Pasal 94 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 maupun Pasal 4 huruf a Peraturan Bawaslu Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Pencegahan Pelanggaran dan Sengketa Proses Pemilu.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Selain itu, berdasarkan ketentuan Pasal 219 ayat (1) Undang - Undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum
melakukan pengawasan pelaksanaan pemutakhiran data pemilih, penyusunan dan
pengumuman daftar pemilih sementara, perbaikan dan pengumuman daftar pemilih
sementara hasil perbaikan, penetapan dan pengumuman daftar pemilih tetap, daftar
pemilih tambahan, dan rekapitulasi daftar pemilih tetap yang dilaksanakan oleh
Komisi Pemilihan Umum.

Oleh karena itu, berkaitan dengan tahapan Pengawasan Pemutakhiran Data dan
Penyusunan Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum Tahun 2024, Bawaslu
melakukan identifikasi potensi kerawanan pelanggaran maupun sengketa proses
sebagai acuan dalam pelaksanaan pengawasan tahapan tersebut. Identifikasi
kerawaranan dilakukan melalui dua variabel; pertama, refleksi pengalaman
pengawasan tahapan Pengawasan Pemutakhiran Data dan Penyusunan Daftar
Pemilih dalam Pemilihan Umum Tahun 2019. Kedua, analisis regulasi terhadap
Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penyusunan Daftar Pemilih dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Sistem Informasi Data Pemilih. Hasil
identifikasi tersebut menjadi rekomendasi dalam agenda pengawasan berupa
penyusunan alat kerja dan fokus pengawasan tahapan Pengawasan Pemutakhiran
Data dan Penyusunan Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum Tahun 2024.

B. Tujuan

Tujuan diterbitkannya Surat Edaran ini adalah untuk memberikan petunjuk bagi
Bawaslu Provinsi, Panwaslih Provinsi Aceh, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslih
Kabupaten/Kota Se-Aceh, Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwascam) dan
Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa (PKD) serta jajarannya dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang pengawasan tahapan Pengawasan
Pemutakhiran Data dan Penyusunan Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum Tahun
2024.

C. Ruang Lingkup

Standar tata laksana pengawasan tahapan Pemutakhiran Data dan Penyusunan


Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum Tahun 2024.

D. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum sebagaimana


diubah dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum;

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
2. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/PUU-XVII/2019 tanggal 28 Maret
Tahun 2019;
3. Peraturan Bawaslu Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pencegahan Pelanggaran
dan Sengketa Proses Pemilihan Umum.
4. Peraturan Bawaslu Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pemutakhiran
Data dan Penyusunan Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum.
5. Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Umum.
6. Peraturan Bawaslu Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pengawasan Penyelenggaraan
Pemilihan Umum.
7. Peraturan Bawaslu Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penanganan Temuan dan
Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilihan Umum.
8. Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penyusunan Daftar Pemilih dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Sistem Informasi Data Pemilih.
9. Peraturan Bawaslu Nomor 8 Tahun 2022 tentang Penyelesaian Pelanggaran
Administratif Pemilihan Umum; dan
10. Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2022 tentang Pembentukan dan Tata Kerja
Badan Adhoc Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota.

E. Isi Edaran

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan, disampaikan kepada Bawaslu


Provinsi/Panwaslih Aceh, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslih Kabupaten/Kota Se-
Aceh, Pengawas Pemilu Kecamatan, Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa untuk
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Bawaslu Provinsi/Panwaslih Aceh, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslih


Kabupaten/Kota Se-Aceh, Pengawas Pemilu Kecamatan menyampaikan
imbauan kepada KPU sesuai tingkatan untuk:
a. Memastikan KPU Kabupaten/Kota melakukan penyusunan daftar pemilih di
setiap TPS memperhatikan aspek geografis, akses dan jangkauan pemilih
sesuai dengan ketentuan sebagaimana pasal 15 ayat (3) Peruaturan KPU
Nomor 7 Tahun 2022;
b. Memastikan prosedur terhadap proses rekrutmen Pantarlih sesuai ketentuan
sebagaimana pasal 50 ayat (1) dan (2) Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2022;
c. KPU melalui PPS melakukan pembekalan bimbingan teknis kepada Pantarlih
dengan memperhatikan kompetensi, kapasitas, integritas dan kemandirian
serta keterampilan dalam penggunaan teknologi dan informatika;

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
d. Memastikan petugas Pantarlih bekerja secara profesional dan independen;
e. Memastikan kepatuhan prosedur terhadap proses Coklit;
f. Membuka aksesibilitas data salinan form model A daftar pemilih seluas-
luasnya kepada Pengawas Pemilu guna efektifitas pelaksanaan tugas-tugas
pengawasan;
g. Memastikan tersedianya peraturan teknis yang komprehensif, tidak multi
tafsir, dan dapat dilaksanakan oleh jajaran KPU;
h. Memberikan akses Sistem Informasi Daftar Pemilih (SIDALIH) kepada
Bawaslu dan memastikan penggunaannya dapat berfungsi dengan baik;
i. Mensosialisasikan dan memastikan penduduk yang telah memenuhi syarat
sebagai pemilih terdaftar sebagai pemilih pada pemilihan umum tahun 2024;
j. Memaksimalkan koordinasi dengan stakeholeder di daerah;
k. Mengintruksikan jajaran KPU selalu berkomunikasi dengan Bawaslu sesuai
jenjang tingkatan;
l. KPU dan jajarannya mengoptimalkan sosialisasi kepada masyarakat terkait
proses penyusunan bahan Pencocokan dan Penelitian (coklit), pembentukan
Pantarlih, dan pelaksanaan coklit;
m. Menindaklanjuti tanggapan dan masukan masyarakat serta rekomendasi
Pengawas Pemilu dalam pemutakhiran daftar pemilih;
2. Melakukan fokus pengawasan terhadap poin-poin krusial potensi kerawanan
pelanggaran pada tahapan Pemutakhiran Data dan Penyusunan Daftar Pemilih
dalam pemilihan umum. Pengawasan pemutakhiran daftar pemilih di antaranya
dilakukan dengan cara:
a. Membuat surat keputusan, imbauan, edaran, dan/atau instruksi;
b. Membentuk tim fasilitasi pengawasan untuk melakukan pengawasan;
c. Menentukan fokus pengawasan pada aspek:
• kepatuhan prosedur yang berdampak pada potensi pelanggaran
administrasi terhadap prosedur dan tata cara penyusunan data dan
pemutakhiran daftar pemilih, pelanggaran tindak pidana, dan
pelanggaran etik penyelenggara Pemilu terhadap prinsip integritas,
profesionalitas, dan kemandirian;
• akurasi data pemilih;
• kawasan dan wilayah rawan;
d. Pemetaan kawasan dan wilayah yang berpotensi banyaknya pemilih yang
tidak memenuhi syarat atau memenuhi syarat dalam pemutakhiran data dan
penyusunan daftar pemilih (wilayah Lapas, tahanan, kawasan warga
pendatang, kawasan terpencil, kampung adat dan kawasan lainnya yang

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
berpotensi tidak bisa menggunakan hak pilih atau penyalahgunaan data
pemilih);
e. Melakukan penyandingan data pemilih melalui sistem informasi administrasi
kependudukan;
f. Audit kinerja pantarlih;
g. Pengawasan melekat;
h. Analisis data;
i. Penelusuran;
j. Mendirikan posko kawal hak pilih;
k. Pengawasan partisipatif;
l. Koordinasi dan konsolidasi dengan stakeholder terkait;
m. Mencari sumber data alternatif lainnya;
n. Mendokumentasikan dan mempublikasikan seluruh hasil kerja pengawasan;
o. Monitoring dan supervisi secara berjenjang;
p. Kegiatan lainnya;
3. Melakukan koordinasi kepada dinas terkait, kelurahan/desa, pemantau Pemilu,
kelompok penyandang disabilitas, masyarakat hukum adat,
perusahaan/perkebunan, RT/RW, Kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK) dan pihak terkait lainnya dalam rangka mencari sumber data alternatif
pemilih, penelusuran, dan analisis data pemilih;
4. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mengawal hak konstitusional
pemilih, di antaranya:
a. koordinasi dan sanding data daftar pemilih dengan data warga negara asing
(WNA) ke Kantor Imigrasi setempat;
b. berkoordinasi dan sanding data dengan pengadilan setempat terkait pemilih
yang dicabut hak pilihnya;
c. berkoordinasi dengan Disdukcapil setempat terkait pemilih yang belum
melakukan perekaman ktp-elektronik;
d. berkoordinasi dengan Dinas Sosial serta organisasi disabilitas setempat
untuk memastikan pemilih penyandang disabilitas dengan ragam disabilitas
tercatat dalam form model A daftar pemilih;
e. berkoordinasi dengan instansi TNI dan Polri setempat untuk memastikan
nama-nama anggota TNI dan/atau Polri tercatat atau tidak baik yang
memenuhi maupun yang tidak memenuhi syarat di dalam sistem informasi
administrasi kependudukan;
f. berkoordinasi dengan Dinas Ketenagakerjaan untuk memastikan perusahaan
memberikan hak konstitusional pekerja dengan memberikan libur kepada

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
pekerjanya pada hari pemungutan suara, kecuali adanya alasan yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman
terkait kesadaran akan hak pilih serta memastikan penduduk yang telah
memenuhi syarat sebagai pemilih terdaftar sebagai pemilih pada pemilihan
umum tahun 2024;
6. Meningkatkan edukasi, kolaborasi, publikasi, dan partisipasi masyarakat dalam
rangka pengawasan partisipatif pada tahapan Pemutakhiran Data dan
Penyusunan Daftar Pemilih dalam pemilihan umum;
7. Membuka posko kawal hak pilih guna menerima aduan masyarakat atas
pelaksanaan pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih dengan
ketentuan sebagaimana terlampir dan menyampaikannya secara berjenjang;
8. Melakukan penyandingan data pemilih melalui sistem informasi administrasi
kependudukan dan melaporkannya secara berjenjang;
9. Melakukan fokus pengawasan menggunakan alat kerja sebagaimana terlampir,
menuangkan hasil pengawasannya ke dalam form A dan menyampaikan hasil
pengawasan secara berjenjang dan ke Bawaslu RI melalui email
awasdpt@bawaslu.go.id setiap minggunya di hari Jumat; dan
10. Dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan pengawasan, Bawaslu
telah menyusun analisis dan identifikasi potensi kerawanan serta alat kerja
pengawasan sebagaimana terlampir.

F. Penutup

Demikian Surat Edaran ini disampaikan bagi Bawaslu Provinsi/Panwaslih Aceh,


Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslih Kabupaten/Kota Se-Aceh, Panwaslu
Kecamatan, Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa sebagai pedoman dalam
melaksanakan tugas dan wewenang pengawasan terhadap tahapan Pengawasan
Pemutakhiran Data dan Penyusunan Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum tahun
2024 untuk dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan dengan penuh
tanggung jawab.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Januari 2023
Ketua,

Rahmat Bagja

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran I Surat Edaran Ketua Bawaslu
Nomor : 1 Tahun 2023
Tanggal : 19 Januari 2023

(taruh logo bawaslu/panwaslih provinsi/kab/kota masing-masing; sesuai tata naskah


dinas)

KEPUTUSAN
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM/PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA...*)
NOMOR…*)
TENTANG
TIM FASILITASI PENGAWASAN TAHAPAN PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH
DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM
BAWASLU PROVINSI/KABUPATEN/KOTA...*)

KETUA BAWASLU/PANWASLIH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA...


Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mengefektifkan tugas Bawaslu/Panwaslih
Provinsi/Kabupaten/Kota…*) dalam melakukan pengawasan pada
pelaksanaan tahapan Penyusunan Daftar Pemilih dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum;
b. Bahwa berdasarkan Keputusan rapat pleno Bawaslu pada
tanggal…. Januari Tahun 2023 yang memutuskan pelaksanaan
terhadap pengawasan tahapan Penyusunan Daftar Pemilih dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum di ampu oleh Koordinator Divisi
Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Hubungan Masyarakat di
Bawaslu/Panwaslih Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota…*) sebagai
penanggung jawab;
c. Berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b tersebut dipandang
perlu untuk menetapkan Keputusan Ketua Badan Pengawas
Bawaslu/Panwaslih Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota…*) tentang
Tim Fasilitasi Pengawasan Tahapan Penyusunan Daftar Pemilih
dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Bawaslu/Panwaslih
Provinsi/ Kabupaten/Kota…*)
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum;
2. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2018 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Wewenang, Organisasi dan Tata Kerja Sekretaris
Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum, Sekretariat Badan
Pengawas Pemilihan Umum Provinsi dan Sekretariat Badan
Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota;

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun
2018 tentang Pencegahan Pelanggaran dan Sengketa Proses
Pemilihan Umum;
4. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 24 Tahun
2018 tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Penyusunan
Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum;
5. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun
2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal
Badan Pengawas Pemilihan Umum, Sekretariat Badan
Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Badan
Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat
Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan;
6. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun
2022 tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Pengawas Pemilihan
Umum; dan
7. Peraturan Badan Pengawas Pemilhan Umum Nomor 5 Tahun 2022
tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan Umum;
8. Peraturan Badan Pengawas Pemilhan Umum Nomor 7 Tahun 2022
tentang Penanganan Temuan dan Laporan Dugaan Pelanggaran
Pemilihan Umum.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Menunjuk Ketua, Anggota, Pejabat Struktural, Pejabat Fungsional
Tertentu dan/ atau Jabatan Fungsional Umum serta Staf Pelaksana
di lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum sebagai anggota
Tim Pengawasan Tahapan Penyusunan Daftar Pemilih dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Bawaslu/Panwaslih
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota…*) dengan susunan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan
dari Keputusan ini;
KEDUA : Ketua, Anggota, Pejabat Struktural, Pejabat Fungsional tertentu
dan/atau Jabatan Fungsional Umum serta Staf Pelaksana
sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU mempunyai tugas
sesuai dengan kedudukannya pada tim dengan rincian sebagai
berikut:
a. Pengarah bertugas,
1. Memberikan arah kebijakan umum dalam Pengawasan
Tahapan Penyusunan Daftar Pemilih dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Bawaslu/Panwaslih
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota…*);
2. Mengawasi pelaksanaan fasilitasi pengawasan tahapan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
yang dilaksanakan oleh Tim Pengawasan Penyusunan
Daftar Pemilih dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Bawaslu/Panwaslih Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota…*);
3. Penanggung jawab bertugas memberikan arahan teknis
pengawasan tahapan yang dilaksanakan oleh Tim
Pengawasan Tahapan Penyusunan Daftar Pemilih dalam
Penyelenggaran Pemilihan Umum Bawaslu/Panwaslih
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota…*).
b. Ketua dan Wakil Ketua bertugas,
1. Mengoordinasikan seluruh pelaksanaan fasilitasi
pengawasan yang dilaksanakan tim mulai dari persiapan,
pelaskanaan pengawasan, penyusunan laporan hasil
pengawasan hingga pengelolaa data hasil pengawasan
yang dilaksnakan oleh Tim pengawasan tahapan
Penyusunan Daftar Pemilih dalam Penyelenggaran
Pemilihan Umum Bawaslu/Panwaslih Provinsi/Bawaslu
Kabupaten/Kota…*);.
2. Melaporkan seluruh hasil pelaksanaan fasilitasi
pengawasan yang dilaksanakan oleh tim Pengawasan
Tahapan Penyusunan Daftar Pemilih dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Bawaslu/Panwaslih
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota…*) kepada Penanggung
jawab.
c. Sekretaris dan Wakil Sekretaris bertugas memantau serta
memfasilitasi seluruh kebutuhan yang diperlukan oleh setiap
aktifitas tim;
d. Anggota yang berasal dari unit kerja yang menangani
pengawasan bertugas mengidentifikasi kerawanan, melakukan
pencegahan dan pengawasan, dan mengintegrasikan hasil
pengawasan Penyusunan Daftar Pemilih dalam
penyelenggaraan Pemilihan Umum Bawaslu/Panwaslih
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota…*) secara menyeluruh;
e. Anggota yang berasal dari unit kerja yang menangani
Penanganan Pelanggaran bertugas untuk menerima dan
mengkaji laporan dugaan pelanggaraan yang meliputi tata
cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi pelaksanaan Pemilu dalam tahapan Pemutakhiran
Daftar Pemilih;
f. Anggota yang berasal dari Biro Hukum dan Humas unit kerja
yang menangani penyelesaian bertugas untuk
mengidentifikasi potensi permasalahan dan analisis hukum
serta menyusun publikasi hasil pengawasan penyusunan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Daftar Pemilih dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum;
g. Anggota yang berasal dari unit kerja yang menangani Data
dan Informasi bertugas mengelola Akun SIDALIH dan
menyerahkan kepada Ketua Bawaslu/Panwaslih
Provinsi/Bawaslu Kabupaten/Kota… untuk disampaikan
kepada yang ditugaskan serta mendampingi penggunaan dan
pengelolaan data dalam SIDALIH oleh Anggota tim lainnya.
KETIGA : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat ditetapkannya
Keputusan ini dibebankan pada Anggaran Daftar isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Bawaslu/Panwaslih Provinsi/Bawaslu
Kabupaten/Kota…*)
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
apabila terdapat kekeliruan dikemudian hari akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di…
pada tanggal…
Jabatan
ttd
Nama

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran II Surat Edaran Ketua Bawaslu
Nomor : 1 Tahun 2023
Tanggal : 19 Januari 2023

TIM FASILITASI PENGAWASAN TAHAPAN PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH


DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BAWASLU/PANWASLIH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA...*)

NO NAMA JABATAN KEDUDUKAN DALAM TIM


I Pengarah dan Penanggung Jawab
1. Ketua Bawaslu Pengarah
2. Anggota Bawaslu Pengarah dan
penanggungjawab
3. Anggota Bawaslu Pengarah
4. Anggota Bawaslu Pengarah
5. Dst
II Ketua dan Wakil Ketua
7. Kabag/Kasubag Ketua
8. Kabag/Kasubag Wakil Ketua
9. Dst
III Sekretaris dan Wakil Sekretaris
11. Kabag/Kasubag Sekretaris
12. Dst Wakil Sekretaris
13.
V Anggota
14. Anggota
15. Anggota
16. Dst

Ditetapkan di…
pada tanggal…
Jabatan
ttd
Nama

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran III Surat Edaran Ketua Bawaslu
Nomor : 1 Tahun 2023
Tanggal : 19 Januari 2023

Identifikasi Potensi Kerawanan Tahapan Pemutakhiran Data dan Penyusunan


Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum

A. Kerawanan Penyusunan Bahan Daftar Pemilih


1. Pada proses sinkronisasi data, kerawanan yang berpotensi terjadi adalah
sebagai berikut:
a. Proses sinkronisasi data tidak dilaksanakan secara tepat waktu dan tidak
sesuai dengan prosedur PKPU;
b. Tidak ada pelibatan stakeholders, yang terdiri dari Badan Pengawas
Pemilihan Umum, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri,
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang hukum
dan hak asasi manusia, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, lembaga pemerintah nonkementerian yang bertugas di
bidang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia dan
kementerian atau lembaga lain yang terkait;
c. Proses penyandingan Daftar Penduduk Pemilih Potensial Pemilu (DP4)
dengan Daftar Pemilih Berkelanjutan (DPB) tidak dilaksanakan secara tepat
waktu;
d. Pada penyediaan data kependudukan, KPU tidak membuka informasi
terhadap Salinan DP4 dan DP4 Luar Negeri (DP4LN) kepada Bawaslu;
2. Pada proses penyandingan data DP4 dengan DPT Pemilu atau Pemilihan
terakhir, kerawanan yang berpotensi terjadi adalah sebagai berikut:
a. Proses penyandingan data tidak dilaksanakan secara tepat waktu dan tidak
sesuai dengan prosedur PKPU;
b. Bawaslu kesulitan dalam mengakses data pemilih (tidak mendapatkan
DP4/DP4LN dari Dirjen Dukcapil Kemendagri/Kemenlu);
3. Pada penyampaian data hasil penyandingan dari KPU ke KPU Kabupaten/Kota
melalui KPU Provinsi memiliki 2 kerawanan:
a. KPU tidak memberikan Salinan form model A daftar pemilih kepada Bawaslu
dalam melakukan analisis akurasi data pemilih sebagai bahan Coklit;
b. Singkatnya waktu penyusunan TPS dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota
membuat KPU Kabupaten/Kota tak cukup waktu untuk melibatkan jajaran di
PPK maupun PPS yang lebih memahami peta pemilih dilapangan. Kondisi ini
berpotensi pada kurang terperhatikannya aspek geografis, akses dan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
jangkauan pemilih dalam pemetaan TPS sehingga menyulitkan pemilih
untuk datang ke TPS;
4. Berkaitan dengan penyusunan daftar pemilih di lokasi khusus, kerawanan yang
berpotensi terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pada sisi regulasi, Bawaslu belum menerima SK KPU terkait petunjuk teknis
daftar pemilih di lokasi khusus, apakah akan dilayani melalui TPS khusus
atau melalui DPTb. Jika dilayani melalui TPS khusus, akan berdampak pada
kebutuhan untuk menambah jumlah pesonil KPPS, juga memiliki kerumitan
dalam proses penyediaan surat suara, terutama validitas jumlah surat suara.
Jika dilayani melalui DPTb, pemilih di lokasi khusus rawan tidak dapat
terlayani secara maksimal karena adanya prosedur penerbitan form pindah
memilih yang rumit, juga petugas KPPS dan waktu yang terbatas dalam
pengurusan pindah memilih;
b. Pada sisi implementasi, KPU kab/kota sudah melakukan koordinasi dengan
beberapa stakeholder terkait dalam hal pendataan potensi pemilih di lokasi
khusus. Selain itu, masih banyak lokasi khusus yang belum mendapatkan
sosialisasi dari KPU, serta pendataan pemilih di lokasi khusus berpotensi
tidak memenuhi prinsip komprehensif, akurat, mutakhir;
c. Pada sisi dampak, adanya pemilih di lokasi khusus memiliki 3 implikasi
• rawan kegandaan karena pemilih yang pindah domisili tidak langsung
dicoret pada saat coklit, tetapi hanya ditandai, memungkinkan pemilih
terdaftar ganda di TPS asal dan TPS lokasi khusus;
• Rawan mobilisasi dan politisasi isu pemilih lokasi khusus;
• berpotensi bisa menyebabkan PSU, karena jika petugas tidak cermat
dapat terjadi pemilih yang tidak terdaftar dalam data pemilih tapi bisa
mencoblos;
d. berdampak pada mekanisme pindah pemilih, Coklit, pencetakan dan
distribusi surat suara di lokasi khusus;
5. Berkaitan dengan tahapan penyusunan daftar pemilih, PKPU No 7 tahun 2017
tidak menjelaskan jadwal tahapan secara rinci sehingga akan membuat
pengawasan tahapan pemutakhiran daftar pemilih tidak efektif;
6. Dalam menyusun Daftar Pemilih, KPU tidak memperhatikan jarak dan waktu
tempuh pemilih dalam TPS sehingga TPS pemilih jauh dari kediaman;
7. Dalam menyusun Daftar Pemilih, KPU memisahkan anggota keluarga pada TPS
yang berbeda.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
B. Kerawanan Pembentukan Pantarlih
1. Pada sisi waktu, pembentukan Pantarlih tidak tepat waktu sesuai dengan yang
ditetapkan KPU;
2. Pada sisi persyaratan, terdapat calon Pantarlih yang tidak sesuai dengan
persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 50 ayat (1) dan (2) Peraturan KPU
Nomor 8 Tahun 2022 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Badan Adhoc
Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan Walikota dan Wakil Walikota. Kerawanan tersebut
di antaranya:
a. warga negara Indonesia yang belum berusia paling rendah 17 (tujuh belas)
tahun;
b. berdomisili tidak dalam wilayah kerja Pantarlih;
c. tidak mampu bekerja secara jasmani dan rohani;
d. tidak membuat surat pernyataan bahwa yang bersangkutan mempunyai
kemampuan dan kecakapan dalam membaca, menulis, dan berhitung (bagi
Pantarlih yang berpendidikan di bawah sekolah menengah atas atau
sederajat);
e. berasal dari profesi yang tidak diperbolehkan dalam ketentuan, yakni TNI,
Polri, anggota Partai Politik, maupun menjadi tim kampanye atau tim
pemenangan peserta Pemilu atau Pemilihan pada penyelenggaraan Pemilu
dan Pemilihan terakhir;
3. Selain berasal dari unsur unsur sebagaimana pada angka 2), kerawanan lainnya
ialah calon Pantarlih merupakan pendukung bakal calon DPD;
4. Isi Sumber Daya Manusia (SDM), Pantarlih tidak diberikan pembekalan
bimbingan teknis oleh PPS dan tidak memperhatikan profesionalitas,
kompetensi, kapasitas, integritas dan kemandirian calon Pantarlih serta
keterampilan dalam penggunaan teknologi dan informatika.

C. Kerawanan Pencocokan dan Penelitian Data Pemilih di Dalam Negeri


1. Kerawanan prosedur Proses Coklit tidak sesuai dengan PKPU nomor 7 tahun
2022, di antaranya:
a. Pantarlih tidak mendatangi Pemilih secara langsung, baik karena alasan
kesehatan, menganggap mengetahui keberadaan pemilih di wilayah
kerjanya, atau alasan lainnya;
b. Pantarlih menggunakan jasa pihak lain dalam melakukan Coklit;
c. tidak menindaklanjuti masukan atau tanggapan masyarakat melalui telepon,
media sosial, pusat panggilan atau laman resmi;
d. Coklit dilaksanakan tidak tepat waktu;

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
e. tidak mencoret pemilih yang tidak memenuhi syarat, seperti pemilih yang
telah meninggal dunia (dibuktikan dengan surat keterangan kematian atau
dokumen lainnya), pemilih ganda, berubah status dari sipil menjadi TNI/Polri,
belum genap 17 tahun dan belum pernah kawin pada hari pemungutan
suara;
f. mencoret pemilih yang memenuhi syarat;
g. Pantarlih melakukan Coklit menggunakan sarana teknologi informasi tanpa
door to door secara langsung kepada pemilih;
h. Pantarlih tidak memakai dan membawa perlengkapan pada saat Coklit;
i. Pantarlih tidak menempelkan stiker Coklit untuk setiap 1 (satu) Kepala
Keluarga setelah melakukan Coklit; dan
j. Pantarlih tidak menindaklanjuti rekomendasi pengawas pemilu.

2. Kerawanan akurasi data pemilih, di antaranya:


a. masih terdapat data pemilih yang rawan tidak tercoklit seperti buruh,
perantau, dan sebagainya;
b. pemilih yang memiliki permasalahan dengan administrasi kependudukan:
• berada di daerah perbatasan wilayah;
• berada di wilayah pemekaran;
• sudah 17 tahun namun belum melakukan perekaman KTP-el;
• sudah meninggal tapi keluarganya belum mengurus surat kematian dari
desa/kelurahan;
• suku pedalaman;
• korban bencana/korban pembangunan yang wilayah domisilinya hilang
namun belum ada pengurusan administrasi kependudukan;
c. pemilih yang memenuhi syarat tetapi belum terdaftar dalam daftar pemilih;
d. pemilih yang memenuhi tidak syarat tetapi masih terdaftar dalam daftar
pemilih;
e. pemilih yang pindah domisili;
f. pemilih yang berdasarkan KTP-el atau Kartu Keluarga bukan merupakan
pemilih yang beralamat di TPS setempat;
g. pemilih penyandang disabilitas yang tidak tercatat dalam kolom ragam
disabilitas;
h. alih status TNI/Polri dari/ke masyarakat sipil;
i. pemilih di Lapas; dan
j. Warga Negara Asing (WNA) yang memiliki KTP el tercantum ke dalam data
pemilih.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
3. Tidak proporsionalnya beban kerja antara penyelenggara dan pengawas adhoc
dalam proses Coklit;
4. Pengawas Pemilu (adhoc) tidak memeroleh salinan form model A daftar pemilih
5. Terdapat penyalahgunaan akta kematian terhadap pemilih yang memenuhi
syarat sehingga kehilangan hak pilihnya.

D. Penyusunan Daftar Pemilih (DPS, DPSHP, DPSHP Akhir, DPT)


Kerawanan penyusunan daftar pemilih terdiri dari:
1. Proses penyusunan daftar pemilih tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan KPU
Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Penyusunan Daftar Pemilih dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Sistem Informasi Data Pemilih
2. Hasil penyusunan DPS/DPSHP/DPSHP Akhir/DPT tidak diumumkan baik di
laman KPU maupun aplikasi berbasis teknologi informasi;
3. Penyelenggara tidak menindaklanjuti laporan masyarakat terkait daftar pemilih;
4. Hasil coklit, rekapitulasi, dan penyampaian hasil coklit melalui sistem SIDALIH
tidak valid;
5. KPU tidak memberikan Salinan daftar Pemilih kepada Bawaslu;
6. KPU sesuai tingkatan tidak menindaklanjuti saran perbaikan pengawas pemilu;
dan
7. PPS mengumumkan daftar pemilih di lokasi yang tidak representatif dan tidak
aksesibel.

E. Penyusunan DPTb dan DPK


Kerawanan pada penyusunan DPTb, di antaranya sebagai berikut:
1. Pemilih mengalami kesulitan mengurus pindah memilih karena terkendala jarak
dan kesehatan (misalnya panti sosial disabilitas atau panti rehabilitasi);
2. Tingginya pemilih yang pindah memilih sehingga melebihi ketersediaan surat
suara di sekitar TPS terdekat;
3. Terdapat perbedaan regulasi batas maksimal pindah memilih. Pasal 117 PKPU
No 7 Tahun 2022 tentang Penyusunan Daftar Pemilih Pada Pemilihan Umum
menyatakan bahwa untuk menggunakan hak pilihnya di TPS tujuan, Pemilih
yang terdaftar dalam DPTb dapat melaporkan kepada PPS, PPK, atau KPU
Kabupaten/Kota tempat asal atau tempat tujuan paling lambat 7 (tujuh) Hari
sebelum hari pemungutan suara, sementara dalam proses penyusunan
A5.Pindah Memilih seperti di lokasi khusus Rumah Sakit idealnya A5. Pindah
Memilih dibuat H-1 sebelum pemungutan suara dengan pertimbangan keluar
masuknya pemilih di lokasi tersebut; dan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
4. Kerawanan daftar pemilih khusus adalah adanya jumlah pemilih DPK yang
melebihi ketersediaan surat suara, kesesuaian KTP elektronik pada fisik dan
digital (khususnya di daerah pemekaran wilayah), serta pemilih di luar domisili
yang menggunakan hak pilihnya hanya menggunakan KTP-el.

F. Penyusunan Daftar Pemilih Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Putaran


Kedua (DPS, DPSHP, DPT)
Kerawanan penyusunan daftar pemilih Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
Putaran Kedua terdiri dari:
1. Proses penyusunan daftar pemilih tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan
KPU Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Penyusunan Daftar Pemilih dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Sistem Informasi Data Pemilih
2. Hasil penyusunan DPS/DPSH/DPT tidak diumumkan;
3. Penyelenggara tidak menindaklanjuti laporan masyarakat terkait daftar pemilih;
4. Hasil coklit, rekapitulasi, dan penyampaian hasil coklit melalui sistem SIDALIH
tidak valid;
5. Pengawas Pemilu tidak mendapatkan Salinan daftar pemilih;
6. Dalam menyusun Daftar Pemilih, KPU tidak memperhatikan jarak dan waktu
tempuh pemilih dalam TPS sehingga TPS pemilih jauh dari kediaman;
7. Dalam menyusun Daftar Pemilih, KPU memisahkan anggota keluarga pada TPS
yang berbeda;
8. KPU sesuai tingkatan tidak menindaklanjuti saran perbaikan pengawas pemilu;
9. PPS mengumumkan daftar pemilih di lokasi yang tidak representatif dan tidak
aksesibel; dan
10. Terdapat penyalahgunaan akta kematian terhadap pemilih yang memenuhi
syarat sehingga kehilangan hak pilihnya.

G. Potensi Kerawanan Tahapan Tahapan Pemutakhiran Data dan Penyusunan


Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum Yang Berimplikasi pada Dugaan
Pelanggaran Pemilu 2024
1. Pelanggaran Administrasi:
a. Kerawanan: kerawanan pada seluruh tahapan Pemutakhiran Data dan
Penyusunan Daftar Pemilih dalam pemilihan umum;
b. Proses Penanganan: laporan/temuan dugaan pelanggaran disampaikan
paling lambat 7 hari sejak diketahui, perbaikan laporan 3 hari sejak laporan
disampaikan, penanganan Pelanggaran dilakukan 7 + 7 hari; dan
c. Potensi Pelanggaran Terhadap Prosedur dan Tata Cara: tahapan
Pemutakhiran Data dan Penyusunan Daftar Pemilih dalam pemilihan umum.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
2. Pelanggaran Tindak Pidana:
a. Kerawanan:
• Pasal 488 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap orang yang
dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar mengenai diri
sendiri atau diri orang lain tentang suatu hal yang diperlukan untuk
pengisian dafar Pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203,
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”
• Pasal 489 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap anggota PPS
atau PPLN yang dengan sengaja tidak mengumumkan dan/atau
memperbaiki daftar pemilih sementara setelah mendapat masukan dari
masyarakat dan/atau Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
206, Pasal 207, dan Pasal 213, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp6.000.000,00 (enam juta
rupiah)”
• Pasal 510 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap orang yang
dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empa.t juta rupiah).
• Pasal 511 UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu “Setiap orang yang
dengan kekerasan, dengan ancaman kekerasan, atau dengan
menggunakan kekuasaan yang ada padanya pada saat pendaftaran
Pemilih menghalangi seseorang untuk terdaftar sebagai Pemilih dalam
Pemilu menurut Undang-Undang ini dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.OOO.OOO,O0
(tiga puluh enam juta rupiah).”
• Pasal 512 UU No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu, “Setiap anggota KPU,
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau PPLN yang
tidak menindaklanjuti temuan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/ Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/ Desa, dan/
atau Panwaslu LN dalam melakukan pemutakhiran data Pemilih,
penyusunan dan pengumunran daftar pemilih sementara, perbaikan dan
pengumuman daftar pemilih sementara hasil perbaikan, penetapan dan
pengumuman daftar pemilih tetap, daftar pemilih tambahan, daftar pemilih
khusus, dan/atau rekapitulasi daftar pemilih tetap yang merugikan Warga
Negara Indonesia yang memiliki hak pilih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 220 ayat l2l, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
rupiah).”
• Pasal 513 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap anggota KPU
Kabupaten/Kota yang sengaja tidak memberikan salinan daftar pemilih
tetap kepada Partai Politik Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 208 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
rupiah)”.
• Pasal 544 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap orang yang
dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum memalsukan data
dan daftar pemilih, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
rupiah)”.
• Pasal 545 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu “Setiap anggota KPU,
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan/atau PPLN yang
dengan sengaja menambah atau mengurangi daftar pemilih dalam Pemilu
setelah ditetapkannya Daftar Pemilih Tetap, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).”
b. Proses Penanganan: laporan/temuan dugaan pelanggaran disampaikan
paling lambat 7 hari sejak diketahui, penanganan Pelanggaran dilakukan 7 +
7 hari, proses Penyidikan dan pelimpahan berkas ke Pengadilan Negeri 28
hari, pemeriksaan Pengadilan Negeri 7 hari, banding 13 hari.
1. Pelanggaran Kode Etik:
a. Kerawanan: kerawanan pada seluruh tahapan Pemutakhiran Data dan
Penyusunan Daftar Pemilih dalam pemilihan umum.
b. Proses Penanganan: laporan/temuan dugaan pelanggaran disampaikan
paling lambat 7 hari sejak diketahui; penanganan Pelanggaran dilakukan 7 +
7 hari, dan proses Pemeriksaan DKPP didasarkan atas kebutuhan
Pemeriksaan.
c. Potensi Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu: integritas,
profesionalime, dan kemandirian.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
Lampiran IV Surat Edaran Ketua Bawaslu
Nomor : 1 Tahun 2023
Tanggal : 19 Januari 2023

ALAT KERJA PENGAWASAN PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DAN


PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH

Alat kerja Pengawasan Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih
tingkat Pengawas Kelurahan/Desa, Panwaslu Kecamatan, Bawaslu Kabupaten/Kota
dan Bawaslu Provinsi dapat diakses pada link berikut:

1. tingkat Pengawas Kelurahan/Desa : https://bit.ly/AlkerDPTPKD


2. tingkat Panwaslu Kecamatan : https://bit.ly/AlkerDPTPanwascam
3. tingkat Bawaslu Kabupaten/Kota : https://bit.ly/AlkerDPTKabKota
4. tingkat Bawaslu Provinsi : https://bit.ly/AlkerDPTProv

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai