Anda di halaman 1dari 9

1.

Pendahuluan

Dalam rangka meningkatkan minat dan daya baca siswa, sejak tahun 2015, Kemendikbud
meluncuran Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Bentuk kegiatannya antara lain: pembiasaan
membaca buku nonteks selama 15 menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, baik membaca
senyap maupun nyaring, baik terbimbing atau pun mandiri.

Lalu ada readhaton (membaca secara massal yang biasanya dilakukan di halaman sekolah),
pembuatan jurnal atau laporan bacaan, pembuatan pohon literasi, pemanfaatan majalah dinding
(mading), pemanfaatan perpustakaan sekolah, dan sebagainya. Bahkan untuk memotivasi
sekolah melaksanaka GLS, diadakan berbagai lomba atau penghargaan terkait literasi bagi siswa
dan guru penggerak literasi.

Awal gerakan ini diluncurkan tampak semarak. Setiap sekolah ingin memperlihatkan bahwa
sekolahnya pun aktif menyelenggarakan GLS. Mereka memosting berbagai kegiatan GLS di
media sosial, mengikuti kegiatan literasi baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, organisasi
profesi guru, maupun oleh lembaga swadaya masyarakat, dan menerbitkan buku hasil karya para
guru dan siswa-siswanya.

Dalam perjalannya, GLS tampak terseok-seok di sekolah. Penyebabnya beragam. Antara lain;
adanya rasa bosan dari guru penggerak dan siswa, kurangnya variasi sumber bacaan, kurangnya
dukungan kepala sekolah, kurangnya dukungan dari rekan sejawat dari guru penggerak literasi di
sekolah, kurangnya pembinaan pengawas, kurangnya sarana penunjang GLS, dan sebagainya.

2. Latar Belakang

Pascapandemi Covid-19 terjadi di Indonesia awal Maret 2020, maka kegiatan belajar tatap muka
di sekolah pun dihentikan, diganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Konsekuensinya,
kegiatan literasi secara langsung di sekolah pun terhenti. Tidak ada lagi aktivitas membaca 15
menit sebelum pembelajaran dan aktivitas lainnya terkait literasi.

Kendala yang umum dijumpai pada PJJ adalah kepemilikan smartphone/laptop, buku/sumber
bacaan, terlebih kendala kuota internet di kalangan siswa menjadikan kurang optimalnya
kegiatan literasi. Jangankan untuk menjalankan aktivitas membaca buku nonteks sebagai
"suplemen" dalam kegiatan dalam pembelajaran, untuk mempelajari materi pokok dalam
pelajaran saja, banyak siswa yang mengalami kendala sinyal dan kuota internet.

1
Disaat geliat literasi di kalangan siswa mengalami penurunan, geliat gerakan literasi di kalangan
guru justru meningkat. Banyak guru yang pada akhirnya terpaksa atau dipaksa mempelajari
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) karena tuntutan pengelolaan pembelajaran secara
daring. Banyak webinar yang diikuti oleh guru sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan
mereka. Dengan kata lain, di masa pandemi ini, ada tren peningkatan aktivitas literasi digital di
kalangan guru.

Hal ini tentunya adalah tren yang cukup baik, walau sebenarnya tanpa ada pandemi Covid-19
pun, para guru sudah selayaknya meningkatkan wasan dan keterampilannya dalam pemanfaatan
TIK dalam pembelajaran. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, atau ada hikmah
dibalik musibah. Walau terkesan apologi, tetapi hal tersebut bisa menjadi sebuah representasi
adanya peningkatan semangat belajar bagi para guru dalam penguasaan TIK. Apalagi saat ini
trennya adalah guru penggerak untuk mewujudkan merdeka belajar bagi para siswa.

Dengan semakin aktifnya gerakan literasi digital yang dilakukan oleh guru, mendorong SMP
Negeri 6 Cilacap untuk memulai kembali kegiatan literasi siswa secara digital. Keyakinan SMP
Negeri 6 Cilacap gerakan literasi tidak mati suri di tengah pandemi apalagi berhenti sama sekali.
Kegiatan literasi digital SMP Negeri 6 Cilacap di sini tidak hanya identik dengan membaca buku
saja, tetapi dalam konteks yang lebih luas dan dikaitkan dengan Covid-19. Selain untuk
menambah wawasan, juga untuk membangun kecakapan hidup (life skill) dan penguatan
Pendidikan karakter (PPK) utamanya rasa ingin tahu dan gemar membaca, maka SMP Negeri 6
Cilacap melalui perpustakaan sekolah membuatkan sebuah wadah literasi digital yang
dinamakan dengan D'L vel 6 dalam bentuk fanpage. Melalui D'L vel 6 diharapkan kegiatan
literasi yang terhenti selama PJJ dapat dihidupkan kembali. D'L vel 6 akan menjadi wadah segala
aktivitas literasi siswa secara digital baik di masa pandemi dan maupun saat nanti pandemi
berakhir.

3. Tujuan
A. Tujuan Umum:

Secara umum D'L. vel 6 bertujuan menciptakan ekosistem sekolah yang berbudaya baca-tulis
serta cinta sastra.

B. Tujuan Khusus

2
Kegiatan yang melibatkan pemangku kepentingan sekolah ini bertujuan untuk:

1. Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di SMP Negeri 6


Cilacap.

2. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan SMP Negeri 6 Cilacap agar literat,

3. Menjadikan SMP Negeri 6 Cilacap sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan, beragam buku bacaan.

4. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan dan mewadahi berbagai


strategi membaca.

4. Dasar Hukum

1. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat 5

2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang


Penumbuhan Budi Pekerti.

3. Program Kerja Kepala Perpustaan SMP Negeri 6 Cilacap.

5. Pembiayaan

Segala hal yang berkaitan dengan pembiayaan pada kegiatan D'L. vel 6 dibebankan pada
keuangan SMP Negeri 6 Cilacap.

6. Penanggung Jawab Program

Penanggung jawab program adalah Kepala SMP Negeri 6 Cilacap

7. Sasaran Kegiatan

1. Siswa SMP Negeri 6 Cilacap

2. Pemangku kepentingan SMP Negeri 6 Cilacap

3. Guru dan tenaga administrasi SMP Negeri 6 Cilacap

8. Skedul Pelaksanaan Kegiatan Terlampir

9. Teknis Pelaporan Kegiatan

Pada awal kegiatannya, aktivitas D'L. vel 6 dirancang berbeda pada setiap minggunya. Dengan
keyakinan baik bahwa D'L. vel 6 akan terus berkembang, maka kegiata kegiatan dalam D'L vel 6
akan menjadi sebuah pembiasaan baik. Untuk memantau perkembangan kegiatan literasi digital

3
pada D'L vel 6, maka pada setiap akhir bulan kalender perlu dibuatkan laporan kegiatan. 10.
Evaluasi dan Tindak Lanjut Sebagai sebuah wadah kegiatan literasi digital yang akan terus
berkembang mengikuti dinamika pengetahuan, maka perlu dilakukan evaluasi, paling tidak
setiap 1 bulan sekali terhadap pelaksanaan kegiatan D'L vel 6 yang melibatkan pemangku
kepentingan, siswa, guru dan tenaga administrasi SMP Negeri 6 Cilacap, sehingga akan
menghasilkan tindak lanjut yang dapat semakin meningkatkan akitvitas literasi digital sehingga
tujuan menciptakan ekosistem sekolah yang berbudaya baca-tulis serta cinta sastra dapat
terwujud.

Cilacap, 13 Juli 2021

Kepala Perpustakaan Pustakawan Eka Setiawan

Jaskun Winarti, S.Pd Pustakawan Eka Setiawan

NIP. 19690501 199802 2002 NIP.-

Mengetahui,

Kepala SMP Negeri Cilacap

Anteng Widiastuti, S.Pd.,M.Pd.

NIP. 19690916 197702 2003

4
5
6
7
8
9

Anda mungkin juga menyukai